Monday, May 27, 2019

PerkataanMu Adalah Perkataan Hidup yang Kekal





Ev. Susana Heng

Yoh 6:60-70
60  Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?"
61  Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: "Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu?
62  Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?
63  Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.
64  Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya." Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia.
65  Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya."
66  Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.
67  Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: "Apakah kamu tidak mau pergi juga?"
68  Jawab Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal;
69  dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah."
70  Jawab Yesus kepada mereka: "Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis."

Perkataan

              Yohanes 6:68-69 Jawab Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.". Tema hari ini  adalah “PerkataanMu adalah Perkataan Hidup yang Kekal”. Tema ini diambil dari jawaban Simon Petrus kepada Tuhan Yesus yang bertanya kepada kedua belas murid-Nya : "Apakah kamu tidak mau pergi juga?". Pertanyaan ini menyebabkan  Rasul Petrus mengatakan bahwa perkataan Tuhan Yesus adalah perkataan hidup yang kekal.
Setiap hari kita berkata-kata. Apakah pernah bertekad untuk puasa (tidak) bicara sepanjang hari? Mungkin kalau bertengkar dengan suami maka istri tidak bicara kepada suami saja (masih bicara dengan yang lain). Demikian juga kalau suami sedang kesal dengan istri maka tidak bicara dengan istri minimal selama 2 jam (sebelum suami minta makan). Saya juga bicara begitu banyak setiap hari. Dari perkataan-perkataan yang saya ucapkan tersebut , saya tidak tahu berapa banyak perkataan yang salah. Jadi saya seringkali minta ampun kepada Tuhan. Karena saya berpikir, orang yang banyak bicara pasti banyak salah.
              Perkataan Tuhan Yesus adalah perkataan hidup yang kekal. Perkataan kita yang apa? Pernah tidak orang bertengkar atau sakit hati karena perkataan? Perkataan kita adalah perkataan apa? Perkataan yang membuat 2 orang bertengkar, menyakiti hati orang, menggosipkan orang, perkataan yang tidak baik dan itu ada banyak sekali. Tetapi perkataan Tuhan Yesus bukan perkataan yang demikian. Perkataan Tuhan Yesus yang dikatakan oleh Rasul Petrus adalah perkataan hidup yang kekal. Kita tahu di antara murid-murid Tuhan Yesus, Rasul Petrus yang paling cepat bereaksi.

