Sunday, June 17, 2018

Kemana Allah Menunjuk di Situ TanganNya Membuka Jalan





Ev. Putra Waruwu

Amsal 16:1-9
1  Manusia dapat menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban lidah berasal dari pada TUHAN.
2  Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati.
3  Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu.
4  TUHAN membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, bahkan orang fasik dibuat-Nya untuk hari malapetaka.
6  Dengan kasih dan kesetiaan, kesalahan diampuni, karena takut akan TUHAN orang menjauhi kejahatan.
7  Jikalau TUHAN berkenan kepada jalan seseorang, maka musuh orang itupun didamaikan-Nya dengan dia.
8  Lebih baik penghasilan sedikit disertai kebenaran, dari pada penghasilan banyak tanpa keadilan.
9  Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya.

Pendahuluan

              Ketika membaca dan mempersiapkan khotbah dengan tema “Kemana Allah Menunjuk di Situ TanganNya Membuka Jalan”, saya teringat dengan suatu pengalaman 10 tahun lalu saat saya bergabung dengan klub pramuka di sekolah. Kegiatan pramuka itu berkaitan dengan alam. Saat akan pergi ke suatu tempat seperti hutan atau suatu lokasi pemukiman penduduk, maka kita diwajibkan utnuk membawa seluruh perlengkapan secara lengkap seperti ransel, buku catatan, alat tulis, makanan, minuman dan tongkat. Di samping itu ada satu benda yang wajib dibawa yaitu kompas. Seorang kakak pembina mengajarkan,”Saat tersesat taruh kompas di telapak tangan dengan posisi yang benar dan lihatlah ke mana arah Utara. Benar tidaknya ikuti arah Utara”. Dalam pembinaan pramuka dikatakan Utara sebagai arah yang benar. Jadi kalau kita tersesat kita gunakan kompas sebagai penunjuk jalan. Kompas adalah suatu alat kecil , yang harus diletakkan di tangan dan saat tersesat bacalah petunjuknya  dengan baik. Kalau salah baca maka kita akan semakin tersesat. Itu zaman dahulu. Saat ini mungkin kita tidak lagi menggunakan kompas (kecuali mungkin dalam dunia pelayaran) dan menggantikannya dengan GPS. Dengan menggunakannya, kita tidak bingung kalau mengunjungi suatu tempat yang belum pernah kita kunjungi. GPS bukan hanya menunjukkan lokasi yang akan kita pergi, atau memperlihatkan mana rute yang macet tetapi dia mampu menuntun kita dari berangkat sampai tiba . Bahkan GPS berkata,”Bersiaplah untuk mengemudi. 100 meter ke depan belok kanan. 100 meter di depan ada polisi”.  Dari sesuatu yang kecil dikembangkan menjadi sesuatu yang memiliki manfaat yang besar.
              Dari kedua contoh itu, pertanyaannya adalah ,”Apakah Tuhan telah menjadi kompas, GPS dan penunjuk jalan dalam kehidupan kita?” Tema kita “Kemana Allah Menunjuk di Situ TanganNya Membuka Jalan”. Bagian ini dikutip dari Amsal 16:1-9. Amsal adalah kitab yang tentang berisikan pengajaran dan hikmat kehidupan. Kitab Amsal ditulis oleh Raja Salomo (pengamsal) yang penuh hikmat. Pengamsal dalam setiap suratnya seringkali menyinggung masalah kehidupan sehari-hari seperti masalah moral,  etika, sosial, ekonomi. Dalam hikmat Tuhan yang diberikan ke Raja Salomo, Tuhan ingin mengungkapkan ke kita bahwa masalah manusia dari zaman ke zaman tetap sama. Firman Tuhan telah jauh lama ditulis tetapi masih relevan dengan kehidupan kita hari ini.
             
Kita lihat Raja Salomo yang dekat , intim dengan Tuhan dan tahu akan apa yang dia minta kepada Tuhan. Ketika diberikan kesempatan untuk meminta, ia hanya meminta untuk bisa membedakan mana yang baik dan jahat. Itulah hikmat. Tetapi kita harus menyadari bahwa hari ini kita ada di dalam dunia yang tercemar dosa. Segala sesuatu tidak lagi berjalan dengan apa yang Tuhan mau tetapi berjalan sesuai dengan apa yang saya mau. Untuk itu jauh-jauh hari, pengamsal dalam hikmat Tuhan menuliskan bagian ini. Sebab hari ini kita melihat banyak kekacauan moral, ketiadaan norma dan etika di sekitar kita. Untuk itu kita kembali diajar , ditegur dan diingatkan untuk bisa memaknai hidup ini dalam hikmat yang benar yaitu hikmat yang didasarkan oleh takut akan Tuhan. Bila beroleh hikmat Tuhan maka kita akan mudah untuk memahami tema hari ini.

