Monday, December 29, 2014

“Refleksi : Apa yang Kau Beri BagiNYA?”

Pdt. Aiter

Kis 4:36-37 
36  Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus.
37  Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.

Kis 6:1-5
1   Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari.
2  Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: "Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja.
3  Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu,
4  dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman."
5  Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia.


Kis 9:36  Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita  —  dalam bahasa Yunani Dorkas. Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah.

Barnabas



                Barnabas awalnya bernama Yusuf dan kemudian diubah menjadi Barnabas, ia seorang kaya yang menjual hartanya dan meletakkan di depan kaki rasul-rasul (Kis 4:36-37). Barnabas adalah orang yang penuh roh , iman dan kuasa. Namun saat dilakukan pemilihan 7 orang pengurus (semacam majelis) yang bertugas untuk melayani pembagian kepada janda-janda, ia tidak terpilih (Kis 6:1-5). Zaman sekarang kalau mau jadi majelis, biasanya orang tersebut adalah orang yang dekat dengan gembala sidang. Yusuf sangat dekat dengan para rasul sehingga para rasul menyebutnya Barnabas. Zaman dulu mengubah nama seseorang memberikan otoritas pada orang yang memberinya nama baru. Seperti anak diberi nama oleh ayah, maka ia tunduk kepada ayah. Anak tidak bisa mengganti nama tanpa ijin sang ayah. Pemberian nama berarti penundukan. Rasul mengubah nama Yusuf menjadi Barnabas yang berarti anak penghiburan , hal ini menunjukkan bahwa para rasul mengkonfirmasi Barnabas sebagai penghibur orang lain. Barnabas memenuhi syarat untuk dipilih. Ia adalah orang Lewi dan status orang Lewi saat itu sangat dihargai. Sekarang ada hamba Tuhan yang mengatakan bahwa “Saya termasuk golongan Lewi” dengan pengertian bahwa karena Lewi berarti saya punya hak (wewenang) atas  perpuluhan jemaat sehingga mereka menjadi sangat kaya! Itu adalah tipuan karena tidak sesuai dengan Alkitab. Di Perjanjian Lama bila orang Lewi salah melayani Tuhan atau sembarangan hidupnya , maka mereka harus mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan dan akan dihukum! Barnabas dekat dengan para rasul tapi tidak terpilih jadi majelis.
                Ada orang kaya yang menjadi penghasut, setelah tidak terpilih jadi majelis. Sebelum pemilihan, ada yang melakukan kampanye. Melihat gedung gereja yang cat-nya buram, ia menyumbang cat sehingga jemaat lainnya melihatnya. Ia juga menyumbang kursi baru untuk mengganti kursi gereja yang sudah bolong. Piano yang sudah jelek disumbangnya jadi grand piano. Setelah tidak terpilih, ia marah dan mengambil kembali piano dan kursinya. Bahkan ada yang meminta kembali seluruh perpuluhannya sewaktu tidak terpilih jadi majelis! Barnabas seharusnya bisa jadi provokator seperti itu saat tidak terpilih, namun Barnabas tidak pernah mengeluh. Karena ia tahu bahwa ia harus melakukan pekerjaan Tuhan (pekerjaan yang dimandatkan Tuhan). Akhirnya Barnabas mendapatkan Paulus yang dalam sejarah gereja tercatat memiliki pelayanan “besar”. Pada awalnya tidak ada yang percaya bahwa orang seperti Saulus yang selama ini telah melakukan upaya untuk menangkap dan membinasakan orang Kristen bisa bertobat. Barnabas memperhatikan Saulus dan akhirnya dari Roh Kudus ia mengetahui Saulus bertobat sungguh-sungguh padahal rasul lain belum bisa menerimanya. Barnabas memiliki mata yang tajam untuk melihat orang yang berpotensi.
                Demikian pula dengan gereja seharusnya punya “mata” untuk melihat anak yang pintar dan jangan malah disingkirkan. Ada gembala sidang yang melihat mahasiswa teologi yang berkhotbah dengan berapi-api sehingga jemaat menyimaknya dengan penuh perhatian, sedangkan bila gembala sidang tersebut khotbah, jemaat yang mendengarnya malah mengantuk. Lalu setelah khotbah selesai, sang mahasiswa berdiri di samping gembala sidang untuk menyalami para jemaat. Ada seorang ayi (ibu) berkata, “Saya belum pernah mendengar khotbah seperti yang disampaikan. Saya sangat diberkati” Dalam hati gembala sidang berkata,”Kurang ajar, jadi selama itu khotbah saya…?”. Ada juga seorang Bapak berkata,”Hari ini khotbahnya luar biasa! Tidak seperti yang lain.” Sang gembala menganggap sang mahasiswa sebagai ancaman terhadap dirinya. Lalu di rapat majelis, gembala sidang mengatakan bahwa mahasiswa itu sangat bagus dan perlu diutus ke pos PI daerah terpencil untuk mengembangkan pelayanan di sana. Seharusnya anak muda yang bagus didoakan untuk mengembangkan gereja. Kalau tidak gereja akan kehilangan (kehabisan) orang-orang muda berpotensi sehingga yang tersisa adalah orang tua-orang tua saja dan akhirnya gereja mati karena tidak ada yang potensi. Hal ini sudah terjadi di AS dan Eropa di mana gereja hanya dihadiri oleh para orang tua saja. Kalau ada jemaat yang tua itu meninggal berarti jemaat berkurang 1, setelah semua jemaat tua meninggal lalu gereja dijual. Oleh pembelinya dijadikan kasino atau klub malam. Ada sebuah gereja yang gedungnya bagus di AS yang dijual ke orang India yang kemudian menjadikannya tempat meditasi. Ada juga yang bangunannya masih berbentuk gereja, tapi sudah menjadi night club dan menjual bir. Ada juga gereja yang dijadikan objek peninggalan sejarah lalu di depannya dijual patung Kwan Im dan Budha Julaihud! Gereja di sana tidak punya harapan. Di asia gereja masih ada harapan, tapi kalau tidak punya mata tajam maka akan terjadi seperti itu juga.

