Sunday, May 25, 2014

Belajar Dari Orang Samaria yang Baik Hati


Pdt. Hendra G Mulia

Lukas 10:25-37
25  Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
26  Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?"
27  Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
28  Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup."
29  Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: "Dan siapakah sesamaku manusia?"
30  Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati.
31  Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan.
32  Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.
33  Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.
34  Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.
35  Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.
36  Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?"
37  Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"

Pendahuluan

                Pada kitab Kejadian dicatat bahwa saat jatuh ke dalam dosa dan mendapatkan diri telanjang, Adam dan Hawa langsung mengambil daun pohon ara, menyambung-nyambung (menyemat) nya  untuk menutupi diri karena mereka telanjang (Kej 3:7). Kejadian pasal 3 merupakan sikap manusia dalam relasinya dengan Tuhan : setelah jatuh dalam dosa , apa yang harus diperbuat untuk memperoleh hidup kekal dan mengatasi dosa yang dilakukan? Mereka melanggar firman Tuhan dengan memakan pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, sehingga mereka jatuh dalam dosa (Kej 3:6). Apa yang harus dilakukan supaya aku peroleh hidup kekal dan mengatasi persoalan dosa? Tetapi usaha manusia tidak akan pernah berhasil. Waktu Tuhan Allah datang, mereka sembunyi sehingga daun pohon ara tidak bisa menutupi dosa dan rasa malu mereka . Pada akhir Kejadian 3, Tuhan kemudian memakaikan jubah dari kulit binatang (Kej 3:21). Itu melambangkan Kristus yaitu kita diselamatkan tidak berdasarkan perbuatan kita, tetapi karena pekerjaan Tuhan. Pada Kejadian 3, Tuhan memberikan jubah kulit binatang. Binatang yang kulitnya diambil untuk jubah, harus disembelih (mati dulu) baru kulitnya dipakai. Demikian juga dengan Tuhan Yesus. Kematian Yesus Kristus dipakai untuk memperoleh hidup kekal.  Pergumulan manusia dari dulu sampai sekarang selalu sama , “Apa yang harus diperbuat untuk mendapat hidup kekal?” Sehingga tidak mengherankan, ahli Taurat bertanya, "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"(Lukas 10:25).

Apa yang Diperbuat Setelah Selamat (Percaya) ?

                Sebagai orang yang sudah percaya, saat meninggal kita akan masuk sorga. Namun sebelum masuk sorga, dari sekarang sampai nanti meninggal, apa yang harus diperbuat? Kelemahan kaum Injili, kita mendapat sesuatu yang sudah tepat :  dengan percaya Tuhan Yesus, maka kamu akan diselamatkan (Yoh 3:16 16  Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal). Jadi yang harus diperbuat untuk hidup kekal adalah “percaya kepadaNya!”. Setelah percaya, kita punya “karcis” ke surga. Dari sekarang sampai masuk surga, apa yang dilakukan? Orang Injili berkata, “Trust ini Jesus”. Tetapi setelah selamat? Kita kembali ke pertanyaan, “Apa yang saya perbuat?” 2 minggu lalu, saya memimpin retreat guru Sekolah Minggu ada lagu “Baca Kitab Suci” yang liriknya :
Baca kitab suci, Doa tiap hari     3x
Baca kitab suci,Doa tiap hari, Kalau mau tumbuh
Kalau mau tumbuh    2x Glory Haleluya
Baca kitab suci, Doa tiap hari, Kalau mau tumbuh
Kalau tidak baca kitab suci, tidak bertumbuh. Inti berbagai khotbah adalah 5 hal yaitu : baca kitab suci, berdoa tiap hari, jangan malas ke gereja tiap minggu, ikut pelayanan dan memberi persembahan.  Kelimanya apa yang kita lakukan. Untuk bertemu Tuhan Yesus, kita lakukan apa? Kita sibuk berdoa, melakukan pelayanan, pergi ke gereja, melakukan persembahan, penginjilan, misi dan lain-lain. Kerja dan kerja terus. Orang yang baru datang diminta untuk melakukan ini dan itu.  Sekarang hal ini tidak mudah dilakukan. Dulu doa pagi dilakukan pk 6-7 karena berangkat dari gereja pk 7 sampai di kantor pk 7.45. Sekarang, kalau berangkat pk 6, maka lalu lintas sudah macet. Anak didik saya tinggal di Alam Sutera kerja di Sudirman. Berangkat pk 6 sampai di kantor pk 8.30 sehingga ia berangkat pk 5.30 dan sampai di kantor pk 6.30.

