Sunday, June 10, 2018

Allah Memelihara: Serahkanlah Kekuatiranmu!





Ev. Antoni Samosir

1 Pet 5:6-7
6  Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.
7  Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.

Pendahuluan

              Tema renungan hari ini adalah “Allah Memelihara : Serahkanlah Kekuatiranmu!” Pada Matius 6:19-34 saat menyampaikan khotbah di bukit, secara khusus Yesus mengajarkan para pendengar dan murid-muridNya (termasuk kita) tentang apa yang menjadi prioritas atau fokus terutama dan tertinggi dari seorang murid Yesus yang radikal (otentik). Yesus mengetengahkan tentang 2 hal kekayaan : kekayaan duniawi dan surgawi, dua jenis mata : mata tunggal dan mata ganda (mata tunggal berbicara tentang mata yang berfokus pada Allah dan mata ganda adalah mata yang penuh kekuatiran karena ia tidak berfokus pada satu arah alias fokusnya terlalu banyak), dua tuan yaitu  Allah dan mamon (bahasa Aram, dewa harta) dan ditutup dengan pernyataan yang sangat luar biasa “Carilah dahulu kerajaan Allah, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu.” Sebuah penutup yang sangat agung! Khotbah Yesus ini hendak mengajar para muridNya untuk berfokus pada siapa di dunia ini. Bila fokus pada Allah maka kita akan hidup sesuai cara pandang, tuntunan dan arah Allah, tapi bila fokus bercabang pada hal-hal di dunia ini, maka kita tidak bisa memandang kepada Allah dan seringkali kita bersahabat dengan kekuatiran dan kecemasan. Itu sebabnya pada ayat 26-30, Yesus katakan,”Jangan khawatir pada apa yang kamu makan, minum dan pakai”.  Perkataan ini bukan berarti seolah-olah Yesus tidak tahu kebutuhan kita. Yesus ingin mengajarkan suatu prinsip yang sangat tegas yaitu kalau Allah membuat tubuhmu masa Dia lupa memberikan baju-baju? Kalau Allah membuat mata , tangan, jantung , hati dan perut masa Dia lupa memberikan makanan yang menopang seluruh kinerja tubuh kita? Masa Allah lupa memberikan kita minuman? Yesus mengingatkan hal ini dengan ilustrasi yang sederhana, Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? (Matius 6:26). Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal (Matius 6:28).  Lihat di sana tidak disebut “bapak burung” atau “bapak bunga bakung” tetapi hanya satu yang dibicarakan yaitu “Bapamu yang di surga”. Kalimat ini menunjukkan bahwa Yesus ingin membukakan kepada para murid agar fokus pada “Bapa di surga”. Tidak pernah dikatakan “ bapak atas bunga bakung” atau “bapak atas burung” tetapi “Bapamu yang di surga”. Itu menunjukkan relasi yang intim.
              Satu prinsip dasar dari seorang murid adalah bagaimana fokus kita tertuju pada Allah, relasi yang akrab dan tunduk pada Allah menunjukkan fokus hidup seorang murid Kristus yang sejati. Rasul Petrus ingin mengingatkan jemaat (orang percaya) di Asia Kecil yang penuh penderitaan, dianiaya (baik oleh pihak asing yang tidak percaya kepada Kristus) dan penderitaan mereka sangat berat sehingga Rasul  Petrus menulis surat kepada mereka secara bersamaan agar mata mereka tertuju kepada Allah dan  prioritas hidup mereka tidak boleh tergoyahkan hanya karena mereka menderita sakit dan penganiayaan badaniah sekalipun tetapi harus tetap memandang kepada Allah yang menjadikan , menyelamatkan dan senantiasa memelihara iman percaya mereka. Nasehat Rasul Petrus ditujukan pada jemaat di sana.
              1 Petrus 5: 1-4 adalah nasehat Rasul Petrus kepada para panatua (pendeta, hamba Tuhan dan majelis) : kiranya mereka sebagai pemimpin gereja harus hidup dalam keteladanan. Kalau dikaitkan dengan kekuatiran setidaknya mereka hidup menjadi orang-orang yang meneladani bagaimana berfokus pada Allah tidak menguatirkan hal-hal di dunia ini. Jangan sampai menggembalakan dan melayani orang demi mencari keuntungan karena merasa kuatir dengan hidup ini dan jangan sampai memanipulasi jemaatnya. Ini nasehat keras dari Rasul Petrus kepada pemimpin gereja. Ayat 5-11 nasehat Rasul Petrus kepada seluruh jemaat agar mereka senantiasa merendahkan diri di bawah tangan Tuhan yang kuat. Maksud “tangan Allah yang kuat” bicara tentang seseorang yang menyelesaikan sebuah pekerjaan demi tujuan / rencanaNya (Allah mengerjakan tujuan dalam setiap orang percaya untuk mengerjakan pekerjaan baik demi kemuliaan Allah). Meskipun menghadapi penderitaan, pergumulan, sakit penyakit, kesulitan ekonomi sekalipun tujuan dan rencana Allah bekerja dalam setiap anak dan orang percaya kepadaNya. Sehingga tidak heran setiap orang percaya dan murid Tuhan di setiap tempat dan abad, walau menghadapi persoalan dan penderitaan tetap pekerjaan dan tujuan  Allah tidak pernah berhenti. Allah terus menggenapkan (menyelesaikan) - nya sampai Tuhan Yesus datang ke dua kali (selesai semuanya). Kalau kita diperhadapkan dalam situasi dan sedang bergumul dalam hidup ini, ingat tangan Tuhan yang kuat sedang mengerjakan tujuanNya dalam hidup kita. Dalam diri kita Tuhan sedang melakukan pekerjaan yang baik. Ini nasihat singkat yang diberikan Rasul Petrus kepada  5 jemaat di Asia Kecil. Apa yang disampaikan Yesus pada khotbah di bukit dan nasehat Rasul Petrus (dan Rasul Paulus) merupakan satu kesatuan yang utuh yaitu agar semua murid Tuhan memiliki prioritas untuk memadang kepada Allah.

