Sunday, February 24, 2013

Bersaksi dengan Kasih

Ev. Suwandi
Mat 22:37-39; 28:19, Kis 1:8
37  Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
38  Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
39  Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Mat 28:19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
Kis 1:8  Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."

Dalam Puji-Pujian Kristen nomor 199 ada sebuah lagu berjudul Apa yang Kau Perbuat bagi Yesus yang liriknya mengatakan:  Apa yang kau buat bagiNya? Tiap hari semangatkah? Bersandarkah kau padaNya? Saksikan kasihNya! Apa kau perbuat bagi Tuhanmu? Apa kau peroleh kerja bagiHu?, Setiap harinya apa kerjamu? Apa kau perbuat bagi Tuhanmu?. Lagu ini ingin menolong diri kita untuk mengevaluasi diri kita sendiri, apa yang telah kita lakukan bagi Tuhan. Kita begitu lama mengenal dan percaya pada Tuhan, menjadi anak Tuhan? Apa yang telah kita lakukan bagiNya? Apa kita pernah menjadi saksi bagi Tuhan? Setelah percaya, bukan berarti selesai, duduk beribadah di gereja, menunggu dan naik ke sorga. Setelah kenal Tuhan, banyak hal yang harus kita lakukan untuk Tuhan. Salah satunya adalah bersaksi bagi Tuhan. Bersaksi adalah panggilan utama anak-anak Tuhan (orang Kristen) yang berasal dari Tuhan Yesus sendiri. Dia mengulangi 2 kali perintah untuk menjadi saksi bagiNya.
Pada Mat 28:19, Tuhan Yesus mengatakan, “Pergilah , jadikan semua bangsa muridKu.” Dan setiap orang yang mau menjadi murid Tuhan Yesus, pertama-tama harus bertobat, diselamatkan, percaya kepada Tuhan Yesus. Untuk itu mereka harus mendengar tentang Yesus, Injil. Sehingga kita perlu memberitakan, bagaimana mengenal Kristus dan kita harus menjadi saksi bagiNya. Sedangkan pada Kis 1:8 Tuhan Yesus mengatakan,” Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."

Bersaksi adalah perintah yang berasal dari Tuhan Yesus. Menjadi saksi bagi Tuhan Yesus adalah hak istimewa sebagai anak-anak Tuhan (orang-orang percaya). Sebagai orang Kristen, kita harus menjadi saksi bagi Tuhan. Banyak orang Kristen tahu hal ini, tetapi dalam kehidupannya tidak mau melakukannya. Banyak alasan dikemukan untuk tidak menjadi saksi bagi Kristus. Misal : bersaksi itu sama dengan berkhotbah sehingga harus belajar firman Tuhan sepenuhnya sedangkan yang benar-benar mengenal firman Tuhan adalah orang-orang yang masuk sekolah teologia dan dididik di  seminari. Sehingga “bersaksi” dibebankan ke hamba Tuhan yang sudah belajar teologia di seminari. Ini pengertian yang salah. Bersaksi bukanlah berkhotbah. Bersaksi artinya menceritakan kepada orang lain, pengetahuan tentang Kristus, bagaimana Dia lahir, mati, bangkit untuk kita. Menceritakan bagaimana kita bersama dengan Kristus. Bukan setelah menjadi orang yang hebat, yang mengerti Alkitab baru bersaksi, tetapi kita menceritakan kesaksian pengalaman bersama Kristus. Kesaksian bisa melalui perbuatan. Ada juga yang berasalasan : saya tidak punya bakat untuk memenangkan jiwa. Padahal bersaksi menceritakan pengetahuan tentang Tuhan Yesus dan pengalaman bersama Dia. Memenangkan jiwa bukan pekerjaan atau usaha kita tetapi gerakan Roh Kudus. Orang bisa bertobat melalui kesaksian kita, tetapi itu bukan kehebatan kita tetapi kuasa dari Roh Kudus. Tugas kita adalah bersaksi, tidak ada alasan tidak bersaksi karena tidak punya talenta. Tugas kita menceritakan pengenalan dan pengalaman kita besama Kristus. Sebagai orang Kristen menjadi saksi dan menyampaikan kebenaran firman Tuhan, bukanlah tugas tawar-menawar, Alkitab mengatakan, orang Kristen harus menjadi saksi. Ini tugas yang begitu mulia. Kesaksian bukan menjadi beban tetapi menjadi gaya hidup, anak-anak Tuhan. Setelah begitu lama perccaya, kerohanian kita makin bertumbuh, bagaimana Roh Kudus mengubah kita semakin hari semakin serupa Tuhan Yesus. Saat mengalami hal demikian maka kita harus menyaksikan pada orang lain.

