Sunday, February 15, 2015

Bukan untuk Diri Sendiri (sosialisasi)


Ev. Lisiani Helena

Filipi 2:4 dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
Galatia 6:9-10 Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.


Anak Tuhan Harus  Tampil Beda

                Sifat dasar manusia adalah egois (melihat dari kepentingan diri sendiri). Misalnya : ketika melihat foto, yang pertama-tama kita cari dan lihat adalah apakah di foto tersebut ada diri kita. Kalau tidak ada maka  kita kurang tertarik untuk melihatnya.  Contoh lain : ada seorang anak berusia 3 tahun yang diberikan 5 butir permen. Lalu saat neneknya minta satu butir tidak diberinya padahal tidak mungkin dia diajarkan seperti itu oleh orang tuanya. Hal ini memperlihatkan bahwa sejak kecil anak sudah belajar egois. Ada peribahasa Tionghoa yang berkata, “Jangan hanya menyapu salju di depan rumah sendiri dan tidak mau tahu orang lain”.  Karena banyak orang yang menyapu bersih salju di atap rumahnya sendiri sedangkan salju di atap rumah tetangganya dibiarkan. Kita bersyukur memiliki Allah yang tidak egois. Karena bila demikian, maka Ia tidak akan memberikan Yesus Kristus kepada kita mengingat dengan kedatanganNya ke dalam dunia, Yesus Kristus kemudian dihina, disiksa dan disalibkan di kayu salib. Jadi bila Allah egois, maka semua orang di muka bumi ini akan masuk ke neraka. Ia tidak pernah menyimpan suatu kebaikan bagi kita. Ketika Tuhan menciptakan manusia, Dia telah menciptakan dunia dengan dengan segala isinya terlebih dahulu (termasuk tumbuh-tumbuhan, hewan di darat , burung-burung dan ikan-ikan). Kalau sebaliknya, maka manusia akan kelaparan. Tidak ada yang suka dengan orang yang egois. Orang yang egois dihindari oleh orang lain. Karena kita anak-anak Tuhan yang percaya kepada Tuhan Yesus, maka kita harus tampil beda dengan orang duniawi. Jadi bila melihat orang yang miskin dan mengalami kesusahan maka kita tidak hanya mengatakan Tuhan akan memberkati sehingga engkau cukup, namun kita sendiri juga mengulurkan tangan kita. Bila tidak maka iman kita adalah iman yang mati. Dalam firman Tuhan dikatakan , Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.(Yak 2:14).


Anak Tuhan Harus Memiliki Hati yang Baik

                Ada seorang ahli bintang (astronom) yang menyelidiki bintang-bintang di langit. Suatu kali ia ingin melihat bintang di luar kota. Karena tidak mengenal kondisi tempatnya, saat mengamati bintang ia terjatuh ke dalam sumur. Lalu ia berteriak-teriak, “Tolong..tolong!” Ada seorang yang mendengar teriakannya, lalu bertanya, “Mengapa engkau jatuh ke dalam sumur?” Lalu ia pun menceritakannya. Orang yang mendengar teriakan itu hanya bertanya, “Mengapa engkau terus saja melihat ke atas dan tidak melihat ke bawah sehingga jatuh?” Jadi ia tidak memberi pertolongan.  Iman kita tidak menggantung tinggi di langit dan menganggap firman Tuhan hanyalah sekedar kata-kata yang tidak perlu dipraktekkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita harus memiliki hati yang baik. Melakukan kebaikan adalah kewajiban, tetapi melakukan kebaikan harus punya hati yang bijaksana dan peka akan keadaan kalau tidak akan mendatangkan kecelakaan bagi diri sendiri. Saya pernah mengalami peristiwa ini dan hal ini sangat menyusahkan. Suatu kali saya ingin menolong seseorang agar karirnya berhasil, namun ternyata ia malah menipu saya. Saya juga pernah menerima SMS dari seseorang yang ingin meminjam Rp 500.000 untuk membayar uang kos. Saya teringat perkatan Pdt. Sung bahwa saat ada orang ingin meminjam, maka bila mampu berikan saja tanpa memikirkan untuk dikembalikan. Lalu saya balas SMS nya dan menyampaikan pesan bahwa saya hanya bisa menimjamkan Rp 200.000. Setelahnya , orang itu sampai saat ini tidak pernah ada kabarnya. Pernah juga saat saya kembali ke gereja setelah berkhotbah dengan tema tentang memberi di suatu gereja, ada seorang perempuan yang menggendong anak yang sakit panas datang menemui saya.  Saya kemudian mengusulkan agar anaknya dibawa ke puskesmas terdekat. Di samping itu saya juga memberikan uang yang saya terima dari gereja tempat saya berkhotbah tadi.  Tanggal 9-10 Februari kemarin, terjadi banjir besar di Jakarta. Pdt. Hery Kwok datang sendiri ke rumah-rumah jemaat untuk menolong mereka dan menelpon jemaat untuk menguatkan. Terkadang Tuhan mengijinkan terjadinya bencana agar umatNya bisa memperhatikan orang lain. Pdt Sung sering berkata,”Kita tidak mungkin menolong orang satu kampung, sehingga perlu dibuat prioritas  yakni menolong orang-orang yang dekat dengan kita terlebih dahulu.