Sikap dari Murid Kristus yang Berfokus kepada Allah

1.     Kita meyakini Allah yang memelihara orang- orang percaya dari kekekalan sampai kekekalan.

Pada ayat 7b, kata “memelihara” berbicara bahwa Allah memperhatikan dan memberi minat kepada orang-orang percayaNya dan Allah itu peduli kepada umat pilihanNya dan orang-orang percayaNya. Ketika merancangkan umat tebusanNya dalam dimensi kekekalan, Allah rancangkan, ciptakan ,pelihara dan selamatkan dalam satu nama yaitu Yesus Kristus. Dalam pribadi inilah mengapa kita dirancang dan diciptakan , dipelihara, diperhatikan dan dipedulikan Allah karena ada Kristus anakNya. Efesus 2:10 Kita diciptakan dibuat dalam Kristus untuk melakukan pekerjaan yang baik. Karena ada Kristus itulah yang membuat Allah memandang dan memberi perhatian pada kita. Jadi kalau ditanya mengapa Allah memberi perhatian kepada kita bukan karena kita baik, rajin beribadah dan pelayanan atau banyak memberi sumbangsih pada gereja dll tapi karena ada Kristus. Dalam teonomy jelas bahwa Allah memutuskan bahwa Yesus ,yang menjadi anak tunggal itu dan dasar mengapa orang percaya yang ditebusNya, diberi perhatian dan minat yang sangat tinggi oleh Allah. Dengan demikian tidak heran Yesus mengajarkan agar kita harus berfokus padaNya. Dari atas fokus kepada bawah dan kita yang ada di bawah berfokus pada Dia yang di atas.  Inilah ikatan perjanjian. Itu semua karena Kristus, anak Allah yang diberikan pada kita. Kalau sampai kita bergumul dan menderita karena iman kepada Kristus dan Tuhan mengijinkan kita mati teraniaya maka orang tersebut tidak pernah tidak berfokus pada Allah yang menciptakan, merancang dan terus menguatkannya. Ia akan selalu memandang pada Allah. Kata “memelihara” di sini bukan saja berbicara tentang makanan, pakaian dan masalah kita Tuhan bereskan atau berikan solusi tetapi Allah memelihara sampai kepada kekekalan. Karena Ia mencipta dari sejak kekekalan dan  Ia paling tahu apa yang kita perlukan.
Ada seorang majelis yang bertanya, “Mengapa khotbah tidak menjawab kebutuhan kita?” Saya tanya balik kepadanya,”Di gereja yang hadir beribadah 100-200 orang. Coba didaftarkan kebutuhan mereka masing-masing. Kalau satu orang saja punya 100 kebutuhan, masa dalam waktu 40-60 menit bisa menjawab seluruh kebutuhan mereka?” Ini perlu dibalik, jemaat harusnya diajarkan untuk kembali memandang Allah yang paling tahu kebutuhan kita yang paling mendasar. Saya tantang dia dengan satu pertanyaan, “Apa yang menjadi kebutuhan manusia?” Dia menjawab,” Sebagai businessman , saya perlu usaha saya berjalan lancar, berhasil dan dapat untung terus (tidak pernah rugi). Bagi Bapak sebagai hamba Tuhan yang diperlukan adalah tubuh yang sehat.” Saya