Perkataan Hidup yang Kekal

              Sewaktu Tuhan Yesus berkata, maka Rasul Petrus yang langsung berkata ,”PerkataanMu adalah perkataan hidup yang kekal” padahal ada murid-murid yang lain. Mengapa Petrus mengatakan perkataan ini? Di dalam konteksnya, mengapa sampai Tuhan Yesus bertanya kepada ke dua belas muridNya yang dijawab langsung dijawab Rasul Petrus secara spontan? Kalau kita di pesta dan kita bicara dengan seseorang, tentu ada kejadian atau konteks mengapa mengatakan sesuatu hal. Apakah kita kesal bila kita mengatakan tentang seseorang lalu perkataan tersebut langsung dikutip dan disampaikan (dilapor) kepada orang tersebut agar kita bertengkar. Misalnya : Waktu di pesta ada yang berkata, “Iya-ya, hari ini roknya kependekan”. Orang itu lalu tidak melihat konteksnya menyampaikan bahwa  menurut cuang dao itu , kamu memakai rok terlalu pendek setiap hari. Orang itu menjadi kesal dan marah. Padahal itu konteksnya pembicaraan di pesta. Sehingga saya mengajak untuk melihat konteks dari peristiwa mengapa Petrus mengatakan hal itu. Mengapa Petrus mengucapkan perkataan itu? Sewaktu membaca Alkitab, kita tidak boleh mengutip (ambil) satu ayat saja secara sembarangan, karena di dalam Alkitab pun ada perkataan Iblis. Contoh di kitab Ayub,iblis datang ke hadirat Tuhan dan menuduh Tuhan  sewaktu iblis ingin menggoda Ayub. Jadi kita harus tahu konteks ayat yang dikutip (jangan sembarangan mengutip ayat tanpa mengetahui latar belakang-nya). Di nats Alkitab yang kita baca (Yohanes 6), latar belakangnya terjadi di Kapernaum sewaktu Tuhan Yesus mengajar di rumah  ibadah. Setelah mendengar perkataan Yesus, murid-muridNya menanggapi dengan berkata bahwa perkataan Tuhan Yesus keras ,siapa yang sanggup mendengarkannya. Murid-murid itu bersungut-sungut dan kemudian banyak yang mengundurkan diri dan meninggalkan Tuhan Yesus (Yoh 6:66).
              Setelah kejadian di mana banyak murid-murid mengundurkan diri meninggalkan Tuhan Yesus, Tuhan Yesus bertanya kepada 12 orang murid-Nya, ”Apakah kamu tidak mau  pergi juga?” (karena sudah banyak orang meninggalkan Tuhan Yesus). Tetapi pada saat itu juga Rasul Petrus dengan cepat langsung menjawab,”Tuhan kepada siapa kami akan pergi? PerkataanMu adalah perkataan hidup yang kekal.” Pada mulanya banyak orang mengikuti Tuhan Yesus. Mereka berbondong-bondong mengikuti Tuhan. Tetapi kemudian waktu mendengar perkataan Tuhan Yesus, mereka mengatakan bahwa perkataan Tuhan Yesus terlalu keras. Kemudian mereka meninggalkan Tuhan Yesus. Sehingga Yesus bertanya kepada murid-muridNya,”Apakah kamu juga akan pergi?” Dan Petrus mengatakan,”PerkataanMu adalah perkataan hidup yang kekal”. Kemudian dilanjutkan dengan ayat yang di bawahnya. Mengapa perkataan Yesus adalah perkataan hidup yang kekal? Petrus mengatakan, “Karena Engkau adalah Allah”. Petrus mengatakan bahwa ia percaya  walaupun  saat itu Petrus tidak tahu  apa yang Tuhan Yesus ajarkan. Ia tidak terlalu mengerti apa yang diajarkan Tuhan Yesus saat itu tetapi ia percaya. Seringkali kita juga tidak mengerti apa yang terjadi di dalam hidup kita, seringkali kita juga tidak mengerti firman Tuhan dibandingkan dengan apa yang terjadi di depan kita. Tetapi dalam hati sewaktu kita tidak mengerti,”Percayalah!” Mengapa? Karena Allah adalah Allah yang mengasihi kita. Ia pasti akan memberikan yang baik. Jadi dikatakan, “Percayalah!”. Seperti Rasul Petrus berkata,”karena Engkau adalah Allah”. Tetapi banyak orang yang meninggalkan Tuhan.
              Bandingkan sewaktu orang banyak diberi makan oleh Tuhan Yesus, apa yang terjadi? (Pada Yoh 6:1-15 Yesus memberi makan 5.000 orang). Saat itu orang banyak melihat mujizat. Mereka diberi makan roti dari 5 roti dan 2 ikan. Begitu banyak orang, tetapi roti dan ikan yang tersisa masih banyak. Yoh 6:11  Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. Yoh 6:14-15  Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia.". Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri. Ketika Tuhan Yesus memberikan makanan, roti , mereka ingin  menjadikan Tuhan Yesus sebagai raja. Bandingkan dengan  Yohanes 6:66 Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.

Bagian depan semua orang mengikut Yesus, mereka mencari Tuhan Yesus. Mengapa mencari Tuhan Yesus? Karena mereka diberi makan dan mereka kenyang. Karena mereka disembuhkan dari penyakitnya, mereka melihat mujizat Tuhan. Tetapi sewaktu mereka mengikuti Tuhan Yesus, melihat mujizat Tuhan , mereka terus mengikut Yesus hendak menjadikan Yesus sebagai raja. Kemudian Tuhan Yesus mengajarkan kebenaran kepada mereka. Tetapi bagian belakang dari Yoh 6:66, apa yang terjadi? Mereka meninggalkan Tuhan Yesus! Kedua bagian ini kontras. Satu bagian orang mengejar hendak menjadikan Dia sebagai raja , bukan karena mereka percaya tetapi mereka sudah kenyang. Tetapi ketika Tuhan Yesus mengajar kebenaran kepada mereka. Mereka mengatakan apa? “Ini terlalu keras.”

Bagaimanakah dengan kita?

