Monday, February 13, 2017

Hancur Perlahan-Lahan (Senior Tidak Menjadi Teladan)


Ev. Susana Heng

1 Kor 4:6
Saudara-saudara, kata-kata ini aku kenakan pada diriku sendiri dan pada Apolos, karena kamu, supaya dari teladan kami kamu belajar apakah artinya ungkapan: "Jangan melampaui yang ada tertulis," supaya jangan ada di antara kamu yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain.

Pendahuluan

                Tema hari ini “Hancur Perlahan-Lahan (Senior Tidak Menjadi Teladan)”. Pada ayat 1 Kor 4:6 dikatakan Saudara-saudara, kata-kata ini aku kenakan pada diriku sendiri dan pada Apolos, karena kamu, supaya dari teladan kami kamu belajar apakah artinya ungkapan: "Jangan melampaui yang ada tertulis," supaya jangan ada di antara kamu yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain. Di sini dengan kata lain Rasul Paulus berkata “...Teladanilah kami..” Rasul Paulus dengan berani menjadikan dirinya sebagai teladan bagi yang lain, walau hal ini sebenarnya tidak mudah. Dalam kehidupan , bagi orang yang sudah besar atau pun dewasa kita pasti pernah menjadi junior. Atau bila saat ini kita masih berusia muda dan junior, secara perlahan-lahan pasti kita akan tua, dewasa dan menjadi senior. Sewaktu masih junior, kadangkala kita melihat seorang dewasa atau senior yang hidupnya baik dan menjadi teladan sehingga membuat kita terkagum-kagum. Namun sebaliknya kadang kita melihat senior yang tingkah-lakunya membuat kita ternganga-ngaga (melongo). Baru-baru ini kita mendengar berita yang yang menyedihkan. Di salah satu universitas (UII) di Yogya, tanggal 20 Januari 2017 lalu seorang mahasiswa baru (Fadli) yang mengikuti kegiatan mapala meninggal dunia. Penyebabnya adalah tindakan kekerasan yang dilakukan oleh para seniornya yang memperlakukannya  dengan kejam. Demikiankah perlakuan mereka kepada junior atau orang yang baru masuk? Apakah para senior di sana hanya menunjukkan kekuasaan dan bukannya kepeduliaan? Tindakan mereka bukanlah menunjukkan kepedulian. Dengan demikian di sini kita melihat ada kalanya dunia mempertontonkan senior yang tidak menjadi teladan.

                Pernah juga waktu mulai masuk kerja, ada orang yang baru kerja melihat kelakuan atasannya yang membuatnya terkejut. Senior yang menjadi penyelia (supervisor)  tersebut hanya bisa mencuri idenya dan mencari muka ke atasannya lagi. Ada juga orang yang baru masuk kerja difitnah oleh atasannya. Pernah bertemu dengan orang yang tidak tahu aturan (bocengli) dan itu adalah senior kita? Adik saya pernah sharing kepada saya. Saat itu ia baru masuk kerja di suatu perusahaan berbentuk yayasan yang berlatar Kristen sehingga ia berharap memiliki atasan yang rohani (baik). Tetapi waktu masuk, ia terkejut. Atasannya itu biasa kalau menyampaikan ceramah kesannya baik sekali, tetapi apa yang dikatakannya berbeda terhadap rekan kerjanya. Ia selalu mengata-ngatai adik saya. Sepertinya ia menganut standar ganda. Sikapnya bukan saja mengintimidasi yang kadang menyusahkan dan bahkan malah memfitnah dia. Hal ini sangat menyakitkan adik saya. Adik saya terus berdoa menyerahkan kepada Tuhan. Akhirnya ia mengundurkan diri dari pekerjaan setelah terus menerus membawa masalah ini dalam doa kepada Tuhan. Bukankah kita seringkali melihat di dunia, ada pemuka (pemimpin) yang diharapkan menjadi teladan ternyata bertindak sebaliknya. Ada yang memberi tanggapan bahwa mereka tidak mengenal Tuhan sehingga menjadi seperti itu. Tetapi waktu rumah-rumah ibadah, kita juga melihat hal yang sama. Saya suka menonton khotbah di TV dan mendengar beberapa pengkhotbah tertentu. Dulu ada seorang pengkhotbah di Singapore yang masih muda dan dapat berkhotbah dengan luar biasa. Gerejanya sangat besar. Beberapa tahun lalu, diberitakan bahwa ia memiliki masalah dengan keuangan yang menyeretnya sampai ke pengadilan. Sekarang ia sudah tidak berkhotbah lagi dan acaranya sudah tidak ada lagi. Apa yang dialaminya telah menjadi batu sandungan bagi beberapa orang. Kita melihat hal-hal seperti itu dan sebagai orang percaya kita merasa prihatin dan sedih. Bagaimana kita menjadi seorang teladan?

