Sunday, August 6, 2017

Lihatlah Generasi Muda di Gerejamu

Ev. Mercy Matakupan

Hakim 2:8-11
8  Dan Yosua bin Nun, hamba TUHAN itu, mati pada umur seratus sepuluh tahun;
9  ia dikuburkan di daerah milik pusakanya di Timnat-Heres, di pegunungan Efraim, di sebelah utara gunung Gaas.
10  Setelah seluruh angkatan itu dikumpulkan kepada nenek moyangnya, bangkitlah sesudah mereka itu angkatan yang lain, yang tidak mengenal TUHAN ataupun perbuatan yang dilakukan-Nya bagi orang Israel.
11  Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan mereka beribadah kepada para Baal.

1 Yoh 2:14-17
14  Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, karena kamu mengenal Bapa. Aku menulis kepada kamu, hai bapa-bapa, karena kamu mengenal Dia, yang ada dari mulanya. Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena kamu kuat dan firman Allah diam di dalam kamu dan kamu telah mengalahkan yang jahat.
15  Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.
16  Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.
17  Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.

Orang-Orang Muda yang Dipakai Tuhan

                Alkitab memberikan perhatian yang besar sekali untuk orang-orang muda. Tuhan membangkitkan pahlawan-pahlawan iman yang mengarahkan sejarah dan itu dimulai dari orang-orang muda. Bahkan Tuhan bekerja dalam hidup mereka pada usia mereka yang masih sangat muda. Ada yang masih dalam kandungan seperti Simson dan ada juga yang mulai dari bayi seperti Musa. Bahkan Yosia yang menjadi raja pada usia 8 tahun lahir dari keluarga yang tidak mengenal Tuhan (kakek dan ayahnya jahat). Alkitab memberi catatan hidupnya begitu saleh dan berkenan di hadapan Tuhan. Tetapi di antara raja-raja tidak ada yang seperti Yosia yang memiliki iman seperti leluhurnya Daud. Tuhan membangkitkan orang-orang muda seperti Musa, juga Samuel yang masih minum susu  sapi lalu dipersembahkan kepada Tuhan. Tuhan memakai Yosua yang sejak muda mengikuti Musa. Tuhan memakai Daniel dan ketiga temannya Sadrakh , Mesakh dan Abednego untuk mengguncangkan raja-raja  besar. Daniel berkuasa selama pemerintahan 4 raja. Semua raja tersebut turun satu per satu dan diganti tetapi Daniel tetap dipakai sebagai perdana menteri. Padahal Daniel dan teman-temannya dididik di  antara usia 12-15 tahun (teenager). Rasul Yohanes memberikan perhatian yang besar kepada orang-orang muda, “Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, karena kamu mengenal Bapa. Aku menulis kepada kamu, hai bapa-bapa, karena kamu mengenal Dia, yang ada dari mulanya. Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena kamu kuat dan firman Allah diam di dalam kamu dan kamu telah mengalahkan yang jahat.(1 Yoh 2:14). Rasul Yohanes saat menulis surat tersebut sudah tua dan sebentar lagi dibuang ke Pulau Patmos lalu menulis kitab Wahyu. Ia menulis kepada orang muda, karena Rasul Yohanes melihat orang muda adalah orang yang kuat dan Firman Allah diam di dalam mereka dan mereka telah mengalahkan yang jahat. Itu pesannya kepada orang muda. Kegagalan besar gereja yang terjadi terus berulang. Apa yang tidak penting bagi Allah itu yang sering dipentingkan. Hal-hal yang sekunder seperti  bangunan gereja dan musik diperhatikan, tetapi hal utama yang diminta Tuhan tidak diperhatikan.

