Sunday, November 27, 2016

Bersimpuh di Kaki Tuhan (Refleksi dari Maria)


Ev. Cici S. Larosa

Lukas 10: 38-42
38  Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya.
39 Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya,
40  sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku."
41  Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara,
42  tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."

Yoh 11:1-2 Ada seorang yang sedang sakit, namanya Lazarus. Ia tinggal di Betania, kampung Maria dan adiknya Marta.  Maria ialah perempuan yang pernah meminyaki kaki Tuhan dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya.

Yoh 12:1-8
1 Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati.
2  Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus.
3  Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.
4  Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata:
5  "Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?"
6  Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.
7  Maka kata Yesus: "Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku.
8 Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu."

Pendahuluan

                Bersimpuh mungkin bukan hal yang mudah bagi sebagian orang. Bersimpuh adalah cara duduk di mana kedua kaki ditekuk , dilipat ke belakang lalu ditindih oleh berat badan. Cara duduk seperti ini tidak nyaman. Jarang ada orang yang senang dengan cara duduk seperti ini. Kecuali pada saat tertentu seperti saat seperti penahbisan majelis, peneguhan pendeta dll, namun tidak dilakukan secara penuh (bersimpuh) melainkan lututnya yang menjadi tumpuan (setengah berlutut). Tetapi di dalam Alkitab, dikisahkan ada seorang perempuan (Maria) yang duduk bersimpuh dekat kaki Tuhan. Perikop Lukas 10:38-42 diberi judul oleh LAI : Maria dan Marta. Firman Tuhan ini menceritakan bagaimana Maria dengan setia datang  duduk bersimpuh di hadapan Tuhan Yesus dan mendengarkan firmanNya. Siapakah Maria ini? . Maria adalah orang yang pernah mengurapi Tuhan Yesus, yang kisahnya akan kita renungkan hari ini secara mendalam. Kisah Maria yang mengurapi kaki Tuhan Yesus ditulis pada 3 kitab Injil (kecuali yang ditulis pada Injil Lukas). Namun kali ini hanya akan diambil dari Yoh 12:1-8 (Perikop LAI : Yesus Diurapi di Betania).
Jika kita mengingat kronologi dari kisah ini yang dicatat oleh kitab Injil Yohanes, Tuhan Yesus sedang duduk bersama Lazarus. Ia adalah  saudara laki-laki Maria dan Marta dan  pernah menderita penyakit kusta lalu mati. Setelah itu ia dibangkitkan Yesus. Peristiwa ini membuat Tuhan Yesus dikejar-kejar oleh  ahli Taurat , orang-orang Farisi dan Yahudi saat itu. Karena tidak berhasil mengejar, maka dikeluarkan perintah agar siapa yang menjumpai Tuhan Yesus agar dibawa kepada ahli Taurat dan orang Farisi. Mereka tidak senang karena peristiwa itu membuat orang Yahudi percaya pada Tuhan Yesus. Namun perintah ini tidak menjadi halangan bagi Lazarus untuk menyampaikan rasa syukurnya kepada Tuhan sehingga ia mengadakan perjamuan makan kepada Tuhan Yesus di rumahnya. Ia tidak takut dengan penguasa saat itu.
Peristiwa ini terjadi di Betania, sebuah kota yang menurut catatan Markus  11:1 terletak di bukit Zaitun terletak di lereng gunung dan berjarak beberapa mil dari Yerusalem. Saat itu tepat 6 hari sebelum orang Yahudi merayakan (ibadah) Paskah mereka yang tentunya diadakan di Yerusalem. Tuhan Yesus berada dengan murid-muridNya di sana. Penduduk kota ini cukup ramah dibanding dengan penduduk kota Yerusalem dalam menerima Tuhan Yesus sehingga Tuhan Yesus aman di sana. Perjamuan ini diadakan untuk menghormati Tuhan Yesus, padahal  para imam yang saat itu bersama-sama dengan orang Yahudi sedang mengeluarkan perintah untuk membawa Tuhan Yesus. Dengan demikian Lazarus sedang melawan perintah penguasa (duniawi). Saat itu Marta melayani sedangkan Maria tidak demikian. Luk 10:38-42 Maria datang dan duduk bersimpuh dekat kaki Tuhan Yesus dan mendengar perkataanNya. Apa yang dimiliki Maria sehingga ia mampu melakukan hal ini (bersimpuh dekat kaki Tuhan Yesus) ? Tindakannya ini bahkan dipuji oleh Tuhan Yesus sendiri. Itu karena ia memiliki hati seperti apa?