Tokoh-tokoh Alkitab yang memulai dengan baik tetapi berakhir kurang baik.

1.    Gideon
Gideon dipakai oleh Tuhan untuk memimpin orang-orang Israel sehingga bangsa Israel tidak disiksa oleh bangsa lain. Pada awalnya ia seorang yang sangat baik dan rendah hati. Ia masih muda. Tapi pada masa tuanya dan sudah terkenal, ia membuat baju efod yang menjadi jerat buat keluarga dan bangsa Israel. Sangat disayangkan orang yang memulai dengan baik tetapi mengakhiri dengan tidak baik.

2.    Raja Salomo.
Kebanyakan kita mengetahui Raja Salomo. Ia seorang raja yang sangat kaya , terkenal, pintar dan berhikmat sehingga Ratu Sheba dari jauh datang mengunjunginya (1 Raja 7:1,7-8). Saat memulai ia meminta hikmat dari Tuhan karena ia merasa tidak bisa apa-apa. Atas permintaannya itu, Tuhan bukan saja memberi hikmat tetapi juga memberikan kemashuran dan kekayaan. Tetapi ia tidak mengakhiri dengan baik. Ia mempunyai banyak istri dari bangsa lain yang kemudian membawanya ke alah lain. Kita merasa sayang melihat orang yang memulai dengan baik tetapi kemudian mengakhiri dengan tidak baik.

3.    Raja Saul
Raja Saul memulai dengan sangat baik dan Tuhan memakainya untuk membawa bangsa Israel menang perang. Namun ia mengakhiri kehidupannya dengan tidak baik.

Banyak orang yang memulai dengan baik, namun hanya sedikit yang mengakhiri dengan baik.

Hubungan Senior dan Junior (Saul dan Daud)
 
Saat terjadi peperangan antara bangsa Israel dengan bangsa Filistin, Goliat , seorang raksasa dari Filistin) menantang orang Israel untuk bertanding dengannya satu lawan satu (1 Samuel 17). Tidak ada satu pun orang Israel yang berani menghadapi Goliat sampai akhirnya majulah Daud. Daud pun menghadapi Goliat dengan ketapel-umban dan berhasil membunuhnya. Sewaktu Daud menang , bangsa Israel pun bersorak . Bangsa Israel mengatakan seperti pada 1 Sam 18:8   Lalu bangkitlah amarah Saul dengan sangat; dan perkataan itu menyebalkan hatinya, sebab pikirnya: "Kepada Daud diperhitungkan mereka berlaksa-laksa, tetapi kepadaku diperhitungkannya beribu-ribu; akhir-akhirnya jabatan raja itupun jatuh kepadanya." Mendengar perkataan bangsa Israel, Saul merasa sebal dan bangkitlah amarah Saul dengan sangat. Sewaktu mendengarkan perkataan rakyat yang menyanyikan lagu ini, apa perasaan Saul? Apakah Saul merasa bangga dengan junior yang begitu berprestasi dan membela bangsanya? Kalau kita membaca ayat ini, menurut kita apakah perasaan Saul? Apakah ia merasa bangga dan sayang kepada Daud atau sebaliknya ia justru iri hati kepada nya? Melihat ayat 1 Sam 18:8 ternyata Saul merasa iri terhadap Daud. Sewaktu Saul iri hati, ia berpikir bagaimana caranya menghabisi (membunuh) Daud. Kalau kita bertemu dengan senior yang membuat kita merasa sakit hati, biasanya paling jauh kita mengundurkan diri. Tetapi Daud yang melihat perlakuan Saul, tidak bisa mengundurkan diri karena Saul adalah raja yang punya kekuasaan. Tetapi akhirnya ia lari dan menjadi buronan karena dikejar-kejar Saul dan para  prajuritnya. Hampir saja Daud mengalami kematian. Saat seorang senior semakin berkuasa lalu menjadi jahat , maka junior-nya bisa menjadi celaka. Seringkali kekuasaan bila disalahgunakan maka bisa membuat hal-hal  yang tidak baik walau bila ditempatkan dengan tepat bisa juga baik. Sehingga Saul pun mengejar Daud dan Daud harus meninggalkan kampung halaman, keluarga dan negaranya. Padahal orang-orang non Israel memandang orang Isarel sebagai musuh. Menghadapi hal itu, Daud terkadang berpura-pura gila. Hal ini menunjukkan bagaimana sikap Daud terhadap Saul. Saul adalah orang yang diurapi Allah malah mengejarnya karena iri. Bagaimanakah sikap Daud terhadap senior seperti itu? Kalau ada orang yang begitu jahat terhadap kita, bagaimana sikap kita? Sikap Daud membuat kita tercengang. Kalau kita menghadapinya, mungkin kita akan mendoakannya agar dicabut nyawanya.

