Sunday, December 7, 2014

Engkau : Orang yang Berhutang

Pdt. Hery Kwok

Roma 1:14-15
14 Aku berhutang baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar.
15 Itulah sebabnya aku ingin untuk memberitakan Injil kepada kamu juga yang diam di Roma.

Pendahuluan

                Beberapa waktu lalu, saya mengunjungi kantor Indovision di jl. Panjang ingin komplain karena saya sudah berhenti berlangganan tapi uang saya masih dipotong. Saya sudah pernah mengurus sebelumnya, namun tidak digubris. Saya ingin menekankan agar mereka menindaklanjutinya. Saat itu ada seorang ibu juga yang ingin komplain. Ternyata ibu tersebut sangat panjang keluh kesahnya. Ia mengatakan Indovision penipu karena walau sudah tidak berlangganan, uangnya sudah dipotong beberapa kali. Pihak Indovison kemudian mengeluarkan data bahwa sang ibu memang belum membayar pada tanggal-tanggal tersebut. Sang ibu kemudian berkata, “Pokoknya saya tidak tahu bahwa saya berhutang. Yang saya tahu kalian yang berhutang kepada saya!” Kita selalu lupa jika punya hutang pada orang lain tetapi kita selalu ingat kalau orang lain berhutang pada kita.
                Pada Roma 1:14 Rasul Paulus berkata, “Aku berhutang baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar.”  Dalam bahasa aslinya (Yunani) dikatakan "orang-orang Yunani" diperlawankan dengan "yang bukan Yunani" (barbaroi), maka yang dimaksudkan ialah semua orang yang beradab, termasuk orang-orang Roma (yang sudah mengambil alih kebudayaan Yunani). Rasul Paulus berhutang baik kepada orang barbar (tidak berpendidikan) dan yang berpendidikan. Secara materi Rasul Paulus tidak berhutang, tapi ia menyampaikan bahwa ia berhutang. Hal ini menunjukkan bahwa ia punya hutang yang tidak pernah terbayarkan.

2 Konsep Hutang Rasul Paulus

1.     Aku berhutang menunjukkan bahwa ia berhutang kepada semua orang. Saat percaya kepada Tuhan Yesus, secara otomatis kita berhutang kasih kepada sesama kita.
Rasul Paulus ingin mengajarkan bahwa saat ia percaya Tuhan Yesus, waktu ia berjumpa denganNya di tengah  jalan menuju Damsyik (Damaskus, Kisah 9). Waktu Allah menyatakan diriNya dan membawa pertobatan pada diri Rasul Paulus. Rasul Paulus menyadari bahwa ia adalah orang yang jahat dan hal ini membawa dia tunduk kepada Tuhan Yesus dan membiarkan Tuhan Yesus memimpin hidupnya. Pada saat bersamaan Rasul Paulus mempunyai kesadaran bahwa sekarang saya berhutang kepada sesama. Kalimat berhutang bukan berhutang kepada Allah, karena kasih karunia Allah tidak mungkin dibayar. Kalau kita bisa membayarnya,  hal itu berarti bukan kasih karunia. Kasih Karunia Allah ialah pemberian cuma-cuma walaupun kita jahat dan tidak pernah bisa dibayar. Rasul Paulus mengatakan, kasih karunia yang diberikanNya kepadanya membawa kesadaran kepada dirinya bahwa sekarang ia berhutang.
          Pada Mat 25:34-40 (kitab penghakiman terakhir) Kristus memberi pelajaran bahwa nanti pada saat anak  Allah datang untuk kedua kalinya, Ia akan membangkitkan semua orang (yang baik dan jahat). Setelah dibangkitkan, maka Allah akan menghakimi satu persatu. Waktu itu Allah berbicara ke orang-orang di sebelah kananNya.
34  Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.
35  Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan;
36  ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.
37  Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar adan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?
38  Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian?
39  Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?
40  Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.

