Monday, August 4, 2014

Beribadah...? Kalau Sempat...!!


Pdt. Hery Kwok

Maz 42:1-5
42:1 Untuk pemimpin biduan. Nyanyian pengajaran bani Korah.
42:2 Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.
42:3 Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?
42:4 Air mataku menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku: "Di mana Allahmu?"
42:5 Inilah yang hendak kuingat, sementara jiwaku gundah-gulana; bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan.

Pendahuluan

                Rumah saya terletak di daerah perkampungan dan dikelilingi oleh sekitar 5 mesjid. Karena dekat mesjid, maka setiap pk 4 subuh mereka akan memanggil umat mereka. Suatu kali, ada seorang imam (pendakwah) berkata,”Aduh anak muda sulit sekali sholat. Ayo anak-anak muda cepat datang ke mesjid karena kita akan mulai sholat subuh.” Lalu dikeluarkan komentar menarik, “Mari kita sholat sebelum kita disholatin.” Hal ini menarik untuk direnungkan. Pendakwah itu ingin mengajak umatnya agar sembahyang (berdoa) selama masih diberi waktu untuk itu dan jangan menunda sehingga akhirnya karena tidak sempat dan sudah meninggal , orang-orang lainlah yang justru berdoa untuk kita. Berarti sudah terlambat bagi kita untuk berdoa. Analog dengan hal tersebut, bagi orang Kristen berlaku, “Ayo pergi ke gereja (beribadah) sebelum engkau diibadahkan!”  Selama bulan Agustus kita akan merenungkan tentang ibadah.

Mengapa Ibadah Tidak Menjadi Prioritas dalam Hidup Orang Kristen?

Hal ini disebabkan oleh konsep ibadah itu sendiri yang dilihat dari segi :
1.    Praktis. Saya pernah melayani di berbagai gereja dan ada yang berkata :
-     suasana gereja kering sekali seperti sumur tidak berair sehingga saya merasa tidak nyaman bergereja di sana.  Hal ini berbeda dengan gereja tetangga yang gegap gempita
-     Lagu-lagunya kuno (tidak tahu dari abad ke berapa) dan tata ibadahnya monoton (tidak meledak-ledak) 
-     Khotbahnya bisa menghantar tidur yang nyenyak (orang datang ke gereja, duduk, diam sejenak lalu “istirahat” dengan tenang.
-     Suasananya tidak hangat (akrab) dan hidup. Saya datang dan pulang tidak ada yang tahu (peduli). 
2.  Tujuan. Seringkali tujuannya berpusat dari diri manusia yaitu memuaskan dirinya baik telinga maupun perasaannya (kalau telinga dan perasaan dipuaskan baru mau ke gereja) atau memenuhi kebutuhannya (saya beribadah untuk mendapat kesehatan, berkat dalam usaha dan pekerjaan dll. Kalau tidak dapat, maka saya tidak ke gereja.  Hal ini membuat jemaat sulit untuk setia). 
Konsep beribadah sebagian jemaat sudah bergeser sehingga beribadah (ke gereja) tidak lagi menjadi prioritas.

Arti Ibadah dalam Konsep Alkitab

                Alkitab mengajarkan konsep arti beribadah yang baik. Baik dalam bahasa aslinya (Ibrani dan Yunani) konsepa (intinya) sama.  Ibadah adalah suatu sikap dari seorang yang diselamatkan (percaya) yang menyembah pada Allah yang hidup.  Sikap penyembahan kepada Allah adalah bentuk penghormatan, kekaguman karena Allah layak menerimanya dari ciptaanNya. Sejarahnya umat Israel menyembah kepada Allah  dengan konsep Allahlah yang harus disenangkan.  Unsurnya : focus kepada Allah (semata-mata hanya untuk kepentingan Allah). Karena Allah yang harus ditinggikan, maka mereka harus mempersiapkan dengan kesungguhan hati untuk bertemu dengan Allah. Kekaguman dan hormat mereka lahir dari hubungan yang dekat dengan Allah yang telah menyelamatkan mereka. Dari Kitab Keluaran, Imamat, Bilangan , Ulangan kita melihat sikap Musa waktu datang kepada Allah. Dari hubungan relasi Musa kepada Allah , Musa mengakui Allah layak menerima penyembahan.  Hal ini berbeda dengan konsep beribadah yang telah bergeser seperti yang disebutkan sebelumnya.