Teledor Mewariskan Iman kepada Generasi Berikut

Yosua dalam pidatonya yang terkenal mengatakan, “Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" (Yosua 24:15). Pilihan pertama (allah yang disembah Abraham di seberang sungai Efrat) adalah pilihan agama tradisi, pilihan yang kedua (ilah orang Amori) memuaskan seks, memberi kekayaan, kesuburan dan kenikmatan masa muda tetapi Yosua dan keluarganya akan menyembah Allah Israel. Waktu Yosua berpidato, kebanyakan pemimpin-pemimpin saat itu juga sudah tua. Yosua hanya membutuhkan satu lembar pidato pemisah lalu setelah itu matilah Yousa di usia 110 tahun. Lalu bangkitlah generasi yang jahat, yang tidak mengenal Tuhan, yang berpaling dari hadapan Tuhan. Setelah Yosua mati , orang Israel tidak peduli lagi kepada Tuhan. Sebelum Yosua mati iman mereka adalah iman warisan. Bila pemimpinnya lurus, iman Israel juga lurus. Kalau pemimpinnya bengkok maka iman mereka juga bengkok. Waktu Yosua mati, mereka sudah masuk ke tanah perjanjian yang subur. Masih ada perang tapi mereka telah masuk di tanah yang subur. Tetapi manusia tidak belajar dari sejarah. Socrates (469 SM - 399 SM, filsuf dari Athena Yunani) berkata,”Kesalahan manusia terbesar adalah manusia terus-menerus membuat kesalahan dan tidak menyadari kesalahannya.” Hegel (1770-1831) mengatakan,”Sejarah mencatat bahwa manusia tidak pernah belajar dari sejarah”. Yang dibaca di catatan Alkitab 3.000-3.500 tahun lalu, kesalahan bangsa Israel yang tidak peduli generasi muda mereka akan menjadi seperti apa. Papa-mamanya mungkin masih memegang iman yang diwariskan dari Musa kepada Yosua. Mereka menyembah Allah Yehova juga. Tetapi setelah Yosua dan orang-orang tua mati, maka bangkitlah suatu generasi yang jahat dan tidak mengenal Tuhan. Generasi yang tinggal di tanah Kanaan adalah generasi yang jahat. Bukan karena kehidupan seks mereka tidak bermoral (karena mereka tetap melakukan tindakan agama seperti memberi persembahan, pergi ke Kemah Suci dll) tetapi karena hati mereka tidak mengarah kepada Tuhan.
Kita seringkali teledor untuk mewariskan iman ke generasi berikutnya. Papa-mama semangat melayani, bahkan terkadang tidak punya waktu untuk keluarga. Dari hari Senin sampai Minggu mengikuti berbagai kegiatan gerejawi seperti paduan suara, perkunjungan, PA dll  tetapi lupa melihat anaknya yang  tidak dilibatkan. Ada anak-anak yang  merasa gereja telah merampok waktu mereka bersama dengan orang tua. Saya adalah salah satu korban seperti itu. Kalau Tuhan tidak menangkap saya, maka saya benci sekali dengan gereja, karena merasa papa tidak pernah punya waktu dengan keluarga. Anak sakit harus berusaha sendiri (survive) sendiri. Papa sibuk terus di gereja. Saya hanya menjadi penonton dari luar.

