Sunday, July 12, 2015

Dosa Adam

Pdt. Hery Kwok

Kejadian 2:15-17, 3:1-5
15  TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.
16  Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas,
17  tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."
1   Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?"
2  Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan,
3  tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."
4  Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati,
5  tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."

Pendahuluan

                Kita sering mendengar istilah  dosa. Ada yang memiliki pemahaman tentang dosa yang sangat  sederhana. Ada yang mengatakan bahwa dosa itu sangat manusiawi sehingga kalau manusia berbuat dosa maka Tuhan pasti akan mengampuni. Pemahaman tentang dosa yang sederhana dan dangkal memberikan gambaran bagaimana kehidupan orang tersebut. Bagaimana cara memandang dosa demikianlah orang itu akan hidup.

Dosa Adam

                Kitab Kejadian merupakan kitab yang paling banyak dibaca karena menjadi pendahuluan (kitab awal) di Alkitab dan seringkali diceritakan guru-guru Sekolah Minggu kepada anak-anak  Sekolah Minggu. Jadi anak-anak Sekolah Minggu sangat mengenal cerita tentang kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa. Apakah dosa Adam?

1.    Menyalahgunakan Kebebasan yang Diberikan Allah

          Kej 2:15-17 TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas,tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."  Alkitab memberi penjelasan bahwa Allah memberi perintah kepada Adam supaya Adam boleh memakan buah di Taman Eden dengan bebas, hanya buah tentang pengetahuan yang baik dan yang jahat yang tidak boleh. Allah memberi kebebasan kepada Adam (manusia). Mengapa manusia diberikan kebebasan itu, karena justru kebebasanlah yang menyebabkan manusia jatuh dalam dosa? Mengapa Allah yang maha tahu dan bijaksana memberi manusia kebebasan karena kalau diberi kebebasan maka terjadilah kejatuhan manusia dalam dosa? Pertanyaan ini sangat menarik, karena Alkitab memberitahukan bahwa manusia bebas untuk makan semua buah kecuali satu dan hal ini menunjukkan bahwa manusia diberi kebebasan agar Adam belajar mentaati Allah! Allah sungguh amat baik dalam menciptakan manusia. Saat Allah menciptakan manusia, Dia menempatkan ciptaanNya ini sangat tinggi dibandingkan ciptaan yang lain. Sebagai mahkota ciptaan Dia menaruh kebebasan (hak istimewa)  pada manusia. Allah memberi kebebasan karena Allah menaruh penghormatan terbesar dan hak isimewa kepada manusia (manusia bukan robot). Itu sebabnya hak istimewa yang diberikan AlLAH kepada manusia merupakan hal yang sangat penting. Karena kebebasan itu merupakan fondasi (mencerminkan) nilai moral manusia.
          Contoh praktis : waktu saya dilarang minum narkoba dan tahu ini tidak baik lalu tidak mengambilnya karena saya tahu, mengerti dan rela tidak memakainya itu lahir dari kebebasan saya. Kalau kemudian saya meminumnya berarti nilai moral saya sangat buruk sekali. Justru pondasi dan nilai seseorang ada di dalam kebebasan yang Allah berikan. Nilai itu ada pada kerelaan dalam melakukan apa yang Tuhan perintahkan (Allah tidak memaksakannya). Seharusnya dari Adam lahir ketaatan kepada Allah. Ada seorang laki yang pergi jauh untuk merantau dan mencari uang sehingga meninggalkan keluarga. Saat berada jauh dari keluarga, ia bisa pergi ke seorang pelacur atau tidak. Kebebasan ini ada di dalam dirinya dan itu  untuk melihat pondasi dari nilai moralnya. Waktu ia tidak melacur berarti laki-laki ini adalah orang yang setia. Yusuf ditawarkan  oleh istri Potifar dosa berupa kenikmatan seksual. Yusuf tahu dan tidak melakukannya sehingga kita menemukan nilai moralnya yang luar biasa! Saat menjadi guru, saya memberi test mendadak lalu para siswa saya tinggal untuk mengerjakannya.  Sebelumnya saya berpesan, “Saya percaya kamu tidak akan mencontek dan saya berharap kalian menghargai kepercayaan saya.” Beberapa guru yang mengetahui hal ini berkata, “Kamu guru yang nekad dan tidak karuan. Pastilah anak-anak akan mencontek!” Saya berkata,”Tidak apa –apa. Saya harus memberi pemahaman yang jelas tentang kebebasan. Pada waktu ada yang mencontek , maka kebebasan itu akan keluar dan menjadi pondasi  untuk melihat nilai moral.”
          Dosa Adam ialah menyalahgunakan kebebasan yang diberikan Allah. Padahal kebebasan itu merupakan penghormatqn terbesar dan hak istimewa yang ditaruh Allah pada manusia. Namun manusia gagal melihat kebebasan itu. Ada 2 pilihan dalam menyikapi kebebasan. Adam bebas untuk mentaati Allah atau bebas untuk hidup berpusatkan pada diri sendiri. Penyalahgunaan kebebasan inilah yang terlihat pada Kejadian 3 saat manusia ditawarkan iblis bahwa manusia akan sama seperti Allah sehingga manusia ingin menggantikan Allah dalam hidup mereka. Kebebasan yang disalahgunakan ini  menjadi dosa dalam dunia pada manusia yang pertama.
          Alkitab memberikan penjelasan tentang kegagalan manusia pertama yang tidak,menjalankan kebebasan dengan sebaik-baiknya. Adam yang pertama gagal melakukan kebebasannya untuk taat pada Allah. Adam yang kedua yaitu Kristus melakukan kebebasan dengan berpusat pada Allah. Dengan kebebasan yang diberikan Allah seharusnya menjadi kehormatan bagi manusia karena Dia memberikan hak istimewa pada ciptaanNya. Tetapi bagaimana kita menggunakan kebebasannya menjadi hal lain. Apakah ditujukan (dipusatkan) pada kepentingan Kristus? Kalau berpusat pada diri saya, maka akan berdasarkan pada apa yang saya mau, pilih dan kehendaki. Ini sesuatu yang mengerikan. Apa yang terjadi pada Adam merupakan kegagalan nenek moyang kita seharusnya menjadi perhatian karena selanjutnya diteruskan oleh keturunannya yaitu kita.
          Waktu seorang anak perempuan jatuh dalam dosa seks dengan pacarnya lalu ia menyadari kegagalan nya karena tidak menjaga kesucian hidupnya. Waktu anak gadis diberi kebebasan untuk kepentingan , kepuasan dan kenikmatan diri sendiri maka ia menjual dan memberikan tubuhnya pada pacarnya. Karena kebebasan itu dilakukan untuk kenikmatan. Maka kita harus memahami dosa yang sedemikian berbahaya karena kita tidak mau melihat perintah Allah sebagai sesuatu yang baik dan berguna. Kita selalu melihat perintah Allah sebagai sesuatu yang mengekang (membatasi) saya dan  membuat kita tidak bisa menikmati hidup sehingga banyak orang muda jatuh dalam dosa. Mari kita meningkatkan pemahaman kita untuk tidak menyalahgunakan kebebasan yang Allah berikan kepada kita sebagaimana diberikan kepada Adam.

