Wednesday, January 3, 2018

Janji Allah “Ya” dan “Amin”




Ev. Anton Ampul


Pendahuluan

Suatu kali ada sepasang kekasih yang akan melangsungkan pemberkatan nikah di gereja. Sore hari sebelum pernikahan tersebut calon mempelai pria datang menemui pendeta yang akan memimpin ibadah pemberkatannya. Ia pun menyampaikan maksudnya.  Setelah itu sebelum berpisah ia menyimpulkan,”Pak Pendeta , kita sudah setuju agar pada acara pernikahan besok Bapak boleh bicara apa saja termasuk kalimat ‘apakah engkau menerima dia  baik dalam kondisi susah atau senang, sehat atau sakit’ namun  tidak usah menyebutkan kata-kata ‘sampai maut memisahkan’" sambil menyerahkan sebuah amplop untuk sang pendeta. Keesokan harinya Sang Pendeta pun memimpin acara demi acara pemberkatan nikah termasuk mengambil janji pernikahan. Dengan lancar, Sang Pendeta menanyakan kepada pengantin pria,”Apakah engkau bersedia menjadi seorang suami bagi pasanganmu ini, untuk saling memiliki dan menjaga pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai….. (sang pengantin pria pun memberi isyarat agar Sang Pendeta menutup kalimatnya di sana, namun ternyata Sang Pendeta tetap melanjutkan) … sampai maut memisahkan sesuai dengan hukum Allah yang kudus?” Dengan terpaksa Sang Pengantin menjawab,”Saya bersedia”. Setelah itu beberapa waktu kemudian, saat bertemu kembali dengan Sang Pendeta, Sang Pengantin Pria melayangkan protes,”Pak Pendeta kita sudah sepakat agar Bapak menghapus kata-kata ‘sampai maut memisahkan’ tetapi mengapa Bapak tidak menghapusnya? Sang Pendeta pun memberi penjelasan bahwa setelah pengantin pria pulang, calon pengantin wanita juga datang menemui Sang Pendeta dengan memberi amplop yang nilainya jauh lebih besar dibandingkan yang diberikan calon pengantin pria agar Sang Pendeta tetap mengucapkan janji pernikahan dengan lengkap!
              Dalam ilustrasi di atas tergambar bahwa menjadi suami istri saja tidak bisa saling percaya. Ini menjadi penyakit orang Kristen. Saat ini kita mudah berkata-kata dan berjanji tetapi kita sulit mempertahankan kalimat kita. Kita mudah mengucapkan kita cinta dan mengasihi Tuhan tapi kita gagal mempertahankan pernyataan kita. Janji Tuhan adalah “ya” dan “amin” namun masalahnya, apakah kita mempercayainya. Tuhan tidak membutuhkan kepercayaan kita  baru Dia bisa dipercaya. Dia percaya pada diriNya sendiri. Dia eksis berdiri sendiri tidak butuh kepercayaan kita agar Dia menjadi Allah dan sebaliknya kalau kita tidak percaya maka Dia tidak menjadi Allah. Kita harus mengevaluasi seluruh perjalanan hidup kita sampai hari ini bahwa janji Allah “ya” dan “amin” dan kita memegangnya dan menjalankannya dalam kehidupan kita hari lepas hari. Kita harus memahami apa artinya kita mengikut Tuhan.

Bagaimana agar bisa merasakan janji Allah “ya” dan “amin” dalam hidup kita?

