Monday, May 6, 2019

Pikirkan Perkara dari Atas bukan di Bumi





Pdt. Hery Kwok

Kolose 3:1-4
1  Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.
2  Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.
3  Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.
4  Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.

Pendahuluan

              Pernahkah mengalami suatu kejadian di mana saat kita sedang mengendarai mobil lalu di depan mobil kita ada sebuah motor yang menyalakan lampu sen untuk belok ke arah kiri namun ternyata akhirnya motornya malah belok ke kanan? Saya pernah mengalami hal tersebut. Kalau kita tidak peka dalam mengantisipasinya sehingga tidak menginjak rem mobil, maka bisa menimbulkan kecelakaan. Dan bila hal itu terjadi yang disalahkan tetaplah yang pengemudi mobil yang menabraknya. Kalau kita baru belajar mengemudi mobil, maka hari itu menjadi sebuah peristiwa menyeramkan dalam hidup kita, bahkan bisa menimbulkan trauma karena kita menganggap bahwa kita sudah gagal untuk mengemudi mobil. Padahal yang gagal adalah sang pengemudi motor. Perhatikan bagaimana peristiwa mengemudi mobil yang membuat saya menjadi kaget (terkejut) , namun saya bisa tertolong karena saya memperhatikan jalan dengan seksama. Kalau tidak maka saya akan mengalami kesulitan besar sekali.
              Rasul Paulus menulis surat ke jemaat Kolose tentang bagaimana kita melihat tentang hidup yang kita hidupi. Bila melihat dengan baik, kita akan menimbang dengan baik dan melakukan apa yang dilihat dan ditimbang dengan baik. Titik berangkatnya adalah bagaimana kita melihat hidup dengan baik. Itu sebabnya waktu Rasul Paulus memberikan penekanan kepada jemaat di Kolose agar orang percaya sungguh-sungguh mempunyai sebuah cara melihat yaitu mencari perkara yang di atas, di mana Kristus ada dan duduk di sebelah kanan Allah menjadi prioritas bagi orang-orang percaya. Permasalahannya : waktu Rasul Paulus berbicara tentang carilah perkara yang di atas, Rasul Paulus memberi penekanan kepada kita, hal itu bisa terjadi (dihidupi) waktu kita berada di posisi ayat pertama  Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Ayat 3  Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.
              Rasul Paulus begitu kuat memberikan penekanan agar hidup kita benar-benar hidup yang mencari perkara yang di atas. Karena pada kedua ayat itu perkataan “perkara di atas” diulang 2 kali. Pada ayat 1 dikatakan “carilah perkara di atas” dan pada ayat 2 dikatakan “pikirkanlah perkara di atas”. Kata kerja “carilah” adalah kata yang di dalam bahasa Yunani memberikan penekanan kalimat perintah yang harus dikerjakan dari hari ke hari , harus dilakukan dari waktu ke waktu tanpa ada jeda (berhenti). Saat kita hidup sebagai orang yang sudah mati bersama Kristus maka hidup kita sekarang hanya satu yaitu carilah perkara yang di atas. Untuk memikirkan “perkara di atas” dan bisa “mencari perkara di atas”, dimulai dengan kita memahami hidup kita sudah mati di dalam Kristus atau tidak.