Peperangan pada Usia Muda

Betapa pentingnya menyelamatkan satu generasi itu. Baik pada Perjanjian Lama  maupun Perjanjian Baru memberikan dimensi bahwa  peperangan paling besar terjadi pada usia orang-orang muda. Iblis paling tertarik menghancurkan anak-anak muda. Anak-anak usia di bawah 17 tahun menjadi generasi yang baru. Perang yang terjadi tidak seperti zaman Israel yang menaklukan musuh untuk mendapat tanah. Tetapi ada dimensi peperangan yang jauh lebih menakutkan dari sekedar perang fisik yang menggunakan senjata seperti tombak, pisau, pistol, nuklir dan sejenisnya karena musuhnya tidak terlihatan. Musuh yang paling sulit ditaklukan adalah musuh yang tidak dikenali. Kalau musuh dikenali maka akan mudah menjadi sasaran. Musuh yang tidak dikenali lebih menakutkan dan bahaya. Alkitab mengatakan ruang peperangan rohani yang paling besar adalah memperebutkan hati orang muda, menarik orang muda , membawa mereka agar tidak datang kepada Tuhan. Peperangan kita bukan melawan darah dan daging, pisau dengan pisau, atau tombak dengan tombak . Tetapi peperangan yang sangat serius yaitu melawan si jahat yang bertahta di udara dan ingin menguasai pola pikir manusia. Itu paling sulit. Rasul Paulus mengatakan,” ”Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata dari Allah agar kamu sanggup berdiri teguh melawan siasat-siasat licik Iblis (Efesus 6:11)”. Ada dimensi peperangan yang lebih serius, tapi sering dianggap sepele karena musuhnya tidak kelihatan. Alkitab mencatat bahwa iblis melihat hidup orang muda adalah  hidup yang layak diperebutkan. Hidup orang muda adalah hidup yang berharga. Untuk menjatuhkan gereja maka jatuhkanlah orang-orang mudanya. Jatuhkan orang-orang muda di gereja maka secara perlahan gereja akan hancur.
                Keluarga besar Israel (Yakob) datang ke Mesir sebanyak 70 orang. Orang Israel sangat terkenal karena janji berkat Tuhan yang diberikan ke Abraham bahwa rahim perempuan-perempuan  Israel akan menghasilkan keturunan yang diberkati oleh Tuhan. Kandungan mereka diberkati Tuhan. Waktu mereka masuk ke Mesir jumlahnya 70 orang, tetapi Keluaran pasal 1 ada kalimat repetisi yang membuat Firaun takut, “Lihatlah bangsa itu, mereka menjadi sangat banyak , dahsyat dan berlipat ganda. Bahkan negeri ini dipenuhi oleh orang-orang itu.” Firaun tidak takut dengan orang Israel yang tua. Ia takut karena melihat orang Israel yang waktu masuk sebanyak 70 orang, tetapi sekarang jumlahnya dahsyat (beranak-pinak) dan memenuhi Mesir. Iblis memakai raja-raja  dahsyat dan yang diserang adalah anak-anak. Anak-anak menakutkan iblis. Bagi yang berusia 40 tahun ke atas, tidak lama lagi waktunya karena banyak sakitnya, berkurang banyak kapasitasnya dan tidak level (layak). Tetapi anak muda, paling fresh. Kekuatan memori dan kemampuan berbicara paling baik terjadi di usia muda. Walau datang ‘hanya’ 70 orang, tetapi orang Israel terus hamil. Firaun ketakutan dan membuat kerja paksa. Dengan kerja paksa dan dikasih makan hanya 1 hari sekali, harapan Firaun mereka pulang tidur kecapaian. Tetapi perempuan Israel tetap hamil lagi. Sehingga anak-anak dibuang dan dibunuh . Tapi Tuhan mengirim 1 anak yaitu Musa untuk dididik di istana Firaun sendiri pakai uang Firaun dan suatu kali kelak akan memukul balik Firaun. Yang dibunuh Firaun beribu anak, tetapi Tuhan menitip hanya 1 bayi saja. Anak-anak sungguh menakutkan. Dalam the art of war (seni perang) setelah penaklukan, panglima dari pihak pemenang akan mencari di mana anak raja yang ditaklukannya. Ada anak raja yang disembunyikan di ruang bawah tanah atau gua. Tetapi perang tidak bisa dimenangkan sebelum dibunuh generasi selanjutnya. Agar perang betul-betul menang final, maka kalahkan yang kecil yang digendong inang pengasuhnya (dayang-dayang). Maka raja yang taklukan musuhnya akan mencari anak-anak raja yang dikalahkannya baik dari istri maupun selirnya. Sepertinya anak itu lemah  dan tidak tahu apa-apa tetapi itu musuh potensial yang menakutkan. Zaman Yesus juga begitu, Herodes takut ada anak kecil lahir  di tanah Yudea yang akan menjadi raja. Itu membuat dia grogi dan takut. Ia peduli bayi yang akan menjadi raja. Jadi jangan main dengan generasi berikut. Kamu bisa mengalahkan papa-mamanya tetapi belum tentu anak-anaknya.

