Monday, August 17, 2015

Waspadai Kegagalan dalam Rumah Tangga


Pdt. Hery Guo

Matius 19:3-6
3 Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?"
4  Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?
5  Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
6  Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."

Pendahuluan

                Rumah Tangga merupakan bagian penting dari hidup kita. Tidak mungkin orang berada di luar suatu rumah tangga. Sehingga penting sekali untuk kita mempelajari dan terus bertumbuh dalam pengenalan tentang keluarga. Maka tidak heran diadakan begitu banyak seminar dan pertemuan yang mencoba mengupas seluk-beluk tentang kehidupan rumah tangga. Karena penting maka banyak seminar yang diadakan oleh institusi baik sekuler maupun gerejawi agar setiap orang menyadari pentingnya keluarga. Berikut adalah data yang dikutip dari Kementerian Agama RI tahun 2014 :

                Tahun     Menikah                                Cerai
                2010       2.207.364              285.184 (13%)
                2011       2.319.821              258.119 (11%)
                2012       2.291.265              372.577 (16%)
                2013       2.218.130              324.527 (15%)

                Kegagalan rumah tangga akan menghasilkan perceraian. Dari data di atas terlihat bahwa jumlah angka perceraian cenderung meningkat dari tahun ke tahun yakni dari 10% pada tahun 2009 menjadi 15% pada tahun 2013. Perceraian terjadi walaupun pelakunya mengetahui perceraian akan menimbulkan luka pada orang yang mengalaminya termasuk anak-anaknya. Sehingga ada anak yang sulit mengalami pertumbuhan karakter. Ada yang sangat beringas, sulit diatur, tidak mau didisiplinkan karena mereka mengalami trauma dalam kehidupan mereka, ada yang tertutup, pendiam, menyendiri dan tidak mau bertemu orang lain karena malu keluarganya hancur! Orang tua tahu bahwa perceraian berdampak membawa kehancuran tetapi tetap bercerai. Perceraian bukan saja terjadi pada pasangan non-kristen tetapi juga terjadi di lingkungan orang-orang Kristen. Dulu sewaktu menjadi pengacara , saya diminta bantuan oleh seorang pendeta yang ingin bercerai. Ini sangat memusingkan  karena yang bercerai adalah seorang hamba Tuhan! Kalau diperhatikan  orang Kristen yang bercerai termasuk dalam data di atas. Pernikahan yang sudah memasuki  usia 5, 10 tahun atau bahkan anak-anaknya sudah besar pun juga bercerai. Perjalanan rumah tangga hancur di tengah jalan karena kegagalan yang terjadi dalam hidup mereka. Sehingga anak remaja sampai usia lanjut perlu memikirkan problem rumah tangga karena bila remaja, pemuda atau orang dewasa ada dalam kesulitan maka keutuhan rumah tangga bisa hancur!

Alasan-alasan yang sering dikemukakan saat ingin bercerai

1.     Sudah tidak cocok. Padahal waktu mau menikah sudah ditanyakan,”Benar mau menikah dengan dia?” Dijawab ,”Benar! Karena cocok sekali. Punya hobi yang sama. Sama-sama suka makan, nonton dan masih banyak lagi”. Walau beda kepercayaan, dikatakan tidak masalah, yang penting cocok! Perkataan saat pacaran semuanya terasa cocok. Walau suku berbeda tidak dipedulikan. Mau Tionghoa dengan Menado atau Jawa dengan Batak , semuanya cocok saja, malah dikatakan untuk memperbaiki keturunan. Tidak ada unsur yang membuat tidak cocok. Ini sangat menarik karena saat orang berpacaran paling susah dinasehati. Bahkan ada yang bilang kotoran binatang pun rasanya jadi seperti rasa coklat  saat orang dikuasai cinta. Namun setelah memasuki pernikahan, saat bulan madu, madunya hilang. Lalu mulai menelusuri pergumulan keluarga, memasuki tahun yang sulit dan akhirnya banyak yang mengambil keputusan berpisah dengan alasan sudah tidak cocok. Buat saya alasan ini tidak tepat. Maka bila ada jemaat yang datang ingin bercerai dengan alasan tidak cocok, saya suruh pulang. Ada beberapa orang yang sudah punya anak yang mau menikah mengajukan perceraian dengan alasan tidak cocok. Kalau tidak cocok mengapa bisa mendapat 2 anak dan sekarang mau menikahkan anak? Ini alasan yang dominan tapi tidak benar!

