Thursday, October 31, 2013

Hati-Hati Gunakan Mulutmu

(tidak diedit)

Ev Susan M.

Yak 3:7-12
7  Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia,
8  tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan.
9  Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah,
10  dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.
11  Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama?
12  Saudara-saudaraku, adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar.

Suatu hari ada seseorang yang baik meninggal dan kemudian dibawa oleh malaikat Tuhan masuk ke surga. Di sana ia melihat banyak orang yang punya mulut dan gigi tetapi tidak mempunyai lidah. Akhirnya orang ini bertanya, “Mengapa mereka tidak punya lidah?”. Malaikat menjawab, “Mata ,hidung, kaki, tangan, dompet dan semuanya bertobat kecuali lidah , mulut dan bicaranya tidak bertobat. Ilustrasi ini hanya ingin menunjukkan bahwa,”Perkataan atau lidah adalah sesuatu yang sangat sulit dikendalikan (dijinakan).” Itu sebabnya Rasul Yakobus mengingatkan tentang bahayanya lidah.

Ada 2 permasalahan penting yang disoroti oleh Rasul Yakobus.
1.     Terjadinya pertikaian, perselisihan, permusuhan karena adanya kesenjangan hidup antara kelompok yang kaya dan yang miskin (kesenjangan ekonomi)  di mana kelompok yang kaya memandang rendah yang miskin dan sebaliknya (Yak 1 dan 2).
2.     Perselisihan, pertengkaran dan permusuhan di tengah komunitas orang percaya, disebabkan banyak orang yang menganggap dirinya lebih pintar / tahu lalu mengucapkan hal-hal yang membuat terjadinya permusahan. Sehingga Rasul Yakobus mengatakan pada pasal 3 ayat 1, “Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat.”. Rasul Yakobus tidak menolak dengan profesi guru yakni profesi yang memberi pelajaran kepada orang lain. Jangan mau jadi guru maksudnya jangan menganggap dirimu lebih pintar daripada yang lain sehingga sok mengkritik dan menghakimi orang lain. Banyak orang yang sering hanya omong kosong (omdo). Itu seringkali terjadi di kalangan guru agama Yahudi zaman dahulu. Mereka pintar secara teologi dan dianggap lebih pintar dari masyarakat tetapi yang diucapkan tidak sesuai dengan kelakuan. Rasul Yakabus pada ayat 2-8 memberikan beberapa analogi / contoh tentang bahayanya menganggap diri pintar dan tidak mengekang / mengendalikan / membatasi perkataan. Pada ayat 3 Rasul Yakobus mengibaratkan lidah itu seperti tali kekang yang kecil pada mulut kuda namun dapat mengendalikan kuda yang besar (mau ke kiri atau ke kanan) atau seperti kemudi kecil yang mengarahkan kapal yang besar (yang besar belum tentu mampu menguasai yang kecil). Sesuatu yang kecil ketika digunakan dengan baik, hasilnya baik dan sebaliknya. Analogi yang kedua, lidah itu ibarat api (ayat 4) dimulai dari kecil. Kerusakannya awalnya kecil (mungkin dimulai dari punting rokok) dan kemudian menjadi besar menyebabkan kerusakan. 

Manusia belum tentu menguasai dirinya sendiri atau lidah. Pada ayat 8, Rasul Yakobus mengatakan , “tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan”. Kejahatan lidah adalah sesuatu yang buas dan tak terkuasai, menakutkan. Rasul Yakobus mengatakan,”Lidah adalah sesuatu yang buas (menakutkan).” Rasul Paulus pernah mengatakan,”Aku adalah orang buas.” Dalam bahasa aslinya buas identik dengan penyakit jiwa yang tidak dapat dikendalikan. Yakobus orang belum percaya tidak dapat mengendalikan sebaik-baiknya karena tidak punya kuasa Tuhan. Masalahnya , kita tidak mau menggunakan kuasa yang diberikan Tuhan. Suami memberi julukan “bodoh” kepada istrinya juga sebaliknya sehingga membuat rumah tangga mereka menjadi tidak benar karena yang kumpul orang “goblok” dan “bodoh”. Julukan-julukan sebelum percaya Tuhan tidak terkendalikan. Lidah penuh racun yang mematikan. Lidah yang bisa dikendalikan ibarat racun mematikan diri kita, hati nurani kita, kepekaan kita, kebiasaan baik dan hubungan kita dengan orang lain.
Jemaat Kristen mula-mula menghadapi kaisar Romawi (Nero) yang jahat sekali. Ia menyebarkan fitnah terhadap orang Kristen dan ingin memusnahkan orang Kristen. Gosip itu diterima dan dipercaya sehingga orang Kristen ditangkap. Lalu ada yang dalam keadaan hidup kulitnya dicabut sampai mati, ada yang dibakar hidup-hidup, ada yang diikat pada wadah berpaku tajam dan mengalami siksaan yang sangat kejam. Hal ini diawali dengan perkataan yang tidak benar (fitnah) oleh sang kaisar.