Penghancuran Generasi Melalui Kenikmatan Dunia

                Orang tua sering teledor generasi di bawah kita. Peperangan kita sangat berat. Bukan lagi fisik, tetapi peperangan bergeser. Iblis belajar bila menghancurkan fisik anak-anak Tuhan yang cinta Tuhan tidak akan habis. Maka anak-anak Tuhan dibiarkan beranak-pinak, hidup mapan dan membesarkan anak mereka lalu dihancurkanlah hati mereka. Peperangan bergeser , bukan lagi fisik pedang dengan pedang , bom atom melawan bom atom. 20-30 tahun lalu, peperangan terjadi di dunia pikir, filosofi , semua diberikan untuk menaklukkan anak muda. Teori kalahkan teori.  Buktikan bagaimana Alkitab itu benar? Maka anak muda dipaparkan bahwa Alkitab banyak kesalahan. Maka generasi berikut akan gentar sekali. Peperangan berubah ke teori (taklukkan logika). Ateis menyerang kekristenan dengan mengatakan,”Saya buktikan Allah tidak ada. Saya buktikan Yesus bukan satu-satunya Allah. Saya buktikan Kristus tidak bangkit.” Peperangan di area pengetahuan. Pengetahuan menaklukkan pengetahuan. Maka sekarang makin menjadi . Sekarang bukan lagi di logika, tetapi di basic sexual pleasure, insting , peperangan bergeser ke hiburan (di area yang seru dan gembira). Sejarah mencatat bahwa bila taklukan orang dengan  logika melawan logika, otak melawan otak, mereka tidak bisa membuang Allah. Sekarang tidak masuk peperangan, mereka menonton TV, mendengar musik , melihat film, membaca majalah, itu semua medan peperangan untuk merampas mereka dari Tuhan. Peperangan ini berat.
Suatu kali saya ditelpon dari Sekolah Dian Harapan dan Pelita Harapan. Saya ditanya apakah ada hamba Tuhan lain yang bisa mengisi jadwal khotbah di sana di kebaktian awal pengajaran baru. Lalu saya pun menyebut beberapa nama. Kemudian saya ditanya,”Bu, apakah mereka bisa bicara dengan anak-anak sehingga anak-anak bisa bertahan 30 menit mendengarkan khotbah?” Rupanya mereka kebingungan untuk mencari pembicara yang bisa menghibur anak-anak. Bagaimana anak-anak SMP dan SMA bisa bertahan mendengar khotbah selama 30 menit tidak bergerak ke kanan kiri karena mereka sudah sangat dipuaskan dengan segala hiburan. Mereka merasa bosan mendengar hamba Tuhan berkhotbah. Waktu mendengar seminar 45 menit, mereka tidak bisa tahan, mereka gelisah terutama yang remaja. Untuk anak-anak kecil masih bisa dimarahi ,”Kalau tidak mau duduk, silahkan keluar!” Tetapi bagi anak-anak remaja, mereka akan memilih keluar. Mereka tidak  mau mendengar firman. Jadi mereka minta dicarikan hamba Tuhan yang bisa bicara ke anak-anak.
