Sunday, November 24, 2013

Kesulitan : Berkat yang Tersembunyi

Ev. Anky Hitro

Fil 2:1-11
1 Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan,
2  karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,
3  dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;
4  dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
5  Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
6  yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
7  melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
8  Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
9  Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,
10  supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
11  dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Pada Fil 2:1 dikatakan,”Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan”. Berarti di dalam Kristus, seharusnya orang-orang Kristen saling memberi nasehat,  menghibur dengan kasih, ada kasih mesra di antara saudara. Caranya jangan menganggap diri sendiri lebih penting dari orang lain tetapi sebaliknya menganggap orang lain lebih penting dari diri sendiri. Contoh yang diberikan ada di ayat ke 5-8. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.  Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Setelah menulis Tuhan Yesus mati di kayu salib, Rasul Paulus tidak berhenti sampai di sana. Karena kalau demikian, maka kisahNya berakhir sedih. Kita bersyukur 3 ayat berikutnya menjelaskan, akhirnya bukan hal itu. Ayat 9-11 mencatat  Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,  supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Beberapa tahun terakhir saya merenungkan beberapa hal di antaranya saya akan mengakhiri hidup seperti apa? Apa yang Tuhan mau saya jalani dengan istri dan kedua anak saya sampai akhirnya dipanggil Tuhan? Waktu menggumuli tentang masa depan dan panggilan hidup saya, Tuhan memanggil saya untuk melihat dalam pergumulan pribadi saya. Saya diberi kesempatan untuk mengkhotbahkan di satu gereja tentang Filipi 1 selama berbulan-bulan dan belum selesai juga. Di tengah berkali-kali mempersiapkan diri dan menyampaikan khotbah , akhirnya surat Filipi berbicara kepada saya secara pribadi. Waktu saya terima tema khotbah dari GKKK Mabes, saya bergumul tentang apa yang akan saya sampaikan. 