-        Apakah kita orang  yang mengikut Tuhan karena roti (sudah kenyang)? Ataukah kita mengikut Tuhan walaupun Perkataan  (rhema) itu keras?

Ada gereja tertentu yang mengadakan KKR kesembuhan. Saya tidak mengatakan hal tersebut tidak bagus, melainkan hal itu bagus sekali. Banyak orang disembuhkan. Tetapi kemudian waktu Tuhan Yesus mengajarkan kebenaran dan mengizinkan sesuatu terjadi , banyak kemudian yang meninggalkan Tuhan. Jadi mereka ikut Tuhan karena mereka “roti”. Percayakah mereka kepada Tuhan Yesus dan perkataanNya-kah atau karena mereka sudah kenyang dan melihat mujizat? Yang mereka mau adalah mujizat Tuhan. Apa yang memenuhi kebutuhan jasmaninya, bukan Yesus sebagai Tuhan!
Saat ini dunia menawarkan yang enak-enak. Mengapa kalau ditawarkan hal begitu, jemaat akan banyak? Banyak orang akan datang. Mereka akan berbondong-bondong datang untuk mencari Tuhan. Tetapi saat perkataan Tuhan yang hidup itu dinyatakan, banyak orang mengatakan “hal itu susah”. Tidak aneh ada yang meninggalkan Tuhan.

-        Kalau mengikut Tuhan karena roti, maka ketika menghadapi kesulitan, kita akan mudah meninggalkan Tuhan.

Hal ini bisa kita lihat di dalam satu pasal (Yohanes 6), kalau kita bandingkan bagian depan dan belakang-nya. Depan ikut Tuhan karena mereka kenyang, dan di bagian belakang mereka meninggalkan Tuhan Yesus karena perkataanNya  sangat keras. Sehingga kita bisa melihat bahwa banyak orang mengikut Tuhan karena melihat atau mendapat mujizat. Kalau saya mendapat mujizat Tuhan, saya akan senang sekali. Saat susah, saya menangis dan berdoa terus. Semua kalau boleh minta kepada Tuhan, maka mintanya adalah berkat Tuhan yang berkelimpahan. Tidak ada yang meminta agar percobaan datang dan bersusah-susah. Saya dari dulu sampai sekarang mintanya adalah agar Tuhan memberkati. Semua orang suka berkat termasuk saya. Berkat Tuhan, perkataan yang enak, mujizat Tuhan (begitu sakit tinggal berdoa dalam nama Tuhan Yesus maka penyakit hilang dan tidak perlu ke dokter.”) saya juga mau. Tetapi kalau ikut Tuhan hanya dengan motivasi seperti itu, maka celakalah! Maka sewaktu  doa tidak dijawab lalu dia akan meninggalkan Tuhan. Namun saya bersyukur karena Alkitab berkata,”Perkataanmu adalah perkataan hidup yang keras”.
Kalau dilihat dalam bahasa Yunani maka untuk “perkataan” digunakan kata rhema (pernyataan atau  perkataan Tuhan). Kata rhema ini ada juga ditulis di dalam Matius 4:4. Waktu itu Tuhan Yesus dicobai di padang gurun. Setelah berpuasa 40 hari 40 malam tidak makan tentu Dia lapar. Iblis tahu Tuhan Yesus lapar dan dia berkata,”Jikalau Engkau Anak Allah maka suruhlah batu ini menjadi roti” Apakah Tuhan Yesus perlu mengubah roti menjadi batu sehingga Dia  baru menjadi anak Allah? Dia adalah Anak Allah, tidak perlu mengubah batu menjadi roti terlebih dahulu. Tidak perlu mujizat apa pun karena dia adalah Anak Allah. Sehingga apa jawab Tuhan Yesus? Tuhan Yesus menjawab,”Ada tertulis , manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah (=rhema). Di dalam Yohanes 6:68 perkataan Yesus itu adalah rhema yaitu perkataan dari Allah. Sehingga kalau kita lihat pengajaran Tuhan Yesus mengenai roti hidup dan orang dikenyangkan karena roti jasmani, sekarang kita melihat urutannya. Saya ingin kita melihat urutannya. Bahwa Tuhan Yesus tidak ingin kita kenyang karena roti saja, tetapi Tuhan Yesus mau kita dikenyangkan oleh firman Tuhan. Karena firman Tuhan aalah makanan bagi kerohanian kita. Itu sebabnya hingga Petrus mengatakan, “Itu adalah perkataan Tuhan yang hidup”. Itu yang memberikan hidup yang kekal.

