Monday, November 4, 2013

Hutang yang Tak Terbayarkan



(Tidak diedit)

Pdt Hery Kwok

Roma 1:14-17
14 Aku berhutang baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar.
15  Itulah sebabnya aku ingin untuk memberitakan Injil kepada kamu juga yang diam di Roma.
16 Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.
17  Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman."

Pendahuluan

Suatu kali saya mengikuti acara Paskah di penjara. Waktu itu pelayanannya dilakukan oleh para sarjana (penasehat) hukum yang beragama Kristen. Itu pelayanan pertama saya bersama rekan-rekan di penjara. Pelayanannya kami dihadiri oleh banyak napi. Awalnya saya mengira mereka rindu beribadah, namun saat saya menanyakan alasannya ternyata bukan begitu. Ada yang beralasan tidak mau diam di sel saja (sumpek) sehingga lebih baik beribadah. Ada juga yang berkata, setelah ibadah biasanya disiapkan konsumsi (ada yang mengharapkan makanan). Sewaktu pemimpin pujian mengajak para narapidana bernyanyi , dia memilih lagu yang popular yakni “Sekarang Saya Sudah Bebas” (http://www.youtube.com/watch?v=vurViBZrSb8). Syairnya : s'karang saya sudah bebas, s'karang saya sudah bebas, s'karang saya bebas oleh darahNYA Domba Allah, s'karang saya bebas, bebas, haleluya. (s'karang saya bebas, bebas, bebas, saya bebas haleluya. Lalu ia bertanya, “Apakah saudara mau bebas?” Serempak para narapidana menjawab, “Amin”. Itu kata yang didambakan mereka yaitu “bebas”. Lalu pemimpin pujian berkata, “Sekarang mari kita nyanyikan, ‘Sekarang Saya Sudah Bebas’.” Setelah musik bergema dan pemimpin pujian menyanyi dengan semangat, narapidana yang begitu banyak tidak mengeluarkan suara. Hanya 1-2 orang saja yang bernyanyi. Pemimpin pujian bingung. Lalu ia bertanya lagi, “Saudara mau bebas?” Serentak mereka menjawab lagi, “Amin”. Pemimpin pujian berkata lagi, “Mari kita nyanyi lagi ‘Sekarang Saya Sudah Bebas”. Ternyata kembali yang menyanyi hanya 1-2 saja. Lalu ia bertanya, “Mengapa Saudara-Saudara tidak mau menyanyi?” Mereka menjawab, “Memang lagunya bilang sudah bebas, tetapi kita tetap ada di penjara.”

Mungkin gambaran seperti itu ada dalam kehidupan Kristen kita. Kita sudah bebas dari dosa tapi sepertinya kita masih terkukung oleh dosa. Pertanyaan penting yang perlu dijawab,”Apa benar kita benar-benar sudah bebas?” Karena kalau benar-benar sudah bebas, maka hidup kita punya perbedaan yang luar biasa. Jangan sampai seperti orang di penjara yang menyanyikan lagu “Sekarang Saya Sudah Bebas”, tetapi secara fisik masih di penjara. Rasul Paulus mengatakan bahwa,”Saya sudah dibebaskan dari dosa.” Ini ungkapan yang diucapkan setelah ia berjumpa dengan Kristus. Saat itu Saulus (nama Paulus sebelumnya) menganiaya jemaat Tuhan dan ingin membunuhnya. Hal ini dilakukan karena ia menganggap pada waktu lalu, ajaran Kristus adalah bidat (ajaran sesat). Sehingga sebagai ahli taurat (Farisi) , ia ingin membasmi ajaran yang menyimpang. Namun kemudian dalam perjalanan ke Damsyik , Kristus menjumpai dan memanggilnya “Saulus, Saulus!” Itulah perjumpaan Kristus dengan Saulus (Kis 9). Saulus mendapat kebebasan dari dosa-dosanya saat berjumpa dengan Kristus. Di sana ia mengakui Kristus adalah Tuhan dalam hidupnya. Karena ia mengalami kebebasan yang sejati, ia kemudian ingin menceritakan tentang Kristus. Salah satu ciri orang yang ditebus dosanya, ia punya kerinduan untuk menceritakan tentang Kristus yang sudah membebaskannya. Itu sebabnya dalam Kis 1:14-15 Aku berhutang baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar.  Itulah sebabnya aku ingin untuk memberitakan Injil kepada kamu juga yang diam di Roma. Rasul Paulus mengatakan dirinya sebagai orang yang berhutang. Ini perkataaan yang penting. Orang yang berhutang seharusnya punya kesadaran untuk membayar hutangnya. Ia mengakui Yesus sudah membebaskan dirinya sehingga ia ingin memberitakan Injil. ia punya hutang untuk menceritakan Yesus kepada orang lain.

