Sunday, July 19, 2015

Dosa Saul


Ev. William

1 Sam 15 : 1-11
1  Berkatalah Samuel kepada Saul: "Aku telah diutus oleh TUHAN untuk mengurapi engkau menjadi raja atas Israel, umat-Nya; oleh sebab itu, dengarkanlah bunyi firman TUHAN.
2  Beginilah firman TUHAN semesta alam: Aku akan membalas apa yang dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek menghalang-halangi mereka, ketika orang Israel pergi dari Mesir.
3  Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai."
4  Lalu Saul memanggil rakyat berkumpul dan memeriksa barisan mereka di Telaim: ada dua ratus ribu orang pasukan berjalan kaki dan sepuluh ribu orang Yehuda.
5  Setelah Saul sampai ke kota orang Amalek, disuruhnyalah orang-orang menghadang di lembah.
6  Berkatalah Saul kepada orang Keni: "Berangkatlah, menjauhlah, pergilah dari tengah-tengah orang Amalek, supaya jangan kulenyapkan kamu bersama-sama dengan mereka. Bukankah kamu telah menunjukkan persahabatanmu kepada semua orang Israel, ketika mereka pergi dari Mesir?" Sesudah itu menjauhlah orang Keni dari tengah-tengah orang Amalek.
7  Lalu Saul memukul kalah orang Amalek mulai dari Hawila sampai ke Syur, yang di sebelah timur Mesir.
8  Agag, raja orang Amalek, ditangkapnya hidup-hidup, tetapi segenap rakyatnya ditumpasnya dengan mata pedang.
9  Tetapi Saul dan rakyat itu menyelamatkan Agag dan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dan tambun, pula anak domba dan segala yang berharga: tidak mau mereka menumpas semuanya itu. Tetapi segala hewan yang tidak berharga dan yang buruk, itulah yang ditumpas mereka.
10   Lalu datanglah firman TUHAN kepada Samuel, demikian:
11  "Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja, sebab ia telah berbalik dari pada Aku dan tidak melaksanakan firman-Ku." Maka sakit hatilah Samuel dan ia berseru-seru kepada TUHAN semalam-malaman.

Pendahuluan

                Apa dosa Saul? Ketidaktaatan. Memang ketaatan merupakan tindakan sulit untuk dilakukan (susahnya taat, lebih mudah tidak taat. Susahnya diatur, lebih mudah mengatur). Setiap kita belajar tidak taat sejak kita kecil. Orang tua mungkin kesal ketika anaknya tidak taat terhadap perintahnya, padahal perintah orang tua pasti baik untuk sang anak (misal : ayo makan biar sehat). Tapi sang anak tidak melihatnya begitu sehingga orang tua mungkin kesal. Demikian juga dengan Tuhan.

Mengapa Allah membenci ketidaktaatan?

1.    Ketidaktaatan akan salah menuntun kita dalam menentukan prioritas.

          Ada seorang remaja menatap dengan pandangan kosong karena sedang bergumul dalam percintaannya. Padahal ia masih sangat muda dan perlu melengkapi diri agar dapat mengejar cita-citanya. Seharusnya ia jangan berfokus ke hal-hal yang lain. Janganlah kesukaan hidupnya sekedar mencari pasangan hidup. Saat SD, SMP dan SMA mungkin kita tidak belajar dengan baik karena suka main game, olah raga sepak bola, basket dll. Prioritas kesukaan akan menuntun kita pada ketidaktaatan.

Saul adalah anak dari Kish dari suku Benyamin (1 Sam 9:1-2). Saul tidak hanya tampan, badannya juga kekar dan besar (lebih tinggi dari orang sebangsanya) dan kemudian diangkat menjadi raja. Hal ini disebabkan umat Israel menginginkan raja yang kelihatan (1 Sam 8:19b-20  harus ada raja atas kami;  maka kamipun akan sama seperti segala bangsa-bangsa lain; raja kami akan menghakimi kami dan memimpin kami dalam perang."). Kepada nabi Samuel bangsa Israel berkata, "Engkau sudah tua dan anak-anakmu tidak hidup seperti engkau; maka angkatlah sekarang seorang raja atas kami untuk memerintah kami, seperti pada segala bangsa-bangsa lain." (1 Samuel 8:5). Sehingga TUHAN berfirman kepada Samuel: "Dengarkanlah permintaan mereka dan angkatlah seorang raja bagi mereka." (1 Samuel 8:22) dan, “Aku akan membalas apa yang dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek menghalang-halangi mereka, ketika orang Israel pergi dari Mesir. Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai." (1 Sam 15:2-3)  Ternyata Saul tidak taat (1 Sam 15:9 Tetapi Saul dan rakyat itu menyelamatkan Agag dan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dan tambun, pula anak domba dan segala yang berharga: tidak mau mereka menumpas semuanya itu. Tetapi segala hewan yang tidak berharga dan yang buruk, itulah yang ditumpas mereka). Saul memilih kambing, domba dan lembu yang terbaik dan tambun untuk pesta bersama rakyat Israel.
Samuel kemudian menegur Raja Saul ,” Mengapa engkau tidak mendengarkan suara TUHAN? Mengapa engkau mengambil jarahan dan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN?" (1 Samuel 15:19) Ketidaktaatan meletakkan salah prioritas kesukaan dari kita.