Kita masuk ke generasi yang mati rasa dengan kesukaan akan hal-hal  rohani sangat rendah sekali. Mereka melihat semua iklan dan tokoh idola mereka seperti artis K-Pop dan band-band mereka. Para artis dan anggota band tersebut tidak ada yang berkata,”Pakai baju seperti saya!” ,”Kasih tangan seperti saya” atau “Keluarkan lidah seperti saya” namun herannya anak-anak hanya mendengar mereka beryanyi lalu mereka mengikuti gerakan artis idola mereka. Ada ‘nabi’ dunia yang merampas anak-anak kita. Peperangan ini menjadi tidak adil. Saat orang dewasa mengajar anaknya, modelnya membosankan. Ada hamba Tuhan, pembina remaja, pendeta yang bicara dengan mereka dengan cara one way (monolog) dan  tidak pakai power point, tidak ada seru-serunya saat mereka diminta duduk mendengarkannya. Lalu mereka menjadi berat dan tidak seimbang. Kita ajari mereka takut akan Tuhan tapi dengan cara monolog. Padahal dunia berusaha merampas hati mereka. Sewaktu mereka berada di kamar sendiri  yang ber-AC, minum coke sambil berselancar di dunia maya maka ‘sampah’ pun masuk ke pikiran mereka.
Ada seorang anak perempaun kelas 5 SD yang kecanduan menonton video porno. Ia mendekati siswa laki-laki yang kelas 6 SD. Ia tidak bisa mengendalikan diri dan melakukan hal-hal yang memalukan. Rupanya ia menonton film porno pertama kali dari kamar papa-mamanya yang lupa menyimpannya. Dulu kita takut anak-anak akan  dirusak di luar rumah. Sehingga kita melarang anak untuk berkumpul dengan kelompok tertentu tetapi sekarang anak-anak dirusak di rumah dan di kamar sendiri. Semua ide ‘sampah’ masuk otak anak lewat lagu, musik, kartun,  film, fashion (cara berpakaian) dan semua itu mereka terima. Tidak ada yang menyuruh mereka untuk pakai baju apa dan mereka hanya melihat saja sambil tertawa-tawa. Anak menyanyikan lagu dunia tanpa mengetahui inti dan artinya. Saya berkomentar ke adik saya,”Anakmu kok bisa nyanyi seperti itu?” Padahal iman timbul dari pendengaran. Kalau yang didengar firman Tuhan, maka imanmu akan bertumbuh sesuai firman Tuhan, tetapi bila mereka mendengar sampah maka imanmu menjadi sampah. Zaman dulu perselingkuhan merupakan hal yang nista (hina-dina) sekarang jadi trend, tetapi sekarang ada lagu yang berlirik,”Jadikan aku yang kedua.” Apakah lagu yang dinyanyikan tersebut bisa dimengerti artinya oleh mereka? Dunia menghibur dan menarik hati mereka. Ada video musik di MTV di mana perempuan penyanyinya berpakaian hampir telanjang. Bajunya minim sekali tetapi keponakan saya mengatakan ,”Keren” padahal komentar seperti itu bagi kita  bisa sport jantung. Mereka melihat hal itu dari video musik sambil tertawa-tertawa dengan temannya. Lalu saat di-counter oleh hamba Tuhan di seminar, mereka berkata, “Teori itu bagus di hari minggu.” Senin-Sabtu mereka hidup dengan kesenangan mereka sendiri. Dunia menanamkan ideologi mereka dengan menggunakan kenikmatan. Dan gereja pun dengan susah berusaha mengambil hati mereka lewat edukasi (pengajaran). Namun kita jangan gentar. Alkitab mengatakan,”Ajarkan itu berulang-ulang.” tetapi dengan bijaksana. Mengulang tanpa bijaksana bisa membuat mereka membenci gereja.