Kalau kita berhutang dan penagih hutang datang, maka sebagai orang yang berhutang, kita berkewajiban untuk membayarnya.  Kecuali kita nakal, begitu datang penagih hutang, kita malah bersembunyi. Ada orang Kristen modelnya seperti itu. Mau berhutang tapi mentalnya tidak mau bayar. Ada anak kecil yang diajari orang tuanya, nanti kalau tukang kredit datang, bilang mama tidak ada. Waktu tukang kredit datang bertanya, “Mana mamamu?” Ia menjawabnya, “Mama tidak ada. Sedang pergi.” Tukang kredit kembali bertanya, “Perginya kemana?” Lalu dengan polosnya sang anak menjawab, “Nanti saya tanya mama dulu ya di belakang.” Itu mental berhutang yang tidak benar.  Orang-orang jaman dulu punya mental berhutang yang bagus, kalau berhutang harus dilunasi. Sejak kecil diajarkan, kalau berhutang harus dilunasi. Maka kalau berhutang, kita akan bekerja keras untuk membayarnya. Ada semangat untuk menabung dan membayar hutang kepada orang yang memberi pinjaman. Semangat untuk membayar hutang itulah yang Rasul Paulus sampaikan. Kalau kita mendapat kebebasan seperti Rasul Paulus, maka kita juga punya semangat untuk membayar hutangnya.  Kerinduan itu muncul karena kita telah mengalami kebaikan Allah. Kalau kita punya hutang yang besar lalu dihapuskan oleh orang yang memberikan hutang, maka kita akan merasa sukacita luar biasa. Kita akan bercerita kepada orang-orang lain tentang kebaikan dan anugerahNya. Di kitab Matius dikatakan kita sebenarnya berhutang kepada Allah dan tidak bisa (mampu) membayarnya. Itu sebabnya setelah kita diampuni, seharusnya kita tidak pernah tutup mulut untuk mengabarkan Injil.

Fakta di lapangan mengapa manusia perlu Yesus.

Ratusan tahun sebelum Kristus dilahirkan jadi manusia, ada banyak agama hebat yang didirikan atas dasar kebenaran manusia. Manusia berusaha dengan kekuatan, kebaikan, uang dan amalnya, itu yang disebut sebagai kebenaran manusia.

Sebagai contoh,
-        2.000 tahun sebelum kedatangan Kristus, Hinduisme mengajarkan, “Biarlah mereka bersabar dalam menanggung beban yang berat. Biarlah dia tidak mencerca orang lain. Dalam menghadapi orang-orang yang pemarah, biarlah mereka tidak menunjukkan kemarahannya. Diberkatilah mereka ketika mereka dikutuk.”  Itulah Hinduisme. Bila hal ini diterapkan pengikutnya maka hasilnya baik, karena biasanya kalau dimarahi, hati tidak senang dan ingin membalas bahkan dengan kasar.
-          Konfusius hidup sekitar tahun 551 S.M. Ada sekitar 300.000.000 (tiga ratus juta) pengikut konfusius. Ajaran utamanya berbunyi, “Apa yang kamu tidak ingin orang lain lakukan terhadap dirimu, jangan berbuat hal itu kepada orang lain.” Dan ini merupakan suatu ”golden rule”. Dan lagi, “Balaslah penghinaan dengan keadilan, dan balaslah kebaikan dengan kebaikan.”
-        Lao Tse hidup 604 tahun sebelum Kristus. Ada sekitar 43.000.000 (43 juta) pengikut Taoisme hari ini. Lao Tse berkata, “Kepada setiap orang yang berbuat baik kepadaku, saya akan baik. Dan kepada mereka yang tidak baik kepada saya, saya tetap baik. Dan biarlah semuanya beroleh kebaikan.” Lao Tse juga berkata “Kepada mereka yang tulus hatinya, hati saya tulus. Kepada mereka yang tidak tulus hatinya, saya tetap tulus. Dan biarlah kita semua memiliki hati yang tulus.”
-        “Jainisme”, kepercayaan yang telah ada sekitar 595 tahun sebelum kelahiran Kristus – dan saat ini pengikut aliran Jainisme berjumlah sekitar 50.000.000 (lima puluh juta) – dan mereka mengajarkan, “Belajarlah dariku hukum yang mulia dari Jain. Sebagaimana adanya, kamu melihat ketamakan, kemarahan dan kesombongan. Orang bijaksana seharusnya tidak menjauhkan diri dari hal-hal itu. Jika dia digigit seharusnya dia tidak menjadi marah. Jika dia dicaci maki, seharusnya dia tidak mendendam. Dengan sebuah ketenangan pikiran dia seharusnya menanggung segala sesuatu
-        Budha hidup 560 tahun sebelum Kristus. Ada sekitar lebih dari 200.000.000 (dua ratus juta) pengikut Budha saat ini. Budha berkata, “Manusia yang pemarah, dan membawa kebencian, seseorang yang berbicara dusta, yang memegahkan dirinya sendiri dan memandang rendah orang lain, biarlah orang mengenalnya sebagai seorang buangan.” Artinya kalau kamu berbuat jahat akan dinilai sebagai orang buangan. Ini ajaran yang keras agar kita sadar jangan berkelakuan jahat. Budha juga berkata, “Jika seorang murid berhasrat untuk diselamatkan, untuk memperoleh keselamatan yang final, biarlah dia memenuhi dirinya dengan kebenaran. Biarlah dia bertekun dalam ketenangan hati yang mengalir bersamanya.”