Stefanus dan Filipus


                Saat pemilihan “majelis” yang bertugas mengurus pembagian kepada  janda-janda, terpilih 7 orang dan 2 orang terbaik di antara ke tujuh orang tersebut adalah Stefanus dan Filipus. Memang biasanya dari banyak majelis yang terpilih, hanya 1-2 orang yang bersumbangsih.  Demikian juga dengan adik-adik Yesus Kristus yan berjumlah 4 orang laki-laki dan 2 perempuan (bisa lebih). Dari adik-adiknya itu hanya 2 orang adik laki-lakinya yang dipakai melayani yaitu Yakobus dan Yudas (sisanya tidak dipakai). Dalam kepanitiaan juga demkian. Anggota panitia banyak tapi yang sungguh-sungguh  bekerja hanya sedikit. Ada yang ikut rapat di akhir saja tapi pada waktu hari-H ia memakai jas , dasi lalu berdiri menyambut tamu dan memberi salam “Syalom”.  
                7 orang terpilih untuk melayani janda-janda yang sebenarnya dapat dilayani orang biasa karena  kebutuhan para janda seputar sembako, sakit sehingga perlu didoakan (lutut rematik) dll. Namun saat itu ditetapkan syarat untk melayani janda adalah penuh  iman, roh dan kuasa. Jadi jangan dikira untuk melayani janda-janda bisa dengan waktu yang kosong karena harus punya iman yang kuat, Iman pelayan Tuhan harus kokoh. Kalau syaratnya itu, banyak yang bisa tidak terpilih menjadi majelis. Ada yang disuruh mencari kitab Obaja saja tidak tahu lalu senggol istri bertanya, “Memang ada kitab Obaja?” Setelah jadi majelis harusnya rendah hati, tugasnya melayani. Seorang majelis seharusnya punya kuasa, iman dan roh. Uraian tugas ke-7 majelis tersebut jelas yaitu untuk melayani janda-janda. Sewaktu saya menggembalakan jemaat dan ada majelis yang bertanya apa uraian tugasnya, saya kesal. Karena kalau sudah dikasih uraian tugasnya seharusnya majelis melayani dengan baik. Bila ada 12 poin uraian tugasnya, maka setelah melayani ke-12 poin tersebut dikatakan bagus. Bandingkan dengan ke-7 orang yang terpilih hanya melayani janda-janda, maka mereka akan menjadi pengangguran. Karena setelah Stefanus dilempari batu sampai meninggal muncul penganiayaan besar-besaran dan para jemaat (termasuk janda-janda) pun melarikan diri. Dengan demikian kalau tugasnya hanya melayani janda-janda, maka tidak ada tugas majelis lagi. Kalau benar tugas majelis melayani janda-janda maka seharusnya majelis mencari janda-janda itu, mengetok pintu-pintu rumah dan bila ada janda-janda maka majelis melayani mereka. Tetapi 2 di antara 7 majelis itu melayani bukan hanya janda, mereka mati sahid untuk Tuhan dan terkenal sebagai pemberita Injil dan hal itu diluar uraian tugas mereka. Ada mahasiswa praktek di gereja, melihat semua jadwal pelayanan di gereja tersebut sudah terisi nama para petugasnya, lalu bertanya ke Pdt Stephen Tong tentang tugasnya. Pdt. Tong kemudian menjawab, “Kamu keluar gereja untuk penginjilan dan mencari jiwa!” Itu tubasnya. Itu di luar uraian tugasnya karena ada tugas lain yang lebih besar. Stefanus diincar iblis dan akhirnya dimatikan. Ia yang terbaik di antara 7 orang majelis itu. Strategi setan selalu mengincar orang terbaik. Di gereja Tuhan , gembala sidang adalah orang yang diincar iblis. Jadi Stefanus diincar. Ia majelis yang menghafal isi kitab Perjanjian Lama dan menyimpulkannya. Ia bisa bercerita dari Abraham, Ishak , Yakub lalu loncat ke Yosua dan berhenti di kisah Salomo. Ia menguasai Alkitab tanpa membaca. Sedangkan zaman sekarang ada majelis saat ditanya tentang Alkitab baru mencari Alkitabnya yang ternyata sudah hilang 3 bulan sebelumnya.         Stefanus dikenal sebagai pemberita Injil, bukan pelayan janda-janda.