2. Menolak Kehendak Allah

          Pada waktu manusia pertama mengambil dan memakan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat (dosa dalam diri nenek moyang kita Adam) berarti Adam menolak kehendak Allah yang kekal, yang ada dalam seluruh ciptaanNya dan yang menginginkan keselamatan dan kebahagian kekal untuk manusia. Cara iblis menaruh curiga dalam diri manusia licik sekali. Ia membuat jebakan dalam pertanyaan"Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?"(Kej 3:1b). Ia memberikan lemparan / pancingan dengan memutarbalikkan perkataan Allah, “semuanya tidak boleh dimakan bukan.?” Waktu si jahat memberikan pertanyaan umpan dan diharapkan diresponsi oleh manusia. Ternyata manusia memberi respon. "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati." (Kej 3:2-3). Lalu iblis memberi pancingan kedua, Sekali-kali kamu tidak akan mati (Kej 3:4b), “Itu kecurigaan Allah saja! Dia tidak mau kamu sejajar dengan Allah.” Iblis menaruh bibit kecurigaan manusia kepada Allah dan bibit ini menjadi sangat subur saat manusia tidak takut dan menolak kehendak Allah yang kekal. Ada seorang hamba Tuhan membuat pernyataan, “Kala saya melayani di suatu gereja lalu jemaat mulai curiga maka saya tidak mau bicara. Kalau sudah curiga, maka seluruh pikiran kita yang baik tidak akan ditangkap dan diterima.” Dan ini merupakan penolakan jelas terhadap kehendak Allah. Berbeda antara hamba Tuhan yang menggembalakan jemaat dengan penginjil yang datang sebentar lalu pindah lagi terletak dalam respon jemaat. Pada waktu penginjil datang mengegor dosa jemaat hingga menangis, lalu penginjil itu tidak pusing setelah ia tidak ada lagi. Tapi waktu seorang hamba Tuhan yang merawat dan memberikan nasehat rohani lalu dicurigai maka jemaat tidak pernah menangkap pesannya dalam kehidupan rohani. Kecurigaan ini adalah bentuk penolakan terhadap apa yang baik. Perintah Allah adalah untuk tidak memakan buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat, namun iblis menaruhkan kecurigaan pada kehendak Allah yakni supaya manusia menikmati kebahagiaan bersama Allah (bagaimana manusia menyembah pada Allah yang layak disembah). Waktu Tuhan Yesus bergumul di Taman Getsemani, pergumulanNya luar biasa berat. Yesus Kristus tidak takut secara fisik akan disalib , lambung ditusuk, tangan diikat, dimahkotai duri dan berdarah. Dia tidak takut. Kegentaran Dia adalah bagaimana Dia harus melakukan kehendak Allah untuk menebus manusia berdosa. Maka Yesus Kristus melakukannya dengan baik, karena Dia tahu kehendak BapaNya itu yang baik supaya manusia yang diciptakan dikembalikan dalam kondisi seperti Allah.
          Seberapa jauh kita menolak kehendak Allah? Banyak sekali! Manusia sering melihat apa yang diajarkan Kitab Suci selalu mencoba memplintir dan memberi toleransi terhadap apa yang Tuhan ajarkan. Hidupnya tidak berdasarkan firman Allah. “Tuhan bisinis ini harus ada di tangan saya, saya yang menentukan caranya.” Orang tua saya lumpuh sehingga ia bekerja serabutan. “Yang penting tidak mencuri” begitu prinsipnya. Lalu ia meribakan uang. Jadi saya lahir dalam keluarga yang lumpuh dan bunga uang. Saya berkata,”Pa jangan meribakan uang. Itu tidak boleh, karena Dia mencukupkan kita dan memelihara kita.” Papa saya menjawab, “Kamu sok tahu! Saya tidak mencuri. Kamu hidup dan sekolah saya yang biayai. Apa yang Allah kehendaki tidak benar.” Saya tidak bisa bicara, lalu Allah mengijinkan ia sakit sehingga uangnya tidak bisa lagi digunakan untuk biaya cuci darah. Kehendak Allah itu ada di dalam Kitab Suci. Kehendak Allah itulah yang harus kita lakukan. Kalau kehendak Allah sudah jelas, kita jangan menolak. Seringkali kali kita tidak melakukannya karena kehendakNya tidak sama dengan kehendak kita. Contoh : waktu mencari jodoh carilah sesuai kehendak Allah. Jangan mengandalkan matamu yang hanya melihat fisik semata karena Dia memberikan yang baik.