Dalam filsafat ada epistemologi yakni cabang dari filsafat yang berkaitan dengan teori pengetahuan. Epistemologi mempelajari tentang hakikat dari pengetahuan, justifikasi, dan rasionalitas keyakinan. Secara sederhananya epistemology mempelajari bagaimana saya tahu bahwa saya tahu karena banyak orang yang tidak tahu bahwa ia tidak mengetahuinya. Maka dalam epistemologi ada 4 hal yang dipelajari yakni :  
1.   tahu yang tidak diketahuinya (berlagak tahu tapi tidak tahu, sok tahu )
2.   tidak tahu yang diketahuinya (tahu salah / dosa tapi pura-pura tidak tahu)
3.   tidak tahu yang tidak diketahuinya (contoh : tidak tahu kenapa melayani (karena diminta), percaya Tuhan Yesus,dibaptis, bergeraja di suatu tempat (sudah dari kecil diajak orang tua ke gereja di sana), menikah di gereja (karena memang begitu) dll
4.   tahu yang diketahuinya (misal : tahu untuk apa datang beribadah seperti yang tertera pada 2 Korintus 1:13 Sebab kami hanya menuliskan kepada kamu apa yang dapat kamu baca dan pahamkan. Dan aku harap, mudah-mudahan kamu akan memahaminya sepenuhnya)
Kita harus paham janji Tuhan dalam hidup kita. Dalam firman Tuhan jelas dikatakan, 2 Korintus 1:20 Sebab Kristus adalah "ya" bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah.

1.     Jangan pernah berhenti percaya kepada Tuhan.

2 Korintus 1:20a Sebab Kristus adalah "ya" bagi semua janji Allah. Janji ALLAH yang seperti apa? Janji Allah yang mana yang akan digenapi? Bicara Janji Allah, kita akan bicarakan tentang rencana atau karya Allah sebelum dunia dijadikan. Kita harus memahami rencana Allah yang didisain sebelum kita semua ada. Apakah itu digenapi? Dalam pemikiran Yunani, ada 3 hal yang harus dimengerti tentang rencana / karya Allah yaitu

a. pro titemai.  Allah menyelamatkan dan memanggil kita menjadi hidup kudus bukan karena kebaikan kita.
b. pro ginosko.  Allah mengenal kita sebelum kita dijadikan (dilahirkan), sebelum kita dikenal orang tua kita Allah sudah mengenal kita.
c. pro orizo. Allah sudah memilih kita sebelum kita dijadikan.
Allah sudah menetapkan sebelum kita dijadikan (dilahirkan), Dia sudah menentukan janji /rencanaNya untuk kita yaitu karya keselamatan melalui Yesus Kristus. Karya Keselamatan Allah yang telah dituntaskan di kandang Betlehem dan di atas kayu salib. Kalau kita mau melihat janji Tuhan, janji tersebut telah digenapi secara sempurna dalam diri Yesus Kristus sehingga dikatakan “ya” untuk semua janji Allah. Kalau kita memahami hal ini, baru kita bisa mengerti kata “ya” dan “amin”.  Janji Allah “ya” dan “amin” artinya janji Allah tidak dibatasi ruang dan waktu serta tidak ada satu pun yang bisa membatasi, menggagalkan, menghentikan rencana Allah.

Suatu kali saya sedang mengemudikan mobil menuju gardu tol Karang Tengah dalam kondisi jalan sangat macet. Tiba-tiba datang mobil pejabat. Saya pun diminta meminggirkan mobil tapi saya bingung harus pindah ke mana karena kondisi sangat macet. Tapi saya terus diklakson pengawal pejabat tersebut. Saya pun disuruh minggir. Saya menjelaskan bahwa saya pendeta dari Papua.. “Pak, saya bukannya tidak mau minggir, tapi saya tidak tahu mau minggir ke mana? Bapak seharusnya mengayomi masyarakat. Kakak saya yang jendral berbintang tidak seperti ini walau ajudannya banyak”