Ada seorang bapak yang menjadi suami yang setia dari seorang istri. Ia menghadapi tuduhan perselingkuhan dan berusaha membela dirinya. Dengan kepintaran pengacara dari pihak pendakwa, akhirnya sang bapak menjadi tertuduh dan kalah sehingga dihukum masuk penjara. Istrinya menjadi kecewa dan sakit hati walaupun ia mempercayai sang suami. Akhirnya sang istri menderita penyakit dan meninggal dunia. Setelah suaminya bebas, dia tetap hidup sendiri (tidak menikah lagi). Suatu kali pengacara yang membuatnya masuk penjara, datang dengan tubuh yang sudah loyo karena sakit berat. Sebelum meninggal, ia datang meminta maaf karena ia tahu sang suami sebenarnya orang yang benar (tidak berselingkuh). Bahkan ternyata sang pengacara sendiri yang selingkuh. Sang pengacara terpaksa mengajukan tuduhan itu supaya ia tetap hidup bebas. Sang suami memaafkan si pengacara, namun ia mengatakan,”Apa yang kamu lakukan tidak membuat istri saya hidup kembali, tidak membuat istri saya percaya saya lagi 100%, tidak mungkin membuat orang-orang di kota itu serta merta berbalik percaya kembali kepada saya”.

Melontarkan perkataan yang tidak bertanggung jawab ibarat bulu ayam di kemoceng yang dicabut satu per satu lalu ditiup oleh angin kencang sehingga berhamburan kemana-mana. Bulu-bulu ayam tersebut kemudian sulit dan akhirnya tidak bisa dikumpulkan semuanya. Berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkannya? Berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki kata-kata yang dikeluarkan secara tidak bertanggung jawab?  
Suatu kali ada sepasang jemaat yang akan menikah dan sudah diumumkan di warta gereja. Lalu ada surat keberatan yang disampaikan ke majelis atas rencana pernikahan tersebut. Surat tersebut tanpa mencantumkan nomor urut dan ditulis tanpa nama sehingga seharusnya surat tersebut diabaikan. Kebetuan ada anggota majelis yang pernah memiliki masalah (bermusuhan) dengan jemaat yang akan menikah tersebut. Majelis tersebut kemudian memakai surat itu sebagai bahan untuk membesar-besarkan masalahnya.  Akhirnya keluarga calon pengantin menjadi kecewa dan sakit hati. Lalu mereka mencari gereja yang bisa menikahkan calon pengantin tersebut. Terakhir ke-25 anggota keluarga (dari sekolah minggu sampai jemaat umum) tersebut keluar dari gereja tersebut. Hal ini dimuai dari kata-kata dan perbuatan yang tidak bertanggung jawab.
Sehingga Rasul Yakobus menulis pada Yak 3:10 mengingatkan untuk tidak melakukan perbuatan yang tidak bertanggung jawab. Jangan sampai dari mulut yang sama keluar berkat dan kutuk. Dengan lidah kita memuji Tuhan, jangan sampai memakai lidah untuk menghancurkan. Jangan kita ketawa sana-sini dengan seseorang namun di belakangnya menyebarkan gossip. Allah kita adalah Allah yang kudus sehingga sebagai anakNya kita juga harus kudus. Allah adalah sumber kehidupan kita. Seperti yang tertulis pada ayat 11-12 “Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama? Saudara-saudaraku, adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar.”

Tips (petunjuk) praktis bila ingin mengomentari sesuatu
1.     Ketika mendengar suatu berita, jangan cepat-cepat menyimpulkan atau memberi komentar. Dengarkan dengan jelas dan simak baik-baik.
2.     Gunakan 3 alat penyaring :
a.    Cari tahu apakah berita itu benar 100%. Karena ada berita yang setelah dikonfirmasikan kebenarannya kepada yang menyampaikannya hanya dijawab “Saya juga tidak tahu karena saya hanya mendengar saja”
b.    Apakah berita yang disampaikan itu baik dan positif? Kalau tidak baik  maka ini merupakan sinyal untuk kita berhati-hati. Biasanya kalau mendengar berita yang baik seperti khotbah , pendengarnya malah tidur, tetapi bila mendengar berita yang tidak baik atau gosip pendengarnya malah dengan semangat mendengarnya. Seharusnya disaring, apakah berita tersebut berguna atau tidak (membuat lebih baik),
c.    Biasakan diri untuk tidak menyampaikan sesuatu yang tidak kita tahu dengan jelas atau tidak berani kita sampaikan sendiri (jangan mengatasnamakan orang lain). Misalnya ada yang berkata,”Satu gereja tidak setuju.” Lalu siapa yang dimaksud dengan “satu gereja”? Padahal yang bicara hanya satu orang saja.
3.     Belajar untuk objektif. Isi pembicaraan benar-benar merupakan hal yang ingin disampaikan. Yang benar katakan benar, yang salah katakan salah. Jangan sampai kalau sudah tidak suka dengan seseorang, maka semua yang dikatakan orang tersebut dianggap salah. Itu sangat subjetif.

Demikianlah sebagian hal yang dapat dipelajari dari Kitab Yakobus yang banyak berbicara tetang hal-hal praktis dalam kehidupan. Isi surat Rasul Yakobus sederhana (tidak seperti surat-surat dari Rasul Paulus yang perlu dicerna secara mendalam) sehingga tidak perlu dipikir secara rumit.

No comments:

Post a Comment