PerkataanMu / Rhema

Perkataan (rhema/yun) ; apa  yang diucapkan, pernyataan , perkataan Tuhan Yesus. Mat 4:4, Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman(rhema) yang keluar dari mulut Allah." Dari sini kita melihat, kedua bagian ini memakai kata rhema. Yoh 6:68  Jawab Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal. Kalau makanan jasmani membuat kenyang untuk beberapa jam, maka firman Tuhan setiap hari akan mengenyangkan. Itu sebabnya Tuhan mengajar kita untuk belajar firman Tuhan, untuk belajar dari apa yang Dia ajarkan itu. Banyak orang belum belajar firman Tuhan, malah mereka sudah meninggalkan Tuhan. Saya tidak tahu kalau PA di gereja diikuti berapa orang. Jemaat GKKK Mabes ada 200 orang. Ada yang membawakan Firman untuk menyelidiki Alkitab karena Alkitab susah lalu memberi PR di rumah. Yang ikut ada pada bulan pertama 75 orang, itu hebat sekali. Bulan kedua 50 dan terus menurun. Mengapa sedikit? Belajar firman Tuhan jenuh tidak? Siapa yang baca Alkitab kalau kebanyakan apalagi sampai kitab Bilangan mau tidur? Kadang Firman Tuhan membosankan atau menarik seperti saat membaca buku Narnia? Terkadang Narnia lebih dibaca dibanding kitab Bilangan. Itu sebabnya banyak yang meninggalkan Tuhan. Tetapi Tuhan mengajarkan, “Perkataan Tuhan adalah perkataan yang hidup”. Maz. 119:105  Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. Kalau tidak ada perkataan yaitu perkataan hidup yang kekal, maka kita akan tersesat. Itu sebabnya kita belajar firman Tuhan. Kalau kita mengatakan kita percaya Tuhan, maka kita harus belajar dari perkataan Tuhan. Perkataan yang  memberi hidup yang kekal. Bukan perkataan tiap hari gossip tetapi perkataan dari firman Tuhan. Sehingga di sini kita melihat , kenyataan yang terjadi saat ini. Sewaktu Tuhan Yesus mengajarkan kebenaran dari perkataanNya, banyak orang yang meninggalkan Tuhan. Ternyata firman Tuhan itu bukan saja untuk dihapal. Hapal saja susah apalagi dilakukan. Firman Tuhan kalau hidup maka harus dilakukan dalam hidup kita. Sebagian besar Alkitab mengajar kita bahwa Allah kita adalah Allah kudus sehingga kita juga hidup kudus. Alkitab mengajar kita menjaga kekudusan.
              Saya pernah ikut tour  belasan tahun yang lalu. Pada tour itu yang ikut pesertanya seumuran. Dari Pontianak pada malam hari kita naik bus ke Kuching. Busnya bisa tidur punya. Sampai di Kuching, dijemput oleh tour guide dari Malaysia. Di sana tour guide omong-omong  yang porno dan jorok. Mendengarnya telinga kita tidak enak. Tetapi kita terlalu sopan duduk baik-baik sengaja tidak mau melihatnya agar ia tahu kita tidak mendengar.  Tetapi dia tidak tahu. Bukan saja saya yang tidak melihatnya. Setiap orang tidak mau lihat. Itu tanda omonganmu tidak kita dengar. Akhirnya tour leader langsung berdiri dan bicara ke tour guide. Dia berkata,”Boleh tidak saya minta kamu tidak bicara hal-hal yang seperti itu? Karena kami semua tidak suka” Puji Tuhan ada satu orang yang bicara, kalau tidak kita harus menahan diri untuk tidak menegur dia. Yang terjadi adalah fenomenanya. Mereka menganggap tidak apa-apa. Orang senang menyerempet hal-hal porno sedikit, semua orang mendengar tertawa supaya tidak ngantuk. Mereka menganggap hal yang melanggar kesucian itu sebagai hiburan. Betul tidak? Terkadang kita menjadi bingung. Sedangkan saya orangnya tidak terlalu malu untuk tampil beda. Prinsip saya : kamu tidak usah mengucilkan saya karena saya sangat PD menarik diri.
