Sunday, February 17, 2013

Kasih yang Mula-Mula

Pdt. Heri Kristiawan

Wahyu 2:1-7
1 "Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu.
2  Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.
3  Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah.
4  Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.
5  Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.
6  Tetapi ini yang ada padamu, yaitu engkau membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci.
7  Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah."
Wahyu 1:3 Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.

Baru saja kita melihat meriahnya orang merayakan Valentine Day. Hari ini tema kita, adalah Kasih Yang Mula-Mula. Di dalam ramainya perayaan hari kasih sayang, kita seringkali mendengar kisah cinta yang indah-indah. Banyak cerita tentang bagaimana orang mengekspresikan kasihnya kepada orang lain. Namun di tengah banyaknya kisah cinta yang indah, kita juga mendengar kisah cinta yang menyedihkan. Seorang ibu menceritakan dulu ketika pacaran, sang suami begitu sabar dan penuh perhatian. Ketika ia tersandung jatuh, dengan cepat sang pacar (yang kemudian menjadi suaminya) melihat dan berkata,”Sayang, apakah tidak apa-apa?” seraya memijit kaki yang sakit karena terjatuh. Tetapi setelah sekian tahun menjalani hidup berumah tangga, peristiwa yang sama terjadi. Saat ia tersandung dan jatuh, yang dikatakan sang suami, “Kamu taruh di mana matamu?” Ini merefleksikan : di mana kasihnya yang mula-mula yang begitu indah itu? Kasih yang mula-mula itu sudah padam! Itulah  yang terjadi pada jemaat Efesus. Mereka kehilangan cintanya yang semula, Pada kitab Efesus, Rasul Yohanes menulis teguran yang keras terhadap jemaat Efesus.

Latar Belakang Kota Efesus
Kota Efesus adalah kota metropolitan yang menjadi pusat perdagangan di Asia kecil baik melalui darat maupun laut. Kota ini terbuka segala sesuatu, aneka budaya masuk melaluinya. Hal ini bila dibandingkan mirip dengan kota Jakarta. Segala macam budaya asing masuk ke masyarakat Efesus. Tidak heran, bila terdapat praktek penyembahan kepada berhala dan kaisar serta perzinahan pada tempat penyembahan. Di sana ada penyembangan kepada dewi Artemis. Penyembahan berhala dan perzinahan dianggap sebagai hal yang biasa, wajar dan dibenarkan karena dilakukan setiap orang.
Jemaat Efesus menyaksikan (melakukan) kehidupan yang berbeda. Akhirnya Tuhan memberikan pujian pada cara hidup, ketekunan jerih payah dan pelayanan mereka, Secara kasat mata, kehidupan mereka baik. Itu evaluasi secara lahiriah. Bagaimana kesaksian hidup mereka dievaluasi secara rohani.?

Pola Surat Kepada Ke Tujuh Jemaat pada Kitab Wahyu
Wahyu 2:1-7 merupakan surat pertama dari 7 surat kepada para jemaat. Polanya sama. Ada unsur-unsur yang sama. Unsur ini merupakan garis besar untuk memahaminya yang terdiri dari :
1.       Pesan (1a) Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus
2.       Identitas (1b). Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu
3.       Pujian (2-3) Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu….
4.       Teguran (4) Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula
5.       Nasihat (5-6) ancaman kalau nasihat tidak didengarkan. . Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat
6.       Ajakan (7a) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat
7.       Janji (7b) ketika memperhatikan perintah Tuhan: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah.

Contoh lain : Wahyu 2: 12-17
Pesan 12a. Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Pergamus
Identitas (12b). identitasnya sama dinyatakan dalam cara yang berbeda. : Inilah firman Dia, yang memakai pedang yang tajam dan bermata dua
Pujian (13). Aku tahu di mana engkau diam
Teguran (14-15) Tetapi Aku mempunyai beberapa keberatan terhadap engkau
Nasihat (16)   Sebab itu bertobatlah!
Ajakan (17a) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat
Janji (17b) Barangsiapa menang, kepadanya akan Kuberikan dari manna yang tersembunyi

Kepada 3 jemaat pertama, polanya sama persis. Kepada 4 jemaat berikutnya unsurnya sama, di bagian akhir susunannya berbeda. Janji terlebih dahulu (setelah itu baru ajakan). Tetapi ketujuhnya punya unsur yang sama.