Yoh 1:3 Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga,
Apa yang telah kita lihat, alami, raba, kita saksikan kepada orang lain. Kita menceritakan pengalaman kepada orang-orang yang belum mengenal Kristus. Banyak orang yang takut bersaksi karena takut ditolak atau tidak dipercaya oleh orang lain. Pada waktu TUhan Yesus datang ke dalam dunia, Dia bersaksi. Saat Ia bersaksi, banyak orang percaya kepadaNya. Tugas kita sama, sebagai anak Tuhan, kita juga harus bersaksi, apa yang diperbuat, diajarkan oleh TUhan Yesus. Mungkin ada orang yang menolak atau percaya. Itu keputusan orang yang kita berikan kesaksian. Yang dituntut : bersaksi bagiku. Oleh karena itu kita tidak usah kecewa saat ditolak. Tugas kita hanya bersaksi. Bukan karena kehebatan tetapi karena kuasa Roh Kudus orang menjadi percaya. Roh Kudus mengingatkan orang berdosa. Sehingga waktu bersaksi bagi Tuhan, kita tidak usah berkecil hati. Tujuan kita bersaksi : supaya orang percaya pada Kristus, berubah gaya hidupnya dari berdosa menjadi percaya.

Yoh 14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
Kis 4:12 Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."
Banyak orang mengatakan , agama di dunia ini sama. Memang ada persamaan, pengajarannya sama untuk berbuat baik, tidak ada agama yang mengajarkan berbuat dosa.  Misal : berbakti kepada orang tua. Tidak ada agama mengajarkan jadi anak durhaka atau tidak peduli orang tua. Tetapi tentang keselamatan, tidak semua agama sama.  Keselamatan hanya ada dalam Tuhan Yesus. Kita yang sudah diselamatkan , kita tahu orang yang belum percaya akan binasa, maka kita seharusnya bertanggung jawab untuk memberitakan Kristus. Contoh : kalau ada seseorang menderita kanker, lalu ke sana sini mencari dokter yang pandai untuk menyembuhkan. Suatu kali dikenalkan dengan seorang dokter dan disembuhkan. Setelah itu apakah kita diam saja? Tentu, kita akan menceritakan tentang dokter itu. Sebagai orang Kristen seharusnya kita juga melakukan hal yang sama. Sebagai orang yang menerima keselamatan, sadar betapa pentingnya keselamatan, orang yang tidak percaya akan binasa. Maka kita membagikan berita Injil kepada orang lain.

Pada kitab Lukas ada pria yang dirasuki setan, ia menjadi “galak”. Saat dirantai, rantainya diputus. Suatu hari Tuhan Yesus bertemu Dia dan mengusir setan dalam dirinya. Ia penuh ucapan syukur dan mengatakan , ia akan pergi mengikuti Yesus kemanapun ia pergi. Namun Tuhan Yesus  memintanya pulang ke rumahnya menjadi saksi bagiNya. Apakah kita sudah menjadi saksi bagi Tuhan? Dalam konteks sekarang, kita menjadi saksi di rumah, di masyarakat dan sampai ujung bumi. Tapi banyak orang Kristen merasa masih punya banyak waktu dan tidak mempunya kerinduan untuk bersaksi.

Jangan Menunda
Ada 2 pria yang sudah berkenalan sejak kecil. Mereka berteman sampai dewasa. Satu di antaranya kemudian percaya kepada Yesus dan ingin bersaksi kepada temannya. Tapi setiap kali bertemu, ia merasa malu. Sehingga ia menunda terus. Sampai suatu kali temannya mau berlayar ke luar negeri dan lama baru akan pulang. Kemudian ia mengambil tekad , “Saya harus memberitakan Injil pada waktu mau berangkat”. Waktu temannya mau berangkat ia mengantarkannya ke kapal dengan mobil. Di mobil ia bertekad untuk memberitakan Injil. Tetapi waktu mobil melaju, ia tidak bisa mengatakannya. Kemudian sampai di kapal, ia mengambil tekad lagi, saat akan mengantar ke kamar, ia mau bersaksi. Tetapi porter datang, barang temannya dibawa ke kamar. Lalu ia berkata dalam hatinya, “Saya akan mencari tempat yang sepi untuk bersaksi.” Namun ada suara pengumuman mengatakan kapal akan berangkat, pengantar dipersilahkan turun. Ia katakan, saat bertemu lain waktu ia akan bersaksi. Setelah temannya berangkat, 2 bulan kemudian temannya meninggal dunia. Ia merasa menyesal sekali. Kenapa dia tidak memberitakan Injil kepada Yesus. Seringkali penyesalan datang telat. Ia sudah tidak bisa melakukan apa-apa.
Dalam hidup kita menyesal. Namun penyesalan sudah terlambat, tidak bisa diperbaiki. Sehingga dalam hidup, waktu mau menjadi saksi jangan menunda. Karena kesempatan belum tentu ada. Mungkin kita tidak bisa lagi memberitakan Injil.