                Yang kedua terbaik adalah Filipus. Ia sungguh-sungguh luar biasa. Pelayanannya menakjubkan di tanah Samaria. Tanah ini pernah diinjili oleh Tuhan Yesus (Yoh 4:7-42). Tuhan Yesus menginjili perempuan yang kemudian membawa banyak orang samaria. Mereka berkata kepada perempuan itu: "Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia." (Yoh 4:42). Orang-orang Samaria percaya kepada Tuhan Yesus. Tuhan Yesus melayani pada umur 30-33,5 tahun. Diasumsikan pada waktu masuk tanah Samaria, Ia berusia 31 tahun dan 2,5 tahun kemudian Yesus Kristus mati di kayu salib. Setelah itu masuk peristiwa Pentakosta, lalu masuk peristiwa Filipus yang memberitakan Injil di Samaria (Kis 8:5-13). Sejak Tuhan Yesus masuk tanah Samaria, 5 tahun kemudian orang Samaria mengagumi Simon si tukang sihir. Mungkin mereka yang dulu bertemu Tuhan Yesus sudah mati atau hanya sekedar menerima bahwa Tuhan Yesus adalah  Juruselamat. Itu tidak cukup! Karena sekali menyimpan injil, Setan berusaha merebutnya. Satu per satu direbut setan sehingga  tanah Samaria dikuasai tukang sihir. Lalu Filipus dikirim dan terjadi pertobatan besar-besaran. Termasuk Simon si tukang sihir minta dibaptis. Tapi Filipus tidak punya kepekaan bahwa Simon bukanlah petobat asli. Demikian juga sekarang ini banyak yang mau atestasi atau dibaptis hanya untuk keperluan menikah, setelah itu hilang tidak pernah datang lagi di gereja. Nantinya baru bertemu lagi setelah meninggal. Di dalam Perjanjian Baru, sewaktu Yohanes Pembaptis berkhotbah, banyak orang Farisi dan Saduki bertobat dan dibaptis, tapi Yohanes  Pembaptis  berkata "Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang?” (Mat 3:7b) . Ketika rasul-rasul di Yerusalem mendengar, bahwa tanah Samaria telah menerima firman Allah, mereka mengutus Rasul Petrus dan Rasul Yohanes yang kemudian menumpangkan tangan di atas mereka. Ketika Simon si tukang sihir melihat bahwa Roh Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada mereka. Namun Rasul Petrus berkata kepadanya: "Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang” (Kis 8:20).
                Di kampung saya , ada orang tua yang mau masuk atestasi menjadi anggota gereja. Alasannya, “Karena nanti kalau mati tidak ada yang mengurusnya.” Logika pemikirannya gereja hanya menyiapkan kuburan untuk anggotanya saja, maka ia atestasi masuk menjadi anggota gereja supaya kalau mati aman karena akan ada tempat kuburan! Ada juga yang ingin sekolah ke luar negeri tapi tidak bisa karena belum cukup umur sehingga minta surat dari gereja. Setelah diberi surat atestasi lalu orang itu tidak pernah ke gereja di luar negeri.  Ada juga yang ke gereja karena mencari pacar. Saya pernah bertemu dengan jemaat yang berprofesi dokter ada di gereja tempat saya berkhotbah lalu saya bertanya, mengapa ada di sana? Ia menjawab, “Saya datang ke persekutuan pemuda di gereja tidak ada yang cocok. Jadi sekarang saya pindah gereja dan ternyata ada yang cocok sehingga saya pindah ke sini” Jadi selama ini saat di gereja, matanya berkeliling mencari calon istri. Setelah dapat ia pindah gereja. Bagaimana nanti kalau putus?  Jadi untuk pindah gereja harus evaluasi motivasinya.
