Sunday, November 17, 2013

Melayani Selagi Ada Kesempatan

Pdt. Yonathan Lo.

Yer 18:1-8
1   Firman yang datang dari TUHAN kepada Yeremia, bunyinya:
2 "Pergilah dengan segera ke rumah tukang periuk! Di sana Aku akan memperdengarkan perkataan-perkataan-Ku kepadamu."
3  Lalu pergilah aku ke rumah tukang periuk, dan kebetulan ia sedang bekerja dengan pelarikan.
4  Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya.
5  Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku, bunyinya:
6  "Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!

Ada beberapa tipe orang Kristen di dalam gereja :
1.     Orang yang tidak mau melayani Tuhan. Baginya, untuk apa melayani karena di dalam gereja banyak masalah. Oleh sebab itu dia berdiri jauh dan hanya melihat kondisi gereja. Dia tidak mau terlibat apapun dalam kegiatan gereja, hanya datang ke gereja dan kemudian pulang.
2.     Orang yang mau coba-coba melayani Tuhan. Tetapi setelah masuk ke dalam pelayanan, lalu ia mengatakan, “Sekali untuk selama-lamanya. Kalau saya sudah selesai jabatan periode ini, maka saya tidak mau melayani lagi. Saya melayani karena saya sudah terperangkap di dalam gereja”.
3.     Orang yang tidak mau melayani karena tidak tahu apa-apa. Dia tidak tahu kondisi gereja, anugerah Tuhan dan potensi dari Tuhan. Dia datang ke gereja, duduk kemudian pulang.
4.     Orang yang melayani Tuhan, tahu ada kesulitan kemudian belajar melayani. Karena ia tahu Allah sedang bekerja dalam hidupnya dan Allah membawa dia dalam pertumbuhan rohani justru di tengah gereja yang banyak masalah. Orang ini tahu bahwa tidak ada gereja yang tidak ada masalah. Ia berpendapat, “Akulah manusia yang menjadi masalah.” Dia mau belajar untuk bertumbuh karena dia mengenal Allah dan apa yang Allah sedang kerjakan dalam hidupnya. Pikiran dan pemahaman seperti ini menjadi dasar perjuangan untuk melalui berbagai kesulitan dalam pelayanan.