                Sewaktu jadi mahasiswa teologia praktek selama 2 bulan, saya bertemu dengan senior yang sangat “rohani”. Setiap kali pakai baju, dibicarakan sehingga stress sekali. Cara berjalan , pakai sepatu dll. Saya harus di bawah dia. Kalau kamu begini-begini, saya lapor kamu. Ia membuat saya jantungan. Padahal kita baru 2 bulan dan dilapor maka kita bisa dilapor. Jadi saya hidup dalam ketakutan. Saya bersyukur , hari berlaru dalam 2 bulan. Dan teman saya sama-sama pelayanan, ia mendukung saya, Saya akan membela kamu. Karena saya dan dia sama-sama mahasiswa praktek di sana. Ia membuat banyak peraturan buat untuk kita. Ia berkata, kamu tidak boleh keluar dengan anak laki-laki, padahal sama-sama dari gereja. Sehingga hati saya ketakutan. Saya rasa hanya 2 bulan saja tidak enak bertemu dengan orang yang mengintimidasi saya. Saya bersyukur, ia bukan raja yang tidak punya prajurit seperti yang dihadapi Daud. Tidak ada tanggal yang tidak mengincar saya. Sehingga keadaan saya sangat buruk. Tetapi apa yang dilakukan Daud yang punya kesempatan untuk membunuh Saul? Pada suatu kali Saul masuk ke dalam gua, dan Daud bersembunyi di sana. Itu kesempatan Daud untuk membunuhnya, kalau itu terjadi Saul tidak akan membunuh lagi. Tetapi apa yang Daud lakukan? Kalau kita menggunakan aji mumpung seakan-akan Tuhan sudah memberi kesempatan , maka begitu ada kesempatansaya habisi dia. Tetapi apa yang dilakukan Daud? 1 Sam 24:7-8 Dan Daud mencegah orang-orangnya dengan perkataan itu; ia tidak mengizinkan mereka bangkit menyerang Saul. Sementara itu Saul telah bangun meninggalkan gua itu hendak melanjutkan perjalanannya. Kemudian bangunlah Daud, ia keluar dari dalam gua itu dan berseru kepada Saul dari belakang, katanya: "Tuanku raja!" Saul menoleh ke belakang, lalu Daud berlutut dengan mukanya ke tanah dan sujud menyembah. Daud tidak saja tidak membunuh Saul tetapi ia juga mencegah orang lain membunuh Saul. Ia tidak membiarkan orang lain menyentuh atau membunuh orang yang diurapi Tuhan.  Seorang yang diurapi oleh Tuhan sangat dihormati oleh Daud. Daud tidak berani menyentuhnya walaupun Saul begitu jahat terhadapnya. Itulah sikap Daud. Daud tidak membalas kejahatan Saul kepadanya. Daud tidak menghakimi Saul. Walau Alkitab mencatat bahwa Daud memiliki 2 kali kesempatan untuk membunuh Saul. Daud tidak menghakim Saul karena itu hak Tuhan. Mat 7:1 "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Membaca hal ini saya merasa kagum kepada Daud. Sikapnya luar biasa sekali. Saya tidak bisa seperti itu. Kalau saya disakiti seperti itu, rasanya saya susah mengampuni. Tetapi Daud begitu takut kepada Tuhan dan tidak menyentuh orang yang diurapiNya. Itulah sebabnya Alkitab mengatakan Daud adalah orang yang berkenan kepada Tuhan.  Di sini kita melihat sikap Daud yang junior terhadap Saul yang senior.