Pada Roma 1:14, Rasul Paulus seakan-akan mengatakan,”Aku berhutang ke semua orang, Orang-orang itu adalah saudaraku yang diberikan Allah kepadaku yang aku harus beritakan kebenaran Injil.” Pemahaman Rasul Paulus sangat penting. Di jalan ke Damsyik, ia bertemu dengan Tuhan saat ingin membunuh orang Kristen awal, tapi setelah bertemu tuhan Yesus hidupnya diubahkan. Lalu ia melihat orang lain bukan sebagai musuh, tapi orang yang harus diberikan kasih karunia Allah (bukan untuk dibinasakan).
          Apakah kita memiliki kesadaran ini? Waktu melihat orang-orang, apakah hati kita tergerak? Kita harus memberitakan kabar baik Tuhan. Rasul Paulus ingin mengatakan kalau hutang yang ada padaku tidak terbayarkan, maka harus aku lakukan terus. Itu yang harus aku kerjakan.  Ini menyadarkan kita posisi akan kita di hadapan Tuhan. Kalau kita menyadari pengorbanan  Allah dan menyampaikan kebaikan Allah kepada orang lain, maka ada api (dorongan) yang membuat kita bergerak untuk menggambarkan hal ini kepada orang lain.

2.     Hutang kasih semakin dibayar maka semakin dalam hutang kita akan kebaikan Allah. Makin dibayar semakin dalam maksudnya kalau hari ini kita berbuat baik kepada seseorang, maka kebaikan yang diberikan tidak berkurang bahkan makin mendalam.
2 Kor 4:7-9
7  Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.
8  Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa;
kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.

Apa yang Rasul Paulus sampaikan waktu ia lakukan pemberitaan Injil ke berbagai tempat untuk membayar hutangnya. Saat dalam kesulitan, Allah memberinya kekuatan sehingga ia makin punya hutang atas kebaikan Allah dalam dirinya dan ia terus bercerita kepada orang lain tentang Kristus. Semakin kita dimampukan oleh Allah, maka semakin dalam hutang kita.
          Saya pernah melayani di pedalaman Kalbar dengan jemaat independen yang mendedikasikan dirinya melayani daerah terpencil. Ia ingin agar setahun sekali ia melayani dan pergi ke daerah. Pelayanan di sana selama 5 hari 4 malam dan sempat singgah di Pontianak. Di sana, ada gereja yang meminta saya melayani mimbar di kebaktian tengah minggu. Ternyata di Kalimantan , jemaat antusias beribadah dan punya semangat untuk datang kepada Tuhan. Bukan karena mereka tidak sibuk melainkan karena mereka haus akan Firman Tuhan. Rencananya Pemimpin Pujian akan mengajak pujian selama ½ jam, namun setelah selesai  lagu pujian pertama selesai dinyanyikan dan pujian kedua mulai dinyanyikan, listriknya padam. Sang pemimpin pujian terus memimpin pujian dengan lagu “Dalam Yesus Kita Bersaudara”. Setelah selesai lagu tersebut, dalam keadaan gelap gulita ia ingin menyerahkan waktu ke pembicara. Saya berdoa dalam hati agar lampunya nyala. Karena kalau tidak ada penerangan maka proses penyampaian khotbah dan pembacaan nats Alkitab akan terhalang (karena akan membingungkan khotbah kepada siapa).Setelah lagu “Hatiku telah siap Tuhan”, lalu saya berdoa agak panjang dengan harapan lampunya sudah menyala saat selesai berdoa. Ternyata belum nyala juga. Kemudian saya ajak jemaat untuk membuka Alkitab. Waktu saya membaca ayat demi ayat , lampu menyala! Jemaat menyambut gembira. Hari itu saya belajar 1 kebenaran Firman Tuhan. Saya tidak mampu menyampaikan firman Tuhan dalam gelap gulita walaupun sudah menyiapkannya. Kalau lampu terus mati dan kondisinya gelap saya kalah. 2 Kor 4:8-9 Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa;  kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. Rasul Paulus mengatakan bahwa Allah selalu memberi kekuatan. Saat Allah memberi kita kekuatan , kekuatan Allah makin berlimpah dan semakin kita mengalami kebaikan Allah yang semakin mendalam.

                Sebagai majelis, pengurus, singer, anggota paduan suara (waktu bisa melayani), itu kebaikan Allah yang membuat kita bisa melakukannya. Sesungguhnya kita berhutang kebaikan Allah saat melakukan itu. Kita bisa melayani karena kita berhutang. Rasul Paulus yang mendatangi orang-orang dari desa ke desa dan dari kota ke kota punya pemahaman seperti ini “Aku punya hutang yang harus aku bayar”.  Mari pikirkan dalam memasuki perayaan natal, “Apakah kita merasa makin dalam merasakan kebaikan Allah dalam kita melakukan pelayanan dan melakukan apa yang Tuhan minta?”