Pola Hidup yang Berbeda

              Waktu Rasul Paulus berkata, “Carilah dan pikirkanlah perkara di atas” , hal itu harus dimulai dengan kesadaran bahwa hidup kita sudah mati di dalam Kristus. Saat hidup kita memiliki fokus untuk mencari perkara yang di atas, itu hanya bisa waktu kita memahami posisi kita terlebih dahulu. Posisi-nya di mana kita benar-benar sudah mati atau belum di dalam Kristus. Hal ini menjadi sesuatu yang penting, karena zaman ini orang terlalu sederhana untuk mengatakan saya percaya kepada Kristus dan punya keyakinan untuk masuk sorga tapi hidupnya amburadul (berantakan). Hidupnya tidak sesuai dengan pengakuannya dan apa yang diikrarkannya. Sehingga Rasul Paulus memberikan kepada kita suatu penekanan agar kita merefleksikan , mengoreksi diri dan merenungkan apakah kita memahami posisi kita atau tidak. Apakah kita benar-benar sudah mati dalam Kristus? Kalau posisi kita sudah benar-benar mati dalam Krisuts maka orientasi dan fokusnya berbeda. Pdt. Stephen Tong berkata,”Bertobat adalah suatu focus yang berbalik dari berjalan ke arah sini lalu menjadi berjalan ke arah sana”. Fokus ini akan mempengaruhi seluruh keberadaanmu, baik tingkah laku, pola pikir dan cara hidupmu. Jangan kita berani berkata,”Saya pasti masuk sorga, saya percaya pada Kristus” tetapi hidup kita masih menjadi batu sandungan (hidup yang tidak mencerminkan Yesus Kristus)! Karena Rasul Paulus menulis dalam suratnya dimana ia berkata, “Waktu dahulu belum mengenal Kristus, aku hidup secara duniawi. Seluruh perkara yang bersifat material aku banggakan. Tetapi waktu aku percaya kepada Kristus, maka seluruh yang dulu menjadi kebanggaanku  di dunia ini menjadi sampah (tidak ada harganya). Apa yang dibanggakan secara fisik seperti  keberadaan sebagai status orang terhormat, sekarang tidak ada artinya lagi malah menjijikkan karena aku sekarang berada di status yang berbeda. Dulu statusku sebagai orang berdosa. Pikiranku adalah pikiran duniawi, berorientasi pada materi, berorientasi pada kebanggaan manusia, segala kesenangan dunia yang bisa saya nikmati, tetapi pada waktu sudah ditebus olehNya, maka pikiran , fokus dan orientasiku sudah berbeda. Ini hal yang penting untuk menjadi landasan  kita harus memahami status kita terlebih dahulu. Saat bicara kekristenan maka engkau sudah lama menjadi orang Kristen tetapi hidupmu tidak berbeda dengan orang dunia maka jangan berani berkata , “Aku percaya Kristus dan aku pasti masuk sorga”. Mengapa?
              Kehidupan orang yang mengikrarkan Kristus dalam Kitab Suci, menjadi orang yang (berpola) berbeda dari yang dahulu. Rasul Paulus membuktikan ciri-cirinya secara jelas. Maka kalau mengatakan saya percaya pada Kristus tetapi ciri-cirinya tidak kelihatan, maka perlu mempertanyakan posisi (status)-nya di mana. Karena kalau tidak memahami posisi bahwa kita sudah mati , maka kita akan sulit untuk punya pikiran kepada Kristus dan “carilah perkara di atas” menjadi sulit.

