Sunday, July 23, 2017

Gali Firman, Jangan Cuma Mendengar Khotbah


Pdt. Alex Nanlohy

Kis 17:10-15
10  Tetapi pada malam itu juga segera saudara-saudara di situ menyuruh Paulus dan Silas berangkat ke Berea. Setibanya di situ pergilah mereka ke rumah ibadat orang Yahudi.
11  Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.
12  Banyak di antara mereka yang menjadi percaya; juga tidak sedikit di antara perempuan-perempuan terkemuka dan laki-laki Yunani.
13  Tetapi ketika orang-orang Yahudi dari Tesalonika tahu, bahwa juga di Berea telah diberitakan firman Allah oleh Paulus, datang jugalah mereka ke sana menghasut dan menggelisahkan hati orang banyak.
14  Tetapi saudara-saudara menyuruh Paulus segera berangkat menuju ke pantai laut, tetapi Silas dan Timotius masih tinggal di Berea.
15  Orang-orang yang mengiringi Paulus menemaninya sampai di Atena, lalu kembali dengan pesan kepada Silas dan Timotius, supaya mereka selekas mungkin datang kepadanya.

Pendahuluan

                Tema hari ini “Gali Firman , jangan Cuma Mendengar Khotbah”. Pada Kisah 16 Tuhan memakai Rasul Paulus untuk memberitakan Firman di Filipi, Tesalonika dan Berea. Ketika melayani di Filipi Rasul Paulus bahkan sampai dipenjarakan, namun Tuhan secara ajaib melepaskan Rasul Paulus (dan Silas). Rasul Paulus di penjara karena memberitakan Firman. Setelah dilepaskan dari penjara, apa yang dilakukan Rasul Paulus? Biasanya orang yang baru dilepaskan dari penjara lebih memilih untuk pulang ke rumah beristirahat. Tetapi Rasul Paulus memilih untuk pergi ke Tesalonika dan melakukan lagi hal yang sama yaitu memberitakan Firman. 3 hari sabat berturut-turut Rasul Paulus berada di Tesalonika, banyak yang percaya namun juga banyak yang menentangnya. Lalu ia pindah lagi ke kota Berea. Apa yang dilakukan di Berea? Kembali ia memberitakan Firman . Itu yang ditulis di Kisah 17:10 Tetapi pada malam itu juga segera saudara-saudara di situ menyuruh Paulus dan Silas berangkat ke Berea. Setibanya di situ pergilah mereka ke rumah ibadat orang Yahudi.. Rasul Paulus datang ke kota-kota dengan masuk melalui ibadah orang Yahudi dan menjelaskan Perjanjian Lama ke mereka. Yang menarik dari orang-orang Yahudi di Berea pada Kisah 17:11 akan kita pelajari.

Ada 3 hal yang menjadi teladan dari orang Kristen Yahudi di Berea. Tema hari ini terjadi pada jemaat di Berea. Rasul Paulus memberitakan Firman dan mereka mendengarkan khotbah. Tetapi sikap rindu menggali firman Tuhan pada Kisah 17:11 (Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian).

1.    Semua orang menggali firman.

Yang menggali Firman bukan saja rohaniawan tetapi semua orang yang percaya seharusnya menggali firman Tuhan. Mereka punya kerinduan bukan saja mendengar khotbah tetapi mereka rindu menggali firman Tuhan. Tahun ini kita memperingati 500 tahun reformasi yang dilakukan Martin Luther pada tanggal 31 Oktober 1517.  Kita seharusnya menggali reformasi yang diutarakan Luther saat itu. Sebelum reformasi terjadi, gereja hanya menggunakan bahasa Latin dalam ibadahnya. Khotbahnya bahasa Latin, Alkitab-nya bahasa Latin, lagu-lagunya dalam bahasa Latin. Jadi banyak orang yang tidak mengerti bahasa Latin hanya datang, duduk dan lihat saja. Jadi waktu reformasi terjadi, proyek pertama Martin Luther adalah menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Jerman sehari-hari. Terjemahan itu masih dipakai sampai hari ini di Jerman. Tidak heran semboyan reformasi adalah sola scriptura (hanya Kitab Suci). Semua orang bisa punya akses ke Kitab Suci , membaca dan menggalinya. Penggalian Alkitab bukan hanya untuk elit (kalangan) tertentu di gereja. Itu yang terjadi di gereja sebelum reformasi, yang bisa belajar adalah orang yang punya kemampuan bahasa Latin. Indah sekali saat ini kita bisa punya Alkitab dalam bahasa yang kita mengerti. Tetapi banyak orang yang berpikiran, “Yang menggali Alkitab adalah yang belajar teologia saja.”, tetapi perhatikan jemaat di Berea yang punya kerinduan itu.
Seberapa serius orang Kristen dengan Kitab Sucinya? Di kalangan Muslim, mereka punya kebiasaan untuk mendidik anaknya membaca Al Quran. Mereka bahkan punya istilah ‘hatam’ yang berarti telah selesai membaca seluruh Quran dan mengaji. Waktu saya pergi ke sebuah sekolah Kristen, saya bertanya, “Siapa yang sejak kecil sudah Kristen?”. Pertanyaan itu ditujukan ke anak-anak SMA kelas 2. Kira-kira 85% siswa mengangkat tangan. Mereka sudah menjadi Kristen sejak kecil. Saya meminta mereka mengangkat tangan yang tinggi. Saya bertanya lagi, “Siapa yang sudah menjadi Kristen dari kecil dan pernah membaca Alkitab selesai dari Kejadian sampai Wahyu? Bagi yang tidak pernah selesai membaca selesai Alkitab, turunkan tangannya pelan-pelan saja agar tidak malu.” Tinggal 3 anak yang masih mengangkat tangan. Kita pasti berpikir,”Hebat ya...” Tetapi ini bukan hebat. Seharusnya orang Kristen punya akses untuk membaca Alkitab dalam kehidupan mereka. Orang Muslim mempunyai kerinduan anaknya hatam Quran dan mengaji saat anaknya sekolah kelas 3 SMP. Jadi sejak kecil pulang sekolah , anaknya ke mesjid untuk mengaji. Sedangkan anak-anak orang-orang Kristen setelah pulang sekolah mengambil kursus. Tidak salah mengambil kursus. Itu kegiatan yang baik. Namun apakah kita serius mendidik generasi di bawah kita untuk mencintai Firman Tuhan? Mungkin karena namanya Kitab Suci terlalu suci sehingga tidak pernah dibuka. Tidak kebetulan nama gereja ini Kalam Kudus. Kalam adalah Firman. Seharusnya gereja ini menjadi teladan firman bagi gereja lain dalam mencintai Firman. Yang cinta Tuhan bukan hanya para hamba Tuhan tetapi semua jemaatnya mencintai Firman. Semua orang harusnya rindu menggali Alkitab.