Penutup

                Pertanyaan untuk diri kita : Apakah kita benar-benar memahami, menyadari, dan mengakui bahwa kita telah menerima anugrah Tuhan Yesus yang telah menebus dosa kita? Apakah kesadaran itu membuat kita melihat sesama menjadi bagian dalam hidup kita untuk melayaninya? Pada akhir pekan biasanya orang pergi ke Puncak atau Bandung. Saat saya ke sana, ada jemaat yang memberitahu restoran Mak Oneng, mie kocok di Pasir Kaliki dan tempat belanja pakaian (FO). Dia sangat tahu dan dengan semengat memberitahu tentang keberadaan restoran dan FO tersebut bahkan sampai ingat waktu bukanya yang notabene kita tidak punya utang piutang dengannya. Kita adalah umat yang sudah ditebus, tapi tidak punya semanagat dan antusias untuk memberitakannya bahwa kita sudah ditebus! Mau orang terpelajar atau bukan, kita berhutang. Jangan jadi orang Kristen selfie (orang Kristen untuk diri sendiri. Kita harus menjadi orang Kristen yang keluar dan bergerak kepada orang lain. Karena kita berhutang kepada Allah.
                Kalau kita berhutang , kita harus membayar.  Tidak ada kata lain untuk orang yang berhutang kecuali harus membayar hutang tersebut. Orang yang tidak membayar, kita sebut sebagai orang jahat karena tidak mau melakukan kewajiban. Kita akan menyebut mereka orang yang tidak tahu diri dan tidak mau membalas budi. Kalau ucapan itu ditujukan ke kita, kita tidak menerimanya, tapi itu yang kita lakukan. Oleh sebab itu kita harus membayar hutang. Sebenarnya walau kita tidak menginjili, orang lain tetap bisa mendengar firman Tuhan karena Tuhan akan menggunakan berbagai cara. Dr. Rachmiati Tanudjaja mengatakan  ada seorang pemuda asal Afghanistan. Ia marah dengan orang Kristen dan ingin menghancurkannya. Salah satu pusat orang Kristen ada di Amerika sehingga ia pergi ke Amerika dan kemudian ia masuk ke universitas. Ia ingin masuk ke dunia orang Kristen untuk merancang kejahatan. Lalu ia dengan semangat belajar apa yang dipercaya oleh orang Kristen. Ia merasa orang Kristen adalah orang bodoh yang Allahnya tiga (Allah Tritunggal). Ini adalah pemahaman yang sulit. Karena  merasa buntu dengan pikiran yang tidak masuk akal tentang Allah Tritunggal, maka dia ingin mengotak-atiknya. Kemudian ia digerakkan untuk belajar Alkitab dan mencoba mempelajarinya. Suatu saat firman Allah berbicara kepadanya dan ia bertobat. Waktu bertobat, ia berkata, “Allah orang Kristen yang dia tentang, sekarang saya pahami setelah saya percaya. Waktu saya tidak percaya saya tidak bisa memahami.” Jadi hal yang tidak masuk akal bisa masuk akal setelah kita percaya. Akhirnya ia menjadi orang yang bersemangat melayani orang lain. Orang itu percaya melalui Roh Kudus yang memberi hati untuk menyelidiki Firman Allah. Jadi Allah bisa memakai apa saja. Rasul Paulus mengatakan Allah mau memakai saya, itu sudah “kam-sia” (terima kasih). Allah membawa kita dalam rencana, dan hal itu harus disadari. Waktu membayar hutang, kita berysukur karena Allah memberi kemampuan melakukannya.

                Proyek tahun ini adalah mendoakan orang yang akan dibawa kepada Tuhan. Ini adalah momentum dan diharapkan kesempatan perayaan natal menjadi penggerak untuk membawa mereka dan kemudian menjadi kebangunan gereja. Setelah natal, kita tetap mendoakan dan membawa mereka. Jangan lupa kita berhutang dan harus membayarnya!

No comments:

Post a Comment