menjawab,”Tidak! Kebutuhan yang Allah paling tahu dan kita perlukan adalah satu yaitu penerimaan dan pengampunan.” Itu sebabnya mengapa Yesus tidak datang sibuk mengurusi hal-hal jasmaniah (rumah kecil , usaha tidak lancar, fisik begitu lemah, tidak kerja), bukan itu tetapi Yesus mengurusi spirit (jiwa) kita yang sangat berharga. Bagaimana kita mengaitkan prinsip ini dengan kebutuhan hidup jasmaniah kita sehari-hari? Kalau kita datang untuk mendengar khotbah untuk memelihara kebutuhan hidup sehari-hari, kata “memelihara” itu bukan fokus pada hal tersebut tetapi lebih kepada spiritualitas kita di hadapan Tuhan. Bagaimana rasa haus dan lapar kita di hadapanNya? Bagaimana jiwa kita hancur karena dosa hingga tidak bisa memandang kepadaNya? Terhalangi oleh karena kita lebih fokus kepada diri kita daripada kepada Dia?. Bagaimana relasi kita yang intim dengan Bapa Sorgawi? Bagaimana kecintaan kita kepada Kristus, Anak Allah yang terkasih yang sampai menjelma dalam diri kita ini? Itu yang diajarkan kepada 5 jemaat tersebut dan kita. Kalau Allah tidak pernah salah merancang maka Dia juga tidak pernah salah memelihara kita dan kebutuhan hidup kita sehari-hari. Tinggal yang Allah tuntut dari kita sekarang apakah hati, jiwa dan bahkan raga diberikan kepadaNya dan memandang kepadaNya? Pemeliharaan Allah tidak hanya bersifat di dunia ini tetapi sampai kekekalan. Itu juga yang disampaikan oleh Rasul Petrus. Ayat ke 1 mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak itu bicara kekelana. Ayat ke 4 Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu. Itu juga bicara tentang pemeliharaan yang kekal. Ayat 10 Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya. Ini bicara tentang pemeliharaanNya yang kekal. Kalau Allah merancang kita dari kekekalanNya, pasti Ia akan terus menuntun kita sejak di dunia ini sampai kembali kepada kekekalan. Dari kekekalan sampai kekekalan, dari kemuliaan sampai kepada kemuliaan, itu pemeliharaan Allah. Kalau kita hanya sibuk , mau percaya kepada Tuhan hanya untuk urusan daging sehari-hari di dunia ini saja dan tidak bisa mau berpikir jauh pada kekekalan berarti kita belum berfokus pada Allah dan kita belum menjadi murid Kristus yang radikal. Yesus ketika hadir sebagai Anak Allah, tidak pernah berpikir tentang kenyamanan diriNya, ia hanya memandang BapaNya di sorga. Ia tahu bahwa Bapaknya tidak pernah jauh dariNya dan tidak pernah tidak memeliharaNya. Ini saatnya , anak-anak Tuhan yang ditebus Kristus dan dibentuk sekarang serupa denganNya, dibawa untuk serupa dengan Yesus yang percaya pada pemeliharaan Bapa di surga bukan saja untuk kebutuhan hidup sehari-hari tapi termasuk juga jiwa kita hingga sampai kepada kekekalan.