          Tujuan Allah menyatukan kita. Dua karakter dan budaya yang berbeda, segalanya berbeda, supaya dalam keberbedaan itu mempunyai kebahagiaan. Itu kehendak Allah dalam pemahaman tentang Kristus. Agama Kristen dan Katolik berbeda. Waktu kehendak Allah dinyatakan, orang muda sering menolak dan tidak mengaplikasikannya dalam hidup dan bisnis. Kita kagum dengan gereja yang membangun tanpa menyogok supaya ijin bangunan lolos walau dengan mengikuti prosedur maka memakan waktu terlalu lama. Kita berpikir apa yang kita mau. Ini membuat kita menolak kehendak Allah yang sedemikian baik. Suatu kali saya ditilang di Jawa Tengah. Saya kalau mengemudi kendaraan di luar kota agak kencang karena bila lambat bisa ditabrak truk dan bus. Di Muntilan, Jawa Tengah saya diberhentikan polisi yang mengatakan saya menyerobot lampu merah. Berdebat dengan polisi saya tidak menang dan  saya akan ditilang. Saya bertanya,”Apakah bisa diberi pengampunan untuk tidak ditilang?” Sang polisi menjawab,”Ada caranya. Masukkan uang ke dalam amplop!” Saya keberatan. “Kamu mau ditilang? SIM kamu SIM  Jakarta tapi kamu harus ikut persidangan di sini!” sang polisi menambahkan.  Saya berkata, “Saya bisa kirim uang ke adik ipar karena itu tidak sesuai dengan hati saya. Saya mengajar jemaat untuk tidak menyogok masa saya menyogok?” Namun akhirnya saya ditilang dan saya putuskan untuk buat lagi di Jakarta. Waktu itu saya mengurusnya di SAMSAT Daan Mogot. Di sini saya ditanya, “Mengapa buat SIM lagi?” Saya menjawab apa adanya bahwa SIM saya ditilang. Sang polisi bertanya,”Kamu mau ditolong tidak? Kamu kasih duit nanti saya kasih kode!” Saya tidak mau sehingga sang polisi berkata,”Ya sudah!”. Saya lalu mengikuti tes teori. Peserta lainnya ada yang tukang bajaj dan supir mikrolet yang tidak mengetahui arti rambu lalu lintas!. Waktu sedang menunggu ternyata tukang bajaj lulus, saya pikir saya juga akan lulus. Saya terus menunggu. Akhirnya saya bertanya, “Mengapa saya belum dapat hasilnya?” Ternyata saya dikatakan tidak lulus!  Saya pun protes, “Tukang bajaj saja lulus padahal ia bertanya kepada saya. Kenapa saya tidak?” Sempat terpikir “Mengapa saya tidak kasih uang saja. Kan sederhana? Tapi saya memutuskan :  TIDAK!” Lalu saya maju lagi dan bertanya di bagian computer,”Saya guru. Guru kalau ditanya siswa tentang nilai maka akan saya beritahu. Sekarang saya ingin bertanya mengapa saya gagal?” Seumur hidup, mungkin belum pernah ada yang bertanya seperti itu kepadanya. Setelah melihat di computer, akhirnya ia berkata, “Sdr. Heri kamu diluluskan!” Waktu saya bertahan untuk tidak menyogok itu dilemma. Waktu pikirkan apa yang Allah ajarkan tentang kehendak Allah, kita akan belajar.
          Kehendak Allah ditolak oleh Adam dan Hawa dan itu yang dilakukan oleh manusia. Mari belajar supaya kita jangan mencurigai dan menolaknya. Allah sumber hidup dan terang dan di dalam Dia ada terang dan kehidupan. Kalau tidak percaya kehendak Dia dan tidak melakukannya kita hidup dalam kegelapan dan kematian. Sehingga dosa manusia adalah menolak kehendak Allah.

