Tuesday, March 25, 2014

Full Heart


Ev. Lusia

Mat 22:34-40
34 Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka
35  dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia:
36  "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?"
37  Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
38  Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
39  Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
40  Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."

Matius 23:4, 14, 16, 23
4 Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya;
14 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.
16 Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat.
23 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.

Ulangan 6:4-9
4  Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!
5 Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.
6  Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan,
7 haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.
8 Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu,
9  dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.)

Imamat 19:18
Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN.

Kasih yang Hilang (Kasih Aspal - Kristen Aspal)


                Ada sebuah video rekaman yang ditayangkan youku.com yang berasal dari rekaman camera CCTV yang dipasang menghadap jalan pada tanggal 13 Oktober 2011. Di video itu terlihat seorang anak perempuan berusia 2,5 tahun bernama Yue Yue sedang berjalan tanpa menyadari bahwa ia sedang berada di jalan yang ramai lalu lintasnya di kota Foshan (di selatan Guangdong, provinsi terkaya di Tiongkok). Lalu sebuah mobil van menabraknya sehingga sang anak berada di bawah mobil tersebut. Mobil berhenti sejenak sebelum sang pengemudi melanjutkan perjalanannya dengan melindas perut sang anak. Belakangan diketahui bahwa sang supir sedang menelpon dengan HPnya saat menabraknya. Yue Yue tergeletak dan mengerang-erang di jalan yang dilalui oleh banyak orang dan kendaraan. Setidaknya ada 18 orang yang melihatnya dan hanya melaluinya saja tanpa berhenti untuk menolongnya. Bahkan ada mobil yang dengan tega melindas kaki Yue Yue. Akhirnya ada seorang ibu pemulung sampah (Chen Xian Mei) yang menemukan dan menolongnya. Ibu ini mengangkatnya dan melihat bahwa salah satu matanya tertutup, ada air mata di matanya, dan pendarahan dari mulut, hidung dan bagian belakang kepalanya. "Saya ingin menggendongnya tapi badannya sangat ringkih dan rapuh jadi saya takut untuk mencoba lagi. Saya akhirnya  menyeretnya ke sisi jalan dan berteriak untuk meminta pertolongan. Tapi tak seorang pun muncul,”ujar ibu Chen yang dikutip di Yang Cheng Evening News. Akhirnya ia pun berteriak minta bantuan orang lain dan kesulitan mendapat pertolongan. Ibu Chen kemudian mencari orang tua dari Yue Yue yang ternyata sedang menjaga toko. Mamanya dengan cepat membawa Yue Yue ke rumah sakit, malangnya sang anak akhirnya meninggal dunia di rumah sakit. Mama sang anak menangis tersedu-sedu. Sikap apatis dari orang-orang di lingkungan itu telah menimbulkan reaksi  publik. Banyak komentator media dan netizen (pengguna internet) di Tiongkok mempertanyakannya, "Apa yang terjadi dengan moralitas kita?" "Di mana hati dan simpati kita?" "Bagaimana kita pernah bisa menjadi lebih kejam dan keras hati dari hewan berdarah dingin?"

                Hal ini juga bisa terjadi pada orang Kristen. Ada orang Kristen yang kehilangan kasih dalam hidupnya. Seharusnya nilai kasih menjadi nilai plus dalam hidup orang Kristen, tapi karena rasa egois akhirnya nilai kasih itu hilang. Di gereja ada pasangan Kristen yang selingkuh dan punya simpanan, majelisnya korupsi dalam gereja, memanipulasi kekuasaan dalam gereja dan lain-lain. Ini fakta bahwa kekristenan semakin luntur dalam nilai kasihnya. Sekarang ini, para politikus sedang melakukan kampanye. Ada yang melakukan kampanye kasih namun tidak diketahui apakah mereka mempraktekkannya tidak. Pada pemilu yang lalu, ada seorang caleg datang ke sebuah gereja minta didoakan supaya bisa terpilih. Saat didoakan dia berkata bahwa hatinya tergerak saat melihat kondisi gereja yang minim dan mengatakan di depan mimbar untuk menyumbang seperangkat alat musik supaya gereja itu makin semangat dalam memuji Tuhan (alat musik, band, sound system). Tapi kemudian caleg ini tidak terpilih dan kemudian menarik kembali alat-alat yang sudah disumbangkannya. Sehingga salah seorang majelis di gereja itu mengatakan, “Barang yang sudah diberi tidak bisa dikembalikan." Banyak sekali kampanye kasih yang aspal (asli tapi palsu) alias tidak tulus. Sebagai anak Tuhan, kita seharusnya mempraktekkan kasih dari anak Tuhan yang tulen (tidak palsu).