Seorang keponakan perempuan saya meninggal setahun lalu. Ia siswa kelas 2 SMA (usia 16 tahun). Saat bermain volley ,tangan kirinya sakit. Karena dikira keseleo, tangannya dipijat agar sembuh. Ternyata tangannya malah membengkak dan terlihat semakin aneh. Warna bengkaknya pink. Kemudian mulai muncul bintik bernanah yanag dikira bisulan karena ia suka makan telur. Semakin lama semakin aneh karena tubuhnya semakin lemah. Setelah dibiopsi ternyata diketahui bahwa ia menderita kanker tulang. Sewaktu mendengarnya, saudara perempuan saya yang menjadi mamanya menangis setiap hari. Anaknya itu adalah anak tunggal dan dalam bayangannya pasti tidak lama lagi akan meninggal. Dokter yang menanganinya menyarankan agar dua jarinya diamputasi , namun semakin menjalar bahkan tangan kirinya menjadi seperti tangan monster. Kankernya menjalar ke payudara dan ke baigan belakang sehingga  punggungnya borok. Hampir 2 tahun ia mengalami sakit yang sangat. Awalnya keponakan saya berdoa, “Tuhan beri saya kesembuhan kalau Engkau menghendaki karena saya mau kuliah.” Ia memang ingin sekali kuliah di Yogya. Tapi cara Tuhan ajaib, bukan tubuh tapi hatinya yang disembuhkan . Selama 2 tahun ia menikmati Tuhan. Kami yang di Sumatra yang memelihara dan menjaganya memperhatikan bagaimana ia sangat mencintai Tuhan. Sebelum meninggal setahun lalu ia minta diadakan persekutuan dengan para pemuda, ia ingin menyanyikan 13 lagu pujian. Saat itu ia tidak bisa duduk (hanya tiduran). Tubuhnya penuh borok dan dokter angkat tangan serta berkatakan,”Sudah tidak bisa lagi!”. Sebelum meninggal, ia berkata, “Mama, waktuku tidak lama lagi, aku akan bertemu dengan Yesus. Mama tenang saja di sini. Kalau mama merasa tidak punya anak lagi masih ada sepupu saya dan keponakanmu, jadikanlah mereka anakmu. Mama tidak perlu khawatir saya akan tenang bersama Tuhan.” Ia meninggal dengan penuh damai. Yang saya renungkan dari kepergiannya bukan bicara tentang sakitnya, tetapi bicara tentang Allah yang hebat memberi iman ke seorang anakNya sampai meyakini pemeliharaan Allah yang kekal. Ia tidak bicara kesembuhan fisik tapi hati yang terus dekat dengan Tuhan. Saat dipanggil ia siap. Kalau kita hanya menganggap Allah itu sebatas Tuhan yang harus memuaskan kebutuhan jasmaniah sehari-hari, kita tidak pernah menempatkan Dia sebagai Tuhan , tetapi kitalah sebagai tuannya yang mengatur Tuhan seperti yang kita mau. Kalau kita tempatkan Dia sebagai Tuhan dan kita hambanya dan ciptaanNya maka kita harus siap dikontrol olehNya. Bukan seperti apa yang kita mau tetapi seperti apa yang Dia mau. Baru kita akan mengerti apa artinya Allah yang memelihara kita.
  