2.    Menjaga Sikap Hati.

Pada Kisah 17:11a dikatakan “Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika” Alasannya dijelaskan pada bagian ayat selanjutnya. karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati.  Apa yang dimaksud dengan hal itu? Mereka punya hati yang rindu mau terus dibentuk oleh Tuhan. Beberapa terjemahan bahasa Inggris menggunakan istilah noble heart ada juga open minded (punya pikiran yang terbuka untuk belajar). Mari kita mempunyai sikap hati seperti itu untuk rindu dan membentuk  kita. Mereka terbuka terhadap khotbah yang disampaikan oleh Rasul Paulus dan mereka juga kritis untuk belajar lebih dalam. Sikap hati itu melebihi program di gereja. Kalau sikap hatinya benar, ada program atau tidak, ia akan tetap belajar Firman. Kalau tidak punya sikap hati yang benar, meskipun ada program tidak ada yang datang. Sehingga ini menjadi hal yang penting untuk kita menjaganya  saat menggali firman. Perhatikan karena kerelaan hati , mereka melakukannya sampai setiap hari. Menyelidiki kitab suci setiap hari bukan hanya seminggu sekali. Dan tampaknya tidak dilakukan sendiri tapi bersama-sama dalam kelompok yang rindu menggali firman Tuhan. Tidak heran ditulis di Kisah 17:12, Banyak di antara mereka yang menjadi percaya; juga tidak sedikit di antara perempuan-perempuan terkemuka dan laki-laki Yunani. Ini jemaat yang luar biasa, mereka punya hati yang punya kerinduan untuk membaca dan menggalinya setiap hari. Bagaimana dengan sikap hati kita? Tentu bukan menggali untuk menghadapi cerdas cermat Alkitab saja di mana otaknya penuh, tetapi hatinya kosong. Sebaliknya kerinduan hatinya agar menjadi kehidupan yang nyata.

3.    Bagaimana kita menggalinya?

Pada Kisah 17:11c (bagian terakhir) dikatakan , setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian. Kata yang dipakai adalah  “ menyelidiki” . Dalam terjemahan lain yang lebih dekat bahasa aslinya, digunakan istilah “interogasi” Kata ini muncul saat Pilatus menginterogasi Kristus. Kalau yang muncul hanya interogasi tanpa sikap hati, maka orangnya seperti mau menguji apakah ini benar atau tidak. Kalau sikap hatinya benar, punya kerinduan mau tahu Tuhan berbicara apa (bukan untuk kritik). Mungkin dari sini banyak orang membuat PA (penyelidikan Alkitab termasuk pemahaman, pendalaman) itu untuk kelompok yang suka kitab suci. Bagaimana mempelajarinya seperti metode interogasi yakni dengan tanya jawab! Kalau mau menggali salah satu caranya, belajar bertanya. Bertanya itu seperti  sekop yang setiap kali menggali sesuatu berarti kita menggali lebih dalam.