              Saya punya teman-tema SMA di Medan. Suatu kali saya pulang Medanuntuk reuni. Setelah reuni biasanya dilanjutkan dengan pergi nyanyi-nyanyi di karaoke. Kalau sudah sampai jam tertentu saya sudah harus pulang tidur dan tidak bisa keluar. Biar tidak tidur pun, di tempat tidur saya akan berbaring. Saya tidak bisa pulang malam. Setelah makan malam pk 21, mereka mau lanjut, saya minta diantar pulang. Mereka sudah tahu dan mengantar saya pulang. Besoknya dia bercerita, “Untung kamu tidak ikut. Mereka minum-minum dan berdansa di atas meja sampai pk 12 malam.” Mereka menganggap itu sebagai suatu hiburan. Minum-minum dan dansa-dansi. Mau hidupkan firman Tuhan? Apa yang terbaik yang kita lakukan.
              Apa yang dibaca dilakukan sehingga firman itu adalah firman yang hidup dan memberi hidup yang kekal? Sehingga bukan saya mendengar firman Tuhan lalu menutup Alkitab dan selesai. Itu sebabnya banyak yang meninggalkan Tuhan karena tidak menjalankan firman Tuhan dalam kehidupannya. Jangan anggap dosa itu hal yang biasa. Kalau firman Tuhan katakan hal itu dosa , maka kita juga katakan hal itu dosa.
              Beberapa waktu lalu, saya membaca ada berita tentang K-Pop dari Korea. Banyak anak muda yang suka K-Pop (artis korea yang nyanyi). Anak muda suka sekali. Tahu-tahu saya baca mereka tertangkap. Idola yang gagah dan ganteng, pakai jas dan muka cakap seperti baby-face tidak tahunya menyewa PSK, dan melakukan ini-itu yang diperkenan Allah. Mukanya baby face mengapa hati kayak iblis? Orang yang ganteng dan cantik ternyata  akhirnya banyak ditangkap bahkan ada yang bunuh diri karena tidak tahan diperalat. Ini kemudian menjadi sesuatu yang menggoncangkan Korea karena figure image yang selama ini dianggap bagus ternyata melakukan hal yang kotor. Banyak orang menganggap dosa sebagai tidak apa-apa (hanya hiburan saja). Karena kalau tidak, mereka merasa bosan. Hidup seperti orang tua dianggap tidak ada menariknya. Bagi mereka “yang begini dong yang menarik”. Ternyata bagi kita yang Kristen yang lebih menarik itu katanya dosa. Firman Tuhan menuntut kita dengan jelas. Sehingga kita harus berdasarkan rhema berani berkata tidak kepada dosa. Berani katakan tidak sewaktu ada yang mengajak ke tempat yang tidak benar. Walaupun kita akan merasa, kita dikatakan sebagai orang kurang gaul. Kalau saya dari dulu , PD saja tidak berteman karena tidak mau sampai malam ke tempat yang gelap lampunya karena tidak tahan. Di sana hati saya tidak damai. Jadi tidak usah kucilkan saya, karena saya akan menarik diri terlebih dahulu.
              Rasul Petrus mengatakan, “PerkataanMu adalah perkataan hidup”. Bukan berarti dia mengerti seluruh rhema itu karena dilanjutkan dengan perkataan,”Karena saya percaya engkau adalah Allah”. Mungkin banyak hal yang tidak semua bisa kita mengerti. Tetapi kita percaya kepada Tuhan Yesus yang mati menebus dosa. Bukan percaya karena sudah mendapat berkat atau melihat mujizat. Karena kalau hanya itu saja, kita akan meninggalkan Yesus suatu kali. Apakah kita telah percaya perkataan hidup yang kekal? Walau bukan berarti mengerti semuanya. Banyak yang masih tidak kita mengerti.  Percayakah kepada Tuhan Yesus? PerkataanNya ya dan amin? Beranikah kita melakukan firmanNya dalam hidup kita? Berani kita mengatakan tidak terhadap dosa?



No comments:

Post a Comment