                Saya tidak suka tinggal di apartemen karena kecil, mahal dan sulit mengenal tetangga. Sehingga sewaktu pindah dari pastori, saya tinggal di Karawaci di dalam lingkungan di mana saya mengenal semuanya (para tetangga dan petugas keamanan). Sedangkan di Mangga Besar, saya sudah tinggal 30 tahun, tapi satpam di sini tidak mengenal saya. Berbeda dengan satpam di Karawaci yang kerapkali menegur saya. Waktu berbelanja di pasar, saya teringat untuk membelikan mereka kue atau minuman kotak. Demikian pula dengan tukang sampah bila datang dan saya kebetulan memiliki sesuatu yang dapat diberikan, maka akan saya membaginya. Suatu kali saat saya pergi ke mal, tiba-tiba hujan lebat turun. Saya teringat dengan jemuran yang belum diangkat sehingga pulang cepat-cepat. Ternyata saat sampai di rumah rak jemuran saya sudah dipindah ke tempat yang aman. Saya tahu itu pasti tetangga di seberang rumah sehingga saya datangi dan ucapkan terima kasih. Jadi dalam hidup bertetangga, janganlah ribut dan bertengkar dengan mereka. Kita harus baik dengan mereka sehingga mereka pasti membantu kita. Bila punya hati yang baik , kita pasti mendapat balasan yang baik.

                Di program TV Kick Andy tanggal 23 Januari 2015 lalu ada 46 orang konglomerat yang mendapat piagam  penghargaan padahal di Indonesia terdapat banyak konglomerat tapi yang terpilih hanya 46 orang itu saja karena mereka memenuhi kriteria yang ditentukan. Pada acara itu yang diundang hadir hanya 3 orang saja yang ketiganya orang Kristen yakni 1 orang pemimpin di group perusahaan Astra, pemilik Sido Muncul dan seorang dokter yang bekerja di bisnis asuransi. Yang pertama, bos Astra mengatakan bahwa waktu kecil, keluarganya sangat miskin sekali sehingga orang –orang di sekelilingnya memandang hina. Ia kemudian berkata dalam hatinya bahwa suatu hari kalau Tuhan mengijinkan, dengan hartanya dia ingin menolong orang-orang miskin. Dan benar sekarang saat ia sangat kaya, ia pun menolong karyawan-karyawannya sehingga mereka tidak pernah demo. Ia mengatakan bahwa selama masih hidup di dunia ini, saya pasti melakukan sesuatu yang berguna. Yang kedua, bos Sido Muncul. Suatu kali Andy F. Noya menelpon bos Sido Muncul dan meminta pertolongan. Dijawabnya, “Baik. Ini adalah kesempatan yang diberikan Tuhan kepada saya.” Kemudian Andi F. Noya bertanya, “Apakah dengan terus memberi, uangmu habis?” Yang dijawab,”Belum pernah habis!”, Tuhan tidak pernah membuatnya kekurangan. Dia sudah membuat banyak jaringan untuk menolong orang-orang yang membutuhkan termasuk menolong anak-anak yang terkena penyakit kanker, memberi beasiswa kepada anak-anak yang kurang mampu, mendirikan rumah sakit untuk pengobatan gratis bagi yang tidak mampu.   Perkataannya ada yang mengutip firman Tuhan, "Jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu" (Mat 6:3) dan Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. (Fil 4:5) yang disampaikan menjadi “apa yang diperbuat tangan kananmu agar diketahui tangan kirimu”. Andi F. Noya kemudia bertanya.”Mengapa?” Dijawab, “Kalau tangan kanan kita berbuat baik maka tangan kiri tahu , hal ini dimaksudkan  agar orang kaya lain melihat dan melakukannya juga”. Yang ketiga adalah dokter Lie yang dulunya pernah ditolak masuk fakultas kedokteran di universitas di Indonesia karena dianggap tidak punya bakat menjadi dokter. Akhirnya ia pergi ke Jerman untuk sekolah kedokteran dan belajar cukup lama di sana. Dia kemudian melewati hari-harinya di sana dengan baik. Lalu Andi bertanya, “Mengapa engkau mau pulang ke Indonesia?”. Ia pun menjawab, “Saya lahir di Indoensia dan saya melihat di Indonesia banyak orang yang perlu pertolongan”. Ia kemudian memakai kapal laut untuk terus pergi ke kota-kota kecil dan menolong orang-orang yang membutuhkan di sana. Ia melakukan operasi di kapal dan semuanya dilakukan gratis. Ditanyakan tentang dana untuk operasionalnya dia menjawab, “Tuhan tidak pernah memberi kekurangan kepadanya”.
                2 minggu yang lalu saya berbicara ke seorang saudari yang beribadah di gereja Betel.  Ketika kami ngobrol, pendetanya di Banten punya beban untuk memberitakan Injil! Di sana ia beli tanah seluas 12 ha. Saya bertanya ,”Untuk apa tempat sebesar itu”. Rupanya ia ingin membuka sekolah dan rumah sakit yang gratis. Tuhan telah menggerakkan orang-orang ini untuk memperhatikan orang lain. Tuhan kita memperhatikan dan menjaga orang-orang miskin.