2.     Serahkanlah segala kekuatiaramu kepadaNya

Sejak kekekalan sampai kekekalan kita dipelihara oleh Nya, jadi tidak perlu kuatir akan apa yang terjadi di dunia ini. Itu sebabnya Rasul Petrus mengingatkan 5 jemaat tersebut (dan kita saat ini) untuk menyerahkan kekuatiran kepada Dia yang memelihara kita. Kata “serahkanlah” berarti melempar dan meletakkan pada yang peduli yaitu Allah yang menciptakan dan memelihara. Kata “Kekuatiran” bicara tentang terbagi. Satu bagian terpisah dari keseluruhan (terpecah-pecah). Tidak fokus pikiran dan pandangannya pada satu tujuan (sangat berantakan), beragam sekali pandangannya sehingga membuat tidak bisa berfokus pada satu hal. Ini yang juga disampaikan Yesus ketika khotbah tentang mamon dan Allah. Bicara tentang mata ganda artinya orang yang tidak bisa fokus pada Allah (pandangan orang ini banyak sekali) , itulah yang menimbulkan kekuatiran demi kekuatiran pada hidupnya. Jadi yang menyebabkan kekuatiran dalam hidup kita adalah tatkala kita tidak lagi berfokus pada Allah dan tidak menyerahkan segenap hidup kita ini kepadaNya, maka ‘sahabat’ baik kita adalah kekuatiran. Itu akan ada selalu dalam hidup kita. Apakah salah kalau kita kuatir? Yesus berkata dengan tegas, “Janganlah kamu kuatir.” Itu sangat tegas artinya tidak ada satu ruang kecil sekalipun dalam diri orang percaya untuk kuatir kepada Allah.  Perkataan ini seakan-akan enak sekali. Mungkin saat kita sedang bergumul, maka lagu “El Shaddai” tidak mudah dinyanyikan. Yesus yang berkata tentang tidak kuatir tentang apapun juga Dia memberi contoh bagaimana anak manusia tidak kuatir karena ia meletakkan seluruh hidupNya pada yang peduli itu yaitu Bapa di surga. Mungkin kita berkata, “Bagaimana dengan kejadian pada bangsa kita yang baru-baru saja terjadi?” Kita kuatir dengan kenyamanan, keamanan ,ekonomi, kesehatan, pasangan, anak-anak kita yang kecanduan (teradiksi) pada gawai. Baru kemarin saya bertemu dengan jemaat yang berkata bahwa anaknya (siswa SMP) sangat teradiksi dengan gawai. Saat sedang bicara , ia tidak menatap orang tuanya tetapi gawainya. Rupanya cara ia mendidik anak itu sangat membolehkan hal itu. Sehingga tidak heran, inilah yang dihasilkan. Untuk mengubahnya sekarang susahnya luar biasa. Maka harus dimulai sejak kecil. Kuatir kalau anaknya anti-sosial (di sekolah ia sudah dicap anti sosial). Anak saya yang satunya suka bicara, bawel sehingga gurunya menulis dalam buku rapotnya bahwa anak Bapak-Ibu bawel , tidak bisa tenang di kelas. Sehingga ia berkata,”Saya kuatir dengan anak-anak saya.” Macam-macam bentuk kekuatiran. Matthew Henry (1662-1714) juga menafsirkan seluruh kekuatiran untuk menunjukkan bahwa semua orang memiliki banyak sekali kekuatiran termasuk hamba Tuhan dan para pemimpin gereja. Ini akan terjadi kalau kita tidak berfokus pada Allah dan kita tidak berakar – bertumbuh di dalam Kristus. Akibat dari kekuatiran yang melingkupi kita bahayanya luar biasa. Matius 13:22 kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Kekuatiran yang beragam dan sangat besar itu termasuk tipu daya kekayaan akan mendesak keluar setiap kebenaran Firman Tuhan agar tidak bertumbuh dalam diri kita. Firman yang didengar dibuang jauh sehingga membuat hidup kita tidak bisa berbuah. Maksudnya hidupnya tidak bisa bernilai dan berharga. Hidupnya tidak bisa memandang kepada Allah bahkan hidupnya tidak berdampak kepada