Monday, May 5, 2014

Berilah Apa yang Ada Padamu



Pdt. Hery Kwok

1 Raja 17:7-16
7  Tetapi sesudah beberapa waktu, sungai itu menjadi kering, sebab hujan tiada turun di negeri itu.
8  Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia:
9 "Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan."
10  Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: "Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum."
11  Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: "Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti."
12 Perempuan itu menjawab: "Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati."
13  Tetapi Elia berkata kepadanya: "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu.
14  Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi."
15  Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya.
16  Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.

Pendahuluan

                Seorang pendeta yang melayani di suatu desa berkunjung ke jemaatnya. Saat berkunjung, ia bertanya ke jemaatnya, “Kalau Bapak diberikan motor, apakah Bapak mau memberikan motor itu untuk mendukung pekerjaan Tuhan?” Jemaat itu menjawab, “Ya, saya akan memberikannya untuk mendukung pekerjaan Tuhan.” Pendeta itu senang mendengar respon sang jemaat. Lalu ia bertanya lagi, “Kalau Tuhan memberikan sapi, apakah Bapak mau memberikan sapi itu untuk mendukung pekerjaan Tuhan?” Dijawabnya ,”Iya. Saya akan menjual dan memberikan hasilnya untuk pekerjaan Tuhan”. Sang Pendeta tambah senang.  Lalu sang pendeta mengajukan pertanyaan ketiga, ”Jika kamu punya dua ekor ayam, maukah kamu memberikan yang satu ke gereja untuk pekerjaan Tuhan?” Dijawabnya, “Maaf Pendeta, saya harus pikir-pikir dulu.”. Rupanya karena sang jemaat saat itu belum memiliki motor dan sapi, ia mau memberikannya. Namun untuk ayam, karena saat ini dia sudah memiliki dua ekor ayam dan dia tidak bersedia memberikannya , maka ia perlu memikirkannya dulu. Tema “Berilah Apa yang Ada Padamu” mengarahkan kita pada pertanyaan, “Apakah kita sudah mempunyai pandangan yang luas dalam memberi?” Dalam memberi bukan materi yang menjadi ukuran tetapi hati yang memberi yang menjadi kunci. Ibarat saat jatuh cinta, jangan hanya janji-janji saja tapi buktikan janjimu itu. Ungkapan itu menunjukkan, jika kamu benar-benar mencintai, maka berikan hatimu dalam bentuk yang nyata.

Cara Allah Menyatakan KebesaranNya

                Pasal  1 Raja 17 dilatar-belakangi kehidupan Nabi Elia di tengah bangsa Israel yang hidup dalam penyembahan berhala. Nabi Elia hidup dalam zaman Raja Ahab yang begitu bejat moralnya dengan menyembah berhala. Pasal selanjutnya, nabi Elia perang dengan nabi Baal yang jumlahnya 450 orang (1 Raj 18:22). Itu sebabnya seluruh negeri dan sekitarnya dipengaruhi penyembahan berhala dan membuat orang Israel sulit mengenal Allah dengan baik. Pasal 17 Allah memberikan pernyataan ke umatNya dalam peristiwa di mana Elia berdoa supaya Tuhan jangan menurunkan hujan dan hujan benar-benar tidak turun selama 3 tahun 6 bulan (Yak 5:17). Hal ini menunjukkan iman nabi Elia ke Allah dan kebesaran Allah membuktikannya. Berhala tidak bisa melakukannya tapi Allah bisa. Lalu peristiwa burung gagak membawa daging ke Elia (1 Raja 17:6 Pada waktu pagi dan petang burung-burung gagak membawa roti dan daging kepadanya, dan ia minum dari sungai itu). Bagaimana mungkin burung gagak yang suka daging tapi ia bisa membawa daging ke nabi Elia? Itulah gambaran Allah yang besar dalam kebesaranNya. Allah juga menyatakan kebesaranNya melalui seorang janda di Sarfat. (1 Raj 17:9 "Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan." Dalam menunjukkan kebesaranNya, Allah tidak memakai orang “besar” (hebat) tetapi serangkali memakai orang “kecil” untuk menyatakan kebesaranNya kepada dunia. Cara Allah menyatakan kebesaranNya berbeda dengan orang dunia, karena ia sering memakai orang kecil. Seorang nabi besar (Elia) dalam perjalanannya punya pergumulan sendiri. Sebagai hamba Tuhan, saya juga sering belajar dari iman jemaat yang secara kasat mata tidak diperhitungkan tapi taat (setia) dipakai Tuhan.