3 bagian penting dari renungan kita hari ini : mengapa kita harus mempercayaiNya, apa yang membuat kita percaya kepada Allah yang demikian dan bagaimana kita harus percaya kepada Dia ketika ia berkata “Kemana Aku Menunjuk di situ Aku membuka jalan?”

1.       Allah yang menguji hati

Amsal 16:1 Manusia dapat menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban lidah berasal dari pada TUHAN. Bagian ini menunjukkan ke kita bahwa setiap manusia punya kemampuan untuk memikirkan , merencanakan, mencanangkan dan mencari solusi dari persoalan yang sedang kita hadapi. Pada bagian ini pengamsal tidak merujuk pada 1 masalah kehidupan tetapi semua masalah yang kita hadapi dalam hidup seperti masalah pribadi, relasi dengan Tuhan, keluarga, perekonomian, pekerjaan, relasi  dan semuanya di mana saat menghadapi masalah, kita mampu menimbang dan memikirkan solusi dari persoalan yang sedang kita hadapi. Manusia bisa menimbang dalam hati tetapi jawaban lidah berasal dari Tuhan.
Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri. Saya melihat beberapa terjemahan ayat 2. Dalam terjemahan bahasa Indonesia sehari-hari dikatakan bahwa umumnya orang berkata bahwa saya baik-baik saja. Saya tidak melakukan dosa, kesalahan, dekat dengan Tuhan, aktif beribadah, pelayanan melakukan persembahan, saya baik-baik saja. Tidak ada masalah dengan iman, kerohanian dan hidup dengan Tuhan. Semua orang bisa berkata demikian. Bagaimana pagi ini? Baik. Tetapi dalam hati, siapa tahu? Tuhan menguji hati. “Menguji” artinya menilai hati kita, menilik hati kita dan melihat hati kita. Seberapa dekat kita dengan Tuhan itu tidak dapat dibuktikan dengan kegiatan rohani kita. Dekatnya kita dengan Tuhan lebih terlihat ketika kita sendiri ketika berada dengan Tuhan. Tuhan yang menguji dan menilik hati. Hati dalam bagian ini adalah bagian paling dalam dari diri seseorang. Ketika kita disinggung, disakiti dan dikecewakan yang sakit adalah hati kita. Hati yang sakit dan terluka. Hati yang terluka itu yang Tuhan nilai dan lihat. Hati kita dilihat dan ditilik agar kita rendah hati untuk mengikuti kehendak Tuhan. Tuhan mau menilik dan menguji hati kita seperti air mencerminkan wajah demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu sendiri. Luapan dari hati terwujud melalui air muka, wajah dan kehidupan kita. Tuhan tahu isi hati kita. Tuhan tahu apa yang sedang kita gumulkan dan nantikan.
         Senin lalu seorang teman ingin berbagi cerita. Namun karena mengikuti pelatihan selama 3 hari dan malam, maka saya harus menunda sampai selesai pelatihan. Baru Jumat sore saya mengontaknya. Dia pun bercerita bahwa ia sedang bergumul dengan pekerjaan dan ia sudah melamar di beberapa perusahaan. Sudah banyak panggilan untuk diinterview tapi tidak satu pun yang dipanggil untuk bekerja. Dia berkata, “Saya sudah berdoa dan berharap kepada Tuhan. Saya sudah berusaha mencari informasi dan saya melakukan itu semua tapi sampai hari ini tidak satupun jawaban dari doa itu terwujud.” Dia berpikir yang tidak-tidak. Dia merasa iri dengan temannya yang lebih mudah mendapat pekerjaan. Ia bertanya,”Mengapa dengan saya?” Saya hening sejenak dan tidak mau menjawab. 10 menit kemudian saya membalas, “Bolehkah saya merespon apa yang menjadi bahan pembicaraan kita?” Dia pun membolehkan. Saya terus mengatakan,”Coba lagi cari informasi dan tetap sabar.” Dia menjawab, “Saya sudah coba semuanya tetapi Tuhan belum membuka jalan untuk saya.” Ketika berkomunikasi dengan dia, saya ingat Tuhan (Tuhan yang menguji aku). Mungkin saat ini Tuhan tidak sedang membawa engkau untuk menerima jawaban dari doa-doamu. Tetapi mungkin saat ini Tuhan sedang menuntun engkau membangun kehidupan kerohanian di hadapan Tuhan. Dia berkata, “Sebentar.. Saya coba pikir”. Mungkin saat ini Tuhan juga tidak sedang membawa kita untuk menikmati dan menerima jawaban pergumulan hidup kita, tetapi mungkin Tuhan sedang membawa kita untuk membangun kerohanian kita bersama Dia. Kemana Allah menunjuk di situ tanganNya membuka jalan. Sebelum kita  menerima jawaban dari doa-doa kita, lebih dahulu kita dituntun untuk membangun kerohanian bersama dengan Tuhan. Seberapa banyak waktu yang kita berikan bersama Tuhan dalam keseharian kita? Pagi, siang , malam lengkap bersama Tuhan? Pertanyaan selanjutnya adalah apakah itu semua sebatas rutinitas ataukah kerinduan kita? Sebelum menyampaikan khotbah ini, saya juga belajar,”Tuhan,  apa yang Engaku ingin tegur dari saya melalui tema ini?