Kalau kita punya Tuhan Yesus Kristus, apa yang bisa menakutkan dalam hidup ini? Dia tidak terbatas oleh ruang dan waktu. “Ya” artinya Dia tidak pernah gagal atau menemui kesulitan memenuhi janjiNya. Dia tidak pernah terlambat, Dia konsisten dan komitmen. Dia adalah kepastian hidup kita. Di dalam Tuhan, ada kepastian, kemenangan dan kekuatan. “Ya” berarti kokoh, kuat dan dapat diandalkan. Sebab Kristus adalah “ya” bagi semua janji Allah. Jangan pernah berhenti berharap kepadaNya. Kita boleh takut terhadap kegagalan. Allah kita tidak pernah gagal. Kadang kita gagal dan jatuh, lemah tapi jangan takut karena kita punya Allah yang tidak pernah gagal. Kita takut kalau kita hanya mengandalkan diri kita sendiri. Tetapi kalau situasi menyebabkan kita gagal, maka kita jangan takut karena Allah yang kita percaya tidak pernah gagal.

Bilangan 23:19 Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?. Mengapa Dia layak dipercayai? Karena Dia bukan manusia yang mudah berdusta. Omongan manusia tidak bisa dipegang. Kalau terhadap teguran dan nasehat saya percaya, tetapi kalau gossip saya tidak mau mendengar. Bicara pergumulan dengan Tuhan lebih baik dibanding gossip kondisi orang lain, karena tidak jadi berkat bagi kita. Allah bukan manusia. Tetapi dalam perjalanan hidup kita, kita kerap lebih percaya omongan manusia. Kita sering mengandalkan hidup kita pada sesuatu yang terbatas, dan tidak bisa dipercayai. Sehingga kita mengalami kekecewaan dalam hidup kita karena mempercayakan diri pada sesuatu yang tidak tepat. Hidup di  luar Kristus, berarti kita hidup di luar janji Allah dan sebaliknya. Dalam tahun 2017, apakah Tuhan masih menemukan bahwa kita tetap percaya kepada Tuhan?

Ceritanya suatu kali ada rombongan anggota DPR yang sedang menuju ke Puncak untuk berjalan-jalan dan mengalami kecelakaan.  Mereka jatuh ke jurang. Warga pun kemudian menguburkan korban dan busnya sekalian. Polisi yang datang bertanya,”Mengapa kalian mengubur sekalian dengan busnya? Apakah tidak diperiksa dulu siapa tahu masih ada yang masih hidup?” Warga menjawab,”Kami sudah periksa. Ada 2 orang yang mengaku masih hidup tetapi kita tetap kubur saja. Karena sekarang omongan DPR jangan dipercaya!”

Kita harus percaya dan berpegang pada firman (janji) Tuhan dan jangan percaya pada omongan manusia. Hari ini kalau kita mendengar orang lain omong maka kita akan cepat mati. Semakin kita mendengar dan terbius pada janji orang lain, membuat kita semakin menderita. Yang membuat kita menderita adalah apa respon kita terhadap orang lain. Tidak peduli orang melakukan kejahatan kepada kita, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana respon kita terhadap kejahatan tersebut. Itu lebih membawa berkat dibanding kita menangisi karena kita terbius segala macam kekecewaan. Jangan membuat keraguan menari-nari dalam kehidupan kita. Kalau kita percaya dan berpegang pada Firman Tuhan, maka omongan kita dalam keluarga adalah omongan Firman Tuhan. Kata-kata firman Tuhan “ya” dan “amin” berlaku di keluarga, pekerjaan dan kehidupan kita. Jangan pernah berhenti percaya kepada Tuhan. Jangan pernah berhenti berharap pada Tuhan. Ada  yang prediksi tahun 2018 ekonomi akan ambrug. Pemilik bisnis satu per satu menutup usahanya (bangkrut). Ada mantan jemaat saya yang berkata, “Pak Anton tolong doakan saya. Saya sudah bangkrut . 9 ruko saya harus dijual tapi tidak bisa dijual.” Beberapa jemaat saya juga bangkrut sehingga anak-anak nya sedang studi di luar negeri pulang semua. Bila AS embargo kita maka kita bangkrut. Kalau kita melawan Israel, vaksin semua dari sana. Kita mau buat vaksin apa? Otak dan teknologi serta penemuan dari sana. Israel mengatakan, “Bila dunia ingin melawannya maka semua akan mati.” Itu karena Israel adalah umat pilihan Tuhan. Apapun suara yang didengar sampai 2018 saya hanya percaya janji Allah “ya” dan “amin”. Kita tidak perlu takut, hidup kita ada pada janji Tuhan.