                Ahli Taurat bertanya apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"(Lukas 10:25). Yesus menjawab, "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" (Luk 10:26). Ahli Taurat pun menjawab, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Luk 10:27). Dari sebanyak 600 lebih peraturan hukum Taurat lalu diringkas menjadi 2 yaitu kasihilah Tuhan Allahmu dan sesamamu manusia. Agustinus mengatakan Love God dan do what you like (Kasihi Tuhan dan lakukan apa yang kau sukai – karena dengan mengasihi Tuhan maka kamu akan melakukan apa saja yang Tuhan kehendaki). Kalau sudah mengasihi Tuhan, tidak mungkin kita ke nite club karena yang akan dilakukannya “the law of love” (Mat 22:37-39). Yang paling penting dalam hidup: cinta Tuhan dan sesama. Dasar semuanya : cinta Tuhan. Ahli Taurat mengetahui hal ini dengan tepat. Dia hapal ayat-ayat kitab Taurat. Ia mengetahui hukum kasih. Tapi waktu datang ke Tuhan Yesus, ia bertanya, “Apa yang harus kuperbuat?” dan dijawab Tuhan Yesus dengan tepat. Namun setelah itu untuk membenarkan dirinya, dia bertanya lagi, “Siapakah sesamaku manusia?” karena dia ingin menjelaskan hukum yang kedua dengan terminology dari kacamata orang Yahudi. Sebab ia tahu bahwa Tuhan Yesus bergaul dengan pemungut cukai, pelacur dll yang menurut ahli Taurat dan imam, mereka adalah orang-orang najis. Dalam benaknya Tuhan menciptakan surga dan neraka dan  Tuhan menciptakan surga untuk orang Yahudi sedangkan orang non Yahudi masuk neraka. Bagi ahli Taurat semua orang di luar Yahudi adalah orang kafir dan menjadi bahan bakar neraka. Mereka (bangsa Israel) adalah bangsa yang diselamatkan, sedangkan lainnya menjadi penghuni neraka. Sehingga dalam pandangan mereka Tuhan hanya mengasihi orang Yahudi saja. Tapi Tuhan Yesus menjawabnya dengan bercerita bahwa  ada seorang Yahudi turun dari Yerusalem ke Yerikho yang berjarak sekitar 27 km. Dengan kecepatan jalan normal 5 km/jam,  maka dalam waktu hampir 6 jam orang tersebut akan sampai ke Yerikho. Jalanannya menurun karena  Yerusalem terletak di daratan tinggi (800 m di atas permukaan laut) sedangkan  Yerikho di daerah rendah (400 m di bawah permukaan laut), dengan perbedaan sekitar 1.200 m. Dalam perjalanan banyak gurun dan rampok, Orang tersebut dirampok, dipukul dan tergeletak di jalan. Lalu pada ayat 31, dikatakan kebetulan ada seorang imam turun. Begitu korban tersebut melihat ada imam, maka hal tersebut baginya bukan kebetulan karena berarti Tuhan menolong. Lalu ia berteriak minta tolong. Namun digambarkan bahwa si imam ini berjalan di seberang jalan karena sang imam sengaja menjauhkan diri dari si korban. Padahal imam itu dalam masyarakat saat itu, adalah orang suci. Yang kedua adalah orang Lewi yang membantu di bait Allah. Ternyata sama dengan sang imam, orang Lewi melakukan hal yang sama yaitu menyeberang jalan. Kedua orang yang dianggap orang suci, tidak menolong! Setelah itu datang orang Samaria.  Pada Yoh 4:9 dikatakan orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria. Hal ini sudah berlangsung selama ratusan tahun (dari zaman nabi Ezra dan nabi Yeremia). Tahun 721 SM Israel ditahlukkan Asyur lalu semuanya diangkut ke Asyur untuk dijadikan budak, sedangkan yang lemah , bodoh dan cacat ditinggalkan. Kemudian datang orang Arab, lalu terjadi kawin-mengawin sehingga muncul orang Samaria yang merupakan campuran antara orang Yahudi dan non Yahudi. Waktu orang Yahudi menyalibkan Yesus tahun 30, karena mereka tidak bertobat akhirnya di buang. Mereka berdosanya lebih lagi sehingga dibuang 1.800 tahun (hampir 2.000 tahun dibuang) baru kembali lagi. Merupakan keajaiban bahwa mereka bisa kembali.