2.     Dia adalah Allah yang berprakarsa.

Allah yang memiliki ide, tujuan, mencanangkan segala sesuatu untuk kita maka Ia berani berkata,”Ke mana Aku menunjuk, di situ tanganKu membuka jalan. Amsal 16:3 Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu. Kata “serahkanlah” di sini tidak sebatas, “Tuhan ini aku” lalu selesai. Tidak. Tetapi maksudnya percaya dan mempercayakan. Jadi seutuhnya kita berikan kepada Tuhan. Itulah arti kata “perbuatan” dalam bagian ini. Serahkanlah perbuatanmu dan percayakanlah segala pengharapanmu kepada Tuhan. Kalau dipikir mengapa kita dituntut untuk menyerahkan segala perbuatan dan percayakanlah segala pengharapanmu kepada Tuhan? Karena kita manusia yang seringkali tidak mau menyerahkan kepada Tuhan. Kita manusia seringkali mengandalkan kemampuan yang kita miliki, seakan-akan Tuhan menjadi yang kedua dalam hidup kita. Supaya kita bisa menjawab tema ini, maka kita harus mempercayakan seluruh pergumulan kita kepada Tuhan. Salah satu sifat manusia, tidak mau dipandang remeh. Anak kecil pun tidak mau dipandang remeh. Itulah manusia. Dan di hadapan Tuhan terkadang kita berkata,”Tuhan aku bisa! Tuhan aku mampu!” Kadang kita tidak melibatkan Tuhan apalagi kalau segala sesuatu sudah biasa kita lakukan dan selesaikan. Sepertinya tidak ada masalah. Tetapi Tuhan menuntut serahkanlah segala perbuatanmu kepada Tuhan. Dengan mengandalkan pengalaman diri untuk melewati semua persoalan hidup dengan mengandalkan segala sesuatu yang kita memiliki , itu sama saja membuat kita menjadi orang y ang memandang kecil arti Tuhan dalam kehidupan kita. Siapa yang mempercayakan diri pada kekayaannya akan jatuh dan siapa yang mempercayakan diri kepada manusia suatu saat pasti kecewa sebab manusia tidak lebih seperti hembusan nafas. Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, kekuatan diri sendiri dan hatinya menjauh dari Tuhan. Ketika kita dituntut untuk menyerahkan seluruhnya pada Tuhan, maka saat itu seharusnya hati kita akan tenang, tidak ada keraguan dan ketakutan, tidak ada sungut-sungut dan kekawatiran. Tetapi keduniawian  kita jauh lebih kuat daripada kerohanian kita. Kita sudah menyerahkan kepada Tuhan, tetapi mengapa jawaban Tuhan lama? Di situ kita bisa menilai diri kita di hadapan Tuhan, tidak usah jauh-jauh. Kalau mau ikut Tuhan, maka serahkan semuanya kepada Tuhan.
Seorang dokter bedah bertanya kepada rekannya, “Dok, operasi apa  yang paling hebat yang pernah dokter lakukan?”. Dokter rekannya ini berkata,”Semua operasi yang saya lakukan pasti menuntut keahlian, kesabaran dan ketelitian yang tinggi.” Tetapi dokter yang bertanya  melanjutkan,”Saya minta satu saja yang paling hebat dalam karir dokter”. Kemudian dokter yang ditanya ini teringat akan kejadian ketika ia mau melakukan operasi terhadap seorang gadis kecil yang berusia 10 tahun. Kemungkinan hidupnya hanya 10%. Dokter ini saat itu berada dalam pergumulan berat. Ia sedang menghadapi banyak persoalan. Ia melihat segala perawat sedang mempersiapkan segala sesuatu dan membawa pasien ke meja operasi. Sebelum dilakukan operasi, anak kecil bertanya, “Dok, bolehkah saya bertanya sesuatu?” “Silahkan saja. Apa yang ingin kamu tanyakan?”, jawabnya. “Dokter, setiap malam sebelum tidur saya berdoa. Sekarang sebelum operasi , saya juga mau berdoa. Bolehkah saya berdoa?” “Baiklah. Silahkan engkau berdoa dan engkau memang harus berdoa. Tetapi jangan lupa doakan juga saya”,jawabnya. Lalu gadis kecil ini berdoa meminta pertolongan kepada Tuhan. Selesai berdoa dan ia berkata,”Amin”. Lalu dokter ini melihat apa yang dilakukan anak kecil ini. Setelah melihat apa yang dilakukan anak kecil ini, dokter ini pun mulai berdoa kepada Tuhan untuk menolongnya dalam tindakan yang akan dilakukan. Selesai berdoa dan dalam pemeliharaan Tuhan, gadis kecil beroleh pemulihan sehat kembali. Boleh pulang ke rumah dan ia bisa beraktivitas kembali. Tetapi yang menarik adalah ketika dokter ini memiliki kesaksian dari apa yang ia temui bersama dengan gadis kecil ini, pernyataannya kepada rekannya,”Sesungguhnya sayalah pasien yang menjalani operasi iman pada saat itu”. Gaya hidup gadis kecil yang sederhana dan meminta satu kesempatan berdoa, telah mengubah pola pikir dan kehidupan dokter ini. Dokter ini berkata,”Ketika kita menyerahkan seluruh masalah dan beban hidup kita kepada Tuhan maka Ia akan memulihkan dan menolong kita.”
Tuhan menunjuk dan membuka jalan tidak selalu pada apa yang kita inginkan tetapi Dia menunjuk dan membuka jalan pada apa yang Dia mau. Dokter ini dibukakan Tuhan tentang kerohanian bersama dengan Tuhan. Adakah kita siap iman kita dioperasi oleh Tuhan? Ataukah kita masih bersikeras untuk jalan pada apa yang kita mau? Kalau kita mau mengikuti jalan Tuhan dibutuhkan kerendahan hati. Ayat 5 berkata Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman. Ayat ini sebenarnya memukul kehidupan kita. Mengapa? Karena kita adalah orang sombong di hadapan Tuhan ketika kita tidak mengandalkan Tuhan dalam hidup kita. Kekejian adalah lawan , musuh dan ada pertentangan dengan Allah. Siapakah kita sehingga kita bisa tinggi hati dan menyombongkan diri di hadapan Tuhan? Bukankah kita di hadapan Tuhan hanya sebatas  hembusan nafas? Orang yang senantiasa mengandalkan dan melibatkan Tuhan adalah orang yang menyadari bahwa ia tidak dapat berbuat apa-apa di luar Tuhan. Orang yang mau mengandalkan Tuhan adalah orang yang selalu merasa sangat membutuhkan  Tuhan. Tiada hari dan waktu tanpa Tuhan, selalu butuh Tuhan. Ketika kita dekat dengan Tuhan  maka kita akan dibukakan jalan kemana untuk melangkah.