Ada mantan jemaat saya seorang ibu yang sederhana dan sangat miskin. Ia jual kue di pasar Jakbar. Suaminya pengangguran dan tidak sayang keluarga. Istrinya lah yang mencari nafkah. Seharusnya istri adalah tulang rusuk bukan tulang punggung. Suatu kali saat menjual kue, ada nenek-nenek yang jatuh pingsan di depan tempat jualannya. Tanpa pikir panjang , ia memanggil ojek dan mengantar ke rumahnya. Ia pun kemudian merawatnya. Ia ambil air hangat dan menjaga sekitar 1-2 jam. Waktu ia kembali ke pasar, suaminya mencaci-makinya. “Hei kamu !! Maunya menolong orang lain tetapi mau menolong diri sendiri saja tidak bisa. Tadi ada yang mau membeli kue, harganya saya tidak tahu. Nanti semua kuenya basi!” Suaminya tidak bersyukur malah mengata-ngatai istrinya. 4 hari kemudian ada seorang pemuda tampan datang ke pasar dan bertanya,”Ci, kue ini berapa harganya?” Setelah dijelaskan, ia membeli semua kue. Lalu pemuda ini bertanya lagi tentang tokonya  dan rumahnya yang masih mengontrak. Pemuda itu bertanya lagi, “4 hari lalu ada nenek jatuh kenapa ditolong? Apakah enci mengenalnya?” Sang Ibu menjawab,”Saya menolongnya karena saya merasa dia seperti orang tua saya sendiri.” Tanpa pikir panjang, pemuda tersebut menulis cek senilai Rp 400 juta dan dikasih ke Ibu tersebut. Dia berkata,”Tolong diterima karena saya mau mengucapkan terima kasih karena enci sudah menolong mama saya. Saya tidak bisa membayangkan, kalau tidak ditolong mungkin mama saya sudah pergi.” Jemaat saya berkata,”Saya tidak mau. Saya ikhlas.” Tetapi pemuda itu memaksanya sehingga akhirnya jemaat saya menerimanya untuk mengembangkan usahaya. Tanggal 2 Desember lalu ia menelpon dan mengabarkan bahwa  anaknya yang pertama sudah lulus dari UI, ambil S2 di Singapore dan menikah dengan orang Singapore lulusan Itali dan Jerman serta hidup sukses di sana. Anak kedua lulusan UI juga dan mengajar kimia di sekolah bergengsi di Jakarta.  Tuhan tidak pernah berhutang. Kalau kita percaya janjiNya dan mengaminkan, maka janji Tuhan itu nyata dalam hidup kita.

2. Amin berarti oleh DIA kita mengatakan amin untuk memuliakan ALLAH

2 Korintus 1:20b Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah. Kita bisa merasakan janji Allah , maka kerjakan saja apa yang menjadi bagian kita! Kita mengatakan “amin” untuk memuliakan Allah. Itulah bagian kita. Kita menghidupan itu dalam hidup kita sehari-hari. Janji Allah “ya” dan “amin” karena saat Ia berjanji Ia sedang bersumpah demi diriNya sendiri, bukan demi orang lain. Kita bersumpah atas nama Tuhan artinya tidak ada yang tidak bisa percaya kepada Tuhan. Tuhan deal dengan diriNya sendiri dan tidak bisa bertabrakan dengan karakter , keilahianNya dan kekekalanNya. Ia bersumpah atas nama diriNya sendiri dan pasti akan digenapi. Kata “amin” berarti kita menyatukan diri kita dengan Kristus. Kristus sduah menyatukan diri dengan kita. Kita menyambut itu. Kata “amin” juga berarti kesetiaan Kristus pada umatNya. Kita jangan kerjakan , apa yang menjadi tugas Allah. Seringkali kita tidak mampu menghadapi kenyataan hidup. Mental orang Kristen seperti krupuk, tidak kuat. Karena kita coba menjadi Tuhan terhadap Tuhan. Kita ingin menjadi bos terhadap orang lain (istri, anak, orang tua). Bagian kita sederhana yaitu memuliakan Allah. Orang kaya tidak rumit, yang rumit adalah orang yang merasa kaya. Jangan coba-coba memuliakan diri sendiri. Apalagi dalam rumah Tuhan, kita harus bekerja sama memuliakan Allah dalam kehidupan kita.