Orang Farisi dan Hukum Kasih

                Orang-orang Farisi kagum pada Yesus yang dapat membuat  orang-orang Saduki terdiam (Matius 22: 23-33) dan bukan karena Yesus mempertahankan kebenaran, sehingga mereka bisa menguji Tuhan Yesus. Mereka menganggap bahwa hanya mereka yang bisa mengujiNya. Orang Farisi terdiri dari pemimpin agama, pengamat dan mereka tahu dengan jelas tentang hukum Taurat yang memuat 613 perintah. Mereka hanya bisa mencanangkan firman Tuhan tapi prakteknya nihil (mereka tidak mempraktekkannya). Banyak orang Kristen yang pintar mendisain firman Tuhan untuk orang lain (bukan dirinya sendiri). Misalnya saat perintah “Jangan berzina” dinilainya hanya untuk orang yang selingkuh, dan tidak berlaku untuk dirinya sendiri.  Mereka gemar menggunakan hal-hal yang tampak rohani untuk mengabaikan tanggung jawab mereka kepada sesama (Mat 23:4,14,16,23). Mereka tidak setuju, waktu dikatakan ada hukum yang terbesar. Mereka membagi perintah Tuhan menjadi perintah yang berat dan yang ringan (yang bisa diabaikan). Mereka menelan rumah janda-janda, mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang, bersumpah demi bait suci (ini fatal), mereka rajin (setia) memberi perpuluhan tetapi kewajiban terhadap sesama diabaikan. Mereka tahu bahwa Tuhan Yesus sangat berprinsip memegang firman Tuhan. Mereka ingin mempermalukan Tuhan Yesus, dengan menjebaknya lewat pertanyaaan yang diajukan.  Lalu mereka mengutus seorang juru bicara, pakar hukum di antara mereka. Kemudian juru bicara tersebut mengajukan pertanyaan kepada Tuhan Yesus. Ia dengan sangat sopan memanggil Yesus sebagai guru"Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" (Mat 22:36). Tuhan Yesus tahu rencana jahat mereka, tetapi Ia menjawab dengan sopan dan tegas. Tuhan Yesus tidak menyebutkan satu jenis hukum. Mereka tidak berhasil menjatuhkan Tuhan Yesus. Yesus menjelaskan dengan padat dan benar yaitu Tuhan Yesus memberi  jawaban dari shema , pengakuan, ikrar, doa yang diucapkan orang Yahudi sehari dua kali seperti yang terdapat pada Ul 6:4-9. Tuhan Yesus orang yang ahli, ia selalu mengambil contoh dari kehidupan sehari-hari. Ia tidak membuat sesuatu yang baru tapi mengambil dari hal-hal yang terjadi sehari-hari.

                Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.  Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.Kasihilah Tuhan Allah dengan segenap hatimu, lalu ditambahkan dengan bobot yang sama, kasiiilah sesamamu manusia (Mat 22:37-39). Ini merupakan golden rule (hukum emas, hukum kasih) yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari. Hukum kasih ke atas (vertical)  dengan Tuhan (Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu - Mat.22:37)  dan ke samping (horizontal) ke sesama (Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri - Mat.22:39). Ketika berhasil melaksanakan hukum kasih ini, berarti kita bisa melakukan seluruh hukum Taurat (di dalam hukum kasih ini tercantum hukum Taurat). Perintah ke 1-4 dari Sepuluh Perintah Allah (Dasa Titah) termasuk hukum pertama (hubungan vertikal ke Tuhan) sedangkan Perintah 5-10 menggambarkan hubungan horizontal dengan sesama. Hukum yang Tuhan Yesus jelaskan bisa dipraktekkan oleh  setiap anak Tuhan baik pada zaman Israel dulu juga pada zaman sekarang. Pada Ul 5:1-3, Musa menyampaikan bahwa hukum ini masih berlaku untuk setiap kita yang masih hidup.

                Tuhan Yesus memberikan jawaban dari Shema (kredo/pernyataan/pengakuan iman/ikrar kesetiaan kepada satu Tuhan) dalam Ulangan 6:4-9. Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu (Ul 6:5). Golden Rule merupakan hukum yang telah disempurnakan oleh Tuhan Yesus demi memudahkan setiap kita melaksanakannya. Dengan demikian anak-anak Tuhan dapat berfokus pada ajaran Tuhan Yesus (Mat 22:37) "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.” Sangat penting bagi kita untuk memiliki sebuah passion (gairah/semangat/antusiasme/kesukaan yang luar biasa) untuk mengasihi Tuhan.  Jika pasangan kita hanya memberi setengah hati, maka kita tidak senang. Saat ini banyak keluarga yang hanya memberi perhatian 40%-50% kepada anggota keluarga lainnya, selebihnya pekerjaan (bisnis) dan barang elektroniknya yang semakin canggih dll. Sehingga tidak heran gadget-mobil-motor menjadi istri (suami) kedua. Karena barang teknologi seperti BlackBerry (BB) menghilangkan sebagian kasih dari keluarga. Saat makan mereka lebih banyak ke BB atau tablet, padahal ini adalah acara keluarga. Kecanggihan teknologi melunturkan kasih dalam keluarga.

                Ada ilustrasi tentang seorang nenek tua yang dengan keterbatasannya sangat mengasihi cucunya. Sang nenek tidak tahu bagaimana menggunakan rice-cooker. Akhirnya neneknya keluar rumah dengan niat membeli makanan untuk cucunya. Karena sudah tua, ia bingung sewaktu mengganti baju karena kancingnya tidak pas. Tapi ada rasa sukacita di raut wajahnya dan berkata bahwa ia keluar mau membelikan cucunya makanan. Cucunya bertanya , “Nenek tidak masak?” Ia menjawab,”Saya tidak bisa memakai rice-cooker”. Cucunya berpesan, “Nenek cepat pulang ya”. Sang nenek membelikan cucunya nasi ayam dengan tambahan daging. Setelah itu ia ingin balik ke rumah  tapi lupa rumahnya di mana. Cucunya di rumah mulai kelaparan, akhirnya masak sendiri. Ternyata rice-cooker belum dicolok listriknya. Sang nenek di jalan mengiba-iba kepada orang-orang yang dijumpainya di jalan untuk mengantarkan ia pulang ke rumah. Namun orang-orang bingung karena tidak tahu alamatnya. Dia tidak putus asa dan terus bertanya, “Tolong antarkan saya pulang. Cucu saya kelaparan menantikan makanan ini.” Dia tetap ngotot. Tapi bagaimana antarkan pulang karena tidak tahu alamatnya? Saat anak dan menantunya tiba di rumah , menantunya bertanya kepada anaknya, “Apakah nenek tidak memasakkan untukmu?” Dijawab tidak. “Apakah nenek belum kembali sampai saat ini?” tanyanya lagi. Dijawab tidak. Akhirnya anak dan menantu mulai bingung di mana harus mencari sang nenek. Cucunya merasa bersalah, Di jalan nenek masih berjuang mencari jalan pulang. Dalam pikirannya bagaimana pulang untuk kasih cucunya makanan. Anak dan cucu sang nenek mencari terus sampai malam. Sang nenek mulai lemas. Akhirnya anak-mantunya menemukan sang nenek. Tapi sang nenek tidak mengenali anak-mantunya sendiri. Ia minta ke mantunya untuk diantar pulang. Ia hanya mengingat cucunya. Dia tidak peduli dirinya yang kelaparan. Setelah bertemu cucunya, ia segera menawarkan makanan ke cucunya dan berkata,”Cucu jangan marah. Ini adalah nasi ayam kesukaanmu. Makanlah! Cepatlah kamu makan!” Padahal dia sendiri kelaparan. Akhirnya untuk menyenangkan hati sang nenek, cucunya makan dan meminta maaf. Cucunya bertanya , “Nenek, apakah baik? Dijawabnya,”Baik”. Cucunya merasa bersalah, ia makan sambil menangis terharu. Inilah kasih yang full-heart. Kasih yang seratus persen dan anak Tuhan diharapkan punya jenis kasih seperti ini. Kasih nenek yang tulus menndorong dia tetap mendahulukan cucunya walau ia kelaparan. Tuhan ingin kita mempraktekkan kasih seperti ini. Bukan hanya mengasihi orang yang se”level”, sehobi tapi tanpa pandang kecerdasan dll dan bahwa harus dengan tegas mengasihi orang.