3.     Allah yang berotoritas.

Hati manusia memikirkan jalannya tetapi Tuhanlah yang menentukan arahnya. Bagian ini menarik. Ayat 1 dibuka dengan “hati” dan ayat 9 ditutup dengan “hati”. Ayat 1 dikatakan “manusia menimbang-nimbang”, ayat 9 dikatakan “manusia memikir-mikirkan”. Berarti manusia berada di satu posisi lebih menempatkan kemampuan dan kekuatan diri yang diawali dari keadaan manusia dan ditutup lagi dengan keadaan manusia dan disimpulkan dengan kalimat “Tuhanlah yang menentukan arah”. Manusia boleh merencanakan tetapi Allah yang menentukan. Ini adalah sebuah pernyataan yang tegas bahwa sehebat dan sekuat apapun kita, kita tidak akan pernah bisa melawan kehendak Tuhan dalam kehidupan kita. Kita boleh punya rencana (planning) jauh-jauh hari tetapi tetap melibatkan Tuhan.
Ketika kita diskusi di persekutuan pemuda beberapa bulan lalu dengan tema tentang “planning”, saya katakan, “Terkadang manusia lupa Tuhan di awal rencana tetapi meningat Tuhan di akhir rencana yaitu ketika rencananya gagal total. Saat gagal lalu menyalahkan Tuhan. Pertanyaannya : “saat menyusun rencana di awalnya, apakah engkau melibatkan Tuhan?” Jangan salahkan Tuhan ketika rencanamu tidak berwujud! Atau kita libatkan Tuhan di awal tapi ujung-ujungnya juga tidak berhasil, bisa jadi itu bukan yang Tuhan mau untuk kita lakukan, tetapi kita paksakan dan tuntut diri dengan alasan kita libatkan Tuhan dalam perencanaan kita. Mungkin kita bisa mencoba dan mencapai sesuatu yang kita inginkan hingga tingkat tertentu, tetapi segala sesuatu rencana yang tidak berjalan seperti apa yang Tuhan mau, tentulah tidak sebaik seperti ketika kita berjalan sepenuhnya seturut kehendak Tuhan. Hati dan pikiran kita bisa berpikir pada jalan yang menurut kita terbaik, tetapi di atas segalanya Tuhan lebih tahu apa yang terbaik bagi kita karena Dia yang membentuk kita dan Dia tahu apa yang terbaik untuk kita. Kita tanah liatnya Tuhan, mau dibanting, ditekan, dinjak-injak dan mau dihancurkan lagi, itu haknya Tuhan. Saya bukannya mau menakuti-nakuti, tetapi kalimat yang berkata tangan Tuhan membuka jalan Tuhan itu tidak selalu pada hal-hal yang bahagia. Tetapi jalan Tuhan kadangkala sakit, susah, korban hati, perasaan, pikiran dan materi, tapi itu yang Tuhan mau untuk kita jalani dan lewati. Kita tidak sedang bicara bahwa mengikuti Tuhan akan bahagia. Jalan yang diberikan Tuhan selalu baik-baik saja ibarat tol yang tidak ada macetnya. Tetapi di balik itu ketika memikirkan jalan Tuhan, jalan yang mana dulu? Jalan yang menegur, menyemangati kita atau jalan yang seperti apa? Itu yang Tuhan mau katakan bagi kita. Aku dan engkau bisa memikirkan tetapi Tuhan yang menentukan jalan. Bagaimana supaya segala sesuatu tidak menjadi sia-sia? Kalau begitu apakah kita tidak boleh membuat rencana karena Tuhan yang tentukan? Benar Tuhan yang menentukan, tetapi kita punya kemampuan untuk bisa memikirkan apa yang bisa kita perbuat dengan terang firman Tuhan. Mulai bangun keintiman bersama Tuhan melalui ucapan syukur, pujian, ketaatan dan kesetiaan