                Setelah memberitakan Injil di Samaria dan banyak orang dibaptis, Filipus seharusnya mendirikan gereja di sana karena pasti banyak yang mendukungnya. Tapi Roh Kudus bekerja dengan cari lain. Karena bila Filipus terus di Samaria, ia akan didewakan di sana. Jemaat akan menyerahkan tanah dan rumah mereka. Tetapi Tuhan tidak mengijinkan orang didewakan. Demikian pula dengan Yesus, setelah dikenal di satu tempat, Yesus pindah ke kota lain. Yesus tidak ingin didewakan. Filipus dipindahkan ke tempat yang sunyi luar biasa. Padahal sekali  khotbah ia bisa menobatkan Samaria. Ia kemudian diuji melayani sida-sida Etiopia. Zaman sekarang, ada hamba Tuhan yang berkata ,”Kalau tidak ada 2.000 orang , saya tidak mau melayani.” Hal ini berarti menghina orang. Karena bisa saja di antara 5 orang ada orang seperti Paulus.
                Filipus diutus ke tempat yang tidak dikenal untuk melayani sida-sida. Sida-sida itu sedang membaca kitab suci dalam perjalanan dari Etopia ke Yerusalem . Hal ini mengagumkan. Bandingkan dengan kondisi saat ini, ada jemaat yang sudah lupa apa yang baru saja dikhotbahkan, ada juga ynag hanya mengingatnya tapi 2-3 hari kemudian lupa atau paling tidak sampai sebulan kemudian sudah lupa. Ia membawa kitab dan beribadah, lalu keluar gereja tidak tahu isi khotbahnya. Tapi sida-sida itu dari Etiopia ke Yerusalem, bisa membaca. Dulu orang yang dianggap kafir dan orang kulit hitam dilarang pergi ke gereja. Sida-sida ini tidak diterima masuk karena sudah dikebiri. Ia tidak boleh masuk ke gereja, tapi tetap membaca Alkitab. Ia membaca kitab nabi Yesaya, “Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulut-Nya. Dalam kehinaan-Nya berlangsunglah hukuman-Nya; siapakah yang akan menceriterakan asal-usul-Nya? Sebab nyawa-Nya diambil dari bumi. Sida-sida ini tidak ada yang melayaninya, karena orang yang dikebiri dan hitam dianggap sampah masyarakat. Filipus datang dan menjawab pertanyaannya. Sida-sida itu hatinya dibukakan, minta dibaptis dan percaya kepada Yesus. Setelah bertemu dengan sida-sida, Filipus dipindah ke tempat yang lebih sunyi lagi. Ia tidak diijinkan pergi ke Etiopia karena bisa disambut dengan baik mengingat sida-sida itu punya jabatan penting dan rumah besar, sehingga ia akan mendukung Filipus. Tuhan tidak ijinkan. Kemudian sida-sida balik ke Etiopia dan mendirikan gereja. Setelah Pentakosta, wakil diutus ke Etiopia.  Filipus diutus ke daerah-daerah terpencil. Ia tidak berkata tidak bisa karena ada istri dan 4 anak. Ia tetap taat dan pergi. Jadi kalau Tuhan sudah gerakkan, maka harus pergi. Tidak bisa dihalangi urusan lain seperti urusan kantor. Siapa sangka orang yang ditemukan bisa menjadi hamba Tuhan. Atau orang-orang yang dilayani berpuluh tahun kemudian menjadi orang penting.