God is Good

Ulangan 15:11 Sebab orang-orang miskin tidak hentinya akan ada di dalam negeri itu; itulah sebabnya aku memberi perintah kepadamu, demikian: Haruslah engkau membuka tangan lebar-lebar bagi saudaramu, yang tertindas dan yang miskin di negerimu." . Di dalam bahasa Indonesia, kata “perintah” adalah suatu keharusan untuk dilakukan. Sedangkan di dalam bahasa Mandarin digunakan kata “pesan”. Di dalam Kitab Suci, orang miskin dari dulu sampai sekarang pasti (tidak putus-putusnya) ada.
Kel 23:10-11 Enam tahunlah lamanya engkau menabur di tanahmu dan mengumpulkan hasilnya,  tetapi pada tahun ketujuh haruslah engkau membiarkannya dan meninggalkannya begitu saja, supaya orang miskin di antara bangsamu dapat makan, dan apa yang ditinggalkan mereka haruslah dibiarkan dimakan binatang hutan. Demikian juga kaulakukan dengan kebun anggurmu dan kebun zaitunmu.
Tuhan kita adalah Tuhan yang sangat baik karena setelah  6 tahun engkau bercocok tangan maka pada tahun ke-7 engkau harus berhenti agar orang miskin bisa makan.
Imamat 19:9-10   Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya, dan janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu.  Juga sisa-sisa buah anggurmu janganlah kaupetik untuk kedua kalinya dan buah yang berjatuhan di kebun anggurmu janganlah kaupungut, tetapi semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu.  Ketika mau mengambil tunaian, jangan disabit dan diambil sampai habis agar sisanya bisa diambil oleh orang miskin. Ini adalah perkataan Tuhan Yehova. Kalau kita ikut perintah Tuhan , Tuhan tidak pernah membiarkan kita. Tuhan kita sangat baik!

Menjadi “Tongkat”

                Minggu lalu sepulang dari gereja dan balik ke rumah, kaki saya merasa sakit. Saya mencoba berjalan ke sana ke sini sampai malam, namun kaki saya tidak membaik. Hari berikutnya, kaki saya terasa sakit sekali. Hal ini disebabkan oleh asam urat. Setelah itu saya tidak bisa berjalan. Akhirnya putrid saya, Yuli, menemani saya ke rumah sakit. Yuli  menjadi tongkat saya. Saya memegang tangannya  sebagai tongkat dan berjalan selangkah demi selangkah. Ketika orang lain lemah, apakah kita telah menjadi tongkat baginya? Ketika iman orang lain sedang lemah, apakah kita bisa menopangnya dengan menjadi tongkatnya? Bila ada siswa SMA 3 yang sudah lulus tapi tidak bisa melanjutkan kuliah ke universitas karena tidak cukup uang, apakah kita mau menjadi tongkat baginya? Apakah kita mau menolong agar ia bisa maju terus. Asal kita mau, kita bisa menjadi tongkat bagi orang lain.  Jangan hanya menyapu salju di depan rumah sendiri dan tidak mau tahu orang lain. Di musim salju kita harus memberi kayu bakar kepada orang yang perlu / miskin. Ketika melihat orang mengalami kesusahan, kita dengan cepat menolong dia. Injil bukan untuk diri sendiri saja, karena bila tidak akan ada orang yang gagal dalam percintaan dan ekonomi bunuh diri karena tidak mengenal Tuhan Yesus Kristus. Siapa yang dapat menolong mereka? Kita harus pergi menolong mereka. Kita harus menyampaikan Injil kepada mereka. Apakah seisi rumah, saudara dan teman sudah percaya pada Tuhan? Kita sekarang berada di gereja dan percaya kepada Tuhan Yesus, pasti ada orang lain yang membawa kita. Mengapa kita tidak membawa orang-orang yang belum percaya untuk datang ke gereja? Ini kewajiban kita semua.


No comments:

Post a Comment