Tidak Lagi Berfokus pada Harta, Tahta dan Wanita

Kita sering mendengar istilah bahwa manusia seringkali jatuh dalam 3 “ta” yaitu harta, tahta dan wanita. Orang yang posisinya sudah matinya dalam Kristus tidak berorientasi lagi hidupnya dengan harta. Harta tidak menjadi kebanggaannya. Dulu waktu saya masih remaja (sekolah) saya suka minder karena teman-teman saya berasal dari keluarga kaya. Pada zaman saya, kalau tidak punya motor akan dianggap sebagai anak sekolah yang miskin, tidak dihitung dan saat berteman tidak diakui. Jadi kita berpikir ,”Saya harus punya motor”. Lalu saya merongrong papa saya untuk membelikan motor padahal papa saya tidak mampu. Karena saya berpikir dengan harta itu, saya punya sesuatu dalam diri saya. Kalau tidak punya harta nothing , dan sebaliknya kalau punya harta menjadi something. Orientasi ini akan terlihat dalam cara hidup kita. Sehingga harta menjadi landasan hidup kita untuk menjadi orang.
Papa saya pernah berkata saat saya masuk sekolah Alkitab, “Kamu sekolah Alkitab maka kamu menjadi orang susah , miskin dan tidak dihargai orang.” Jadi dalam pandangannya harta itu sepertinya membuat kita dilihat (dihargai) orang. itulah yang membangun seluruh kehidupan kita dengan cara  memburu harta. Waktu saya selesai sekolah Alkitab, papa saya berkata ,”Kamu harus punya mobil karena kalau tidak punya mobil, maka sebagai hamba Tuhan saat diundang maka kamu tidak dipandang orang.” Pikiran duniawi papa saya sangat jelas menggambarkan apakah kita berada di sanakah? Engkau tidak merasa dihargai kalau engkau tidak memiliki harta dan uang. Saya sekarang berani bicara, ‘Saya sekarang lebih senang naik bus Transjakarta. Tidak pusing, dengan uang Rp 3.500 bisa berkeliling Jakarta. Asal tidak sampai stasiun terakhir. Tiap rapat sinode saya naik bus Transjakarta, saya tidak merasa minder. Bahkan bagi saya merupakan suatu kesukaan karena saya senang jalan-jalan. Apalagi sekarang ada aplikasi kalau kita berjalan 1.000 langkah, kita dapat uang. Hal ini bagi saya jadi sehat. Orientasi saya bukanlah “kalau tidak pakai mobil, maka nilai dan harga saya turun”. Kalau tidak punya harta maka merasa tidak dihargai. Maka tidak heran, orang-orang mulai menanamkan kuasa di rumah. Contoh : suami mencoba dengan cara otoriter karena kalau kita punya kekuasaan  maka semua harus tunduk. Perkara-perkara inilah yang  memberikan kepada kita suatu gambaran apakah hidup kita sudah di dalam Kristus atau tidak. Kalau hidup kita benar-benar mati dan di dalam Kristus tersembunyi, maka kita akan berbeda di dalam orientasi dan fokus. Zaman ini adalah zaman di mana kita dirangsang untuk menikmati kesenangan hidup sangat kuat sekali. Kita bisa berjuang memperoleh hidup dengan kesenangan walaupun kita susah.
              Kemarin di persekutuan pasutri, pembicaranya membagikan kesaksian. Ia punya kebiasaan berpola hidup mewah. Contoh : anaknya dibelikan susu impor dll. Suatu kali dia mengalami PHK. Saat itu zaman krisis moneter sampai uang tidak ada, lalu ia menggunakan kartu kredit-kartu kredit. Penggunaan kartu kredit yang tidak bijaksana membuatnya terlilit hutang yang sedemikian hebat. Kebiasaan hidup enak membawa ia merasa hidupnya harus terus seperti itu. Sehingga waktu berada di posisi susah, ia tidak pernah bergeser dari polanya dan ia tetap melakukan apa yang disenangi. Hidup kesenangan yang kita lakukan, tidak salah. Tetapi kalau hidup kesenangan lalu dipraktekkan dengan cara-cara  yang salah, itu yang berbahaya. Misalnya : kalau ingin jalan-jalan tapi tidak punya kemampuan, maka jor-joran dengan cara apapun punya uang lalu pergi. Ini pola yang seringkali ditawarkan dunia. Maka harta, tahta dan wanita (kesenangan) menjadi bagian yang mencerminkan apakah kita sungguh-sungguh memahami apakah kita hidup sudah mati di dalam Kristus.
Rasul Paulus berkata,”Dulu aku punya kebanggaan. Aku seorang Yahudi. Aku dari suku Benyamin (Saul adalah raja Yahudi pertama dari suku Benyamin). Aku seorang Farisi. Aku menjalankan hukum Taurat dengan baik. Aku sungguh-sungguh melakukan apa yang menjadi tuntutan hukum. Aku hebat.  Di antara rekan-rekanku , aku lebih hebat .” Kebanggaan-kebanggaan semua baik dalam harta dan kesenangan bagi Rasul Paulus indikatornya sudah hilang waktu ia hidup bersama Kristus. Ini penting dan harus dipikirkan dahulu. Saya seringkali mendengar sedemikian mudah orang Kristen berkata, “Saya percaya Kristus” tapi hidupnya berbeda dengan pengakuannya. Hidupnya masih pakai pola dunia tetapi berkata bahwa percaya pada Yesus. Rasul Paulus memberi peringatan, “Kalau kamu sudah mati dan dibangkitkan bersama Kristus, maka  kamu harus berbeda hidupmu” karena hidupmu sekarang memikirkan perkara di atas. Rasul Paulus mengatakan,”Sekarang mari kita pikirkan perkara yang diatas di mana Kristus ada”.
Suatu kali saya pergi ke Menado. Di pesawat ada sepasang suami-istri. Kami makan bersama karena maskapai penerbangan memberikan makanan. Waktu saya mulai makan, saya menawarkan makan, “Makan Pak!Makan Bu!” Terjadilah sebuah komunikasi. Lalu ditanya,”Kamu mau ke mana?” Saya menjawab,”Mau ke Menado.” Dia berkata,”Saya juga”. “Maksudnya kamu mau apa di sana?” dia bertanya lagi. Saya menjawab, “Saya ada urusan (tugas)”. Sebelum saya berkata panjang, dia berkata, “Saya pendeta” dan ia menginjili saya. Dia tidak tahu bahwa saya pendeta. Dia bercerita banyak. Lalu dia berkata, “Kalau saudara benar-benar sudah hidup di dalam Kristus, maka saudara harus punya pikiran seperti Kristus. Pikirkan  yang di atas, jangan saudara pikirkan yang di bumi”. Saya hanya mengiyakan saja. Sewaktu turun dari pesawat, saya pikir-pikir, orang ini Tuhan pakai untuk mengingatkan saya meskipun saya hamba Tuhan, tetapi apakah pikiran saya sama dengan yang Rasul Paulus katakan? Ini menjadi perhatian penting yang saya pikirkan. Kalau saya ternyata tidak seperti yang Rasul Paulus tulis “carilah dan pikirkan perkara di atas bukan di bumi”, saya sebenarnya belum menjadi orang yang berani berkata , “Kamu telah dibangkitkan bersama Kristus karena kamu telah mati dan hidupmu sekarang tersembunyi dalam Kristus”.