Dorkas


                Kita sudah melihat Barnabas, Stefanus dan Filipus , lalu dimunculkan 1 orang wanita yang paling cocok di kalangan majelis karena melayani janda. Ia sendiri tidak terpilih menjadi majelis, namanya Dorkas. Berbeda dengan banyak orang yang setelah melayani hebohnya luar biasa (seolah-olah sudah banyak yang dikerjakan), Dorkas pelayanannya diam-diam yakni dengan menjahit baju. Dulu kalau saya pesan baju baru untuk digunakan saat imlek, harus dipesan 3 bulan sebelumnya. Waktu diukur badannya dilebihkan sedikit karena khawatir berat bertambah. Sedangkan pada waktu zaman Dorkas, menjahit baju pasti lebih lama. Siang dan malam Dorkas terus menjahit. Berhari-hari, berbulan-bulan ia terus menjahit baju. Setelah selesai, kondisi Dorkas menurun, lalu sakit parah. Ia tidak pernah melapor bahwa ia sakit sehingga tidak dibesuk oleh rasul dan majelis. Tiba-tiba ia meninggal. Berbeda dengan sekarang, bila jemaat tidak dibesuk , marah-marah. Juga kalau rumah kebanjiran perlu diteleponi. Namun ada juga yang tidak mau diteleponi. Susahnya menjadi  hamba Tuhan kalau demikian. Padahal waktu pendetanya sakit tidak membesuk. Namun ada juga yang terlalu berlebihan perhatiannya. Baru sedikit pilek atau lesu langsung jemaat membawa arak obat sampai-sampai sang pendeta “kelebihan gizi”. Seharusnya waktu kebanjiran bila tidak dibesuk , coba evaluasi apakah pernah membesuk orang yang kebanjiran.
                Dulu waktu khotbah di Surabaya , saya bertanya ke supir yang mengantar saya yang sepertinya berasal dari NTT. Rupanya ia berasal dari Waingapu dan bergereja asal di GKS. Saya baru dari sana. Jadi supir itu melayani di gereja saya, sedangkan saya melayani di gerejanya. Saya berkata, “Tidak sangka saya dikirim untuk melayani kampung bapak.” Kalau hanya pikirkan denominasi, maka Tuhan akan membuang saya. Pdt Stephen Tong ditanya, “Untuk pelayanan, Bapak  terus berpergian. Bagaimana dengan keluarga Bapak?” Pdt Tong menjawab,”Kalau saya perhatikan keluarga Tuhan, masa Tuhan tidak memperhatikan keluarga saya? Tuhan akan mengirim orang untuk memperhatikannya” Dulu waktu saya memimpin KKR di Kalbar , anak perempuan saya terkena sakit Kawasaki yang  belum ada obat dan diketahui penyebabnya. Saya diberi kabar, “Anak Bapak di rumah sakit lalu dikirim fotonya.  Tinggal minta persetujuan untuk pasang peralatan dan akan disuntik 8 botol obat dengan biaya Rp 25 juta”. Saya berpikir untuk pulang atau tidak. Saya bisa saja pulang dan minta diganti dengan pembicara lain. Tapi saya percaya, Tuhan akan menjaga anak saya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas saya. Akhirnya saya setuju dan istri saya menanda-tangani formulir persetujuan dari rumah sakit. Setelah khotbah anak saya baru disuntik botol ke-7 dan sampai sekarang anak itu tidak apa-apa. Anak saya yang ke-2 dan ke-3 kembar. Waktu istri saya mau melahirkan anak kembar itu, saya sedang pelayanan di Dumai. Istri saya mengalami pendarahan. Saya bergumul dan berdoa,”Tuhan kirimlah orang yang mengurusnya.” Dan ternyata ada jemaat yang datang untuk mengurusnya ke rumah sakit. Dokternya datang malam hari. Walau dokter datangnya lambat, istri saya tetap harus menanti sampai gilirannya tiba padahal ia sedang mengalami pendarahan! Saya menyampaikan khotbah sambil dibayangi kekhawatiran apakah istri saya masih hdiup. Sekarang anak kembar saya sudah berusia 8 tahun. Jadi kalau kita perhatikan rumah Tuhan, maka Tuhan akan memperhatikan rumah Tuhan. Demikian juga dengan Dorkas yang memperhatikan Tuhan sehingga  waktu  ia meninggal, Tuhan mengirim Rasul Petrus untuk membangkitkannya. Sungguh luar biasa, Dorkas yang tidak terkenal tapi Tuhan utus rasul terbaiknya saat itu!.