Menginjili dengan Kasih
Mat 22:37-39. Kita harus mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi dan mengatakan kita harus mengasihi sesama manusia seperti diri kita. Kita bersaksi karena kita mengasihiNya. Kita mengasihi Tuhan berarti harus taat pada perintahNya. Tetapi kita bukan hanya mengasihiNya tetapi juga mengasihi sesama manusia. Seringkali banyak orang yang tidak mau memberitakan Injil karena hatinya tidak mempunyai kasih atau banyak orang tidak mau percaya, karena kita tidak mengasihi Allah.  Kita tidak ada hati untuk mengasihiNya.
Dr. Fran Lobak (?) menceritakan suatu kali ia ingin mengabarkan injil ke suku Moro di Filipina. Saat itu Moro tidak bisa menerima orang asing dari luar. Mereka memusuhi orang asing yang masuk ke desa mereka. Fran yakin orang suku Moro akan menerima Injil. Tetapi waktu ia pergi untuk memberitakan Injil tidak ada satu pun yang bertobat. Sehingga ia merasa putus asa. Ia merasa sudah gagal. Ia kemudian siap-siap untuk meninggalkan suku Moro. Suatu hari ia naik mendaki suatu tempat. Waktu naik ke atas, ia melihat suatu desa dari suku Moro. Lalu ia berdoa dan bertanya kepada Tuhan, mengapa ia sudah  mengabarkan Injil namun tidak ada orang yang mau bertobat. Bagaimana mengabarkan Injil supaya suku Moro bisa percaya kepada Tuhan Yesus? Tiba-tiba ia mendengar suara Tuhan mengatakan, “Mengapa orang-orang Moro tidak mau  percaya, karena engkau tidak benar-benar mengasihi mereka. Engkau merasa orang kulit putih yang pintar dan melihat orang Moro sebagai orang bodoh. Engkau merasa lebih tinggi dari mereka. Lalu ia meneteskan air mata dan minta Tuhan agar mengajar dia mengasihi suku Moro. Lalu ia bukan saja bersaksi, namun ia juga bergaul dengan mereka dan mengasihi mereka. Tidak lama kemudian, ada orang Moro yang percaya kepada Tuhan.

Tanpa kasih, Tidak Berarti
Kasih itu penting sekali, karena kalau kita tidak sungguh-sungguh mempunya hati yang mengasihi maka sulit menginjili. Kita tahu apa itu kasih, khususnya kasih agape. Mengasihi orang yang belum kita kenal. Tetapi kasih kita seringkali mempunyai syarat. Saya mengasihi dia karena dia melakukan sesuatu untuk saya. Tetapi Tuhan ingin kita mengasihi semua orang termasuk musuh. Apakah kita mengasihi orang lain? Kalau kita tidak mempunyai hati yang mengasihi, apa yang dilakukan sia-sia. Sekalipun kita bisa berbahasa malaikat, tetapi kalau tidak mempunyai kasih tidak ada artinya (gunanya). Apakah kita mengasihi orang lain? Yang paling gampang, apakah kita pernah berdoa untuk orang lain? Apakah kita pernah berdoa untuk orang yang kesulitan? Kalau untuk orang yang dikenal, kita sulit mengasihi apalagi yang belum mengenal. Tanpa kasih, semuanya tidak berarti. Minggu lalu, kita sudah mendengar firman Tuhan tentang kasih yang semula. Jemaat Efesus adalah jemaat yang rajin dan baik. Tetapi dalam pandangan TUhan mereka harus bertobat karena mereka sudah kehilangan kasih yang semula. Kita diminta untuk menjadi saksi. Tetapi tanpa kasih, orang tidak akan percaya. Waktu pelayanan di Cirebon, ada seorang ibu yang tidak banyak bicara tetapi membawa jiwa-jiwa kepada Tuhan. Karena dalam dirinya ia punya kasih. Mari kita kembali kepada Tuhan, menjadi saksi dengan hati yang mengasihi orang lain.


No comments:

Post a Comment