Sunday, December 14, 2014

Respons Keluarga Zakharia-Elisabet


Pdt. Peter Samsudin

Lukas 1:36-45
36  Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu.
37  Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."
38  Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
39   Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda.
40  Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet.
41  Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus,
42  lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.
43  Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?
44  Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.
45  Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana."

Pendahuluan

                Salah satu peristiwa dalam hidup manusia yang membuat hati gemetar, pikiran tidak tenang, perasaan tidak menentu dan khawatir adalah proses menanti kelahiran seorang bayi, terlebih lagi saat menanti kehadiran anak pertama. Bahkan orang tua yang sudah mengalaminya berkali-kali juga tidak tenang apalagi bila tidak mempunyai uang atau fasilitas kesehatan seperti BPJS. Kali ini, kita akan belajar dari respon pasangan keluarga Zakaria dan Elisabet. Elisabet saat itu sudah mandul yang artinya secara medis tidak mungkin mempunyai anak lagi, tetapi karena kasih Tuhan apa yang tidak mungkin menjadi mungkin. Hal itu terjadi karena kuasa Allah sedang dinyatakan dalam hidup Elisabet. Bagi orang mandul seperti Elisabet tapi kemudian hamil, responnya pasti luar biasa! Di tengah kehamilan yang sudah 6 bulan, ia menerima kabar yang luar biasa dari sanak saudaranya bahwa Maria juga mengandung! Responnya juga luar biasa karena ia sendiri sudah hamil dan  ternyata  sepupunya juga hamil!

Respon Elisabet

Terdapat 3 buah respon Elisabet terkait dengan kelahiran Tuhan Yesus Kristus yang dapat dipelajari :

1.     Mendengar kabar Juruselamat akan lahir, responnya penuh dengan sukacita dan kegembiraannya tidak bisa sepenuhnya dilukiskan oleh penulis Alkitab. Pada Lukas 1:41-42 dikatakan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus,. Anak di dalam rahimnya ikut melonjak dengan sukacita. Elisabet penuh dengan Roh Kudus artinya sukacitanya disebabkan Roh Kudus berkarya dalam hidupnya. Itulah sukacita yang sejati. Kalau hanya gembira saja, maka setelah anak lahir yang tersisa adalah pikiran pusingnya untuk mencari uang guna membeli susu dan aneka keperluan bayi. Sekarang harga susu sudah di atas Rp 200.000 ribu untuk kotak ukuran 800 gr dan habis dikonsumsi selama seminggu. Di samping itu beraneka keperluan bayi termasuk imunisasi. Kalau gaji sekitar 5 juta akan pusing karena biaya kebutuhan bayi bisa lebih dari Rp 2 juta / bulan! Jadi sukacita kelahiran diikuti kepusingan. Tetapi karena ini karya Roh Kudus , maka atas kelahiran anak pertama yang sudah dinantikan dan didoakan, responsnya khusus. Bukan saja Elisabet dan Zakaria yang senang, tapi juga sanak keluarga bersukacita! Respon ini berbeda pada banyak orang yang tidak bisa melihat orang lain senang. Ada dua orang teman saya yang memperoleh anak. Mereka bukannya sama-sama senang tapi malah saling mengkritik. Yang satu kritik dikritik bayinya terlalu kurus dan yang satu lagi dikritik bayinya terlalu besar. Yang satu rambutnya tidak banyak yang lain kritik kepalanya seperti kelapa. Mendengar kritikan-kritikan tersebut, saya memarahi mereka karena mereka tidak mensyukuri berkat Tuhan. Apapun kondisi sang bayi tetaplah bersyukur. Walaupun mendapat bayi yang matanya sipit sekalipun, tetaplah bersyukur! Bisa saja dengan kondisi matanya tersebut, nantinya sang anak tidak akan kegenitan dan main mata. Karena ada seorang ibu yang suaminya tinggi besar dan tampan. Lalu saat sang suami mengantar istrinya ke pasar, sang suami suka melirik wanita-wanita cantik sehingga ia menabrak trotoar.Ia tidak tahu istrinya terjatuh. Ibu ini bukan saja memarahi tetapi juga menonjok suaminya. Jadi apapun kondisi sang anak, hati kita merasa puas, penuh sukacita dan bersyukur kepada Tuhan! Biasa anak yang menurut pandangan manusia dianggap tidak baik, tapi kalau kita bersukacita menerimanya maka nantinya sang anakmenjadi bagus. Sebaliknya kalau anaknya bagus tapi kita tidak bersyukur malah bersungut maka akan berbahaya bagi sang anak karena secara psikologis pertumbuhannya tidak sehat. Jadi hendaknya yang punya anak dan cucu kiranya bersukacitalah sehingga mereka bisa bertumbuh dengan baik. Yang “kurang baik” akan bertumbuh menjadi lebih baik. Tugas sebagai orang tua atau kakek-nenek, kalau Tuhan karuniakan anak atau cucu, maka kita harus optimis dan sukacita telah diberikan yang baik.