orang lain dan hidupnya jahat bagi orang lain. Hidupnya tidak bisa membawa damai Tuhan di tengah komunitasnya, menjadi bengis, sinis, jahat terhadap orang lain dan memanipulasi orang lain. Kalau ada orang di sekitar kita dengan karakter deformis seperti itu (memanipulasi orang, bengis, jahat untuk kepentingan pribadi) pasti dia dihimpit kekuatiran dan tipu daya kekayaan. Untuk mencapai apa yang dia inginkan dia pakai banyak cara bahkan kepada orang-orang yang terdekat sakali pun. Mengerikan kekuatiran tersebut. Sehingga Yesus berkata kepada para muridNya, “Jangan kamu kuatir!” Kekuatiran itu menghimpit. Bukan bicara tentang apa boleh atau tidak tentang kekuatiran. Tapi kalau kita tahu sekarang bahwa Tuhan yang menjadikan kita tahu segala kebutuhan kita, mengapa masih bersahabat dengan kekuatiran itu? Letakkan segala kekuatiran kita padaNya yang empunya kehidupan ini maka kita akan kagum akan Dia. Satu persatu cara persatu cara Tuhan dinyatakan. Mengapa banyak orang cari jalan pintas? Karena tidak mau mengikuti waktu dan cara Tuhan yang terkesan lama dan tidak masuk akal!  Ini bahaya! Ketika penderitaan mengancam 5 jemaat di sana, Rasul Petrus tahu mereka bisa tawar hati dan tidak sanggup memikulnya. Maka ia harus mengingatkan mereka bahayanya kekuatiran dan menyerahkan semuanya pada Kristus. Oswald Chambers (1874-1917) , dalam renungannya “My Upmost for His Highest” menuliskan Tuhan kita menunjukkan bahwa dari sudut pandangNya sungguh tidak masuk akal jika kita khawatir dan cemas tentang bagaimana kita akan hidup. Yesus tidak berkata bahwa orang yang tidak memikirkan apa-apa untuk kehidupannya akan diberkati. Tidak! Orang itu orang bodoh. Namun Yesus mengajarkan bahwa muridNya harusnya menjadikan relasi dengan Allah sebagai prioritas tertinggi hidupnya dan tidak mengkhawatirkan berbagai hal lainnya. Intinya Yesus berkata,”Jangan membiarkan makanan, minuman, pakaian atau apa pun juga mengendalikan hidupmu selain Allah. Tetapi berfokuslah sepenuhnya kepada Dia . Sejumlah orang ceroboh dengan apa yang mereka makan. Mereka makan seenaknya dan sepuasnya yang penting kenyang. Apa efek dari makan ceroboh itu? Sakitnya bermacam-macam! Sejumlah orang ceroboh dengan apa yang diminum seperti oplosan sehingga matinya menyedihkan. Baru-baru ini ada berita orang yang mati karena minum oplosan. Sejumlah orang ceroboh dengan pakaian. Sejumlah orang ceroboh dengan apa yang digunakan termasuk handphone, gawai dan harta. Ceroboh untuk  urusan-urusan duniawi dan Allah meminta pertanggungjawaban mereka. Seorang Rabi Hilel dalam zaman Yesus berkata, “Semakin banyak makan daging, maka semakin banyak cacing.” Orang yang banyak makan daging, di liang lahat cacingnya banyak sekali. Artinya ada maksud dibalik pernyataan Rabi Hilal itu. Semakin banyak harta milik maka semakin banyak rasa kuatir. Ironis sekali orang tahu apa yang dimiliki di dunia ini tidak bisa memberi kedamaian dan kepuasan tapi ironisnya itu terus yang dikejar. Orang tahu bahwa bukan harta itu yang menenangkan jiwanya tetapi hal itu terus yang dikejar. Orang tahu bahwa bukan kecantikan yang membuat dia bisa menjadi orang berkarisma, berguna dan berdampak , tapi itu yang dilakukan apalagi sampai operasi ganti kelamin (cewe jadi cowo dan sebaliknya). Inilah urusan-urusan dunia yang sangat mengganggu fokus kita pada Allah untuk menyerahkan seluruh hidup ini kepadaNya.

