Sunday, January 28, 2018

Tuhan yang Meninggikan dan Merendahkan (Kedaulatan Allah atas Kehormatan)

Pdt. Benny Tjen

Matius 11:2-6
2  Di dalam penjara Yohanes mendengar tentang pekerjaan Kristus,
3  lalu menyuruh murid-muridnya bertanya kepada-Nya: "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?"
4  Yesus menjawab mereka: "Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat:
5  orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.
6  Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku."

Pendahuluan

              Tema hari ini sangat penting yaitu “Tuhan yang Meninggikan dan Merendahkan (Kedaulatan Allah atas Kehormatan)”. Bukankah dalam kehidupan, kita rindu berkat Tuhan nyata dan berlimpah dalam hidup kita dan Tuhan meninggikan kita? Berkat Tuhan sungguh nyata, kehidupannku sungguh berbahagia. Itulah kehidupan yaung kita dambakan. Kita mencari uang dan segala sesuatu agar hidup kita berbahagia. Tetapi jangan salah (lupa) ada kalimat “Kedaulatan Tuhan” artinya Tuhan yang memberikan kepada kita. Anugerah Tuhan yang memungkinkan kita ada saat ini.

Ketika Tuhan Meninggikan

Setelah kita diberkati, yang harus kita lakukan :
1.     Puji Tuhan.
Saat kondisi sehat, keluarga bahagia, segala sesuatu lancar, jangan lupa kepada Tuhan.
2.     Jangan sombong.
Apa yang kita punya semua dari Tuhan.
Hal ini kelihatannya mudah. Saat Tuhan meninggikan kita, itulah keinginan kita sehingga kita memujinya. Namun bagaimana saat kita diijinkan Tuhan mengalami kejadian di mana segala sesuatu dalam kehidupan kita tidak berjalan lancar? Malah apa yang tidak kita inginkan diberikan kepada kita. Bagaimana respon kita?

Ketika Tuhan Merendahkan

Tuhan berdaulat merendahkan seseorang. Maksudnya Tuhan bisa menginjinkan orang tersebut mengalami pencobaan, kesulitan, penderitaan atau sakit penyakit. Tuhan menginjinkan kesulitan dalam kehidupannya. Orang Kristen bisa mengalami kesulitan, sakit dan bangkrut. Tetapi jangan katakan itu berasal dari Tuhan. Tuhan ijinkan kita mengalaminya, dengan asumsi kita berjalan (melakukan) segalanya dengan benar. Kalau kita usaha tidak jujur , itu salah sendiri. Kalau kita jujur dan on the track , Tuhan ijinkan usaha kita tidak berkembang.

Mat 11:2-6 ada dialog dari Yohanes Pembaptis. Ia bukan orang biasa. Ia dipakai Tuhan secara luar biasa. Pelayan Tuhan yang sungguh-sungguh berjerih lelah melayani Tuhan. Penafsir mengatakan orang ini kerohaniannya tinggi dan dewasa (giant). Dari mulut Yohanes pembaptis ada 2 perkataan yang agung dari seorang manusia berdosa terhadap Tuhan.
a.     Yohanes 3:27  Jawab Yohanes: "Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga.
Kita tidak akan dapat sesuatu kalau tidak dikaruniakan dari Tuhan.
b.    Yoh 3:30   Ia harus semakin besar, tetapi aku harus semakin kecil.
Aku harus semakin kecil, Tuhan semakin besar. Alkitab bahasa Indonesia sehari-hari mengatakan,”Tuhan harus semakin penting , saya kurang penting.”

Sebelum Matius 11, pelayanan dan kehidupan Yohanes Pembaptis sungguh-sungguh diberkati oleh Tuhan. Tetapi pada Matius 11:2-3 Yohanes mendengar pekerjaan Kristus di dalam penjara lalu ia menyuruh murid-muridnya bertanya kepada Kristus, “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menanti orang lain?” Pertanyaan ini arahnya kemana? Ia mempertanyakan keberadaan Tuhan Yesus, “Engkaukah yang diurapi (dijanjikan) oleh Tuhan?” Dari pertanyaan itu kesannya apa?
Ibarat muda-mudi sudah berjalan bersama (berpacaran) tetapi bertanya, “Engkau pasangan hidupku bukan ya ataukah orang lain?” Kesannya ragu-ragu. Yohanes Pembaptis melalui pertanyaan sederhana itu menunjukkan kebimbangan (ragu-ragu). Walaupun tertulis di dalam Alkitab sebelumnya, Yohanes Pembaptis membaptis Tuhan Yesus dan ketika Tuhan Yesus dibaptis, ada dua tanda :
a.     Suara yang jelas.
lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." (Matius 3:17) Inilah konfirmasi keberadaan Tuhan Yesus secara telak. Dialah Mesias Anak Allah. Tetapi mengapa Yohanes Pembaptis bimbang? Ada masalah apa yang dihadapi?
b.    Burung merpati.
Roh Kudus turun dan dilambangkan oleh Burung Merpati (Matius 3:16 Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya). Yohanes Pembaptis goyah dan ragu. Mengapa? Ini pelajaran yang harus dipelajari. Penafsir coba menafsirkan. Ada apa yang terjadi dengan Yoh Pembaptis sehingga imannya ragu. Penafsir mencoba mencari jawaban. Mat 11:2 2  Di dalam penjara Yohanes mendengar tentang pekerjaan Kristus, Di penjara ia mengalami kesulitan, pergumulan dan tidak enak hidupnya. Ketika mengalami pergumulan dan kesulitan di penjara ia lalu menitip pertanyaan ke murid-muridnya dan meminta perhatian kepada Tuhan Yesus. Yesus tahu siapa dia . Ialah orang yang mempersiapkan jalan bagiNya , melayani begiNya dan sekarang orang itu sedang di penjara. Ia sedang susah dan mau ditolong. Para penafsir mencoba menjernihkan  apa masalah yang dialaminya.