2.      Berseru dengan suara nyaring.  Pada Lukas 1:42b dikatakan- lalu (Elisabet) berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. “Berseru dengan suara nyaring” merupakan ungkapan kepuasan dan kebahagiaan, bangga dan haru. Ayat 43 (Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?) merupakan ekspresi Elisabet yang begitu bangga dan puas. Ada seorang anak kecil bernama Karisa Madeline (Pang En Mei). Anak ini sangat mendatangkan kebahagian bagi kedua orang tuanya dan kakek-nenek dari kedua belah pihak. Neneknya sampai agak berlebihan dalam mengungkapkan kebahagiaannya. Ia berkata, “Waktu saya sibuk di dapur, saya berkata ke cucu saya (yang baru 4 bulan), ‘Kamu anteng-anteng ya’ dan anak itu menurut!” Padahal kalau kita analisa, anak itu menjadi tenang karena mungkin sudah makan cukup atau tidur enak, jadi bukan karena ia mengerti bahasa neneknya. Si nenek juga bercerita, “Kamu tahu tidak cucu saya? Waktu saya mandikan cucu saya dan merasa sedikit kedinginan, cucunya berkata, ‘Aduh…! Aduh…! Dingin!” Tidak masuk akal pernyataan sang nenek? Bisa ya bisa juga tidak karena nenek ini bisa menafsir bahasa bayi. Yang lebih dahsyat lagi, ada orang tua yang gara-gara punya bayi lalu menjadi  ‘setengah gila’. Saking puas dan gembiranya, orang tua itu menggunakan gaya bahasa hiperbol (melebih-lebihkan), dan sering bertanya ke bayinya,“Kamu anak siapa?” padahal anaknya sendiri. Orang tua (juga saya dan mama saya) lupa ingatan karena saking gembiranya. Elisabet saat itu juga senang luar biasa. Karena ia sendiri mengandung, lalu sanaknya Maria juga mengandung anak yang begitu spesial. Ia begitu bahagia, puas dan bangga!

3.      Berbahagia. Pada ayat 45 dikatakan “Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana." Ini pernyataan iman yang luar biasa. Dalam bahasa Yunani digunakan kata makarios  yang bermakna betul-betul bahagia dan diberkati (karena percaya) sekaligus. Hal ini berlaku untuk kita semua. Kita percaya firman dan janji Tuhan. JanjiNya melebihi janji Jokowi-A Hok. Kita percaya Jakarta akan lebih baik, maka kita menjadi berbahagia. Allah kita adalah Allah Perjanjian yaitu bila Dia sudah berjanji Dia tidak akan menyangkal! Pada Mat 6:33 dikatakan “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Dengan perkataan lain, kita percaya dengan firman Tuhan maka semua kebutuhan akan dipenuhi, terkecuali satu yaitu tidak boleh punya istri / suami lebih dari satu! Tuhan sudah tahu kebutuhan kita. Saat usia kita sudah bertambah, penyertaan Tuhan tetap sama, hanya dibantu control. Kalau olah raga banyak maka makan boleh banyak namun tetap dibatasi. Waktu saya umur 35 tahun, saya makan sate kambing 5 tusuk dan menengking dalam nama Yesus, namun setelah makan telinga saya membengkak! Untuk yang berusia di atas kepala 6, harus lebih berhati-hati. Ada pendeta yang umurnya 60 tahun dan suka makan kambing. Tiap kali makan ia menengking dalam nama Yesus, akhirnya stroke dan mati. Ada yang komplain, “Mengapa Tuhan Yesus tidak mendengar karena penyakitnya sudah ditengking dalam nama Yesus?” Mungkin istilah sehari-hari untuk jawabannya, “Saat kamu makan enak, tidak ingat saya. Tapi kalau bermasalah baru mencari saya”. Jadi kita boleh bersukacita , beriman tapi harus berhikmat. Bila suatu hari kita menghadapi orang kerasukan yang bila melompat bisa  2 meter, maka kita jangan menutup mata untuk menghadapinya. Karena bisa-bisa kita  ditendang dan di”sikat”nya. Kita harus buka mata! Kalau dilempar dengan besi dan kayu maka kita harus menghindar. Jadi kita harus berhikmat!   
               
Penutup


                Respon kelahiran Yesus Kristus dari Elisabet adalah penuh sukacita, puas dan iman. Itulah yang harus dipelajari hari ini. Kasih natal melingkupi kita sehingga kita penuh sukacita apapun yang terjadi. 

No comments:

Post a Comment