Ada 3 pertanyaan yang bisa dipikirkan untuk menggali Alkitab lebih dalam agar kita boleh pulang menerapkan Kitab Suci :
a.       Apa yang ditulis?
b.      Apa arti (maksud)-nya?
c.       Apa artinya untuk saya? Apa yang harus saya lakukan dalam hidup saya?
Menggali sendiri berarti lebih dalam dari sekedar mendengar khotbah. Dalam metode belajar, bila “menggali atau menemukan sendiri” maka mengingatnya lebih lama daripada “mendengar kata orang”. Tetapi harus dilakukan 3 langkah. Kalau hanya tahu poin “a” dan “b” nanti seperti orang Farisi yang banyak tahu tapi tidak melakukan. Mengapa harus dibedakan nomor “a” dan “b”? Kita harus sadar Alkitab dituliskan juga dalam konteks sejarah. Jadi ada 2 hal yakni Alkitab dituliskan dalam konteks sejarah, tetapi karena ini kitab suci maka berlaku kekal sepanjang zaman. Ini 2 sifat Alkitab : sejarah dan kekal. Karena itu penting untuk bertanya mulai dari “apa yang ditulis?” dan “apa maksudnya?”. Ada beberapa hal yang ditulis dalamm Kitab kita ternyata ada dalam konteks pada masa itu. Sebagai salah satu contoh : 1 Timotius 2:9-10 Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal, tetapi hendaklah ia berdandan dengan perbuatan baik, seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah. Mungkin kalau dibaca yang ditulis, kita kaget kenapa ada masalah rambut yang berkepang-kepang. Kita harus bertanya lebih jauh apa maksudnya (apa konteks nya dalam sejarah waktu itu). Dalam beberapa literatur dikatakan masa itu, salah satu daya tarik seksual wanita adalah rambut. Maka wanita yang sopan pada waktu itu selalu menutup kepalanya. Wanita yang dianggap tidak sopan adalah wanita yang rambutnya diurai dan berkepang. Wanita yang mengurapi Yesus dianggap pelacur karena mengurai rambutnya dan  kalau sekarang diterapkan maka semua wanita yang terurai dan dikepang rambutnya dianggap sebagai pelacur semua? Karena itu adalah bagian di Korintus , wanita sebaiknya memakai kerudung. Kalau yang seperti ini harus kita gali (tanya lebih jauh) apa maksudnya. Baru kita tahu,”Oh konteksnya pada zaman itu adalah tutup kepala wanita”. Hal ini beda dengan kesopanan zaman kita. Misal : jangan pakai rok mini , itu ada dalam konteks zaman sekarang. Ada anak remaja berkata, “Tidak ada dikatakan di dalam Alkitab bahwa tidak boleh pakai rok mini, jadi saya pakai saja.” Banyak hal yang tidak ada ayatnya di Alkitab. Karena konteksnya berbeda tetapi prinsipnya sama. Sehingga waktu menggali kita selalu bertanya apa maksudnya. Mungkin kalau ada hal yang membingungkan mau bertanya kepada siapa? Tanya dengan orang-oang belajar, bertanya ke jemaat lain dan hamba Tuhan. Ketika mendengar khotbah yang disampaikan hamba Tuhan, kita melihat dan belajar bagaimana ia menggalinya. Dalam ibadah kita serius mendengar firman Tuhan apalagi kalau kita punya waktu untuk sama—sama belajar dan ada waktu PA besama. Yang biasa saat teduh tiap hari bisa memakai bahan renungan di mana penulisnya telah menggalinya untuk kita. Dia menggali dan menulisnya untuk memberitahu seperi apa.
Mari punya sikap hati yang rindu untuk terus menggali. Ini harta karun yang dirindukan untuk membentuk hidup kita dan seperti kata pemazmur Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku (Maz 119:105). Bila orang ditanya, “apa khotbah minggu lalu?”, berapa banyak yang bisa mengingatnya? Pengkhotbahnya pasti ingat karena ia yang menggali tetapi banyak jemaat yang datang, dengar dan selesai karena tidak digali (punya pemahaman yang lebih mendalam) akan firman Tuhan.

Kesimpulan

Mari membangun jemaat yang semuanya mencintai Firman dan memiliki sikap hati yang benar terhadap Firman. Mari membangun komunitas sehingga jemaat Gereja Kristen Kalam Kudus memiliki sikap yang benar terhadap Firman Tuhan. Bukan hanya Firman Tuhan digali oleh hamba Tuhan tapi juga oleh semua jemaatnya yang rindu bertumbuh. Pada akhirnya, bukan hanya pengetahuan, tetapi benar-benar kehidupan yang membawa banyak berkat bagi kehidupan umatnya dan sesama. Maukah kita menjadi seperti jemaat di Berea? Di mana mereka punya sikap yang serius dan sikap hati yang menggali firman Tuhan. Bulan ini kita banyak belajar tentang Firman Tuhan dalam kehidupan kita. Kiranya bukan sekedar mendengar banyak khotbah bulan ini, tetapi setelah pulang memiliki sikap hati untuk terus belajar Firman Tuhan. Kiranya Tuhan menolong kita bukan hanya mendengar tetapi juga menggali dan menerapkan Firman Tuhan. Amin.


No comments:

Post a Comment