Penutup

                Tuhan mengerjakan bagian Tuhan dan kita mengerjakan bagian kita.   Sebelum benar-benar bertobat Petrus berkata kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?" (Mat 19:27).  Yesus pernah menegur Petrus "Enyahlah Iblis, Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." (Mat 16:23). Petrus juga pernah berkata kepada Yesus : "Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak." (Matius 26:33) dan "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau." (Matius 26:35). Namun pada saat Yesus ditangkap dan diadili, Petrus menyangkal saat dikatakan ia bersama-sama Yesus, "Aku tidak kenal orang itu." (Mat 26:69-74). Setelah Petrus menyangkal tiga kali, Yesus menengok ke Petrus dan Petrus pun menangis dengan sedihnya. Setelah ia bertobat sungguh-sungguh , saat pentakosta ia berkhotbah dan 3.000 orang bertobat (Kis 2:41) dan sewaktu ada pengemis yang lumpuh meminta sedekah, Petrus menjawab, "Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!"(Kis 3:6).
                Di dunia cukup banyak pendeta yang korupsi. Ada pendeta di Surabaya yang disinyalir mengambil uang sebesar Rp 4,5 triliun! Demikian juga dengan di Singapore dan Korea Selaatan. Semuanya mengutip ayat-ayat Alkitab. Ada juga pendeta yang berkata, “Kami sudah melayani, di mana uang bensin dan uang makannya?” Sedangkan saat kami melayani ke daerah pedalaman tidak pernah mendapat honor, malah harus mengeluarkan uang sendiri. Bandingkan dengan Petrus yang berkata bahwa ia tidak punya emas dan perak dan ia memberitakan tentang Yesus! Seharusnya pendeta yang tidak layak menjadi pilar gereja harus dibuang. Bandingkan dengan Petrus yang menjadi pilar karena memiliki iman yang kuat sehingga menjadi pelayan Tuhan yang luar biasa. Gembala Sidang yang kuat menghasilkan majelis yang kuat. Majelis yang kuat menghasilkan aktivis yang kuat. Aktivis yang kuat menghasilkan jemaat yang kuat.
                Petrus mempunyai Yesus Kristus dan itu yang ia berikan dan beritakan. Majelis juga harus memberitakan Yesus. Yesus telah memberikan nyawaNya kepada kita, apa yang kita berikan kepadaNya? Dalam Alkitab ada prinsip, “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut."(Lukas 12:48). Setelah terima keselamatan yang merupakan  anugerah terbesar, melayani adalah kewajiban dan kita harus ambil bagian. Kalau sudah mendapat anugerah terbesar, maka gereja Tuhan tidak bisa santai tapi harus memberitakan Injil. Pdt Stephen Tong ditanya, “Sudah umur segini kenapa tidak beristirahat?” Pdt Tong menjawab,”Saya sekarang akan lebih giat lagi karena kelak saya akan tidur selama-lamanya. Untuk apa saya tidur banyak-banyak karena nanti saya akan tidur selama-lamanya.”  Jadi jangan kita sekarang  banyak tidur . Sudah tidur 8 jam ditambah 2 jam lagi. Tuhan pakai hidup kita, dan kelak kita akan tidur selama-lamanya. Bekerjalah selama hari masih siang! (Yoh 9:4)
                


No comments:

Post a Comment