Ketika kuliah teologia di SAAT, para siswa harus  bangun pk 5 untuk bekerja bakti. Ada yang menyapu ,mengepel, membersihkan WC dll. Usai bekerja bakti, kami harus bersaat teduh.  Suatu ketika ada seorang kakak tingkat berkata, “Wil saya lelah. Saya mau tidur saja. Nanti tolong bangunkan saya”. Hal ini tidak mengherankan karena tadi malam dia bergadang untuk persiapan ujian bahasa Yunani yang merupakan mata pelajaran yang sulit. Saya kemudian membiarkan dia tidur dengan nyenyak. Tiba-tiba seorang dosen mengetuk pintu dan melihatnya masih tidur. Akhirnya dia pun bangun dan berkata, “Saya sakit.” Padahal dia tidak sakit. Seharusnya momen “saat teduh” dan berdoa pagi menjadi kesukaan orang percaya (Kristen) dan sebaliknya bukan membuat kita bosan dan lelah. Pertanyaannya : apakah kita meletakkan kesukaan kita pada Tuhan atau pada diri kita?

2.  Ketidaktaatan menuntun kita salah dalam meletakkan rasa takut.

1 Sam 15:24 Berkatalah Saul kepada Samuel: "Aku telah berdosa, sebab telah kulangkahi titah TUHAN dan perkataanmu; tetapi aku takut kepada rakyat, karena itu aku mengabulkan permintaan mereka. Di sini terlihat Raja Saul salah meletakkan rasa takutnya. Seharusnya kalau Saul taat pada Tuhan, maka  rasa takutnya diletakkan pada Tuhan. Saul memilih rampasan terbaik untuk dinikmati bersama-sama bangsa Isarel, padahal harusnya semua ditumpas. Di sini kita melihat bagaimana Raja Saul salah meletakkan rasa takutnya. Jawab Saul pada ayat 15 : "Semuanya itu dibawa dari pada orang Amalek, sebab rakyat menyelamatkan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dengan maksud untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu; tetapi selebihnya telah kami tumpas." Dikatakan “sebab rakyat” berarti Raja Saul  menuduh rakyatnya yang melakukannya. Hal ini seperti yang dialami oleh Hawa. Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: "Apakah yang telah kauperbuat ini?" Jawab perempuan itu: "Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan." (Kej 3:13) Jadi Hawa menyalahkan ular. Raja Saul dan Hawa merasa takut yang disebabkan akan hukuman sehingga mereka menuduh yang lain. Awalnya Raja Saul takut kepada rakyat dan selanjutnya takut pada penghukumannya sendiri. Ketika tidak taat , maka kita meletakkan sesuatu pada hal yang salah.

B.J. Habibi (79) merupakan presiden ketiga Indonesia (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999) dan dilantik setelah presiden Soeharto mengundurkan diri. Sebagai presiden, dia harus bertanggung jawab pada banyak masalah, salah satunya pemisahan Timor Timur dari NKRI. Saat itu ia mendapat tekanan. Rakyat Timor Timur minta agar Timor Timur dimerdekakan, demikian juga ada dorongan dari PM Australia. Setelah referendum pemisahan dari NKRI tahun 1999, terbentuklah Negara Timor Leste. Hal ini menunjukkan terkadang pemimpin sulit membuat keputusan saat rakyat meminta sesuatu untuk dlakukan karena ada rasa takut membuat rakyat kecewa. Pdt. Hery Guo menasehati saya, “Sebagai pemimpin rohani kamu tidak boleh takut dicerca. Katakan yang benar terhadap tindakan yang salah.” Seorang pemimpin sering berada pada posisi yang sulit. Bangsa Israel berkata, “Sudah, kita makan saja bersama-sama lembu-lembu ini.” Raja Saul merasa tidak enak karena nama baiknya akan hancur bila menolak permintaan rakyatnya itu. Semua orang percaya diminta “takut akan Tuhan”. Di Alkitab, banyak perkataan “Takutlah akan Tuhan.” Pengertian “takut” secara umum berbeda dengan takut akan Tuhan. Secara umum , saat merasa takut maka  kita akan menghindarinya. Sedangkan rasa “Takut akan Tuhan” membuat kita dekat dengan Tuhan. Rasa takut ini disebabkan kita merasa diri kita merupakan ciptaanNya (kita merasa kecil maka kita kagum dan hormat sehingga kita harus menyembah padaNya dan melakukan apa yang diperintahkan Tuhan).

