Monday, March 3, 2014

Kristus Adalah Tuan dan Aku Adalah HambaNya





Pdt. Hery Kwok

Ayub 13:15
Lihatlah, Ia hendak membunuh aku, tak ada harapan bagiku, namun aku hendak membela peri lakuku di hadapan-Nya. Dalam terjemahan lain Lihatlah Ia (Tuhan) hendak membunuh aku, tak ada harapan bagiku namun aku tetap percaya kepada Allah. Ini ungkapan dari Ayub  yang tetap percaya kepada Tuhan meskipun dalam kesusahan.

Mal 1:6
6 Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepada-Ku itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepada-Ku itu? firman TUHAN semesta alam kepada kamu, hai para imam yang menghina nama-Ku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menghina nama-Mu?"

Lukas 17:7-8
7  "Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan!
8  Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum.
9  Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya?
10  Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."

Pendahuluan

                Beberapa waktu lalu di salah satu acara TV, komisi HAM (Hak Asazi Manusia) menyoroti majikan yang menganiaya pembantunya. Misalnya : ada majikan di Medan yang menyekap pembantunya di rumah dan selama bebrapa bulan tidak diperlakukan dengan layak. Lalu di Bogor ada istri seorang polisi yang menyekap dan tidak memperlakukan dengan baik pembantunya. Dalam acara tersebut, disampaikan bahwa  penganiayaan itu sepatutnya tidak dilakukan karena seorang pembantu juga mempunyai haknya. Dalam zaman demokrasi seperti sekarang ini,  sepertinya kita kehilangan makna terkait relasi antara tuan dan hambanya.  Namun hal ini bukan berarti kita boleh memperlakukan seorang hamba (pembantu) dengan semena-mena seperti contoh di atas. Itu sebabnya dengan tema “Yesus adalah Tuan dan Aku adalah Hamba”, kita akan mengalami kesulitan kalau menghubungkannya dengan konteks sekarang (bagaimana perlakuan tuan kepada hambanya). Ada ungkapan seorang teolog tentang Yesus yang baik, “Jikalau Yesus Kristus bukan Tuhan atas semua maka Dia bukan Tuhan sama sekali”. Ungkapan itu hendak menyatakan bahwa dalam segala hal (sesuatu) , benarkah Yesus Kristus itu Tuhan atas semuanya?

                Pada Lukas 17:7-10 dicatat bagaimana Yesus memberi nasehat terkait dengan “Tuan dan hamba”. Mengapa Yesus mengatakan “Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."? Karena banyak ahli Taurat dan orang Farisi yang ingin menempatkan dirinya sendiri sebagai Tuhan atas segala sesuatu. Pasal 17:1-6 Yesus Kristus mengkritik ahli Taurat dan Farisi yang ingin melakukan hal demikian. Dalam ayat 1-2 dikatakan “jangan kamu jadi batu sandangan terhadap sesamamu”. Dalam hal relasi, orang Farisi dan Ahli Taurat menganggap diri lebih hebat sehingga menjadi batu sandungan bagi sesamanya. Istilah batu sandungan bagus sekali. Suatu ketika saat berjalan kaki, saya merasa hampir terjatuh. Ternyata ada sebuah batu yang lebih besar dari batu lainnya yang membuat saya tersandung. Waktu kita menempatkan diri lebih dari orang lain seperti ahli Taurat dan Farisi maka kita menganggap diri kita tuan atas mereka. Dalam hal pengampunan, kita seakan menjadi Tuhan yang tidak mau mengampuni orang lain karena tidak pantas diampuni. Ada banyak relasi yang rusak saat ada orang yangmenganggap lebih hebat dari yang lain. Ahli Taurat dan orang Farisi menganggap mereka lebih suci dari pemungut cukai dan menganggap mereka tidak layak mendapat pengampunan. Yesus mengatakan, kamu bukan tuan atau Tuhan.