Bagaimana mengaminkan Firman TUHAN ?

1.     Jangan kamu kuatir.

Kita susah memegang janji Allah ini karena kental sekali kekuatiran dalam diri kita. Kalau kita bandingkan dengan agama lain, maka kelas kita jauh. Mereka setiap Jumat sembahyang. Saat sembahyang kitab suci  dijunjung di kepala. Sedangkan kita hanya mengapitnya di ketiak. Kita belum bicara panjang lebar seperti datang terlambat. Kalau membaca kitab suci, mereka pakai tongkat kecil (bukan pakai tangan) karena begitu hormat kepada kitab suci. Sedangkan kita baca dibantu dengan air liur. Saat memberi persembahan uangnya dalam bentuk kembalian dari pasar. Tuhan melihat cara kita memberi. Di mana letak hormat kita kepada Tuhan? Kita memberi Rp 2.000 saja ke tukang parkir dilempar. Sikap kita datang ke gereja belum kita perbaiki. Tuhan berkata, “Jangan kuatir!” bukan berarti kita tidak boleh kuatir. Saat dikatakan jangan kuatir, Tuhan serius dengan persoalan kita (tidak mengerdilkan persoalan kita). Dia peduli dengan keadaan kita. Kuatir (merimnao, istilah Yunani) artinya berusaha menguasai sesuatu di luar kekuasan kita (sesuatu di luar kekuasaan kita tetapi kekuasaan Tuhan). Kalau percaya pada janji Allah maka kita harus mengerjakan apa yang harus kita kerjakan. Untuk apa yang harus dikerjakan Allah, biarkan Allah yang kerjakan. Kalau 2017, kita hidup dalam kekuatiran, maka 2018 kita mau lebih lagi percaya pada Tuhan.

2.     Jaga hati.

Di mana harta kita berada di situ hati kita berada. Mengapa kita bertambah takut? Karena di mana hartamu berada di situ hatimu berada. Kita tidak bisa menyembah pada 2 tuan : Tuhan dan mamon. Kalau kita pegang janji Allah, siapa kita sembah di tahun 2018? Mengapa yang dicari harta adalah hati kita? Ini bukan masalah harta. Ini masalah hati. Jawabannya : harta tidak punya hati. Karena  harta tidak punya hati, maka harta mencari hati kita. Kalau harta berhasil mengambil hati kita, maka kita tidak punya hati. Kehilangan hati berarti kehilangan segala-galanya. Sehingga ada orang kaya yang miskin rasa karena tidak punya hati. Hati itu harta yang paling besar. Tuhan tertarik pada hati bukan harta kita. Bila pada tahun 2017 kita sibuk mengurusi harta kita maka  pada tahun 2018 mari kita mengurus hati kita. Janganlah kita sibuk mengurus harta semata.

