Sunday, December 21, 2014

Respons Herodes

Ev. Maria Fenita

Mat 2:1-18
1  Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem
2  dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."
3  Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem.
4  Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan.
5  Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi:
6  Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel."
7  Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak.
8  Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia."
9  Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada.
10  Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka.
11  Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.
12  Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.
13 Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia."
14  Maka Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir,
15  dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku."
16  Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu.
17  Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia:
18  "Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi."
19  Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katanya:
20  "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati."
21  Lalu Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel.
22  Tetapi setelah didengarnya, bahwa Arkhelaus menjadi raja di Yudea menggantikan Herodes, ayahnya, ia takut ke sana. Karena dinasihati dalam mimpi, pergilah Yusuf ke daerah Galilea.
23  Setibanya di sana iapun tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi-nabi, bahwa Ia akan disebut: Orang Nazaret.

Pendahuluan

                Aktivis pendidikan Pakistan Malala Yousafzai (perempuan, 17) dan aktivis HAM anak-anak India Bapak Kailash Satyarthi dianugerahi Nobel Perdamaian 2014. Komite Nobel Norwegia mengatakan hadiah itu diberikan atas “perjuangan keduanya melawan tekanan terhadap anak-anak dan remaja untuk memperoleh pendidikan”. Komite Nobel itu menambahkan “perjuangan kedua tokoh ini merupakan langkah penting, seorang warga India dan lainnya warga Pakistan, untuk bersama-sama memperjuangkan pendidikan dan melawan ekstrimisme”. Kailash Satyarthi telah berada di garis terdepan dalam kampanye memperjuangkan anak-anak yang teraniaya di India. Komite Nobel Norwegia mengatakan Satyarthi juga telah memberi kemajuan penting dalam merumuskan konvensi internasional tentang hak asasi anak-anak. Satyarthi telah menghabiskan waktu tiga dekade lebih di garis depan gerakan yang bertujuan untuk membebaskan anak-anak dari perbudakan.
                Sedangkan Malala lahir di Pakistan disebuah kampung kecil. Ia memperoleh pengharagaan nobel karena memperjuangkan hak pendidikan bagi semua anak-anak, khususnya anak-anak perempuan. Karena di Pakistan banyak anak perempuan tidak boleh sekolah. Malala bersyukur punya orang tua yang menghargai pendidikan. Papanya hanya bekerja sebagai seorang tenaga penjual (salesman). Mamanya ibu rumah tangga. Papanya mendorong Malala untuk sekolah. Dia harus menempuh perjalanan yang jauh demi sekolah di kampung lain. Dia tahu bagaimana sulitnya anak perempuan bersekolah lalu ia mulai perjuangannya pada umur 11 tahun! Malala sibuk blusukan ke desa-desa , mendatangi satu desa demi satu desa mengajak anak-anak ke sekolah. Kalau di situ tidak ada sekolah, ia menyediakan diri untuk mengajarkan anak-anak itu. Ia berjuang bagaimana supaya anak-anak itu (khususnya perempuan) bisa belajar membaca dan menulis. Pada tanggal 9 Oktober 2012 saat ia berusia 15 tahun ,ia berada di bus dalam perjalanan pulang dari sekolah. Dalam perjalanan itu, ia diserang pasukan Taliban yang sengaja menembaknya karena tidak suka dengan perjuangannya. Mereka menganggap remaja 15 tahun ini sebagai ancaman perjuangan Taliban di Pakistan. Ia ditembak di kepala, mengalami koma dan menjalani beberapa operasi. Karena pihak Rumah Sakit Pakistan menyerah, lalu ia dibawa untuk dioperasi di Inggris oleh pasukan PBB asal Inggris yang tiba bersamaan dengan kejadian itu. Bersyukur penembakan itu tidak mengenai bagian otaknya sehingga ia bisa selamat! Akhirnya ia sembuh dan perjuangannya dilanjutkan kembali. Pada Juli 2013 Malala diundang ke pertemuan PBB dan di hadapan pemimpin-pemimpin negara dia mengatakan, “Kaum pemberontak takut terhadap buku dan pena. Kekuatan pendidikan menakutkan bagi mereka. Satu anak , satu guru, satu pena dan satu buku bisa mengubah dunia.” Keberadaaan remaja Malala, dianggap ancaman oleh Taliban  karena itu mereka menembaknya. Tetapi penembakan dan ancaman Taliban justru diresponi Malala. Upayanya yang begitu gigih di bidang pendidikan didengar negara lainnya. Sehingga muncullah gerakan remaja yang menyelenggarakan pendidikan bagi perempuan.
                Kita bisa meresponi kehidupan kita dengan cara berbeda-beda. Malala hampir mati tetapi meresponinya dengan perjuangan yang gigih. Taliban melihat Malala sebagai ancaman, tetapi tidak menyurutkan semangatnya untuk berjuang.  Kita bisa meresponinya dengan berbeda-beda. Begitu pula dengan orang-orang , tokoh yang berada di sekitar kelahiran Yesus. Maria, Yusuf, gembala-gembala, orang –orang majus, Herodes meresponinya dengan cara yang berbeda terhadap kelahiran Raja baru.