Ketidakpeduliaan Hal Rohani dan Kenyamanan Hidup yang Menghancurkan Generasi Muda

Untuk menjual produk minuman dunia menggunakan pola Alkitab yaitu dengan cara memasang iklan berulang-ulang walau harga tayang iklan tersebut selama 5 detik bisa bertarif puluhan juta rupiah di TV. Prinsipnya dilakukan berulang-ulang. Diulang terus sehingga dengan mendengar musiknya saja kita tahu itu iklan produk apa. Prinsipnya siapa yang mengajarkan pertama kali  akan diingat. Hal ini terus berlaku sehingga menjadi kepercayaan. Mari kita belajar, sejarah mencatat bagaimana anak-anak muda dirampas oleh  dunia ini. Bagaimana peperangan itu dibukakan di hadapan kita. Masalahnya ada 2 yaitu dalam diri orang tua dan gereja. Mengapa setelah Yosua mati, lalu bangkit generasi di bawahnya yang tidak mengenal Tuhan?” Gereja teledor dan  tidak peduli dengan hal-hal rohani. Ini tidak fokus dalam pendidikan anak yaitu ketidakpedulian hal rohani. Tetapi saya perhatikan hal ini terjadi walau tidak semuanya salah. Ada kegiatan yang dicatat di majalah dinding gereja seperti lomba basket, lomba fashion show. Saya kaget di gereja ada brosur fashion show untuk memperingati 17 Agustus. Lalu diadakan latihan band. Hal ini tidak salah, tetapi dampaknya anak dibuat sibuk saja tetapi tidak ada relasi kedekatan dengan Tuhan (kerohanian mereka). Pembimbingnya berkata, “Penginjil tahu generasi anak-anak tidak suka datang ke PA atau KTB kecuali dengan nonton bersama sebulan sekali. Mobil gereja menjemput mereka. Apa ini solusi untuk memenangkan anak kita?” Supaya dapat fans pengikut yang banyak (kuantitas), tetapi kita kehilangan kualitas iman mereka (kehilangan iman yang sungguh-sungguh di hadapan Allah) .
Kemungkinan besar, bangsa Israel sudah nyaman masuk tanah perjanjian. Orang tua tidak lagi mengajar dan membimbing untuk mengenal Tuhan. Mereka tidak perang lagi melainkan mereka membangun rumah, beternak, bercocok tanam, semakin kaya dan tidak peduli hal rohani. Kedua, kenyamanan hidup. Saya dibesarkan di Madura. Orang-orang di tempat saya tinggal kebanyakan muslim (95%) dan militan. Saya belajar agama islam di sekolah supaya dapat nilai rapot. Keinginan mereka untuk mendidik anak berkenan di hadapan Tuhan tinggi sekali. Ada seorang bapak yang punya istri lebih dari satu. Suatu kali sang bapak ini berlari-lari dan ketika ditanya,”mengapa?” Dia menjawab,”Saya mau pulang, istri saya mau melahirkan.” Dia tidak tahu anak yang akan dilahirkan anak yang ke berapa dan urutan istri yang mana juga tidak tahu karena mereka banyak. Tetapi ia berkata, “Saya mau  menjadi papa yang mengendong anaknya, untuk memberikan 2 kalimat syahadat.” Kalau anak lahir pertama kali, ia harus memahami asma Allah. Saat menghirup nafas mendengar kalimat syahadat beda (ini beda dengan orang Kristen, saat anaknya lahir yang didengarkan adalah musik klasik).

Didiklah Anak-Anak di Usia Muda untuk Takut akan Tuhan!