Konsep Beribadah dalam Mazmur 42

                Mazmur 42 ditulis oleh bani Korah (dari suku Lewi) saat bangsa Israel dibuang ke Babel oleh Raja Nebukadnezar (2 Raja-Raja 24-25) dan mereka menemukan kesulitan mereka di negeri asing tersebut.  Di Babel, orang Israel tidak bisa beribadah ke bait Allah seperti saat mereka masih di Israel di mana mereka bebas datang ke sinagoge. Pada kitab Daniel disaksikan bahwa orang Israel yang ketahuan beribadah akan dihukum mati.  Dahulu waktu Allah memberi kesempatan untuk beribadah, mereka menyimpang dan berdosa. Waktu dihukum Allah, baru mereka mengerti betapa berharganya kesempatan beribadah.   Kadang-kadang hidup itu ironi (bertabrakan). Waktu dikasih kelimpahan, kita lupa menghayati kelimpahan itu.  Dalam kelimpahan orang hidup sembrono dan tidak taat aturan.  Tetapi waktu hidup susah, tidak ada kesempatan, baru kita mengerti betapa mahalnya arti kesempatan.  2 hari lalu saya dan shi mu berkunjung ke jemaat Ketapang yang menderita sakit kanker payudara. Ia terbarang dengan kondisi yang menyedihkan.  Dulu ia aktif melayani Tuhan dan hidupnya didedikasikan buat pelayanan. Saat terbaring sakit, ia tidak bisa lagi pergi beribadah dan pelayanan. Saat berkunjung di rumah sakit, saya sering mendengar pasien berkata, “Kalau Tuhan menyembuhkan, maka saya akan datang ke rumah Tuhan”.  Itulah ironi yang digambarkan di Mazmur 42 karena mereka sekarang tidak bisa beribadah dengan bebas di negeri asing. Bahkan pada ayat 4,  orang Babel menghina mereka dengan sindiran, “Di mana Allahmu (yang membuat mereka sekarang terhukum di negeri Babel)? Kepercayaan bangsa Israel dihina, iman mereka ditantang dan mereka berada dalam kondisi yang sulit sekali. Namun di dalam kondisi yang sulit inilah, pemazmur menulis syair yang bagus tentang ibadah. Dalam kondisi tidak bebas beribadah, mereka keluarkan mutiara rohani yang tercantum dalam ayat-ayat di Mazmur.

                Mazmur 42, ayat 2-3 menggambarkan kerinduan pemamur untuk berjumpa dengan Allah. Kerinduan tersebut digambarkan seperti seorang yang sedang membutuhkan hal-hal yang jasmani seperti air. Kata merindukan merupakan kata yang abstrak tapi pemazmur bisa menjelaskan seperti seekor rusa yang merindukan air, demikian kerinduanku untuk bertemu dengan Allah.  Manusia bisa tidak makan selama 3-4 hari dan masih sehat , tapi kalau tidak minum manusia bisa pingsan. Oleh karena air kebutuhan hidup yang paling hakiki sehingga tubuh kita akan mengalami kesulitan untuk menjalani hidup tanpa air. Maka pemazmur  menggambarkan dengan tepat kerinduan ini seperti rusa yang merindukan air. Rusa adalah bintang yang sangat membutuhkan air. Itu sebabnya ia mempertaruhkan hidupnya pergi ke sungai walau di sungai ada pemangsa seperti buaya, karena rusa tahu air adalah kebutuhan hidup. Kerinduan pada hal-hal yang rohani yaitu bertemu dengan Allah. Kerinduan rohani ini muncul dalam diri pemzamur. Waktu Rasul Paulus menulis surat ke jemaat di Roma, ia mengatakan, “Biarlah rohmu menyala-nyala!” (Roma 12:11b). Rasul Paulus mengungkapkan supaya ada kerinduan rohani yang muncul untuk berjumpa dengan Allah. Tetapi kerinduan rohani itu menjadi pudar karena berbagai faktor yang dihadapi dalam hidup ini. Pada waktu bertumbuh dan tidak mendapat pekerjaan begitu rindu Allah, begitu diberi pekerjaan sering lupa untuk beribadah.  Seringkali kerinduan rohan pudar saat digerogoti sehingga kehilangan esensi tentang ibadah. Ada orang yang usahanya diberkati Tuhan luar biasa, dan mengakibatkan kerinduannya beribadah kendur dan terkikis. Pada waktu mungkin ber-rumah tangga, rindu kehadiran anak. Tetapi begitu diberikan, maka kesulitan mengatur waktu dan tidak beribadah lagi dengan baik. Pemazmur pada ayat 2-3 mengingatkan kita apakah kerinduan untuk beribadah masih ada pada diri kita? Mari kita melihat diri kita, sejauh mana saya dengan Tuhan punya letupan rohani yang kuat?  Atau mungkin saya mulai kehilangan gairah untuk mencari perkara-perkara rohani.  Rasul Yohanes berkata, “Waktu engkau mencintai dunia engkau tidak mencintai Allah”. Saat engkau terhisap dunia, maka hilalglah kehausan akan Allah. Pemzamur seperti rusa “Aku ingin datang padamu Tuhan karena aku rindu. Pemahanan pemazmur akan kerinduan pada Allah seperti air. Kalau Allah merupakan sumber hidup maka tidak akan lalai untuk datang kepadaNya.  Waktu tahu harta benda dan usaha bukan sumber hidup maka kita akan giat mencari Allah. Pemahaman pemzamur menggambarkan sumber damai dan sejahtera dari Allah maka dikatakan , “Bilakah aku boleh datang melihat Allah?” (ayat 3b). Ayat dalam kitab Bilangan berkata, “Allah memalingkan wajahNya kepadamu”.  Di dalam ayat ke 3b  perkataan “Bilakah aku melihat Allah?” menggambarkan apakah Allah yang sumber berkat itu memberikan berkat berlimpah kepada manusia. Berkat baik materi dan non materi. Misal kesehatan, kesempatan itu kasih karunia Allah. Kalau Allah berikan itu tidak ada yang bisa mengambil. Dalam ayat 3-4 Pemazmur menggambarkan kerinduan akan Allah dalam dirinya.