Respon Herodes terhadap Kelahiran Yesus Kristus

1.     Terkejut.  Pada Mat 2:3 dikatakan , “Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem.”  Gembala terkejut dan ketakutan ketika diberitahu malaikat (Lukas 2:9). Keduanya sama-sama terkejut, tetapi terkejutnya para gembala berbeda dengan terkejutnya Herodes. Dalam bahasa Inggris digunakan kata trouble yang artinya gelisah dan khawatir. Keterjutan Herodes bukan karena mendengar berita bahagia. Keterjutannya karena merasa kedudukannya terancam oleh anak kecil (bayi)! Kalau pun bayi ini akan dinobatkan menjadi raja, sebenarnya masih lama karena baru lahir! Herodes Agung sendiri ketika Yesus lahir diperkirakan berusia 70 tahun. Ia telah lama berkuasa dan terkenal sebagai raja yang hebat dalam mendirikan bangunan yang besar. Ia membangun kembali bait Allah kedua yang dikenal sebagai Bait Allah Herodes. Ukurannya berlipat dari ukuran yang semula. Ia mampu melakukan segala sesuatu yang jahat untuk mempertahankan kedudukannya. Menurut sejarahwan  Flavius Yosefus, Herodes sangat kejam dan ia mampu menenggelamkan iparnya (adik dari istrinya). Pada tahun ke-7 kekuasaannya sebagai raja, ia membunuh kakek (80 tahun) dari istrinya, orang yang pernah menyelamatkan Herodes sendiri hanya karena berbeda pendapat! Herodes bahkan tega membunuh seorang istri (dari 10 orang), ibu mertua dan kedua anaknya sendiri yang memasuki uang muda (karena takut menggantikan ia menjadi raja). Herodes pembunuh berdarah dingin yang haus akan kekuasaan. Ia kekuturuan bangsa Edom dari garis keturunan Esau (bukan dari garis keturunan Yakub yang adalah garis keturunan Yahudi). Bagi orang Romawi model pemimpin yang haus kekuasaan seperti ini bisa setia asal ada jabatan. Bagi orang Yahudi keberadaan Herodes sebagai raja dipandang sebelah mata karena ia bukan orang Yahudi asli Maka begitu Herodes mendengar kabar bahwa ada raja baru , ia menjadi gelisah. Ia merasa terancam!

2.     Menyelidiki. Matius 2:8  Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia." Respon kedua Herodes adalah ia mulai menyediliki. Tanpa menunggu lama-lama setelah mendengar kabar itu, Herodes lalu mengambil kondisi ‘Gawat Darurat’ Semua imam kepala dan ahli Taurat ditanyakan satu per satu tentang di mana Raja itu dilahirkan. Mereka menjelaskan nubuatan Alkitab, bahwa Raja itu akan lahir di Betlehem. Herodes tidak tahu tempatnya. Ia pengasaran dan kemudian memanggil orang majus. Dengan diam-diam Herodes bertanya namun pertanyaannya bukan di mana tetapi kapan lahirnya. Lalu diutuslah orang mencari informasi. Orang-orang majus yang beradal dari negeri yang jauh menjawab dengan polos. Mungkin mereka tidak mengerti, seperti apa ulah Herodes nantinya.  Kepura-puraan Herodes begitu meyakinkan sehingga tidak satupun yang curiga. Kepura-puran adalah dosa yang mengerikan. Ada orang yang pura-pura baik dan manis menolong orang lain tetapi kemudian menusuk dari belakang, karena dilakukan oleh orang yang begitu dekat.  Saya pernah bertemu orang yang berpura-pura miskin tetapi sebenarnya tidak. Ada orang yang menolongnya. Ada juga orang berpura-pura baik untuk mendapat pujian. Saat beridah hari ini, kita tidak bisa berpura-pura di hadapan Tuhanl Namun hal itulah yang biasa dilakukan. Dalam persekutuan jemaat ada yang pura-pura senyum manis dengan seseorang, padahal benciya setengah hati. Sebagai anak Tuhan jangan kita berpura-pura. ! Lakukanlah  dengan sungguh-sungguh , jangan ada kepura-puraan di hadapan Tuhan!