Hal-hal yang dipelajari dari Luk 17:7-8

a.     Apakah Yesus benar Tuhan atas seluruh hidupmu? 
Kita sering memperlakukan Yesus sebagai bukan Tuhan (hanya menyebutnya saja Tuhan). Sama seperti bangsa Israel pada kitab Maleaki yang menyebut Allah itu Yahweh namun tidak menghormatiNya (Mal 1:6 Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepada-Ku itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepada-Ku itu? firman TUHAN semesta alam kepada kamu, hai para imam yang menghina nama-Ku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menghina nama-Mu?"? Orang Israel mengatakan, “Apa buktinya kami tidak menghormati kamu?” Tuhan Allah berkata, “…dalam memberi persembahan. Kamu memberikan yang tidak layak kepada Aku.” Selayaknya kita memberikan hidup kita kepadaNya dan memperlakukan Dia sebagai Tuhan. Apakah kita sudah benar-benar mencari Dia dalam seluruh keberadaan kita? Kalau dia Tuhan, apakah kita menyembah Dia dalam segala kesukaran? Waktu orang Israel keluar dari Mesir, Allah memanggil mereka untuk beribadah. Sehingga ibadah adalah kewajiban dan menempatkan Dia sebagai Tuhan yang dicari dan kita menyembah Dia. Sehingga tidak ada alasan tidak datang beribadah karena Tuhan akan menghukumnya. Allah memperlihatkan bagaimana Firaun harus mati karena menghalangi umatNya beribadah (Karena Aku Tuhan atas umatKu sehingga akan membinasakan yang menghalangi umatKu beribadah). Dalam bagian kitab suci lainnya, dapat ditemukan bahwa orang Israel wajib datang beribadah kepadaNya. Bahkan bila tidak hadir mereka akan dihukum mati. Itulah bentuk, di mana kita menempatkan Tuhan sebagai tuan atas seluruh hidup kita. Secara sederhana dari kesetiaan kita beribadah, membuktikan apakah kita menganggapnya Tuhan. Seringkali saat kita membutuhkan Dia baru kita mencari Dia. Kalau kita hidup aman , kita seakan-akan tidak perlu mencariNya. Pada Lukas 17:7-9, Yesus Kristus menyatakan bahwa untuk posisi tuan, Dialah yang seharusnya menjadi Tuhan atas hidupmu. Kalau dia benar-benar Tuhan, adakah kita memberi diri kita melayani Dia dengan penuh sukacita? Ayat 7-9 bukan berarti Tuhan kejam tidak beri makan kepada hambaNya, tetapi ayat ini menekankan bahwa hamba harus melayani Tuhan dengan sepenuh hati. Kalau Kristus benar-benar menebus kita, menyelamatkan kita, harusnya kita menjadi milikNya yang telah dibayar dan ditebus Dia. Kita memasuki pra-paskah (masa kesengsaraan), minggu di mana kita memperingati Allah kita untuk masuk dalam penderitaan. Dia menderita dan mati semata-mata agar Dia menjadi Tuhan atas kita. Apakah kita benar-benar memberi diri melayani Dia, kalau benar-benar dia Tuhan? Kita tidak dipaksa untuk melayani , karena Tuhan tidak mau memaksa, tetapi bagaimana kita menempatkan Dia sebagai Tuhan dalam hidup kita. Saya di rumah punya pembantu, dia tahu apa yang harus dilakukan sebagai pembantu. Dia melakukan tugasnya untuk melayani tuannya. Walaupun dia dibayar, tetapi memang tugas pembantu adalah melayani tuannya. Inilah yang membuktikan apakah Yesus itu adalah Tuhan dalam melayani Dia. Sehingga gereja Tuhan membuka diri agar umatNya melayani Dia. Karena dalam melayani Dia, kita mengakui bahwa dialah Tuhan atas hidup saya. Adakah keluarga kita, keluarga yang menjadi milik Tuhan? Apakah anak-anak kita, kita dorong untuk datang kepada Tuhan? Kita mendorong pasangan, mertua untuk datang karena kita milik Dia? Adakah kesulitan yang kita hadapi adalah milik dan dibawa ke Tuhan. Kalau banyak harta, kita tidak terlalu mencari Tuhan. Tapi begitu tidak punya apa-apa baru cari Tuhan. Ungkapan seorang teolong, kalau Yesus bukan Tuhan atas segala-galanya maka Dia bukan Tuhan. Maka apa yang ada pada kita adalah milik Tuhan. Saya punya kebiasaan dari awal dari melayani Tuhan. Saat saya mendapat berkat saya berdoa agar Tuhan memberi saya hikmat-bijaksana dalam menggunakan uang itu untuk memuliakan Dia. Jangan pikir hal itu karena engkau bisa bekerja , tetapi itu milik Tuhan dan harus dikembalikan kepada Dia. Artinya totalitas hidup kita, sekecil apapun, dia Tuhan atas semuanya. Mari refleksikan Dia adalah Tuhan atas seluruh hidup kita? Atas seluruh pergumulan, penyakit, keuangan kita, benarkah dia Tuhan atas itu semua? Kalau hati kita seperti itu, pengharapan kita akan kokoh kepada Dia, itu sebabnya Lukas 17:6, tambahkan iman seperti biji sesawi sehingga bisa mengatakan pindahkan gunung ke sana. Iman seperti itu menempatkan Yesus Kristus sebagai Tuhan secara total dalam rumah tangga dan kehidupan.

b.     Lukas 17:10 Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.". Kata “tidak berguna” lebih tepat digunakan istilah “ kami tidak layak mendapat penghormatan”.  Hubungan antara tuan-hamba bicara tetang relasi anugerah. Relasi bahwa Dia memberi anguerah kepada saya. Pdt. Billy Graham saat ditanya dalam bukunya berkata, “Anda sudah begitu hebat melayani Tuhan, kenapa di masa tuamu Allah memberi sakit Parkinson sehingga tanganmu bergoyang-goyang?” Pdt Billy menjawab, “Saya tidak tahu jawabanNYA. Hanya yang saya tahu apapun yang terjadi, Tuhan kasih memberi anugerah untuk saya. Relasi tuan dan hamba menempatkan kita kepada kesadaran bahwa relasi kita berdasarkan kemurahan semata. Ayub 13:15 mengatakan Lihatlah, Ia hendak membunuh aku, tak ada harapan bagiku, namun aku hendak membela peri lakuku di hadapan-Nya. Apapun yang sedang dialami seperti rumah tungga sulit (sedang dalam hubungan yang tidak baik), ekonomi bermasalah, janganlah membuat  kita berpikir negative tentang Tuhan. Justru di dalam relasi anugerahNya, Dia ijinkan kita mencari Dia dengan baik. Mari kita belajar menempatkan Dia sebagai tuan, meskipun kita memanggilnya Bapa. Harus menghormati dia dalam kesucian karena Dia pemilik hidupku.



No comments:

Post a Comment