Pada ayat 5 Rasul Paulus mengatakan setiap orang hendaknya memiliki pikiran dan perasaan seperti yang terdapat dalam Yesus Kristus. Yesus adalah Allah yang berada di surga yang tenang, aman, sukacita, dan tidak ada dosa di dalamnya. Namun Yesus menganggap hal itu bukan sesuatu yang harus dipertahankan. BagiNya berada di surga tidak harus selama-lamanya sehingga   Dia memutuskan untuk meningglkan surga yang kekal dan masuk ke dalam dunia yang bersifat sementara. Mengapa Dia melakukan hal itu? Bukankah setiap orang yang hidup di dunia ini punya masalah, kesulitan, pergumulan, penderitaan, kegagalan dan kita tidak mau ada di situ. Kita maunya mencari keberhasilan, kebahagiaan,  dan seringkali menghindari masalah. Kita tidak mau sakit (maunya sehat), ada kecelakaan (mau selamat), anak yang terlibat narkoba masuk penjara (mau anak yang baik). Namun Yesus memutuskan bahwa dari tempat yang tidak ada masalah (baik-baik) dan penuh sukacita di surge, Dia memilih untuk turun ke tempat yang banyak masalah. Mengapa?
Tahun 1993 merupakan tahun di mana saya mengalami kepedihan dan kehilangan yang sangat dalam. 8 bulan sebelumnya (1992) mama saya didiagnosa terkena kanker rahim dan ginjal yang ganas. Di samping itu di antara rahim dan ginjalnya  ada tumor ganas dan sudah menyebar sehingga tidak bisa dioperasi. Lalu mama dibawa ke Guang Zhou, namun 1 bulan kemudian disuruh pulang. Setelah melalui perawatan selama 8 bulan yang menyakitkan, pada tanggal 4 Maret 1993 mama saya meninggal. Saya marah kepada Tuhan sewaktu mendengar mama meninggal. Kenapa Tuhan tidak menyesembuhkan mama? Saya dulu bukan orang Kristen  walau sekolah di sekolah kristen selama 6 tahun (SMP dan SMA). Waktu kuliah tingkat 1 di Untar, pada tanggal 1 Jan 1992 saya baru menerima Tuhan Yesus dan menjadi orang Kristen. Selama 17 tahun lebih saya bukan orang Kristen, mama saya sehat-sehat saja. Namun 6 bulan sejak saya menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat pribadi (Juni 1992) mama saya sakit kanker. Saya saya berdoa,” Tuhan berkuasa, sembuhkan mama saya”. Ibarat anak kecil yang kalau tidak dikabulkan keinginannya, akan menangis saja. Saya dengan iman dan yakin berdoa, “Tuhan berkuasa , pasti sembuh”. Ternyata setelah masuk RS Sumber Waras, dirawat terus  keluar. Lalu dirawat lagi keluar lagi. Di Guang Zhou 1 bulan, lalu dibawa pulang, terakhir di RS Husada hampir 40 hari. Kulitnya kurus kering dan kondisinya makin lama semakin lemah. Saya tidak ingat berapa kali saya berdoa sampai menangis, berhenti, berdoa menangis lagi begitu terus. Saya minta agar Tuhan memberi kesembuhan. Tetapi Tuhan putuskan hal yang berbeda. Mama saya dipanggil Tuhan. Setelah itu saya tidak mau ke gereja selama  2 bulan. Saya tidak peduli apa kata orang termasuk pendeta dan penginjil. Saat mereka berkunjung dan menghibur, saya hanya tanggapi, “Bukan mamamu yang mati” dengan kasar. Jadi tidak ada yang bisa dekati saya. Saat itu saya merasa, masalah hidup saya yang paling besar, tidak ada lagi yang lebih besar. Jadi jangan coba-coba hibur saya. Bagi saya, “Kamu masalahnya lebih kecil dan tidak tahu apa-apa”. Maka siapapun yang mencoba menghibur, saya usir. Setelah beberapa tahun saya bertanya, “Tuhan mengapa Engkau mau datang ke dalam dunia?” Saya membaca dan menggali Alkitab, dan seolah-olah Tuhan Yesus memeluk saya dan berkata, “Angky saya sayang padamu. Karena Aku sayang padamu dan engkau lebih penting dari diriKu, maka Aku tinggalkan tempat yang paling nyaman untuk datang. Supaya Aku bisa mendampingi kamu melewati semua masalah, pergumulan yang kami hadapi. Satu hari nanti , saya akan ajak dan bawa untuk kembali ke tempat saya, dan selama-lamanya tidak akan menderita.” Hari itu saya seperti orang yang tidak sanggup berkata-kata selain menangis. Lalu saya bilang ke Tuhan, “Saya tidak mau hidup untuk diri sendiri tetapi untuk Tuhan. Tuhan yang seharusnya tidak perlu menderita dan susah, namun Dia rela datang masuk ke tempat (dunia) yang susah dan Dia masuk ke hati saya yang sedang susah”.