Namun demikian Rasul Paulus tetap mengajarkan tentang Kristus. Kalau ajaran manusia sudah dianggap sempurna mengapa Rasul Paulus tetap mengajarkan tentang Tuhan Yesus? Kalau pengajar-pengajar yang mengajarkan agama besar sudah sempurna, Tuhan Yesus tidak perlu hadir di dunia. Itu sebabnya. Rasul Paulus menyadari, tidak mungkin orang diselamatkan tanpa Tuhan Yesus. Oleh karena itu manusia perlu Tuhan Yesus.

Kenapa manusia perlu Kristus?

1.     Manusia tidak dapat menolong dirinya yang berdosa dengan KEKUATAN sendiri (kebaikannya, kepintarannya, amalnya, dll). Waktu mengajar di sekolah, saya mendengar seorang anak kelas 2 SD (8 tahun) mengucapkan kata-kata kotor. Saya panggil dan konseling dia. Saya bertanya tentang siapa yang mengajarinya. Dia menjawabnya,”Belajar sendiri!”. Setelah Adam (pertama manusia) jatuh dalam dosa, manusia dan keturunannya punya dosa warisan. Walau berdosa, bukan berarti manusia tidak bisa membuat kebaikan. Itulah sebabnya pemimpin agama mengajarkan tentang kebaikan. Namun ada 1 hal, yaitu manusia tidak bisa menebus dosanya sendiri. Dosa warisan ini membuat manusia cenderung berbuat dosa. Dosa warisan membuat kita hidup dalam dosa. Kebaikan, kepintaran, uang tidak bisa melepaskan kita dari dosa. Suatu kali ada jemaat suatu gereja yang menyumbang Rp 2 miliar. Majelis dan hamba Tuhan terheran-heran. Bendahara, majelis dan hamba Tuhan berterima kasih. Ternyata 2 bulan kemudian, nama penyumbang itu ada di daftar KPK.  Manusia berdosa seperti itu. Melakukan kebaikan tetapi dalam dosa. Itu sebabnya kekuatan kita tidak bisa menolong kita keluar dari dosa. Ibarat kain lap yang kotor. Waktu kain lap kotor digunakan untuk melap meja, maka meja yang bersih menjadi kotor. Kita memberikan amal (uang) seperti kain lap kotor membuat meja menjadi kotor. Rasul Paulus menyadari hidupnya seperti itu dan tidak bisa menolong dirinya sendiri.