Paragraf pada Matius 14 judulnya Yohanes Pembaptis Dibunuh. Saat ia menitipi pertanyaan sampai dibunuh dia tidak keluar dari penjara (ada di penjara). Ia mengalami kesulitan dan mencoba,”Tuhan Yesus tolong dan kasih perhatian kepadanya”. Tuhan Yesus tidak menolongnya. Tuhan Yesus hanya menjawab pertanyaan murid-murid Yohanes Pembaptis, "Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat:  orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. (Matius 11:4-5). Melalui jawaban ini Yesus berkata, “Akulah Tuhan, Mesias , Aku berkuasa melakukan segala sesuatu.” Tetapi kedaulatan Tuhan Yesus menentukan kehidupan selanjutnya dari Yohanes Pembaptis. Kedaulatan Tuhan Yesus tidak menolong sehingga Yohanes Pembaptis tetap di penjara dan pada Matius 14, ia mati di dalam penjara.

Kalau kisah hidup kita seperti Yohanes Pembaptis, bagaimana kehidupan kita?
Pada tahun 2003-2004 saya mengajar agama di Saint John (sekolah yang dikelola GKI Bungur). Pada Mrk 5:1-20, ada kisah tentang Yesus mengusir roh jahat dari orang di Gerasa.  Lalu sampailah mereka di seberang danau, di daerah orang Gerasa.  Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan menemui Dia. Orang itu diam di sana dan tidak ada seorangpun lagi yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai,  karena sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantainya diputuskannya dan belenggunya dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorangpun yang cukup kuat untuk menjinakkannya.   Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu.
 Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya,  dan dengan keras ia berteriak: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!"   Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya: "Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!"   Kemudian Ia bertanya kepada orang itu: "Siapa namamu?" Jawabnya: "Namaku Legion, karena kami banyak."  Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu.   Adalah di sana di lereng bukit sejumlah besar babi sedang mencari makan,  lalu roh-roh itu meminta kepada-Nya, katanya: "Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya!"  Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya.
Pada saat itu babi adalah binatang yang berharga. Dengan terjunnya 2.000 babi ke jurang dan mati maka penduduk mengalami kerugian besar. Saya bertanya kepada para siswa kelas 4 SD di sana, “Kalau babi itu milik kamu, apa yang akan kamu lakukan terhadap Tuhan Yesus?” Ada yang menjawab dengan lucu, “Sebelum babi terjun ke jurang, akan saya halang-halangi.” Namun ada satu jawaban yang membuat saya terdiam. “Kalau babi itu milik saya, saya menderita kerugian gara-gara Yesus, maka saya tidak mau lagi percaya Tuhan Yesus.” Anak kelas 4 SD sudah bisa menjawab seperti itu. Ketika Tuhan mengijinkan kita direndahkan , ada penyakit, permasalahan yang kita alami jangan seperti anak kelas 4 SD yang tahunya ngambek dan menangis. Kiranya Mat 11:6 (Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.) menjadi pegangan kita.
              Rasa kecewa sangat kental dengan hamba Tuhan . Namun Matius 11:6 mengatakan agar orang tidak menjadi kecewa dan menolak Tuhan (Aku). Berbagialah mereka, sulit dan susah mereka tidak kecewa melainkan tetap percaya, bergairah, setia dalam pelayanan, jangan pernah menolak Tuhan. Itulah kedaulatan Tuhan yang tidak bisa kita campuri dan ambil alih. Kita bisa menaikkan kita, jangan sombong. Namun saat kita ditaruh di bawah , biar kita jangan punya hati kecewa dan menolak Tuhan. Ada jemaat yang dari muda semangat dan pelayanan bagus sekali. Setelah ada umur, pelayanan sedikit demi sedikit tidak diberikan kepada dia dan dia berkata, “Di gereja ini saya tidak terpakai lagi.” Ini  kalimat yang sangat berbahaya. Tuhan bisa meninggikan dan merendahkan kita. Kita kerjakan bagian kita. Ketika Tuhan berikan kesempatan kepada kita kerjakan dengan tanggung jawab, saat diberikan ke orang lain, saya percaya ada bagian yang harus kita kerjakan. Jadi tetap setia, jangan marah kepada Tuhan.

Obat Bila Mengalami Kekecewaan

              Kalau kita kecewa obatnya apa? Kita kecewa terhadap pasangan atau anak, apa obatnya? Di dunia ini tidak ada obatnya, kecuali datang kepada Tuhan. Kita serahkan kekecewaan kita. Jaga hati kita, jangan sampai kecewa. Mulai dari kecewa lama-lama jadi bahaya karena bisa meninggalkan Tuhan.
              Kita ingat dan renungkan firman Tuhan. Ketika Tuhan ijinkan berbagai kesulitan, maka jangan kecewa atau menolak Tuhan. Ada orang yang baru percaya dan dibaptis di masa tuanya. Beberapa minggu kemudian dia lumpuh. Saat didatangi , dia katakan, “saya tetap percaya pada Tuhan.” Ada suami istri guru Sekolah Minggu sangat rajin melayani Tuhan. Waktu mendapat anak, anaknya cacat (autis). Tetapi jangan kecewa.


No comments:

Post a Comment