Hati Maria

1.    Maria memiliki hati yang mengasihi yang menimbulkan tindakan yang menakjubkan dan tidak dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mendorongnya melakukan tindakan ini. Ia melakukannya dengan tulus hati. Saudaranya Marta sedang melayani, mempersiapkan di dapur hal-hal yang dibutuhkan oleh tubuh jasmani. Berbeda dengan Marta, ia mengambil setengah kaki minyak narwastu murni yang mahal harganya. Sedangkan Matius mencatat sebagai buli-buli pualam yang berisi minyak wangi. Minyak narwastu hanyalah sebuah nama produk saja. Markus mencatat  hal yang sama dengan Matius. Bedanya Markus menyebut nama minyak wangi (sama seperti yang disebut oleh Yohanes) yakni minyak narwastu yang murni dan mahal harganya. Dari kalimat yang kita baca, ada disebutkan kaki. Kati merupakan ukuran atau takaran berat yang digunakan oleh orang Romawi saat itu. Bila disesuaikan dengan ukuran (timbangan) yang sekarang dipakai di Indonesia yaitu 1 kaki = 6,25 ons , jadi kalau 1/2 kati beratnya  sama dengan 3 ons lebih. Itu minyak yang dimiliki Maria saat itu. Menurut tradisi Yahudi, minyak narwastu adalah minyak yang paling berharga dimiliki seorang gadis kala itu. Baunya sangat wangi dan digunakan sewaktu seorang gadis mengadakan pesta pernikahannya. Minyak wangi ini dituangkan ke wajah perempuan. Minyak wangi yang begitu harum dan berkualitas, harganya mahal. Seperti yang dikatakan Yudas,”Harga dari sebuah minyak narwastu kira-kira 300 dinar (1 dinar = nilai upah seorang pekerja harian dalam sehari, bila upah 300 dinar maka besarnya 1 x 300 dinar. Bila upah harian Rp 50.000 maka berarti 300 dinar x Rp 50.000 / hari atau seharga Rp 15 juta). Itu kalau Rp 50.000 namun sekarang lebih tinggi dari itu. Jadi minyak wangi setengah kati ini sangat mahal. Seorang gadis yang belum mampu membelinya, dia pasti menabung entah berapa tahun demi minyak ini sebagai persiapan pesta pernikahan. Ini satu-satunya barang berharga yang dimiliki gadis Yahudi seperti halnya Maria. Dengan tindakannya Maria menunjukkan kasihnya kepada Tuhan Yesus.

2.    Hati yang rela, hati yang iklas melakukan apapun tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Itu yang dilakukan Maria. Kendatipun Tuhan Yesus dikejar-kejar orang Farisi saat itu, tetapi ia tidak mau menghiraukannya. Tetapi Maria mau mengambil minyak dan memberikannya pada Tuhan Yesus. Ia memberikanNya dengan tindakan membuka minyak yang dimiliki dan melakukan urapan pada saat itu. Ia meminyaki Tuhan Yesus saat itu. Ada yang mengatakan dimulai dari kepalaNya. Injil ada yang mencatatnya dari kepala dan ada juga yang mengatakan dari kaki. Ketiga Injil  mencatat dan saling melengkapi. Intinya Maria mengurapi Tuhan Yesus dengan minyak yang mahal. Minyak yang sedemikian rupa, satu-satunya dimiliki dipersembahkan kepada Tuhan Yesus. Ia tidak memikirkan minyak ini sebagai barang yang dibeli dengan cara mengampilkan. Padahal minyak ini dibeli dengan harga mahal dan lama sudah ia mengumpulkan uang untuk membelinya. Tetapi Maria mau memberikannya kepada Yesus. Tidak berhenti di situ saja. Setelah melakukan pengurapan, ia menyeka kaki Tuhan Yesus, melap kakiNya dengan menggunakan rambutnya. Bagaimana dengan kita? Jangankan kaki orang lain, ada yang rela membersihkan kaki dengan rambutnya. Padahal rambut adalah sesuatu yang sangat berharaga. I Kor 11:15 adalah kehormatan bagi perempuan untuk memiliki rambut panjang. Rambut adalah anggota tubuh yang sangat berharga bagi dirinya, tetapi Maria mau menggunakan untuk melap kaki Tuhan Yesus.
Minyak Narwastu yang satu-satunya barang berharga yang berguna untuk pesta di masa depannya diberikan pada Tuhan Yesus dan rambutnya adalah bagian tubuh yang dimiliki, direlakan dan digunakan untuk Tuhan Yesus. Ia tidak memikirkan harga yang mahal dan rambutnya yang begitu penting. Tetapi ia merelakannya. Ia tidak memikiran apa yang menjadi kemuliaan Tuhan Yesus karena Tuhan Yesus lebih mulia dari diriNya. Maria lebih memilih dan mengambil kesempatan untuk bersama dengan Tuhan Yesus dan juga untuk mendengarkanNya (Lukas 10). Maria telah mengambil kesempatan yang baik yang hanya ada saat itu (di saat lain belum tentu ia mendapatnya). Ia memberikan apa yang dimiliki pada Tuhan Yesus. Maria yang mengasihi Tuhan Yesus membuat ia memiliki hati yang rela untuk memberikan apa yang dimilikinya ke Tuhan Yesus. Melalui kisah Maria ini, kita dibawa pada kesadaran akan kasih itu sendiri yaitu kasih yang memiliki totalitas, kasih yang rendah hati dan sadar tidak akan mementingkan diri sendiri.