2.     Sulit bersatu karena sama-sama keras. Padahal waktu pacaran, ia sudah tahu watak pasangannya yang keras. Alasannya, sewaktu pacaran masih coba bertahan agar bisa mendapatkannya. Pokoknya bila sedikit ngambek, nantinya diharapkan akan  bisa diatur dalam pernikahan (rumah tangga). Karakter orang bisa berubah tapi karakter tidak bisa berubah dalam waktu 1 hari, 1 minggu atau pun 1 bulan, karena karakter terus mengalami perubahan seumur hidup. Dibanding shi-mu, sepertinya saya lembut dan shi-mu keras. Padahal saya juga bisa sangat keras. Saat sama-sama keras maka perlu berubah. Seperti saat sidang perceraian di pengadilan, hakim mencoba mengadakan rekonsiliasi terlebih dahulu namun hakim biasanya menemukan kesulitan karena keduanya sama-sama keras! 

3.     Jika tetap berumah tangga demi status saja. Sudah tidak ada lagi cinta, kasih, keindahan dalam rumah tangga.karena mungkin alasan orang tua tidak setuju dan tidak enak dipandang orang lain. Jadi salah satu pihak berkata, “Masa kita yang pelopori perceraian? Lebih baik bertahan saja!. Kamu tidur di sana, saya tidur di sini.”  Ini adalah neraka di bumi dengan harapan setelah meninggal akan menikmati surga.

Inti pernikahan Kristen
.
1.    Allah menciptakan pernikahan agar 2 pribadi an bebeda yaitu pria dan wnaita menjadi satu.

          Matius 19:1-3 Setelah Yesus selesai dengan pengajaran-Nya itu, berangkatlah Ia dari Galilea dan tiba di daerah Yudea yang di seberang sungai Yordan.  Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan Iapun menyembuhkan mereka di sana.  Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?" Perikop ini dimulai dengan suasana yng indah di mana  orang-orang yang datang bersukacita karena Tuhan Yesus memberikan kepada mereka jalan keluar akan pergumulan mereka baik itu berupa penyakit fisik atau pun susah hati. Lalu datang orang Farisi yang ingin mencobai Tuhan Yesus dengan pertanyaan yang menjebak "Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja? Ini perkataan yang digunakan banyak orang (dari alasan  tidak cocok atau apa saja) karena yang penting bisa bercerai. Ini ungkapan orang Farisi yang dipakai oleh orang-orang di dunia. Ini adalah musuh yang paling mengerikan dalam kehidupan berumah tangga. Apa saja bisa dijadikan alasan untuk bercerai seperti tidak punya anak, masalah keuangan, mertua yang mengganggu , pihak ketiga dan alasan lainnya.

Saat ditanya orang Farisi, Tuhan Yesus tidak menjawab, bisa atau tidak. Matius 19:4-5 Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?   Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Allah menciptakan pernikahan agar pribadi yang berbeda (pria-wanita) menjadi satu. Sekarang berkembang pernikahan sejenis (LGBT yang diberi simbol dengan warna pelangi). Pernikahan Kristen adalah dua pribadi dan dua jenis kelamin yang berbeda (karakteristiknya berbeda). Pengalaman dan apa yang didapat juga berbeda. Perbedaan itu menjadi bagian yang Allah satukan. Itu pernikahan Kristen. Sehingga tidak ada tidak cocok, karena dari awal sudah diketahui tidak cocok. Dalam konseling pernikahan, diminta kepada pasangan yang akan menikah untuk menulis alasan ingin menikah. Agar setelah menikah jangan mengeluh tentang pasangannya. Jadi kalau mau putus, sebelum janur kuning dipasang (sebelum menikah) agar tidak memalukan keluarga dan nama Tuhan.

2.  Arti satu lebih menekakan kesatuan di mana terjadi kesatuan dari aspek-asepk yang ada antara laki-laki dan wanita : aspek iman, emosi, intelek, keuangan dll.

Dia menciptakan pernikahan untuk menyatukan, tapi bukan berarti pribadi 2 orang melebur dan masing-masing tidak punya pribadi. Itu merupakan kesatuan dimana aspek pria-wanita mengalami proses sehingga bisa saling menerima.  

