Saturday, April 4, 2015

Allah Peduli


Pdt. Hery Guo

Roma 8:18 Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.
Roma 5:1-11
1   Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.
2  Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.
3  Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan,
4  dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.
5  Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.
6   Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah.
7  Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar  —  tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati  — .
8  Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.
9  Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah.
10  Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!
11  Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu.

Pendahuluan

                Apa dasar keyakinin Rasul Paulus bahwa penderitaan yang dialaminya saat hidup tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan diterimanya? Untuk menjawabnya dapat dilihat pada perikop Roma 5:1-11. Suatu kali ada seorang guru berbicara kepada seorang siswi SMA-nya. Ia bertanya kepadanya, “Beberapa waktu ini saya melihat kamu bermusuhan dengan kawan karibmu. Biasanya kamu selalu bersama-sama dengannya. Kamu berdua bersama-sama ke kantin, ke perpusatakaan dan berolahraga bersama. Mengapa sekarang kamu tidak bersama lagi? Sang siswi menjawab, “Pak, sekarang saya benci dengan dia. Dulu memang dia kawan karib saya.” Sang guru bertanya lagi,”Mengapa persahabatanmu menjadi rusak?” Sang siswi menjawab, “Karena ia tidak pernah peduli terhadap saya!”. “Apa yang membuat kamu merasa begitu?” tanya Sang Guru lagi. “Karena ia tidak mau lagi melakukan apa yang saya minta, saya inginkan serta permohonan saya. Jadi bagi saya ,dia bukan kawan saya, karena ia tidak pernah peduli akan apa yang saya mau!”

                Ukuran apa yang bisa dipakai untuk mengukur dia peduli saya? Apakah berdasarkan kriteria untuk mengukur kepedulian Allah? Gambaran bahwa ia bukan teman saya karena ia tidak peduli dengan saya karena tidak mau memenuhi apa yang saya inginkan dan saya saya mohonkan? Pada waktu kita melihat dan menilai Allah, apakah Dia peduli benar-benar memperhatikan saya (diukur dari saya ke Allah)?. Itu sebabnya waktu kita menemukan kesulitan dan pergumulan, kita menilai Dia tidak memperhatikan dan menolong saya dan kita berkata Dia tidak peduli saya.

                Ada kesaksian dari buku “Ketika Allah Meratap” (When God Weeps) dari seorang yang mengalami sakit yang luar biasa (karangan Joni Eareckson Tada dan Steven Estes ). Buku itu sangat menggugah hati dan padangan saya dalam menilai Allah. Kata “meratap” adalah kata yang kuat yang menggambarkan betapa Allah sedang sedih, menangis dan meraung-raung seperti kehilangan orang yang dikasihNya terhadap ciptaan yang menilaiNya. Dalam buku tersebuat dikisahkan tentang seorang wanita bernama Karla Larson. Karla bukanlah seorang Kristen yang beribadah hanya pada waktu ia mau atau senang, tetapi ia adalah seorang Kristen yang setia. Usia 40 tahun sebenarnya bukanlah usia yang tua. Filosofi di Amerika mengatakan bahwa perjalanan manusia mulai di usia 40 tahun. Karla menderita diabetes akut. Agar tetap hidup dokter berkata kedua kakinya harus diptong. Maka kedua kakinya diamputasi sehingga ia tidak mempunyai kaki lagi. Kemudian ia pun menggunakan kaki palsu, Dalam buku tersebut dikisahkan juga  dalam perjalanan hidupnya di kemudian hari anggota tubuhnya juga lepas seperti jarinya, hal ini disebabkan tingkat diabetesnya tinggi sekali. Ia mengalami serangan jantung yang parah sehingga terasa sakit sekali. Dia juga punya penyakit gagal ginjal sehingga harus dicangkok. Ia mengalami pembengkakan yang parah dan menuju kebutaan pada matanya. Pergumulan Karla sangat berat, jarang ditemukan pergumulan seperti yang dialaminya. Apakah ada di antara kita yang lebih menderita darinya? Biasanya pergumulan siswa adalah saat mendapat nilai jelek , pergumulan pemuda adalah kesulitan dalam meraih jenjang karir yang tinggi dan jodoh yang dirasa sulit (diputus kekasih), permasalahan perusahaan yang sedang mengalami kesulitan menentukan patokan harga atau dalam tahap kehancuran sehingga akhirnya berkata “sepertinya Allah tidak peduli saya”. Mengapa Tuhan tidak menolong saya? Banyak pergumulan yang sepertinya Tuhan tidak pedulikan dan tidak memberikan jalan keluar. Namun dibandingkan penderitaan Karla apakah sebanding? Seorang kawan saya punya perusahaan yang berdiri lama sekali dan sedang dalam kesulitan. Apakah kita sedang bergumul dalam rumah tangga, tragedi antara suami–istri-anak-mertua, pergumulan yang tidak mudah dalam perjalanan, sehingga kita berkata, “Mengapa Tuhan tidak memberikan perhatian kepada saya?”