Yesus mengambil rupa seorang hamba berarti Yesus mengalami sendiri apa yang kita alami dan bukan hanya berhenti di sana, tetapi Dia merendahkan diriNya menjadi manusia dan taat sampai mati di kayu salib. Dengan kata lain Tuhan Yesus dari tempat yang tidak ada masalah datang ke tempat yang ada masalah, masuk ke hati saya yang banyak masalah. Dia berada di tempat yang paling rendah yaitu kayu salib, supaya kita tidak perlu lagi suatu kali mengalami penderitaan yang paling susah di kayu salib. Maka semua penderitaan kita tidak mungkin merupakan hal yang paling susah. Meninggalnya orang yang kita kasihi, kenakalan anak, ketidakadilan atasan, ketidaksetiaan pasangan, ketidakcocokan dengan mertua , masalah di gereja bukan masalah tersulit. Karena yang paling susah, sudah ditanggung Tuhan Yesus. Ibarat menulis angka dari paling kecil 0 sampai yang paling besar 100, lalu angka 100 diambil maka angka yang tertinggi ‘hanyalah’ 99 karena yang 100 sudah tidak ada lagi. Yesus menanggung yang paling susah dalam hidup kita artinya kalau kita menanggung penderitaan yang paling susah , Tuhan Yesus menjadi ‘bo-ceng-li’. Karena Dia bilang, Dia mati sampai di kayu salib, tempat yang paling akhir dari penderitaan saat itu. Saat bergumul saya merasa dipeluk dan mendengar perkataanNya,”Penderitaan kamu yang paling susah bukan yang paling susah dalam kenyataannya. Kamu merasa susah, tetapi bukan yang paling susah.” Jadi meninggalnya mama saya bukan hal yang tersulit,  melainkan kalau harus memikul akibat dosa di kayu salib, mati  dan masuk neraka selama-lamanya karena sudah ditanggung Tuhan Yesus. Ini merupakan anugerah dan kebaikan Tuhan yang luar biasa. Seharusnya sebagai orang Kristen, keberadaan kita rasanya seperti sudah di surge! Saya bersyukur karena saya boleh sungguh-sungguh mengalami Tuhan Yesus yang menebus, mengajar, membawa, membina saya, menikmati surga bahkan di dalam penderitaan sekalipun.

Saya tidak tahu apa jadinya saya, kalau mama saya hidup dan mengatur hidup saya, saya duga saya tidak pernah jadi hamba Tuhan. Karena saya anak kesayangan mama saya yang melahirkan saya di umur 39 tahun (papa saya saat itu berusia 49 tahun). Mama menikah umur 30 tahun, papa 40 tahun lalu lahir seorang anak perempuan yaitu cici (kakak perempuan) saya.  Waktu umur cici 8 tahun, papa dan mama yang menghendaki anak laki-laki mengangkat seorang anak laki-laki. Baru setelah 9 tahun sejak pernikahan papa-mama, saya lahir. Sejak saya lahir, mama saya sangat pilih kasih, saya disayang, koko saya tidak dikasihi. Saya bilang, “Mama salah”. Saya tahunya hanya saya anak dimanja, apapun yang saya mau dituruti.  Kalau mama saya masih ada, saya tidak bisa menjadi dewasa. Saya  akan menjadi anak-anak terus. Saya butuh waktu panjang, bukan saya tidak bisa dewasa atau apapun, karena masalah hidup saya bukan waktu mama saya meninggal saja. Banyak masalah bermunculan dalam hidup saya, tetapi terus Tuhan berkata, “Semua itu bukan yang paling susah”. Karena Yesus sudah menanggung yang paling susah. Saya belajar, selama saya terus hidup bersama Tuhan Yesus, maka tidak mungkin ada masalah yang lebih besar daripada yang sudah ditanggung Tuhan Yesus. Waktu saya menghadapi masalah, pergumulan apapun, akhirnya bukan di kayu salib (ayat 8), tetapi bersama Tuhan Yesus, saya akan dibawa pergi melewati semua masalah, untuk membawa saya makin lama menikmati surga tempat saya menikmati nya bersama Yesus selama-lamanya. Perjalanan kita selama di dunia, supaya kita makin menikmati surga.  Pertanyaannya : waktu menghadapi masalah kita melewatinya sendirian atau  bersama Yesus. Kalau sendirian maka seperti neraka jadinya. Tidak ada jalan keluar, tidak habis-habisnya. Karena faktanya kita tidak bisa menyelesaikan masalah itu. Bersama Tuhan Yesus, maka tidak ada cerita lain akhirnya adalah surga menanti kita.

Selamat menikmati masalah bersama Tuhan Yesus saat kita masih hidup di dunia yang ada masalah. Nanti di surga, sudah tidak ada masalah lagi. Selamat menikmati menangis bersama Yesus di dunia. Nanti di surga mau menangis sudah tidak bisa. Jadi saat bertemu masalah, mari kita menikmatinya bersama Yesus.

No comments:

Post a Comment