di dalam doa kepadaNya. Itu yang perlu dibangun untuk menjadi pribadi yang siap menjawab kalimat ini. Rasul Paulus berkata, “Orang-orang yang telah diciptakan dan dijadikan menjadi manusia baru tidak lagi mengeraskan hati dan mau membiarkan Allah untuk membentuk dan mengajar kita”. Saya yakin saat memutuskan sesuatu , kita bertanya kepada orang lain (suami, istri, anak, pendeta, hamba Tuhan  dll) tetapi dalam kesendirian kita saya yakin ada kata yang dari hati nurani. Coba pikirkan itu, Tuhan juga bisa memakai itu untuk membawa kita kepada jalanNya Tuhan. Jangan keraskan hati tetapi lembutkan hati. Kalau kita keras di hadapan Tuhan, maka terlebih keras lagi teguran Tuhan untuk kita. Tetapi bila kita membiarkan hati kita untuk lembut di hadapan Tuhan, maka Tuhan akan membukakan jalan bagi kita.
Dalam perjalanan studi, seharusnya saya wisuda tahun. Tetapi dalam perjalaan praktek selama setahun enam bulan di awal saya sempat sakit dan harus bed-rest dalam beberapa waktu yang ditentukan. Saya tidak terima karena saya sudah rencana jauh hari untuk melihat masa depan yang lebih cerah. Rencananya saya lulus pada tahun 2017, kemudian 2 tahun pelayanan, setelah itu mau studi lanjut, pelayanan di sini dan di sana tetapi Tuhan membelokkan semuanya. Tuhan ijinkan untuk sakit dan bedrest selama beberapa waktu sehingga tertunda setahun. Di awal-awal  saya tidak bisa menerima, padahal itu hanya tertunda tetapi itu jalan Tuhan untuk saya. Saya lihat teman-teman  saya sudah pada pelayanan, saya merasa terlambat. Ada apa dengan saya? Tetapi itu maunya Tuhan. Belum lagi ketika saya pulang ke Nias, pulang dalam jangka waktu lama tingkat keingintahuannya tinggi. Mengapa di sini liburan? Mengapa liburannya lama sekali? Kapan balik ke sana? Nantinya kapan? Bukan saja saya tetapi mama saya juga bergumul karena ditanya terus menerus. Tetapi itulah jalan Tuhan dan saya harus menikmati jalan ini dan menikmati pembentukan itu. Bila tidak demikian, kita tidak bisa bertemu, sehingga dengan jalan itu saya bisa mengenal bapak-ibu dan sebaliknya. Kalau saya sudah lulus tahun lalu, saya sudah pelayanan tidak di tempat ini. Itu adalah ketentuan , pimpinan dan jalan Tuhan. Jalan yang Tuhan bukakan tidak selalu sesuai apa yang kita inginkan. Tapi jalan yang Ia bukakan selalu pada apa yang Ia inginkan. Mari kita siap dikorek hatinya dan dioperasi imannya. Sudahkah Tuhan menjadi kompas, GPS, penunjuk jalan yang benar dalam kehidupan kita? Beranikah kita berkata, “Selidikilah akan daku, ya Allah. Ketahuilah akan isi hatiku. Uijlah akan daku dan ketahuilah segala pikiranku?” Beranikah kita berkata,”Serahkanlah bebanmu pada Yesus”? Dia yang sanggup menolong hidupmu. Dia lebih dari jawaban yang kau perlu. Yesus penolong yang setia. Penghiburan yang terakhir bagi kita adalah Tuhan menetapkan langkah-langkah orang. Kalaupun kita jatuh tidak sampai tergeletak. Tuhan akan kembali mengangkat dan menarik tangan kita, sekalipun jalannya sulit dan sakit, kita harus siap kemana Allah menunjuk di situ tanganNya menyiapkan.