Melalui Yeremia 18, kita melihat apa yang Allah kerjakan dalam hidup kita, sehingga kita mengatakan selagi masih ada kesempatan kita mau melayani. Tuhan berfirman pada Yer 18:2 dan Yeremia pergi ke rumah tukang periuk. Di sana ia melihat tukang priuk mengerjakan apa yang baik menurut pandangannya. Tukang priuk berdaulat melalui tangannya atas tanah liat. Ia punya kebijakan terhadap tanah liat. Kemudian tukang priuk berkuasa atas tanah lihat yang sudah dibentuknya. Siapakah tanah liat, tukang periuk itu?
Pada ayat 6 dikatakan, "Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel! Ayat ini jelas sekali menekankan bahwa tanah liat adalah umat Israel, umat Allah. Sedangkan tukang priuk adalah Allah yang berdaulat atas umat pilihanNya. Allah sedang bekerja dalam hidup orang Israel. Allah membentuk umatNya supaya lebih sempurna menurut pandanganNya. Allah bukanlah ide manusia tetapi Allah yang hidup. Kita melayani dan berada di tangan Allah yang hidup. Kita bisa mengalami kehadiran Allah dalam hidup kita. Allah yang berdaulatat, yang berkuasa membentuk , menghancurkan dan  membentuk kembali. Hidup kita berada dalam tangan kedaulatan Allah. Allah mengerjakan sesuatu menurut pandanganNya yang baik. Allah punya rencana terhadap umatNya. Allah membentuk Israel bukan menurut pandangan mereka, tetapi menurut hemat (bijaksana) Allah. Apa yang baik bagi manusia belum tentu baik bagi Allah. Sehingga kita dibentuk menurut bentukan Allah dalam hidup kita. Allah punya program yang membuat kita makin indah menurut pandanganNya. Kebenaran ini masih berlaku pada zaman ini. Allah adalah Allah yang berdaulat , membentuk umatNya Israel dan pada zaman ini sedang bekerja membentuk kita. Allah mau agar orang Kristen semakin hari semakin indah menurut padanganNya. Sehingga sebagai orang Kristen harus terus bertumbuh menurut pandangan Tuhan. Pertumbuhan rohani adalah program Allah dalam kita, Allah menggunakan bijaksanaNya untuk membentuk kita. Kadang melaui sakit penyakit, lalu kita mulai percaya pada Tuhan. Kadang kita dikhianati teman,  kadang mengalami tekanan hidup yang berat dan merasa diri tidak berdaya sehingga kita berseru kepada Tuhan. Pada waktu di tengah padang gurun atau di rumput yang hijau Allah menyertai kita. Kita berada dalam rencana Allah yaitu membentuk, menghancurkan dan membentuk kembali. Bejana lama dibentuk Tuhan menjadi bejana yang baru. Itu merupakan reformasi dalam  hidup kita. Itu merupakan hal yang sulit sekali. Bejana jelek, kalau tidak dibentuk kembali tetap jadi bejana yang jelek dan orang tidak mau pakai, ditaruh di tempat yang tidak semestinya. Bejana yang dibentuk oleh tuannya tukang priuk menjadi bejana indah dan setiap orang mengagumi. Orang yang tidak mau dibentuk tidak siap melayani dan menjadi masalah di gereja. Kalau Tuhan membentuk kita melalui pemahaman bahwa  Allah bekerja untuk mendatangkan kebaikan dalam hidup ini, maka Tuhan memakai pelayanan untuk membentuk kita. Banyak orang Kristen tidak mempunyai pemahamam seperti itu dan beranggapan kalau saya sudah dipilih untuk melayani berarti saya menjadi “bos”, sehingga memerintah orang untuk melakukan apa yang dikehendakinya. Orang seperti ini tidak bisa dipakai Tuhan. Yang kedua. Melayani tidak tidak masalah. Waktu menghadapi masalah menjadi kecewa, frustasi dan menjadi tawar hati. Orang ketiga. orang yang waktu melayani Tuhan orang yang sungguh berjuang kemudian menganggap sudah memberi terlalu banyak, lalu menjadi kecewa saat tidak mendapatkan sesuatu. Orang ini menganggap melayani adalah saya memberi tenaga dan segala sesuatu.  Dengan pola pikir seperti itu, ia kurang belajar bahwa Allah membentuk kita melalui pelayanan.

Alah bekerja di dalam hidup kita , melalui pelayanan yang kita kerjakan. Tetapi bejana yang lama harus dihancurkan agar Tuhan membentuk kembali menjadi lebih indah.

Apa bejana yang lama dan bejana baru yang dibentuk Tuhan?
1.     Bejana yang lama adalah kesombongan diri kita. Setiap orang sebelum percaya Tuhan punya kecenderungan sombong dalam dirinya, hidup berpusat pada dirinya, mencari kepentingan diri, egois. Waktu keegoisan disinggung maka ia menjadi marah. Yang harusnya diperjuangkan adalah membangun kerajaan Allah. Pada waktu Kristus hadir dalam diri kita, kita belum sempurna tapi mulai mengenal siapa Tuhan dan mengerti anugerah Tuhan. Ini dapat juga membuat kesombongan meluas, sehingga bejana lama dibangun dengan tinggi sekali. Allah membentuk kita menjadi orang yang rendah hati, setelah Allah menyelamatkan kita di dalam Yesus Kristus. Musa membawa Israel di padang gurun selama 40 tahun , karena mereka tidak bersandar pada Tuhan. Tuhan memberi manna supaya mereka bersandar pada Tuhan. Mereka diberi makan-minum “berkecukupan” agar mereka rendah hati di hadapanNya. Bejana lama adalah kesombongan, kalau dibentuk kembali menjadi rendah hati. Suatu saat saya berbicara dengan seorang hamba Tuhan yang takut untuk melayani sebuah gereja. Saat ditanya alasannya, ia menjawab, “Karena ada seorang kaya yang berkuasa di dalam gereja. Apa yang katakan akan terjadi. Jadi tidak ada seorang pun yang bisa melawan dia. Dia kaya , pendiri gereja dan pemimpin gereja itu. Ia membiayai gereja itu.” Jadi gereja itu menjadi gereja dia. Ia mengantikan posisi Kristus dalam gereja itu. Dengan pola seperti itu, berarti ia melayani dengan bejana yang lama. Bejana ini harus dipecahkan agar ia menjadi orang yang rendah hati. Ada seorang bapak di Amerika yang menceritakan pengalamannya, “Saya pernah bertengkar dengan hamba Tuhan. Suatu saat persekutuan kaum bapak mau rekreasi di Puncak. Saya sebagai ketua. Panitia sudah rapat bersama dan menentukan hanya 80 jemaat saja yang boleh ikut. Sesudah jumlah itu tercapai, tidak boleh ada yang mendaftar lagi. Beberapa hari sebelum rekreasi, jemaat yang mendaftar sudah 80 orang, namun ada 2 orang bapak yang baru ke gereja dan mau ikut juga. Karena jumlah sudah tercapai, maka mereka ditolak. Lalu mereka datang ke pendeta dan mengatakan bahwa seumur hidup baru ikut acara gereja dan bila mobilnya tidak cukup mereka bisa membawa mobil sendiri. Pendeta berpendapat baik kalau mereka bisa ikut mendengar firman Tuhan kalau bawa mobil sendiri. Jadi ia membolehkan keduanya ikut.” Bapak tersebut sebagai ketua panitia mendengarnya lalu ia mencari pendeta dan berkata, “Pendeta tidak konsisten. Saya sudah kasih tahu tidak boleh, tetapi pak Pendeta kasih, di mana muka saya mau ditaruh? Saya malu ini.” Cerita seperti itu  membuat saya mengenal bapak tersebut. Orang yang melayani, punya jabatan, tetapi keegoisannya begitu tinggi. SIkap seperti ini perlu dihancurkan di hadapan Tuhan, agar kita boleh belajar rendah hati, tidak menganggap diri lebih baik (bijak) dari orang lain, mau belajar dari orang lain. Punya sikap hati yang terbuka menampung pendapat dari orang. Tidak  memaksakan  diri di hadapan orang lain. Ada yang melayani Tuhan bertahun-tahun tidak berubah karena kesombongan menguasai dirinya dan tidak bisa melihat dirinya.