Di dalam cara Allah memakai janda dari Sarfat ada beberapa hal yang dapat dipelajari :

1.     Allah memakai janda dari Sarfat sebagai alat Tuhan dalam kondisi yang susah (1 Raja 17:7  Tetapi sesudah beberapa waktu, sungai itu menjadi kering, sebab hujan tiada turun di negeri itu). Kemungkinan kekeringan saat itu sudah memasuki 2 tahun pertama dan merupakan perkara pelik. Kalau berkepanjangan , kekeringan itu bukan saja menyengsarakan manusia, tapi pohon dan hewan juga akan mati dan mengakibatkan manusia tambah susah. Keterbatasan materi dari janda ini dapat ditemukan pada ayat 10 (Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api)  dan 12 (Perempuan itu menjawab: "Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati."). Dalam kondisi susah, justru kebesaran Allah sungguh nyata dalam kehidupan orang percaya. Di dalam kondisi yang tidak mungkin, Allah bisa menyatakan kemulianNya sedemikian hebat kepada orang percaya. Jangan berpikir, saat “kekeringan” menghadang Allah membuat kita susah, tapi sebaliknya Allah pakainya agar kita melihat kemuliaanNya. Mungkin kekeringan yang dialami adalah kekeringan dalam bidang ekonomi (keuangan), kesehatan kita dan lainnya. Kebenaran Firman Tuhan menyatakan, justru dalam kondisi susah , Tuhan memakai janda dari Sarfat untuk menyatakan kemulianNya. Padahal saat susah, kita sering banyak mengeluh. Hal ini normal karena kita manusia. Tetapi yang yang dianggap “normal” ini,  bisa menutup mata rohani kita akan karya Allah yang sedang dikerjakan. Pelajaran pertama, janda dari Sarfat memberikan dari apa yang ada padanya walau dalam kondisi kesulitan. Waktu memiliki dalam jumlah berlebih, tidak terlalu sulit bagi kita untuk memberikan sesuatu. Sebaliknya waktu kita kekurangan, untuk memberikan sesuatu merupakan ujian yang berat. Itu sebabnya dalam kitab Injil Yesus memuji janda yang memberikan persembahan sebanyak 2 peser (satu duit) dibandingkan orang kaya yang memberikan sedemikian banyaknya (Lukas 21:3, Markus 12:43). Kitab suci tidak menjelaskan pemberian kecil diterima Allah sedangkan pemberian besar tidak, tetapi kitab suci mengatakan janda ini mau memberikan dirinya kepada Allah.