Penutup

Kemarin saat mempersiapkan khotbah di sore hari, saya mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan. Saat melepas kacamata dan membersihkan wajah lalu membersihkan kembali kacamatanya . Saat dibersihkan kacamatanya patah. Saya sudah bergumul dan bingung, kalau tidak pakai kacamata saat berkhotbah. Saya punya 1 lagi kacamata cadangan tapi sudah tidak sesuai dengan keadaan mata. Saya bingung dan sesaat berhenti mempersiapkan khotbah. Saya minta tolong dicarikan lem karena setidaknya besok membantu saya pelayanan besok. Saya dikasih lem tapi tidak bisa dilem. Saya sudah berputus asa, bagaimana ceritanya. Pikiran bingung dan akhirnya saya tinggalkan kacamata di atas meja belajar dan istirahat sebentar . Setelah bangun, lalu berniat lem lagi . Setelah itu saya lihat kacamatanya. Lho kok bisa nyambung? Jangan-jangan khasiat lemnya harus tunggu dahulu beberapa waktu  setelah itu baru bisa melekat, saya katakan “Thank you God engkau menolong saya sore ini sehingga saya bisa persiapan dengan baik lagi dan saya bisa pelayanan lagi hari ini”. Saya tidak bisa membayangkan kalau kacamata ini tidak ada saat ini. Tetapi Tuhan selalu buka jalan dengan cara-caraNya yang unik. Tuhan kita suka bercanda. Saya lihat kacamata patah, dilem tak bisa, tapi dibiarkan saja bisa menjadi satu dan bisa digunakan kembali. Indahnya kalau kita mau mengikuti jalan Tuhan, tetapi sulitnya hidup kita bila menjauh dari jalan Tuhan. Di manakah kita berada saat ini? Bagaimana keadaan hati kita bersama Tuhan? Maukah kita berkata, “Ya Tuhan ini aku”. Kemana Allah Menunjuk di Situ TanganNya Membuka Jalan.
             


No comments:

Post a Comment