                Setelah tanah Israel kosong, orang Arab masuk. Inilah orang Palestina. Mereka sudah ribuan tahun menetap di sana. Lalu orang Israel balik waktu zaman zionisme. Tahun 1948 akhirnya Israel menjadi Negara merdeka. Orang Palestina dan Israel tidak bisa cocok, seperti orang Israel dan Samaria. Imam dan Lewi mengambil sikap untuk jauh-jauh dari orang Samaria. Lalu datanglah orang Samaria. Orang yang menjadi korban kejahatan tidak berharap orang Samaria menolong. Tapi justru orang Samaria ini turun, diminyaki untuk menghentikan pendarahan. Lalu disiram anggur sebagai disinfektan. (Lukas 10:34-35  Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.  Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali). Yesus bertanya,” Siapa yang sesamamu manusia dari 3 orang itu?”. Saking tetap bencinya ahli Taurat itu tidak menjawab. Ahli Taurat tetap tidak mau ngomong bahwa jawabannya orang Samaria yang baik hati itu. Ahli Taurat hanya mengatakan Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya (Luk 10:37). Yesus kemudiaan berkata, “Pergilah dan berbuatlah kebaikan”. Inti ceritanya? Apakah bisa kita menjadi orang Samaria? Setelah jadi orang Kristen bisa jadi orang Samaria? Kita tolong korban bencana biasanya dengan memberi pakaian bekas, mengirim supermie lalu “pajang” bahwa  kita sudah baik hati. Itu namanya main sinterklas-sinterklasan. Bagi-bagi pakaian bekas yang memang kita mau buang karena jijik dan bagi supermie, apakah kita telah menjadi orang Samaria. Orang samaria, begitu melihat orang itu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Kalau menolong hanya untuk menunjukkan kamu hebat, itu hanya sinterklas-sinterklasan. Tergerak hati oleh belas kasihan. Untuk bisa tergerak , hanya bisa kalau hanya mengasihi Tuhan. Setelah mengasihi Tuhan baru bisa berbelas kasihan karena punya hati Tuhan Yesus.

Kesimpulan


                Setelah percaya, bukan apa yang kita perbuat yang penting. Berbuat , membaca kitab suci dan berdoa setiap hari hanya menjadikan kita “imam” dan “orang Lewi” yang tidak punya hati. Yang penting adalah cinta Tuhan (love God). Kalau cinta Tuhan , maka kamu pasti akan berdoa. Bukan seperti dalam mulut berkata “sayang anak”, tapi bisa tidak saling berbicara selama sebulan (katanya sayang anak tapi bisa tidak komunikasi). Kalau bilang “cinta Tuhan” tetapi tidak baca Alkitab, itu tidak benar. Apalagi kalau tidak berdoa. Kalau cinta Tuhan, maka Tuhan akan bentuk kita menjadi “orang Samaria”. Intinya : cinta Tuhan. Hanya dengan cinta Tuhan, maka bisa jadi orang Samaria yang baik hati.  Menjadi orang Samaria yang baik hati, tidak bisa melalui mendengar khotbah sebanyak 1.000 kali. Apakah engkau mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatanmu? Kalau sunguh-sungguh mengasihi Tuhan , kamu bisa jadi orang Samaria yang baik hati. 

No comments:

Post a Comment