                Saat bergumul dan merenung tentang kepeduliaan Allah, kita seringkali jatuh dalam kesalahan karena dari kitalah kita menilai Allah dan mencoba melihat Allah berdasarkan perasaaan dan kesulitan yang kita hadapi. Kesulitan seringkali membuat kita tidak melihat Allah peduli. Padahal kitab Suci mengatakan Allah hadir dalam dunia , merasakan pergumulan-pergumulan yang dialami oleh manusia. Dia meneteskan air mata, merasakan kesunyian dan dicampakkan (dalam film The Passion of The Christ, 2004, Mel Gibson mengangkat kesunyianNya yang luar biasa. Ia ditinggal oleh murid-muridNya). Yang paling mengerikan, kesunyian ditambah penderitaan menjadi ramuan yang paling berbahaya dan bisa mematikan manusia. Saat merasa sunyi tanpa seorang pun mendampingi, yang ada keputusasaan dan hidup sebentar lagi. Yesus merasakan itu semua.
               
Melalui tulisan Rasuli Paulus kita melihat betapa Allah peduli.
Roma 5:1 Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.
Ayat 11: Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu.
Kita hidup dalam damai sejahtera karena kita sudah menerima pendamaian itu. Yesus yang mati 2.000 tahun lalu mengorbankan nyawaNya supaya kita mempunyai damai sejahtera hidup dengan enak dengan Tuhan karena Kristus mati untuk saya. Kita tidak bisa hidup tanpa pendamaian Allah..

                Saat SMP saya tinggal di Matraman dan bersekolah di SMP Budhaya. Ada perkampungan orang Ambon di sebelah sekolah yang anak-anaknya berasal dari keluarga yang ekonominya sulit sehingga menjadi berandalan. Mereka minta uang dari anak-anak sekolah termasuk saya. Setiap hari saya dipalak Jadi kalau dimintai uang, saya tidak mampu jajan. Setiap kali bangun tidur dan berangkat ke sekolah saya ketakutan dengan orang yang minta uang. Bila dibilang tidak ada, maka mereka marah dan saya ditendang. Mereka akan meneror secara fisik. Saya menganggap mereka sebagai musuh, kalau boleh saya tidak ingin bertemu mereka. Saya mengalami rasa takut dan tertekan bertemu musuh. Kalau Kristus tidak memberikan diriNya maka selamanya kita akan bermusuhan dengan Allah. Kita yang memusuhi dan membenci Allah, Dosa Adam menyebabkan manusia berdosa dengan Allah. Allah maha dahsyat dan suci dan bisa menghancurkan manusia dengan hembusan nafasnya. Saat menghadapi orang suci , kita mengalami ketakutan tidak ada damai sejahatera. Adam-Hawa bersembunyi di belakang pohon karena Allah yang bisa menghanguskan mereka. Umat Israel juga ketakutan berhadapan dengan Allah sehingga meminta Musa untuk berbicara “Karena kalau kami berhadapan dengan Dia, kami akan mati!”.
Ayat 1 dan 11 ayat yang luar biasa. Allah mendamaikan kita dengan diriNya. Hal ini demikian luar biasa.  Bagi saya pernyataan ini sungguh ajaib sekali sehingga kita tidak mengalami ketakutan , kegentaran, kegelisahan tentang hidup ini. Saya bwberapa kali melayani orang yang akan meninggal dunia, reaksi nya macam-macam. Ada orang Kristen yang takut mati. Waktu diminta untuk tenang saja, mungkin mereka berkata, “Pak pendeta tidak mengalami sendiri. Kalau mengalami baru rasa takut!” Waktu kita diperdamaikan dengan Allah maka sesungguhnya kita hidup dalam damai sejahtera yang tidak bisa diambil. Bangkrut, putusnya kekasih, pencarian pekerjaan yang sulit tidak akan mengambil damai sejahtera itu. Allah sangat luar baisa kepedulianNya dalam konteks Jumat Agung. Rasul Paulus ingin memberikan inti (hal yang utama dari rencana Allah) bahwa Dia sangat peduli dalam perkara keselamatan manusia.