Tahun lalu papa saya meninggal. Papa saya sangat membenci ayahnya (kakek saya). Karena begitu membencinya, ia tidak mau datang menemui ayahnya dan mengajak saya untuk mengenal kakek. Papa saya anak tunggal. Saat ayahnya meninggal maka otomatis ia mendapat warisannya, tetapi ia tidak mau menerimanya. Dalam perjalanan hidupnya , papa akhirnya bisa menerima ayahnya kembali. Sebelum papa meninggal, dia bertanya,”Kamu mau tidak warisan kakekmu?” Saya bertanya,”Papa sendiri mau tidak?” Ia menjawab bahwa ia tidak mau. Saya berkata lagi,”Papa saja tidak mau apalagi saya!”

Kedua anak mertua saya menjadi hamba Tuhan, padahal mayoritas keluarganya adalah saksi Yehova. Waktu mertua meninggal , rumah  disarankan untuk dijual dan hasilnya dibagi semua. Saya berkata kepada istri saya,”Kalau pun dijual satu sen pun jangan ambil”. Mertua saya pernah berkata, “Saya mau jual dan panggil anak-anak tetapi mereka tidak mau.” Keluarganya yang Saksi Yehova berkata,”Kalau saya mati maka keluarga saya bisa saling merebut harta, tetapi anak-anakmu pada tidak mau” Tetapi ada warisan yang lebih berharga yaitu warisan dari darah Kristus. Dimana hartamu berada di situ hatimu berada. Karena hartamu itu hatimu. Kita tidak bisa menyembah Tuhan dengan harta tetapi dengan hati kita. Maka Speak of God tidak sama dengan Speak with God. Bukan bicara tentang Tuhan tetapi bicara dengan Tuhan.

3.  Jaga pemandangan mata rohani kita

Saat Abraham dan Lot sama-sama kaya dan sukses, terjadi keributan antara pegawai Abraham dan Lot. Keduanya saling sungkan dan tidak enak. Namun dengan luar biasa Abraham berkata,”Kalau kamu pilih ke kiri maka saya ke kanan”. Abraham tidak berkata,”Saya ke kanan dahulu baru kamu ke kiri” (saya pilih duluan baru kamu). Lot pun mengarahkan pandangannya dan memilih Sodom dan Gomora. Abraham memilih daerah yang tandus dan kering, namun berkat Tuhan mengalir. Kita harus menjaga pemandangan mata rohani kita. Apa yang harus kita kerjakan, maka kerjakanlah. Janji Tuhan selalu nyata dalam kehidupan kita.