Full heart (sepenuh hati mencintai/mengasihi Tuhan) 

                Kita mengasihi Tuhan tapi tidak mengasihi sesama kita, itu sama dengan NATO (No Action Talk Only – ngomong doang), sama dengan berteologi tapi tidak mempraktekkan. Ketika manusia bisa secara total mengasihi Tuhan maka tidaklah sulit untuk mengasihi sesama. Jika tidak bisa mengasihi sesama,  maka  100% tidak mengasihi Allah (1Yoh 4:20-21). Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya. Bagaimana passion (gairah) kita selama ini dalam mengasihi Tuhan?   Apakah kita sudah  kehilangan passion untuk mengasihi Tuhan? Apakah kita mulai menjadi orang Farisi masa kini yang tahu firman Tuhan tapi tidak mau mempraktekkannya? Jika passion mengasihi Tuhan secara full heart sudah luntur, segeralah minta ampun pada Tuhan dan mohon Tuhan memperbaharui hati, sehingga passion menjadi full heart. Untuk tetap full heart maka harus rajin beribadah, berdoa, bersaat teduh dan membaca Alkitab.

                Full heart (sepenuh hati) mengasihi Tuhan maka pasti akan mau taat 100% pada Tuhan dan tidak akan sulit untuk mengasihi sesama, bergembira dan menangis bersama sesama, mengasihi orang yang telah menyakiti kita dan berani menegur orang yang melakukan kesalahan bukan mendiamkan. Ada moto kalimat yang berbunyi, “Terimalah kasih , berilah kasih. Terimalah kasih , berilah kasih……”  terus diulangi demikian. Kita yang sudah menerima kasih dari Allah , tidaklah egois tapi harus memperhatikan sesama kita dan membagikan dan terus diulangi demikian. Kasih terbesar yang kita terima adalah kasih Allah.  Setelah kita menerima dan mengalami kasih Allah maka kita harus full heart untuk mengasihi-Nya, dan ketika kita sudah full heart mengasihi-Nya maka kita belajar memberi kasih (mengasihi) sesama.  Dan terus kita ulangi untuk mengingatkan diri. Jangan beri kesempatan iblis untuk membiarkan kita menjadi orang Farisi. Tetap miliki passion (gairah) untuk full heart mengasihi Tuhan dan juga full heart  mengasihi sesama, tetap ingat kalimat  “Terimalah kasih.  Berilah kasih.  Terus ulangi demikian.“ sehingga kita menjadi anak Tuhan yang menjadi berkat buat sesama.


No comments:

Post a Comment