3.   Ketidaktaataan salah menuntun kita dalam meletakkan pujian.

Ayat 12  Lalu Samuel bangun pagi-pagi untuk bertemu dengan Saul, tetapi diberitahukan kepada Samuel, demikian: "Saul telah ke Karmel tadi dan telah didirikannya baginya suatu tanda peringatan; kemudian ia balik dan mengambil jurusan ke Gilgal." Rupanya Raja Saul terburu-buru membuat satu tanda peringatan untuk dirinya sendiri (biasanya untuk Tuhan) sebagai tanda keberhasilannya memimpin bangsa Israel menang terhadap bangsa Amalek. Berarti dalam pandangan Raja Saul, “karena tindakanku, aku memuji diriku dengan membuat monumen untuk diriku sendiri (yang seharusnya untuk Tuhan)”. Akhirnya Tuhan menyesal (1 Sam 15:11). Sedangkan di bagian Alkitab lainnya dikatakan :  Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya? (Bil 23:19) Penyesalan di sini berbeda dengan penyesalan dalam kalimat, “Presiden RI menyesal akan kejadian pemboman di Bali”. Penyesalan di sini tidak disebabkan karena presiden telah melakukan pembonan di Bali. Bahasa Ibrani נחם - NÂKHAM secara "konseptual" bermakna ' tidak sesuai dengan yang dikehendaki sehingga memerlukan penghiburan, hal-hal yang tidak memuaskan hati'. Jadi Tuhan nakham berarti Tuhan berkabung karena menjadikan Saul sebagai raja.

Ada seorang anak rohani saya yang rajin pelayanan, setia bergereja dan menjadi aktivis di gereja. Suatu kali dia menelpon dan bertanya dengan nada cemas, “Bang Wil ada waktu?”. Maka saya menyempatkan diri untuk mendatanginya. Saat bertemu, ia sedang menangis dan kemudian berkata,”Saya merasa sangat berdosa. Saya seorang pelayan Tuhan tetapi saya kedapatan berhubungan seks di mobil oleh polisi” Polisi tersebut rupanya menggedor mobil dan mendapatinya sedang berhubungan seks. Kemudian ia berkata, “Saya mau bunuh diri!” Saya berkata,”Jangan bunuh diri tapi bertobatlah!” Seorang pelayan Tuhan (aktivis) bisa jatuh dalam ketidaktaatan dan menyesalinya. Anak tersebut ingin terlepas dari rasa bersalahnya. Selama ini ia sering dipuji. Ia melayani dengan dan baik menyanyi dengan bagus. Polisi yang memergokinya berasal dari 1 gereja dan sewaktu menangkapnya sang polisi pura-pura tidak kenal. Saya pun mendatangi polisi itu untuk mencari solusi untuknya. Tindakan aktivis tesebut membuat kecewa. Penyebabnya ada pujian yang dibangun sejak lama. Pujian itu membuat kita “berdiri” dan kita lupa bahwa kita adalah manusia berdosa!

Salah satu contoh lainnya adalah tindakan hukuman mati di Perancis yang dialami oleh Ratu Perancis Marie Antoinette (1755-1793). Ratu ini sangat ingin dipuja sehingga membelanjakan uang untuk menjaga penampilannya, padahal Perancis saat itu sedang mengalami krisis ekonomi. Waktu mau dihukum mati dengan guillotine dia berkata, “Kasihanilah aku, karena sebenarnya aku tidak mau melakukan ini.” Jangan sampai waktu hukuman datang baru kita berkata, “Tuhan kasihanilah saya.” Harusnya kita taat karena kita manusia berdosa. Sebagai pekerja yang luar biasa, kita mungkin mendapat banyak penghasilan sehingga kita lupa bahwa pemberi berkat adalah Tuhan dan kita lupa berlaku setia dan taat dalam kehidupan kita. Sebagai siswa seharusnya kita fokus untuk belajar dan  menata hari depan. Jangan menyalahkan Tuhan kalau kita tidak menyelesaikan studi. Jangan sampai kita salah meletakkan prioritas hidup kita. Mari kita meletakkan pujian kita hanya pada Tuhan, karena dialah sumber berkat dalam kehiduapn kita. Amin.


No comments:

Post a Comment