2.     Manusia tidak dapat menolong dirinya yang berdosa dengan CARANYA sendiri.
Suatu kali, saya dan istri mengendarai mobil. TIba-tiba mobil di depan rem sehingga kami menabraknya. Sebagai orang yang bertanggung jawab, saya turun dan minta maaf. Saya bermaksud mengganti dan membawa mobil yang saya tabrak ke bengkel asuransi. Namun pengemudinya berkata, “Saya tidak tahu karena ini mobil majikan saya”. Sang supir memberi nomor telpon pemilik mobil, lalu saya menelponnya. Rupanya supir tersebut sudah memberitahu majikannya. Sewaktu saya sampaikan ingin memperbaiki mobil yang ditabark, saya sampaikan hal tersebut dengan pikiran dan cara saya. Namun pemiliknya berkata, “Pak, tidak perlu. Saya sudah anggap lunas.”  Dia tidak ingin cara saya, itu bukan yang dia mau. Allah tidak mau cara kita, Allah punya cara yaitu melalui anakNya. Dia sudah menentukan caranya yaitu Yesus Kristus satu-satunya jalan. Karena hanya Yesus  yang bisa menggantikan posisi kita sebagai orang yang seharusnya dihukum Allah. Karena HANYA KRISTUS yang ditentukan oleh Allah sebagai penebus dosa manusia. (KRISTUS melakukan kehendak ALLAH sehingga yang DIKERJAKAN KRISTUS BERKENAN/LAYAK dihadapan Allah). Seharusnya kita sendiri yang membayar hukuman. Namun Allah tahu kita tidak mampu sehingga dengan cinta Nya yang luar biasa, Dia  menggantikan posisi kita sebagai terhukum. Harusnya kita yang duduk di kursi penghukuman, tetapi Tuhan Yesus yang menggantikan.  Hanya Kristus yang ditentukan untuk menggantikan dosa kita. Pada kitab Roma dikatakan Kristus melakukan kehendak Allah dengan sempurna. Sehingga apa yang dikerjakan Kristus membuat Ia berkenan di hadapan Allah (Ibrani). Itu sebabnya Kristus menjadi pokok bagi orang yang mengharapNya. Allah senang akan apa yang Yesus lakukan di kayu salib. Bukan Allah senang dengan kematianNya, tetapi senang karena anakNya Yesus melakukan apa yang dia minta dan lakukan selama di dunia.
Kesimpulan

Kalau kita mendapat anugerah Allah, kita percaya kepada Kristus, maka kita diselamatkan. Kalau sudah diselamatkan, jangan simpan untuk dirimu saja. Jangan menyimpan apa yang seharusnya diberikan kepada orang lain. Kalau disimpan untuk diri sendiri itulah kejahatan. Ada seorang teman saya memberitakan Injil kepada orang yang dianggapnya perlu mengenal Tuhan.  Dia injili hampir 5 jam dalam perjalanan di bus. Sampai terakhir bus mau masuk diterminal, orang yang diinjili berkata, “Saya sebenarnya seorang pendeta”.  Teman saya berkata, “Pak, kalau bapak seorang pendeta, jangan biarkan saya sampai 5 jam berbicara”. Tapi teman saya senang karena , “Saya tidak menyimpan berita keselamatan tapi menceritakan kepada orang lain”. Jangan “menyimpan” keselamatan sehingga orang lain tidak dengar. Ceritakan keselamatan itu kepada papa dan mamamu kalau belum kenal Kristus. Ceritakan kepada saudaramu kalau belum kenal yesus. Kalau disimpan, kita berhutang kepadanya. Jangan bosan menceritakan keselamatan kepada orang lain. Walau orang yang mendengarnya menolak. Saya menginjili papa saya selama lebih dari 17 tahun. Saya pernah merasa bosan, sewaktu melihatnya tidak bereaksi. Hati jadi letih. Dalam pikiran saya percuma saya cerita tentang Kristus, tapi tidak diresponi. Ini penyakit yang sering terjadi dalam diri kita. Sampai suatu kali Tuhan sendiri yang membuat hatinya percaya. Kita hanya menceritakan, Kristus yang membuatnya percaya. Selama papa hidup ia berbuat baik pada saya. Saya percaya, di tengah kelelahan orang tua, ia memberikan kasih  yang terbaik untuk anak-anaknya. Kita bisa membalasnya dengan hidup yang baik. Itu ajaran yang baik. Jangan berbuat baik setelah orang tua sudah meninggal. Jangan membawa babi hong di kuburan karena yang menikmati orang lain. Kita bisa membalas kebaiknya, secara etika, sopan santun dalam hubungan anak kepada orang tua. Tapi kita akan terus “berputar” pada orang tua, kalau kita belum menceritakan tentang Yesus. Tunjukkan selama orang tua hidup dengan merawat dan memperhatikannya selama mereka hidup. Namun yang tidak boleh dilupakan, ceritakan tentang Yesus. Itu yang harus dilakukan. Menurut Alkitab, waktu bertemu dengan Tuhan, Dia tidak bertanya tentang seberapa berhasil bisnis kita. Tuhan tidak butuh kekayaan, karena Dia kaya sekali. Ia bisa membaut seseorang kaya. Dia tidak membutuhkan segala kekayaaanmu. Dia memberikan kita semangat sehingga kita bisa bekerja. Ia hanya bertanya tentang seberapa besar cinta kepada sesame kita. Jangan sekali-kali tidak bayar hutang kepada sesamamu. Bayar dengan menceritakan ke relasi binis , rekan kerja dan kepada siapapun yang belum percaya.

No comments:

Post a Comment