3. Manusia ingin Menggantikan Allah

          Manusia ingin menggantikan Allah sebagai pencipta dalam hidup manusia. Pada ayat 5 dikatakan tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."  Di sini manusia akan menjadi penentu mana yang baik dan mana yang jahat (bukan Allah yang menentukan). Pada zaman hakim-hakim, dosa terjadi karena manusia melakukan sesuatu yang menurut hatinya benar. Tolok ukurnya adalah diri sendiri. Manusia menjadi penentu dan bukan Allah. Jadi yang mengatakan baik atau tidak bukanlah Allah., Kalau saya katakan baik maka akan saya lakukan dan menikmatinya. Ini yang sangat berbahaya, karena kita terbatas dalam hikmat bijaksana dan segala hal. Dalam keterbatasan kita, kita menentukan sesuai kehendak kita, menjadi hakim dalam diri kita, maka kita menjadi Tuhan atas diri kita, ingin sama seperti Allah. Waktu Lucifer jatuh menjadi setan, ia tidak pernah mau untuk menjadikan Allah sebagai pusat untuk menerima penghormatan dan pusat segala-galanya dan ia ingin sama seperti Allah. Ia ingin sejajar dan duduk bersama dengan Allah dan menjadi penentu dan penguasa. Dosa ini  mengerikan!  Allah bukan lagi Allah. Waktu keunggulan manusia dalam otak diagungkan, manusia menentukan diri sebagai Allah. Itu dibuktikan dalam sejarah gereja, mereka menjadi allah dalam hidupnya bukan sebagai mahluk yang memberikan penyembahan kepada Allah.

Penutup


                Waktu kita belajar tentang dosa mari kita belajar tentang Allah dengan baik. Filipi 3:10  Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,. Kalau mengenal Allah maka  kita akan mengenal kehendak , rencana dan kebaikanNya dalam hidup kita. Mari kita mengenalNya supaya Dia menjadi Tuhan dan Allah dalam hidup, bisnis, dan masa depan kita.          

No comments:

Post a Comment