Carilah perkara di atas.

              Apakah yang harus kita pikirkan? Carilah perkara di atas. Rasul Yohanes membuka dengan bagus sekali. Dia katakan, “Dia turun ke dunia”. Pada waktu Rasul Yohanes membuka dengan kalimat, “Yesus yang turun ke dalam dunia, mari kita pikirkan pikiran Kristus”. Dia tidak menganggap kesetaraannya sebagai kesetaraan yang harus dipertahankan tetapi Dia   turun ke bumi, karena Dia ingin menyatakan keselamatan. Dia ingin mengatakan bahwa Dialah hidup itu sehingga siapa yang percaya kepadaNya akan peroleh keselamatan. Dari surga, Dia turun ke bumi, Dia meninggalkan tahtaNya dan Ia datang di antara manusia ciptaanNya yang berdosa. Kitab Suci mengatakan justru manusialah yang menolak Dia. Kalau saat datang tapi ditolak , maka sakitnya luar bisasa dan Yesus mengalaminya. Demi apa? Hanya satu yaitu demi engkau dan saya agar kita peroleh keselamatan. Apa artinya?

1.     Pikirkan pikiran Yesus.

Dia datang dari sorga untuk melayani kita. Apakah kita melayani Tuhan dalam hidup kita sebagai orang percaya? Mari kita pikirkan pikiran Kristus yang datang ke bumi untuk melayani. Ada yang berkata, “Saya sudah memegang satu pelayanan”.  Ia merasa bangga tapi begitu dituntut untuk membayar harga yang lain seringkali menolak. Kristus membayar harga total. Dia turun dari atas ke dunia secara totalitas,tidak ada yang Dia sisakan berbeda dengan kita yang suka hitung-hitungan dalam melayani. Generasi zaman kita sekarang adalah generasi di mana jemaat senang beribadah tapi tidak mau dituntut lebih jauh dari ibadah (setelah ibadah pulang). Apa yang ada di dalam diri saya, sudah saya bayar, lepas daripada  itu tidak usah. Orang yang senang beribadah tapi tidak mempunyai sebuah hati melayani , ada banyak . Dan itu ada di zaman itu. Yesus tidak memikirkan perkara ini dan Dia sungguh-sungguh ingin melayani.
Saat pergi ke rumah duka , saya berkata ke Ev. Putra, “Seringkali pelayanan yang paling sepi adalah pelayanan kedukaan. Padahal pelayanan kedukaan adalah pelayanan yang paling hebat.” Kita datang dan menghibur orang yang berduka, lebih bermakna dan dirasakan. Kita cukup duduk saja bersama orang yang berduka, tidak perlu banyak bicara, kalau perlu tepuk saja pundaknya, hati orang yang berduka seperti orang yang disiram air yang segar. Tidak perlu banyak bicara dahulu, hanya menepuk dan bertanya,”Sudah makan belum? Bagaimana kesehatan?” Kalimat sederhana tapi orang yang berduka merasa diperhatikan. Pelayanan kedukaan di gereja adalah pelayanan yang sangat jarang diminati. Seringkali itu menjadi pilihan akhir. Tetapi herannya waktu keluarganya mengalami kedukaan, kalau yang lain-lain tidak datang maka dia merasa tidak diperhatikan lalu selanjutnya ia akan mengamuk. Apakah hidup kita memikirkan yang Kristus pikirkan? Saya sungguh mau menyampaikan hal ini menjadi bagian bersama kita karena kita berada di dalam satu gereja yang sama. Dalam tubuh yang sama, apakah engkau hidup  memikirkan apa yang dipikirkan Kristus?