Inti (Utama) dari rencana Allah buat manusia
Allah peduli terhadap:
       Kepedihan kita
       Kemiskinan kita
       Hati kita yang remuk
Namun fokus Utama ALLAH adalah menyelamatkan kita
Ay.6: Kristus mati utk kita orang-orang durhaka
Ay.8: Kristus telah mati utk kita ketika kita masih berdosa

                Mari kita lihat cara kerja dan fokus Allah. Bukan Allah tidak peduli kepedihan, kemisikinan, kesulitan ekonomi kita sehingga tidak bisa makan. Papa saya yang cacat sehingga sulit untuk dapat mencari makan untuk besok. Kami sekeluarga hanya dapat 2 bakut untuk makan beramai-rama atau mama masak telur dengan tim sehingga anak bisa makan dengan banyak. Dia peduli dengan itu. Pada Yohanes 8, dikisahkan ada seorang perempuan yang kedapatan berzina. Seharusnya dalam kasus perzinahan ada 2 orang yang terlibat, namun laki-lakinya tidak ditangkap dan mungkin sang lelaki ada di antara orang banyak yang ingin menghukum perempuan itu. Waktu sang perempuan disudutkan sendiri karena tidak ada laki yang telah tidur dengannya yang mau bertanggungjawab, maka hatinya sangat sedih sekali. Padahal sewaktu ia menyerahkan tubuhnya, ia juga menyerahkan hatinya. Kalau laki-laki tidak mau mengakuinya, masalah sang perempuan menjadi sangat berat. Ada perempuan yang mau bunuh duri, karena mangandung lalu ditinggalkan sang kekasih. Hatinya hancur, karena luar biasa pedih. Rasul Yohanes mencatat bahwa Allah peduli. Dia bahkan menjadi pagar bagi perempuan ini. Allah sangat fokus dalam perkara yang paling bahaya yakni perkara dosa kita, yang caranya melalui kematianNya. Untuk menebus dosa yang membuat kita rusak dan menderita itulah yang dikerjakan Allah melalui anakNya di kayu salib. Ayat 6 dan 8 Yesus mati untuk kita orang durhaka. Orang Tionghoa kalau anaknya jahat, maka dikatakan anaknya durhaka. Kalimat yang memedihkan hati  bagi anak yang dikutuk.

                Dalam hikayat Malin Kundang (Padang), sang anak durhaka karena ia tidak mau mengakui orang tuanya yang miskin sehingga dikutuk. Kata “durhaka” lebih dari kurang ajar dan patut untuk dihukum dan dikutuk. Kristus telah mati untuk kita ketika kita masih berdosa. Saat kita masih berjudi atau  omong kotor, Kristus telah mati buat kita. Artinya Kristus berbicara tentang kepeduliaan tentang dosa yang membuat tubuh kita lemah dan menderita. Penderitaan itu untuk mengenal betapa kejinya dosa. Ketika ia anugerahkan kesalamatan, ia mau kita berbalik dari dosa. Betapa kejinya dosa namun Dia mau menanggungnya. Itu membuktikan Allah kita benar-benar peduli, meskipun teriakan doa tidak didengar dan penyakit tidak diangkat tapi DIa sudah menyelesaikan penyakit utama yaitu dosa!

Mengenal Allah dengan baik dan benar


                Dengan mengenal Allah secara baik dan benar, akan membuat kita dapat menerima  kesengsaraan yg kita alami (ayat 3). Karla dalam buku “Ketika Allah Meratap” sampai matinya ia tetap sakit. Ia banyak memberi keteladanan rohani. Perawat yang awalnya tidak percaya menjadi percaya karena melihatnya demikian teguh dengan Tuhan. Allah begitu setia dengannya. Ia ditemui oleh Johni perempuan yang batang lehernya patah. Ia membaca Alkitab dengan yakin dan hidup dalam ibadah yang baik. Johni yang batang lehernya patah dan lumpuh serta hidup dalam kursi roda, bisa mengalami dan mengerti Allah. Kalau kita mengenal Allah dengan baik, hidupmu kendatipun punya tantangan, tidak akan berpaling dari iman. Setia beribadah membuat kita antusias karena Dia benar-benar sangat baik. Fil 1:29 Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia, Allah menggunakan penderitaan untuk mengenalNya dengan baik. Mengenal Allah dengan baik membuat kita sadar hidup dalam penderitaan dalam Kristus membuat kita bisa berkata, “Allah Engkau baik”. Dalam keterpurukan , Engkau tidak meninggalkan saya. Engkau melihat saya menangis, tidak bisa tidur dalam pergumulan yang berat, tidak bisa makan atau menelan kepahitan. Allah di sana bersama kita dan Dia tidak pernah mencampakkan anak-anakNya. Mari kita tingkatkan komitmen dengan baik dalam persekutuan pribadi denganNyak. Bacalah kitab suci dan rajin dalam ibadah dan pelayanan. 

No comments:

Post a Comment