Surat Kepada Jemaat Efesus

Pesan. Tuhan Yesus menugaskan Rasul Yohanes untuk menulis melalui malaikat. Malaikat maksudnya para pemimpin jemaat dan sidang (para pemimpin gereja). Wah 1:19 Karena itu tuliskanlah apa yang telah kaulihat, baik yang terjadi sekarang maupun yang akan terjadi sesudah ini. Tuhan Yesus memberi kesempatan kepada Rasul Yohanes saat dibuang ke Pulau Patmos (seperti Nusakambangan di Indonesia).

Identitas. Di sana Tuhan memberi penglihatan yang harus dicatat dan diberikan kepada 7 jemaat. Tuhan yang memerintahkan pesan menyatakan identitas sebagai pemegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas. Memegang menunjukkan kuasa Tuhan atas jemaatNya. Tuhan ingin menegaskan bahwa Dialah yang berkuasa sehingga jemaat Efesus menjadi besar, juga menjaga, memelihara dan memperhatikan jemaat. Menjaga dan memelihara segala sesuatu  yang terjadi atas jemaat. Tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa ijin Tuhan. Dia memberi kuasa sehingga jemaatnya menjadi besar. Bagian ini menegaskan jemaat menjadi besar bukan karena orang tertentu yang berjasa. Semua itu dalam kuasa Tuhan. Tuhan berkuasa menjaga dan memelihara umatNya. Jangan ada, orang yang merasa dirinya yang paling berjasa. Semuanya itu hanya karena Tuhan. Ini menjadi penegasan atas evaluasinya terhadap kehidupan jemaat. Supaya jemaat tidak meragukan Tuhan melakukan evaluasi. Itulah Tuhan yang berotoritas, Maha Tahu yang menjaga dan mengevalusi kehidupan mereka.

Pujian. Evaluasi dimulai dengan pujian (ayat 2-3). Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Kata jerih payahmu menunjukkan betapa mereka telah menggunakan waktunya habis-habisan , mereka telah all-out melakukan pekerjaan tersebut. Kata ketekunan menyatakan kesetiaan mereka sekalipun mereka mengalami penganiayaan. Mereka tetap melayani Tuhan dengan tidak mengenal lelah. Mereka juga menguji semua pengajaran dari rasul palsu (mencobai tepatnya menguji). Setiap pelajaran rasul diuji sesuai tidak dengan pengajaran firman Tuhan. Mereka jemaat yang hebat, setia melayani gereja Tuhan tidak mengenal lelah. Kita yakin mereka memiliki kehidupan yang saleh dan religius, di tengah budaya asing yang masuk di kota itu. Kita mungkin mengandaikan kita sama seperti itu. Saya melakukan pekerjaan habis-habisan. Mungkin sebagai anggota paduan suara mati-matian melakukan latihan untuk menyanyikan dengan baik. Semua aktivis melakukan dengan segenap hati. Yang bisa dilihat orang, semua melakukan dengan semangat yang luar biasa. Mungkin dengan tidak memperhitungkan waktu, untung-rugi. Mungkin jemaat di sini juga sama seperti jemaat di Efesus. Kita semua giat melakukan pekerjaan Tuhan. Semua rela berkorban untuk pekerjaan Tuhan. Secara pribadi, kita menjadi orang setia kepada Tuhan. Di masyarakat, kita bersaksi sebagai oraang Kristen tidak takut ancaman. Di kantor , kita menampakkan identitas sebagai orang Kristen. Di kampus kita bersaksi sebagai anak TUhan. Di rumah tangga, sehari-hari kita, di masyarakat menyaksikan sebagai orang Krsiten Identitas kita di KTP masih sebagai orang Kristen. Semuanya adalah hal yang baik. Kacamata jasmani kita, semuanya baik. 