2.     Bagaimana ketaatan janda ini pada janji Allah. 12 Perempuan itu menjawab: "Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati." Waktu kita baca ayat 12 ada 2 kata yang menarik yakni segenggam (tepung di dalam tempayan) dan sedikit (minyak dalam buli-buli). Ini menunjukkan kondisi bahwa janda ini benar-benar susah. Menurut penafsir, kemungkinan janda ini sebelumnya mungkin orang kaya karena ia punya rumah yang berloteng seperti yang tertulis pada ayat  19  Kata Elia kepadanya: "Berikanlah anakmu itu kepadaku." Elia mengambilnya dari pangkuan perempuan itu dan membawanya naik ke kamarnya di atas, dan membaringkan anak itu di tempat tidurnya. Beberapa penafsir mengatakan kemungkinan besar janda ini jatuh bangkrut dan mengalami hal yang susah sekali. Tidak mudah orang memberikan apa yang tinggal di dalam dirinya, kalau tidak ada keberanian untuk taat. Ketaatan inilah yang harus dibangun dalam persekutuan dengan Tuhan. Ketaatan itu tidak langsung didapat, tetapi melalui proses dalam persekutuan dan relasi antara kita dengan Dia. Waktu Yusuf digoda istri Potifar, ia tidak berzina karena ia mendengar firman Tuhan dari ayahnya (Yakub) sejak kecil. Kita perlu berdoa karena itulah yang membantu kita belajar taat kepada Allah. Hidup di dunia susah dan penuh godaan untuk kita berbuat jahat.  Bagi seorang pengacara ,yang paling susah dari profesinya adalah bagaimana menghindarkan “politik uang” untuk memenangkan kasus yang ditangani. Pergumulan orang percaya dalam dunia adalah tidak mudahnya untuk taat kepada Tuhan. Sama susahnya waktu janda dari Sarfat bergumul tentang “segenggam” dan “sedikit” untuk diberikan. Karena seperti tertulis pada  ayat 12, taruhan ketaatannya adalah dia dan anaknya akan mati.  Sekarang ini, saya tidak pernah mendengar ada orang mau memberi sampai mati untuk Tuhan dan berkata,”Pa saya persembahkan buat Tuhan, lalu saya dan keluarga saya akan mati”. Sedangkan ketaatan janda dari Sarfat merupakan pergumulan antara hidup dan mati. Tetapi ayat ke 15 dikatakan “Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya” . Janda itu pergi berbuat seperti yang dikatakan nabi Elia. Ketaatan ini dibuktikan dalam langkahnya, karena ia mempunyai dasar pada ayat 14 tentang janji Tuhan yang terkadang sulit diterima akal kita. Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi.Artinya “segenggam” dan “sedikit” menjadi “berlimpah” dan “banyak” dan orang percaya dikuatkannya saat menghadapi pergumulan dalam hidupnya. Waktu janda ini memberikan apa yang ada padanya, sebenarnya Alkitab menceritakan bahwa ia memberikan hatinya buat Tuhan. Itulah yang mahal di mata Tuhan. Kadang waktu melihat contoh yang diberi jangan terjebak pada materi semata (kuantitas besar dan kecil). Tetapi mari kita lihat isi dan kualitas yaitu hati yang memberi. Kalau Allah memberikan kita untuk memberi besar, jangan takut untuk memberi besar. Waktu Allah memberikan materi yang “tidak berlimpah” tapi memberi dalam kekurangan , justru Allah memperhitungkan hati kita. 

Kesimpulan

1.     Allah dapat menyatakan kemulianNya dalam kondisi apa pun. Sehingga saat kita punya keyakinan Allah sanggup melakukan perkara yang tidak mungkin, apakah kita mau taat? Saat dilakukan renovasi gedung gereja GKKK Mabes tahap pertama, ada pergumulan tentang kebutuhan dana untuk renovasi. Kalau dana sudah tersedia, maka renovasi bukan hal yang sulit. Tapi dalam kesulitan, lalu kita berteriak maka Allah akan menunjukkan kemulianNya. Renovasi ini untuk pekerjaan Tuhan , sehingga kita belajar taat dan kita bertanggung jawab dalam hal penggunaan dana yang terkumpul. Saat harus memberi, janganlah kita pelit kepada Tuhan karena disitulah kita menunjukkan hati kepada Tuhan. Jadi waktu Allah mau memakai kita seperti memakai janda dari Sarfat, maka kita akan melihat Allah memakai kita dalam berbagai pekerjaan Allah.

2.     Maukah  kita dipakai Allah dalam memberi untuk menyatakan kemulianNya? Saya dan shi mu diajak makan oleh teman. Ia terbeban untuk membantu beban renovasi tahap kedua. Waktu saya ucapkan terima kasih, dia mengucapkan bahwa “Tidak usah kamu ucapkan terima kasih atau tidak enak, tetapi Allah telah memakai doa kalian berteriak sehingga membuat saya ikut terlibat”.  Bangunan gereja kita sudah 15 tahun tidak pernah direnovasi sedikitpun setelah cicilan pinjaman untuk dana pembangunan selesai dilunasi. Dana pembangunan yang dibutuhkan baru lunas 12 tahun lalu sehingga kita tidak bisa merenovasi dengan baik. Itu pergumulan dari pendahulu sampai selesai mendirikan bangunan. Saya terharu. Kita sebagai generasi kedua dipakai untuk merenovasi gedung ini. Pdt Suryawan Edi berkata, “Kadang saya melihat iman dari orang dahulu hebat sekali”. Allah memakai mereka dengan iman dan visinya sehingga punya bangunan gereja untuk diwariskan ke generasi selanjutnya yaitu kita. Mari kita belajar dari janda dari Sarfat untuk memberikan apa yang ada pada kita.

No comments:

Post a Comment