                Pada Maz 42 ayat ke 5 digambarkan kemungkinan besar hari raya Pondok Daun. Bisaanya di Israel diadakan sekitar bulan September, dan dirayakan cukup ramai . Ada dua frasa yang menarik yaitu :
-        Pemazmur adalah orang yang sangat senang / rindu jika bisa datang ke rumah Allah. Kerinduan kepada Allah digambarkan dalam bagian kalimat “berjalan maju dalam kepadatan manusia”. Di Jakarta, kita mengerti arti macet (padat). Kadang melihat kepadatan manusia, kita merasa tidak perlu ngoyo “ biarlah toh besok masih ada kesempatan”. Tetapi pemzamur berkata “Aku akan berjalan maju di antara kepadatan manusia”. Waktu saya ke Israel , kami masuk ke tempat di mana Tuhan Yesus lahir. Tempat itu menjadi primadona bagi orang Kristen dan banyak orang melihat sehingga susah masuk ke sana dan membuat kita minta dialihkan ke tempat lain. Pemamur mengatakan, “Aku mendahulu mereka melangkah ke rumah Allah” artinya benar-benar mendahului mereka dengan cepat. Apakah kita datang beribadah punya langkah seperti berusaha cepat datang dan mendahului supaya aku berjumpa Allah?  
-        Pemazmur rindu memuliakan Allah dalam ibadah (kosep ibadah : focus untuk Allah). Di dalam ayatnya ke 5 bagian akhir dikatakan, “(Aku) melangkah ke rumah Allah dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan”. Orang Israel datang dari Utara jauh sekali ke Yerusalem tetapi mereka datang dengan kerinduan tinggi dan penuh suka cita.  Bukan untuk memuaskan telinga dan hati, walau Allah akan memberikan kepuasan, tetapi tujuannya Allahlah yang aku puaskan.

Kesimpulan


                Di beberapa negara seperti Tiongkok dan Kirgiztan (di perbatasan Tiongkok dan Rusia) orang Kristen sulit untuk beribadah. Namun umat Tuhan di sana justru beribadah dengan penuh antusias (semangat), walau saat beribadah mereka hanya bisa bernyanyi tanpa suara walau mulutnya bergerak. Mereka sulit untuk mengekspresikan diri karena takut ditangkap. Ironisnya di Indonesia, kita punya banyak kesempatan beribadah dan memuji Tuhan tapi tidak digunakan. Mari kita renungkan bagaimana kita beribadah kepada Allah. Jadikan ibadah prioritas dalam hidup kita. 

No comments:

Post a Comment