Teguran. Bagaimana sang Maha Kuasa memberi penilaian?  Bagaimana ketika Tuhan Yesus melihat ke dalam hati kita yang paling dalam? Jemaat ditegur Tuhan Yesus (ayat 4). Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Segala sesuatu yang baik menjadi tidak ada artinya , ketika tidak ada kasih yang semula. Betapa pun baiknya yang dilakukan bila tanpa kasih, sia-sia. Juga bila saya berkhotbah tanpa kasih, tidak ada artinya di hadapan Tuhan. Kasih yang semula yang bagaimana? Kasih yang menjadi ciri saat perjumpaan pertama dengan Kristus. Kasih yang membuat orang berkobar-kobar mencintai Tuhan Yesus dan pekerjaanNya. Kasih yang membuat orang mendedikasikan hidupnya kepada Tuhan.  JIkalau itu tidak ada dalam hidup kita, tanpa kasih hidup kita sia-sia. Kita beribadah setiap minggu dan melayani, tanpa kasih Tuhan tidak ada gunanya. Setia melayani ikut paduan suara, aktivitis tanpa motivasi mengasihi Tuhan, semuanya tidak ada gunanya. Segala sesuatu yang kita lakukan bukan untuk Tuhan, itu pasti untuk diri sendiri. Pasti itu melayani keinginan kita, memuaskan ego kita. Peringatan Tuhan melandasi segala sesuatu dalam kehidupan kita.

Nasihat. Tuhan selain mencela dan menegur , Dia juga memberi nasehatNya. Ayat 5 . 5  Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Kata “ingatlah” muncul mengingatkan kasih yang dulu dimiliki dan yang sekarang tidak ada. “Betapa dalamnya engkau telah jatuh” karena engkau tidak memilih kasih. Ingatlah kembali kasih yang mula-mula. Namun tidak berhenti pada kata “mengingat”, langkah berikutnya “bertobatlah”. Menyesallah pada kondisi yang tanpa kasih mula-mula. Dengan penuh kesadaran , atas segala sesuatu dalam kehidupan. “Lakukanlah lagi” yaitu melakukan segala sesuatu untuk mengasihi Tuhan. Ayat 5 jika tidak demikian, tidak mengingat dan bertobat . maka Aku akan datang mengambil kaki dian Jika seruan tidak didengarkan, Tuhan Yesus akan melenyapakn jemaat yang tidak mengasihi Allah. Bisa jadi, manusia tetap ada tetapi esensi yang tidak ada. Sebenarnya orang ada bisa dilihat secara kasat mata, tetapi secara esensial tidak. Jemaat ini tidak ada gunanya bagi Tuhan. Itu akan dilakukan Tuhan kepada jemaat yang tidak melakukan teguranNya. Jika segala sesuatu yang dilakukan (secara kasat mata dll) jikalau bukan untuk mengasihi Tuhan, Tuhan akan menghapuskan jemaat.

Ajakan (17a) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat. Mendengar dengan telinga rohani dan memahami secara rohani .

Janji. Jika dilakukan maka, Tuhan janjikan : Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah. Jikalau selama ini ,kita menjalani kehidupan tanpa kasih, maka kembalilah kepada kasih yang mula-mula. Supaya janji yang dinyatakan Tuhan digenapkan dalam kehidupan kita. Mengapa diberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus, tempat dimana dulu ada Adam-Hawa. Di Taman Eden sebelum manusia jatuh dalam dosa, tidak ada kesusahan. Yang ada hanya sukacita, kebahagiaan sejati dalam Tuhan. Segala sesuatu yang dilakukan penuh sucakita untuk Tuhan. Adam sebelum jatuh dalam dosa, menikmati hidup dan sukacita dalam Tuhan. Kalau kita taat, maka kita akan menikmati hidup yang sesungguhnya.  Jikalau kita menang mengalahkan motivasi yang tidak benar, menjalani hidup ini untuk Tuhan. Jikalau kasih yang melandasi hidup, maka walau ada hambatan dan tekanan kita tetap bisa hidup. Setiap kita punya kesukaran hidup yang berbeda, pasti kita punya pergumulan sendiri. Di dalam segala sesuatu, pekerjaan dan pelayanan, kita mengalami sukaduka, di situ Tuhan sediakan sukacita yang bisa kita nikmati. Dalam keadaan apapun, kita bisa tetap menikmati hidup. Mari kita kembali kepadaNya, melakukannya dengan penuh kesetiaan dan kasih yang semula. Janji Tuhan itu menjadi bagian dalam kehidupan kita dalam dunia ini.

No comments:

Post a Comment