Waktu menikah 2 karakter, 2 jenis kelamin, masuk dalam aspek untuk bertumbuh di antaranya :

a.     Aspek iman.
Bila sebelum menikah, istri belum mengenal Tuhan, lalu bertobat maka imannya tidak harus membuatnya memisahkan pasangannya. Jadi dalam kasus ini , apakah istri boleh bercerai dengan suami yang tidak seiman? Jangan! Karena imanmu ada dan bertumbuh sehingga iman membawa pasanganmu yang belum percaya. 1 Kor 7:13-14 Dan kalau ada seorang isteri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu.  Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya. Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus. Allah membawa proses dalam aspek iman. Ini perkara penting. Namun bila sudah percaya saat akan mencari pasangan, janganlah mencari yang tidak seiman. (2 Kor 6:14  Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?)

b.     Aspek emosi
Kolose 3:18-21  Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.  Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.   Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan.  Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.
Aspek emosi harus menjadi satu kesatuan, suami-istri, orang tua-anak harus saling merendahkan diri. Waktu anak tidak mau masuk dalam aspek emosi, maka tidak akan bersatu.
Di sebuah sekolah Kristen ada siswa yang membenci orang tuanya dan sudah berkata bahwa ia tidak akan datang walau orang tuanya nanti meninggal. Seharusnya anak menghormati orang tua. Orang tua memberi anak hati yang penuh sejahtera (jangan menyakiti hati anaknya). Orang tua jangan berkata, “Kamu anak bodoh!” Anak seringkali dilukai dari perkatanan dan tindakan yang di luar kendali sehingga timbul dendam.

Pengampunan

Ada banyak aspek dalam rumah tangga. Yang harus diwaspadai, jangan sampai hilangnya pengampunan dalam rumah tangga. Yang dimaksud dengan pengampunan :

1.     Menerima orang yang bersalah apa adanya : tidak lagi mempermasalahkan kesalahannya.

Yang harus diwaspadai, hilangnya pengampunan dalam rumah tangga sebagai salah satu aspek yang menyatukan 2 pribadi yang berbeda. Pengampunan tidak boleh berkurang dalam rumah tangga kita.
Lukas 7:37-38 Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi.  Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu.
Lukas 7:44-48 Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon: "Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya.   Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku.   Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi.   Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih."   Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: "Dosamu telah diampuni."
Tuhan Yesus memberi pengampunan dengan baik sekali. Pengampunan berarti menerima orang yang bersalah tanpa mempermasalahkan kesalahannya. Namun hal ini bukan berarti membenarkan kesalahannya. Orang berzina jangan dikucilkan sampai kolaps (tidak bisa bangkit kembali). Istri yang bersalah dengan menghamburkan harta suaminya jangan sampai terus dipojokkan , anak yang gagal jangan dipojokkan sampai tidak bisa mengangkat kepalanya. Kita tidak mempermasalahkan , tapi mendengar dan mencoba memahaminya walau hal itu menimbulkan rasa sakit dalam diri kita. Hati Allah juga sangat sakit waktu kita berbuat dosa. Anak yang menyontek juga membuat hati Allah sakit. Saat anak muda terlibat dalam seks bebas, itu juga melukai hati Tuhan. Pasangan yang menyeleweng pun melukai hati Tuhan. Namun Allah masih mau menerima kita. Pengampunan membutuhkan kerendahan hati antara satu pihak dengan pihak lainnya. Membutuhkan kerelaan untuk melihat orang yang kita sayangi mengalami kegagalan.

2.     Mengampuni orang yang bersalah dan memberi pintu kesempatan untuk berubah dari kegagalannya.

Ada siswa yang pusing mendengar omelan orang tuanya karena anaknya tersebut gagal (tidak naik kelas) sehingga akhirnya sang anak membeli head-set untuk menutup telinganya agar tidak mendengar omelan tersebut. Kalau anak gagal berarti orang tua juga gagal. Dengan pengampunan berarti sewaktu gagal, anak tersebut akan mengalami rekonsiliasi dalam rumah tangga. Papa saya tidak punya kemampuan mendidik yang baik sehingga kalau marah ia akan memakai gesper untuk menghukum walaupun hatinya sebenarnya baik. Kalau sebagai anak  tidak mengampuni dengan cara yang benar, maka kita tidak punya pintu masuk lagi ke orang tua kita. Yang penting adalah proses agar kegagalan rumah tangga mengecil.

3.     Membangun kembali relasi yang rusak sehingga terjadi pemulihan dalam hubungan (agar kita benar-benar tidak gagal dalam rumah tangga).

Iblis senang bila rumah tangga hancur. Kehancuran harmoni rumah tangga  berdampak pada kehancuran iman (akan mengalami kesulitan).


Bila ada masalah dalam rumah tangga, mari kembali ke Kitab Suci. 

No comments:

Post a Comment