2.     Di dalam Kisah Para Rasul, Rasul Paulus mengutip perkataan Tuhan Yesus, “Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima (Kisah 20:35)”.

Namun cukup banyak manusia yang lebih senang menerima daripada menberi. Rasul Paulus membenarkan apa yang dikatakan Kristus (lebih berbahagia memberi daripada menerima. Mari kita pikirkan pikiran Kristus). Ada rekan pembicara pasutri yang mengatakan bahwa ada rekannya pada saat memberikan persembahan mencari bilangan yang paling besar. Sedangkan banyak yang melakukan sebaliknya yaitu mencari denominasi terkecil. Begitu memberi Rp 1.000 untuk Tuhan , dia merasa tidak terganggu ekonominya. Yesus hidupNya hanya satu tujuan yaitu memberi tapi tidak menerima.  Maka Ia berani mengatakan bahwa yang berbahagia itu adalah yang memberi , bukan yang menerima. Berani tidak memberikan waktu, pikiran kepadaNya? Kita sering perhitungan, mulai dari yang material dan immaterial seperti pikiran, pendapat dan segala macam kita masih hitung-hitungan. Sebentar lagi pergantian majelis, dan jemaat yang dihubungi pada menolak. Kalau sudah dikatakan seperti itu (merasa tidak layak), maka sulit untuk negosiasi. Jangankan memberi uang, memberi waktu dan pikiran saja terkadang hitung-hitungan dan tidak mau. Kita akan ke Blitar untuk pelayanan misi. Meskipun kota dan desa beda tetapi esensinya bisa sama. Waktu mereka siang hari, anak-anak desa dikumpulkan dan mereka mengajar mata pelajaran. Ada orang yang memberikan pikiran untuk mengajar. Saya tawarkan, “Apakah kita mau coba melakukan hal ini? “DIjawab, “Susah, mu-shi”. Tidak pernah berfikir dahulu, kira-kira bagaimana melakukannya? Kalau sudah dikatakan demikian, saya susah menjawab. Jadi   tidak ada percakapan atau negosiasi lagi. Kristus dalam pikiranNya hanya satu yaitu memberi.


Penutup

              Mari kita pikirkan , Dari sorga Dia datang ke bumi untuk melayani dan selama di bumi Dia hanya ingin memberi. Mari pikirkan perkara yang di atas. Kita memang harus memikirkan keluarga, tapi pikiran keluarga yang sangat fokus membuat kita kehilangan pikiran Kristus, maka kita harus berhati-hati. Karena Kristus tidak pernah menempatkan keluarga untuk mengambil pikiran Dia. Kemarin konseling terakhir dengan pasangan yang akan menikah, saya hanya berkata,”Salah satu hal yang menarik, seluruh apa yang akan dilakukan dikaitkan dengan iman Kristen” Contoh : dalam anggaran harus ada iman Kristen yang melayani, Kalau kita hanya mampu sejumlah uang tertentu, cukupkanlah dengan uang itu. Jangan kita merasa orang akan memandang pesta harus hebat (megah) tapi setelah itu bayar hutang maka akan celaka. Iman Kristen tidak menuntut ke sana. Segala sesuatu dengan iman Kristen. Waktu punya anak, iman Kristen mu tidak membawa engkau punya anak lalu tidak melayani lagi dan hidup tidak memberi. Kristus tidak memberi keluarga yang membuat kita kehilangan apa yang sudah kita bangun dengan baik. Apa yang sudah kita pikirkan dengan baik dalam hidup kita. Kecuali kita ada dalam status di dalam hidup yang belum mengalami kematian bersama Kristus. Mari kita pikirkan sekali lagi, apakah Kristus bersama dengan saya, saya mengalami kematian bersama nya dan saya sudah disembunyikan di dalam Kristus. Sehingga yang ada hanyalah pikiran Kristus dalam hidup saya. Apakah kita menjadi orang Kristen yang berjalan dengan pikiran Kristus? Carilah perkara yang di atas bukan yang di bumi.



No comments:

Post a Comment