3.  Mengeksekusi. Ketika Herodes tahu bahwa ia diperdaya oleh orang-orang Majus (Mat 2:16) ia sangat marah dan menyuruh membunuh anak-anak laki di Betlehem dan sekitarnya. Betlehem itu kota yang kecil. Ada sekitar 20an anak berumur 2 tahun yang dibantai atas perintah Herodes. Para orang tua sangat tertusuk hatinya melihat anak dibantai. Bagi Herodes hal ini tidak masalah. Keluarganya sendiri dibunuh apalagi anak orang lain. Demi amankan kedudukan apapun dilakukan termasuk menumpahkan darah orang lain. Ia sangat kejam, bukan saja mengeksekusi anak kecil., menurut Flavius Yosefus di detik Herodes mau mati (sekarat) dia kumpulkan para pemimpin di Yudea. Ketika semua pemimpin sudah datang, ia menutup pintunya dan berkata ke Salome, istrinya. “Salome hidupku semakin singkat. Aku tahu orang-orang Yahudi akan senang kalau aku mati. Kini nyawa para pemimpin itu ada di tanganku. Segera setelah aku mati, bunuh mereka!” Demikian seluruh Yudea akan meratapi kematiannya. Banyak pemimpin seperti itu yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Bila tidak sesuai keinginannya, maka pemimpin seperti ini tidak segan membuang orang lain bahkan mengeksekusi (membunuh) lawannya. Ironisnya di dalam mata kuliah kepemimpinan Kristen yang sedang saya ikuti dalam studi lanjut saya, pemimpin yang model seperti ini juga ada di gereja! Mungkin mereka tidak membunuh orang lain, tapi bisa menyingkirkan orang lain dan mendepak orang yang berbeda pendapat dengannya dengan alasan kehendak Tuhan. Herodes meperlihatkan kebencian dengan menolak raja itu. Ini berbeda dengan respon dari para gembala di padang saat itu. Para gembala juga terkejut dan mereka sama-sama mencari tahu. Namun hati mereka di hadapan Tuhan, sehingga hasilnya bukan pembunuhan tetapi memuji  dan memuliakan Allah.

Penutup

                Pada momen menjelang kelahiran Tuhan Yesus, bagaimana dengan persiapan hati kita? Apakah hati kita dipenuhi dengan kebencian, ambisi duniawi atau kekecewaan-kekecewaan? Sehingga hati kita begitu tertutup menyambut kedatangan bayi itu? Sudah mengeraskah hati kita terhadap Tuhan, sehingga pujian natal tidak bisa melembutkan hati kita? Sudah begitu dinginkah hati kita terhadap Tuhan, sehingga sukacita natal tidak bisa menerangi kehidupan kita? Jangan-jangan rohani kita mengering karena ikut Tuhan ada maunya? Jangan-jangan kita menjadi kering karena sudah terlalu lama menolak Tuhan? Hanya karena ia tidak menjawab apa yang kita mau. Mari kita evaluasi diri. Kita bisa berkata k, kita tidak mau seperti herodes. Tetapi mari lihat hati kita, tertutupkah hati kita sehingga Tuhan memberitakan kebenaran pun , hati kita tidak bersuka? Ataukah sebaliknya , hati kita sudah sedemikian terbuka sehingga meskipun sakit-penyakit tidak sembuh, uang di dompet begitu sedikit sekali, hati kita terluka oleh perbuatan orang lain, tetapi kita tetapi bisa memuji dan memuliakan Allah? Pada momen mendekati natal ini, mari kita mengevaluasi diri kita!

               
Ev. Maria Fenita pada tahun 2005-2010 melayani di GKKK Surabaya. Ia menikah dengan jemaat awam Surabaya setelah lulus dari SAAT dan melayani bersama-sama Pdt. Bambang Wiyanto di GKKK Surabaya. Pada tahun 2010 sang suami memiliki pergumulan untuk menjadi hamba Tuhan. Akhirnya ia menempuh studi di STT Amanat Agung dan kami pindah ke Jakarta. Di Jakarta ia melayani di GKI Jatinegara selama 2 tahun dan sekarang melayani di STT Amanat Agung sebagai staf pendidikan khususnya di pusat studi kaum muda, penterjemah buku teologia berbahasa Inggris, melayani sebagai kepala literature.  Dari pernikahannya , keluarganya dikaruniai seorang anak yang sekarang berusia 7 tahun. Sejak muda ia mempunyai passion pelayanan di kaum muda. Bersyukur sampai sekarang Tuhan memberinya pelayanan pada kaum muda.



No comments:

Post a Comment