Penutup

Ada seorang Ibu non Kristen yang menikah dengan seorang tentara Kristen dengan harapan hidupnya akan bertambah baik. Namun kenyataan yang terjadi bertolak belakang. Setelah menikah , Ibu tersebut malah dipukuli dan diinjak-injak suaminya seminggu 3 kali! Karena tidak tahan, ia datang kepada gembala (pendeta) tempat suaminya berjemaat. Ia berkata,”Pak Pendeta , suami saya kan jemaatmu. Masa ia memukul saya seminggu 3 kali? Bapak tolong tegur dia”. Sang Pendeta berkata,”Ibu harus bertobat!” Sang Ibu kebingungan, “Mengapa ia yang menderita tetapi ia yang harus bertobat? Apakah Sang Pendeta takut dengan tentara?” Akhirnya ia berkata,”Baik saya bertobat. Bagaimana caranya?” Sang Pendeta berkata,”Ibu harus memberi diri dibaptis, percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat!” Sang Ibu pun menerima dan mengikuti kelas katekisasi. Ia percaya Tuhan Yesus dan dibaptis. Tetapi setelah dibaptis, pukulan yang diterimanya bukannya berkurang malah bertambah banyak. Sekarang setiap hari ia dipukul dan diinjak. Ia pun datang kembali kepada Pendeta dan berkata,”Pak Pendeta saya sekarang sudah bertobat, percaya kepada Isa Almasih sebagai Juruselamat saya tetapi mengapa pukulan yang saya terima tidak berkurang malah bertambah banyak?” Sang Pendeta menjawab lagi,”Ibu harus bertobat!” Sang Ibu putus asa dan bertanya,”Pak Pendeta saya harus bagaimana lagi?” Sang Pendeta kembali menjawab,”Begini saja. Kalau Ibu dipukul lagi, Ibu bernyanyi saja. Lagunya saya ajari begini : ‘Saya mau iring Yesus. Saya mau iring Yesus sampai slama-lamanya. Meskipun saya susah, menderita dalam dunia. Saya mau iring Yesus. Sampai slama-lamanya!” Lalu Sang Ibu pulang ke rumahnya. Ia mempraktekkan nasehat Sang Pendeta. Saat dipukul dan ditendang ia pun menyanyikan lagu itu.
Satu bulan kemudian beredar isu Timor Timur mau merdeka dan sedang rusuh. Presiden Habibie memerintahkan sekelompok pasukan tentara dikirim ke Timor Timur untuk mengamankannya. Salah satu yang terpilih adalah suaminya. Surat penunjukkan dari jenderal dikirim ke rumah. Surat itu diterima oleh istrinya yang kemudian membacanya. Ia berkata,”Puji Tuhan, Haleluya! Nasehat Gembala saya sangat ampuh. Saya diminta bertobat dan menyanyi. Ternyata hasilnya langsung terlihat. Surat pemanggilan ini datang. Biar dia pergi ke sana dan tidak usah kembali lagi!” Suami nya pun terbang ke Tim-Tim. Di Kompas ditulis, ada beberapa anggota TNI yang disandera. Sekarang gantian, suaminya yang ditendang, dipukul sampai babak belur. Saat dipukuli dan ditendang , ia teringat istrinya. Istrinya telah disiksa sendiri oleh dirinya. Ia menyesal dan menangis. Dalam perlindunganNya, Tuhan memberi pencerahan kepadanya. Setiap kali istrinya dipukul, istrinya kuat dan tidak pernah minta cerai. Ia malah bertambah kuat. Dia pun bingung dan bertanya-tanya, “ Jangan-jangan lagu itu yang membuatnya kuat.” Jadi saat sang suami dipukul dan diinjak oleh tentara Tim-Tim, ia pun bernyanyi,”Saya mau iring Yesus”. Tentara Tim-Tim sewaktu mendengarnya langsung mundur satu langkah. Setelah selesai menyanyikan lagu tersebut, tentara Tim-Tim bertanya,”Mas, saya mau bertanya dahulu, apakah mas orang Kristen?” Sang tentara tersebut mengiyakan. Tentara Tim-Tim berkata,”Maaf-maaf.  Mengapa mas tidak bilang 3 minggu lalu. Kita juga Kristen!” Akhirnya sang suami tidak jadi dipukul.
Berhentilah mengeluh, berhentilah khawatir! Namun jangan pernah berhenti memuliakan Tuhan! Akhirnya sang suami dilepaskan dan setelah itu ia meminta kepada komandannya untuk kembali ke rumahnya. Sewaktu diijinkan, ia mengirim surat ke istrinya untuk menjemputnya. Sang istri tidak percaya (tidak mungkin suaminya masih hidup dalam desingan ribuan peluru pasukan musuh). Tetapi ia pun menjemputnya di bandara. Sang suami nya keluar paling akhir. Melihatnya, Sang Istri sudah membayangkan hal yang mengerikan yang akan diterimanya. Namun keadaannya malah sangat dramatis. Sekitar 20-30 meter suaminya bertekuk lutut, berteriak dan menangis,”Mama ampuni saya! Saya sudah berdosa kepada Tuhan! Ampuni saya!.
Mengapa kita bisa berseru meminta pengampunan? Karena Tuhan Yesus sudah menggenapinya. Ia sudah mengampuni jauh sebelum kita memintanya. Peganglah janji Tuhan karena janjiNya “ya” dan “amin”. Marilah kita menutup tahun ini dengan iman kita dan memasuki tahun baru dengan iman kepada Tuhan. Amin!

No comments:

Post a Comment