2.     Bejana yang lama adalah hati yang dingin, yang lebih berfokus pada diri sendiri. Setiap diri kita punya kecenderungan untuk mengasihi diri sendiri, tetapi mengasihi diri yang terasing dari orang lain. Kita lebih memperhatikan kepentingan kita. Kita tidak mau repot melakukan sesuatu yang baik kepada orang lain. Setiap diri kita punya hati yang dingin terhadap orang lain, sehingga waktu pelayanan tercermin keluar dari diri kita. Waktu kita dipanggil melayani, Allah memanggil supaya kita mengasihi sesame dan tidak memikirkan diri sendiri tetapi juga orang lain. Waktu pikirkan orang lain, hal ini menunjukkan sudah penuhlah kasih karunia dalam dirinya. Bagaimana mungkin air tumpah keluar kalau tidak penuh? Bagaimana kita bisa hidup bagi  orang kalau tidak ada kepenuhan? Saat mengalami kesulitan, kita belajar mengasihi orang yang membuat susah dan orang yang mengkhianati kita. Seperti Rasul Paulus mengasihi jemaat Korintus walau dituduh sebagai hamba Tuhan yang mencari uang. Rasul Paulus tidak marah walau disinggung keegoisannya. Ia mengerti bahwa ia berhadapan dengan orang Kristen yang belum dewasa dalam Kristus. Ia melayani dengan mencucurkan air mata. Ia menulis surat dengan hati yang sedih. Ia mengasihi mereka. Orang yang melayani Tuhan dibentuk untuk mengasihi lebih. Suatu kali saya melayani bersama 3 orang pemuda. Kami minta jemaat untuk mendaftarkan orang-orang belum percaya. Kami mendapat ratusan nama. Itu membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mengunjungi mereka. Kami tidak mengenal mereka sama sekali. Tujuan kami ke sana untuk penginjilan. Suatu saaat kami ke Grogol mengetuk satu rumah. Seorang bapak keluar dan menanyakan maksud kedatangan kami. Kami bilang,”Kami dari gereja. Kami mau mengunjungi bapak A”. Ternyata bapak itu adalah Bapak A. Sang bapak berpikir untuk apa kami datang, untuk kebutuhan apa dan akhirnya menolak kedatangan kami sehingga kami pulang. Ada seorang pemuda berkata tidak mau melayani lagi,”Saya capai pulang dari kantor, membesuk lalu ditolak”. Saya bilang, “Karena kita ditolak memberitakan Injil, maka kita mengerti sedikit saja bahwa Tuhan Yesus pernah ditolak memberitakan Injil”. Disitu kita belajar mengasihi. Lalu saya berkata, “Mau tidak berdoa untuk orang ini? Suatu saat kita datang kembali”. Bagaimana mungkin kita bisa melayani tanpa kasih. Dari apa yang kita kerjakan, orang akan melihat siapa diri kita. Bejana baru betul-betul akan dibentuk Tuhan. Allah memakai pelayanan supaya kita semakin serupa dengan Kristus.