                Anak orang Islam harus pakai jilbab agar mereka tahu dibesarkan dari keluarga Muslim. Di belakang rumah saya dulu ada langgar (mesjid kecil). Anak-anak nya dididik menyanyikan lagu “Happy ya ya ya . happy he ye.ye.. aku ini seorang muslimah, aku rajin berdoa dan suka sadakoh, aku ini anak soleha”. Saya kaget. Papa saya berkata,”Kamu terlalu enak tinggal di lingkungan Kristen sehingga kamu lupa keinginannya” Mereka belajar tapi tidak sebentar. Saat radikalisme bangkit kita tertidur. Mereka belajar dengan mendidik orang pasang bom dan mereka merasa dengan berbuat demikian dianggap “menikah dengan Allah”. “Itu 20 tahun lalu kamu tidak baca koran?” papa saya mengingatkan. Waktu 1.000 orang dikirim untuk jadi guru agar bisa mendidik jadi orang militan. Untuk menjadi besar, mereka dididik secara ekstrim. Jangan didik waktu mereka sudah besar (harus usia paling kecil). Amerika  pernah menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, lalu Jepang bangkit kerja keras mati-matian. 50 tahun kemudian Amerika  hancur dari dalam sendiri. Anak-anaknya rusak dan tidak tahu bekerja. Mereka mendatangkan tenaga kerja dari Asia. Sedangkan mereka sendiri hanya ingin menjadi artis, berjudi dan mereka tidak mau kerja. Generasi mudanya rontok. Jepang bangkit dan mendidik orang dari muda. Amerika  menghancurkan fisik orang Jepang, namun anak Jepang dididik untuk menjadi orang paling pintar. Etos kerja orang Amerika  merosot, kenyamanan dan kemapanan membuat rontok. Generasi yang dididik sekarang tidak tahan uji , instan, tidak mau berjuang.
Di sekolah Calvin, anak kelas 5 SD diajar untuk menyapu dan ini dilakukan seadanya. Ada yang baru lari sedikit terjatuh, lalu pura-pura sakit. Anak sekarang merupakan hasil produk instan yang kurang berhikmat. Jadi orang tua maunya anak tidak boleh susah karena  anak sekarang dididik untuk bisa melanjutkan bisnis keluarganya. Mereka pintar tapi kurang berhikmat dan tidak takut akan Tuhan. Mereka tidak mau bekerja keras. Jika merasa susah sedikit mereka pun bunuh diri. Suatu kali saya mengunjungi jemaat. Di rumahnya ada musik klasik dan  tulisan “Hush... my baby is asleep.” Lampu dibuat remang untuk tidak menganggu bayinya. Sewaktu bicara sedikit keras, saya diingatkan bahwa saya bukan sedang berkhotbah jadi bicaranya agar pelan-pelan saja. Sehingga saya pun bicaranya berbisik-bisik. Kalau anak mau keluar makan, ada mangkok berisi air panas, semuanya tersedia dan sang anak sangat dilindungi. Saya berkata ke ibunya, ‘Saya kasih tahu ya, itu anakmu kalau sudah besar, saat mendengar suara anjing kentut pun bisa sakit jantungan.” Dia berkata,”Jangan begitu dong!” Masa anak jatuh langsung panik dan suster yang menjaganya langsung dimarahi? Binatang dapat mendidik anak dengan lebih bijaksana. Seekor induk burung rajawali akan mendorong anaknya untuk keluar hingga terjatuh dari sarangnya. Namun sebelum terbentur tanah, induknya terbang mengejar dan mengangkatnya kembali. Burung rajawali ternyata lebih berhikmat. Tuhan telah memberi insting kepada binatang, karena kalau tidak begitu maka anaknya rusak.   Sedangkan bila seorang ibu sudah menyiapkan semua untuk anaknya maka anaknya akan susah mandiri dan kita akan kehilangan generasi kita. Anak kita punya kebutuhan rohani mereka. Doakan satu persatu dan sebutkan nama mereka. Ceritakan firman Tuhan kepada mereka. Bila anak salah, maka berani untuk memberikan hukuman. Jangan hanya memberikan kenikmatan. Anak Pdt. Stephen Tong, saat belajar di Amerika juga bekerja cuci piring. Sedangkan anak di tempat kita kalau boleh tidak ngapa-ngapain. Padahal orang muda mempunyai 3 tantangan yaitu kedagingan, keinganan mata dan keangkuhan hidup. Itu PR orang-orang muda. Kiranya Tuhan memberkati gereja ini dan sebagai orang tua. Socrates berkata,”Apa gunanya kamu memperoleh setiap jengkal tanah kalau kamu kehilangan generasi muda?” Dengan kata lain ia berkata, “Bodoh kalau kamu mendapat setiap jengkal tanah tapi kehilangan generasi muda. Kiranya anak muda dididik untuk takut akan Tuhan.


No comments:

Post a Comment