Penutup

                Dalam tradisi Jawa keraton, ada abdi dalam di sebuah kerajaan (keraton) dan melayani dalam keraton tersebut. Mereka berjalan bukan dengan cara biasa. Mereka berjalan sambil bersimpuh. Betapa mereka menghormati junjungannya. Mereka hidup sederhana dan tidak digaji mahal. Banyak dari mereka ingin melayani. Karena sebuah kebanggaan bagi mereka menjadi abdi dalam. Namun tidak semua orang memiliki kesempatan menjadi abdi dalam.
Di sebuah gereja kecil di kota Roma (Skala Santa) , ada tangga kudus. Ini mengingat masa kesengsaraan Tuhan Yesus. Melambangkan Tuhan Yesus sebelum disalib pernah menaiki sebuah gunung. Ada gambar Tuhan Yesus disalib dan bejana tabernakel yang terbuat dari emas. Lalu cara menaiki tidak dengan berjalan tetapi bersimpuh. Mereka mau melakukannya karena mereka mengasihi dan ada sosok yang dikasihi seperti Tuhan Yesus. Mungkin banyak motivasi yang mereka miliki. Mereka membawa pergumulan dan berdoa. Mereka memberi diri dengan cara seperti itu dan mereka mau datang kepada Tuhan walaupun kita tidak setuju dengan cara seperti ini. Mereka datang dan memberikan waktu dan diri mereka untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yesus.
                Kita bisa melihat ilustrasi bagaimana mereka mengorbankan diri mereka pada orang yang dikasihi. Sebagai orang percaya kita bisa melakukan hal yang lebih dari ini. Karena hidup untuk mengasihi Tuhan terus menerus. Tetapi terkadang diri kita terlalu egois. Kita sering memikirkan diri kita. Bagaimana kalau saya mengambil pelayanan dalam waktu saya? Bagaimana setiap pagi harus melakukan renungan padahal harus sibuk memasak? Tetapi firman Tuhan mengingatkan kita kembali. Mari kita bersama mengasihi Tuhan , memberikan waktu kita untuk mendengarkan Tuhan melalui doa pribadi dan saat teduh kita. Waktu kita hanya utnuk Tuhan. Sudahkah kita memiliki hati yang mengasihi Tuhan seperti Maria? Sudahkan kita memiliki hati yang mau mengasihi atau seperti Marta? Apakah sekarang kita tidak mampu mengasihi Tuhan oleh karena dunia yang sedang menindas kita dan membuat iman kita jauh dari hadapan Tuhan? Apakah kita telah dikalahkan dunia atau sebaliknya kita mengalahkan dunia yang sedang berkuasa saat ini? Adakah kita lebih mengasihi apa yang lebih berharga yang kita miliki daripada mengasihi Tuhan  dan mengobankan apa yang dimiliki pada Tuhan? Dengan cara apa? Dengan cara mengasihi sesama kita juga. Apakah pernah kita menyia-nyiakan kesempatan yang kita miliki untuk menunjukkan kasih kita kepada Tuhan dengan mengasihi orang lain juga? Atau kita tidak mau melepaskan apa yang sedang kita idamkan padahal di kala ada orang yang jauh lebih membutuhkan kasih kita. Mari kita merenungkan hal itu.             Jika kita masih belum, maka mintalah ke Tuhan agar Dia memampukan kita agar kita memiliki hati yang mau mengasihi sehingga kita memiliki hati yang rela sehingga orang lain bisa melihat totalitas dari hati tersebut dalam kerendahan hati. Mari bersama kita memilih mendengarkan firman Tuhan lebih utama dari yang lain dan menerapkannya dalam hidup kita. Setelah pulang, mari kita siap menjadi orang yang telah bersimpuh di kaki Tuhan dan yang olehNya kita mampu memiliki hati yaitu hati yang mengasihi dan hati yang rela. Sebelum mengasihi manusia, jangan pernah kita katakan bahwa kita sudah mampu mengasihi Tuhan dan memberikan apa yang kita miliki kepada Tuhan. Kualitas dan kemampuan kita mengasihi Tuhan bisa dilihat dari tindakan kita sehari-hari. Kiranya setelah pulang dari kebaktian kita mampu mengalahkan dunia yang ingin mengatur kita dan kita katakan kepada dunia bahwa engkau seharusnya di bawah kendali kami. Amin.
                

No comments:

Post a Comment