Penutup

Saya juga punya kekuatiran. Selama seminggu ini dalam menyiapkan khotbah Tuhan, saya diperhadapkan pada situasi yang tidak mudah. Tetapi Tuhan sedang melatih saya tidak hanya bicara tentang “Serahkanlah Hidupmu” tetapi dimulai dari saya untuk menghidupi Firman.  Ini yang Tuhan bentuk dari diri saya.
         Ibu saya tinggal sendiri di Pematang Siantar. Ia sakit keras dan HB-nya rendah, puji Tuhan sekarang sudah lebih baik. Beberapa saat kemudian, papa mertua saya jatuh sehingga pecah pembuluh darah dan dia batuk – bersin berdarah. Hal ini sempat membuat istri saya panik dan berkata,”Pa, bisa tidak jadwal khotah di GKKK Mangga Besar diganti?” Saya terima surat dari Ibu Lidia untuk mencari pengganti bila tidak bisa berkhotbah. Saya sempat meminta kesediaan seorang rekan untuk menggantikannya. Teman saya berkata,”Siap!”  Kemudian dua anak laki-laki saya mengalami sakit. Dimulai dari kakaknya batuk dan flu  menyerang adiknya yang masih bayi. Istri saya bersama saya mengerjakan semua dan juga mengurus sekolah. Ada kekuatiran, tetapi saat menyiapkan firman ini Tuhan melatih saya. Beberapa hari sebelum khotbah, istri saya berkata, “Saya sangat takut kalau anak kedua sakit.” Karena Desember lalu lalu anak kedua ini 3 kali masuk rumah sakit karena menderita ISPA. Saya berkata, “Ma, saya besok minggu khotbah tentang “jangan kuatir” . Siapa yang membuat anak kita? Bukan kamu dan saya tetapi Tuhan! Kau sudah memberikan yang terbaik dan saya juga berusaha memberikan yang terbaik. Kita dipakai Tuhan untuk memberi yang terbaik kepada buah hati kita. Tetapi kau ingat satu hal bahwa anak itu punya Tuhan. Jadi tidak apa-apa. Nikmati waktu kau harus mendengar ia batuk dan melihat ia sesak sekali nafasnya. Nikmati Tuhan dalam setiap kesesakkan anak kita. Itu membuatmu berbeda sekali dalam memandang sakit anak kita. Penyerahan yang total kepadaNya!”
         Baru-baru ini pada seorang putri pertama dari seorang hamba Tuhan yang kuliah kedokteran (19 tahun) ditemukan ada tumor di kepalanya dan jumlahnya sangat banyak. Ia sudah dibawa ke Prof. Eka dan dioperasi sebagian. Prof. Eka berkata,”Ini sangat banyak sekali.” Ternyata bukan saja di kepala tapi juga di payudara. 3 minggu lalu tumornya sudah dioperasi dan satu payudaranya diangkat. Waktu kami mengundangnya menyampaikan seminar tentang “Kesatuan Mistikal antara Kristus dan Para Murid (Mystical union between Christ and His Desciples)” saya menelponnya, “Apakah Bapak siap untuk membawa seminar ini karena Bapak baru saja menemani anak anda operasi payudaranya?” Ia menjawab,”Jangan khawatir. Saya tetap akan memberitakan firman! Saya sudah siapkan anak saya. Dokter katakan anak ini tidak akan bertahan lama sekitar paling lama 1 tahun karena sudah stadium 4 (terakhir). Kalau dokter sudah bisa menyatakan bahwa nyawa anak saya tinggal 6 bulan sampai setahun lagi saya berkata kepadanya,’Jangan-jangan bapaknya duluan atau dokter duluan yang meninggal’. Sel kanker dijinkan Tuhan untuk menggerogoti tubuh siapa pun termasuk anak Tuhan dan anak saya. Tetapi saya pegang firman Tuhan 1 Tes 5:9 bahwa Bapa kita tidak pernah memurkai anak-anakNya walaupun sel kanker itu menggerogoti putri saya.  Saya sudah siapkan dia, kalau sampai dia dipanggil Tuhan sekalipun Dia harus siap. Demikian juga dengan saya, istri dan anak saya yang kedua harus siap.” Mengapa ada orang yang begitu tenangnya dalam menghadapi apa yang sedang terjadi? Saya percaya di prinsip yang pertama tadi yaitu Allah yang memelihara dia , digenggamnya dan dipegang selalu. Putrinya yang menderita kanker menulis di buku diari-nya , “Kalau saya tidak sanggup menggenggam Allah, maka saya percaya Allah yang menggenggamku.” Apa yang menjadi kekuatiran kita saat ini? Saya tidak akan katakan untuk menikmati kekuatiran itu. Saya ingin mengajak jemaat untuk sekarang memandang kepadaNya dan kembali kepada Allah Pencipta dan Juruselamat kita di dalam Yesus. Tidak ada jawaban selain memandang kepadaNya. Dekat dengan Dia dan berikan hati dan tubuh kita untuk dikuasaiNya. Maka di sana kita akan melihat betapa Dia hebat untuk memelihara hidup kita dari kebutuhan yang kecil-sederhana sampai kepada kebutuhan kekal sekalipun Dia berikan kepada kita. Amin


No comments:

Post a Comment