3.     Bejana yang lama adalah menggantungkan hidup dari diri dan pengalaman kita. Bejana baru dibentuk agar kita menggantungkan diri pada Tuhan. Manusia punya kecenderungan, saat berhasil ia menjadi percaya diri sendiri dan kalau gagal merasa minder. Setelah seorang bekerja sepanjang tahun dan berhasil, maka ia menjadi sombong, bersandarkan pada pengalaman lebih dari sebelumnya. Sebab itu, dia selalu berkata,”Aku sudah berpengalaman” dan menjadi orang yang bersandar pada kepintarannya. Maka ia merasa tidak perlu bersandar kepada Tuhan, tetapi menggantungkan pengalaman pada diri sendiri. Allah bekerja membentuk kita, memecahkan bejana kita, agar kita menggantungkan diri pada Tuhan. Ada seorang bapak berusia 78 tahun. Ia kaya, pengusaha yang berhasil di Jakarta. Anaknya meminta saya untuk membesuknya,”Papa saya tidak pernah kenal Tuhan, sombongnya luar biasa. Tetapi pintar juga luar biasa.” Suatu saat ia sakit dan dibawa ke Singapore, namun disuruh balik ke Indonesia karena sudah tidak bisa diobati. Saya datang membesuknya. Saat itu ia berkata,”Pikiran saya masih oke, tetapi tidak punya tenaga”. Setelah saya pulang, ia bertanya ke anaknya,”Pak Yonatan datang untuk apa?” Kedua kali saya besuk saya berkata,”Saya datang tidak mau apa-apa pak. Saya datang membawa kabar baik.” Lalu ia bertanya, “Apa kabar baiknya?” Saya pun menjelaskan Injil. Lalu saya bertanya,”Kenapa Bapak takut saya datang kepadanya?” Rupanya sang bapak takut orang datang karena mau minta hartanya. Hartanya banyak sekali , pelit dan bersandar pada pengertian sendiri. Say aterus menginjili dia dari waktu ke waktu. FIsiknya semakin turun. Terakhir dia berkata,”Hidup sia-sia. Saya punya harta yang banyak dan ditinggalkan untuk orang lain. Saya mati tidak bawa apa-apa. Dokter tidak bisa menyembuhkan saya.” Sampai satu titik ia serahkan diri pada Tuhan. Hatinya hancur dan serahkan diri pada Tuhan. Bejananya hancur.

Allah membentuk bejana baru menurut pandangan baik dari Tuhan. Oleh karena itu selama ada kesempatan ,layanilah Tuhan. Setiap gereja punya masalah. Gereja tidak sempurna tetapi kita juga tidak sempurna. Kalau kita berkata, “Saya tidak mau gereja ini dan pindah ke gereja lain yang lebih sempurna”, saya usulkan jangan masuk kesana, karena kita tidak sempurna kalau masuk ke sana maka gereja itu menjadi tidak sempurna. Hanya Kristus yang sempurna, sehingga saya datang ke gereja belajar kesempurnaan Kristus. Jangan banyak kristik gereja, tetapi tanya apa yang saya mau berikan kepada Tuhan. Tanya apa yang telah Tuhan kerjakan dalam membentuk diri kita di gereja. Kita melayani Tuhan dan jangan menganggap diri lebih hebat dari orang lain. Mari bertumbuh bersama-sama. Allah mau kita bertumbuh, Allah pun bekerja memecahkan bejana yang lama sehingga bejana semakin indah dipakai untuk tujuan yang mulia. Sebab itu melayani bukan karena punya sesuatu lalu berikan kepada Tuhan, karena segala sesuatu dari Tuhan (bukan milik kita). Melayani merupakan proses membentuk diri. Katakan, “selagai saya ada kesempatan, saya mau melayani Tuhan”.





No comments:

Post a Comment