                Banyak orang yang bersikap membalas kejahatan dengan kejahatan. Tetapi Tuhan tidak menghendaki hal seperti itu dan Daud sangat menghormati Tuhan. Apakah Saul tetap membiarkan Daud berlalu dan baik-baik saja? Tuhan mempunyai mata dan tidak tertidur. Kalau hari ini ada orang yang menekan dan berbuat jahat, kita tidak perlu menghakimi mereka karena  Tuhanlah yang akan menghakiminya. Hal ini terlihat dari akhir kehidupan Saul. Saul dan hampir seluruh keluarganya mati semua. Bahkan jenazah Saul digantung sampai orang Yabes mengambil dan menguburkannya. Di sini kita melihat Tuhan tidak tertidur. Bila senior tidak baik maka hak penghakiman ada di tangan Tuhan dan Ia melihat sewaktu sang junior ditekan orang. Suatu kali ia bisa menjadi senior (tua) , apakah seseorang seumur hidup bisa terus menjadi baik? Saya ingin mengawali dan mengakhiri dengan baik. Sehingga akhirnya Tuhan berkata, “Hai hambaku yang setia, masuklah.” Tetapi seringkali kita tidak baik, berdosa dan jatuh. Mungkin kita saat jadi senior tidak menjadi teladan. Demikian juga dengan Daud sewaktu menjadi raja, ia pernah berbuat dosa. Dia mengambil Batsyeba, istri bawahannya sendiri dan meminjam tangan musuh untuk membunuh suaminya itu. Ia berbuat dosa, tetapi ia kemudian menyesal dan bertobat.

Sikap sewaktu ditegur

Saul
1 Sam 13:11-12  Tetapi kata Samuel: "Apa yang telah kauperbuat?" Jawab Saul: "Karena aku melihat rakyat itu berserak-serak meninggalkan aku dan engkau tidak datang pada waktu yang telah ditentukan, padahal orang Filistin telah berkumpul di Mikhmas, maka pikirku: Sebentar lagi orang Filistin akan menyerang aku di Gilgal, padahal aku belum memohonkan belas kasihan TUHAN; sebab itu aku memberanikan diri, lalu mempersembahkan korban bakaran." 1 Sam 15:21 Tetapi rakyat mengambil dari jarahan itu kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dari yang dikhususkan untuk ditumpas itu, untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu, di Gilgal."

Daud
2 Samuel 12:13  Lalu berkatalah Daud kepada Natan: "Aku sudah berdosa kepada TUHAN." Dan Natan berkata kepada Daud: "TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati.

Sewaktu ditegur Daud berkata, “Aku sudah berdosa kepada Tuhan”. Sebaliknya dengan Saul yang tidak pernah mengakui dosanya. Sewaktu ditegur Nabi Samuel pada 1 Sam 13:11, dia menyalahkan Samuel yang datang terlambat. Jadi ia adalah orang yang mencari alasan atas kesalahannya. Setiap kita bisa berbuat salah, termasuk Daud. Sikap Daud saat ditegur oleh Nabi Natan , ia mengakui kesalahannya. Beberapa tahun lalu, saya menjadi pembina sekolah minggu di suatu gereja. Waktu itu kita punya program membawa anak-anak Sekolah Minggu ke Korea Selatan untuk tampil dalam  suatu acara. Karena pesertanya anak-anak , selain untuk mengisi acara maka harus ada acara main-mainnya. Jadi panitia membuat acara main ski. Saya pun membawa anak-anak ke resort untuk bermain ski. Untuk bermain ski , kita harus mengenakan peralatan untuk melindungi diri. Mengingat saya sudah mulai tua dan takut jatuh, saya berkata, “Kalian main saja, saya yang menjaga barang yang ada.” Mereka pun bermain-main , sedangkan saya yang menjaga barang. Tidak berapa lama kemudian ternyata banyak guru Sekolah Minggu yang menemani saya. Rupanya pelajaran pertama dalam bermain ski adalah belajar jatuh- bangun di es yang licin sekali. Pelajaran ini dilakukan berulang-ulang. Mereka diajar untuk jatuh dan bangun lagi. Belajar jatuh- bangun ini, bukan saja dipelajari oleh pemain ski pemula  tetapi dalam kehidupan, kita harus juga mempelajarinya. Saat jatuh, kita belajar mengakui untuk kemudian bangun kembali. Orang yang jatuh dan tidak pernah bangun kembali tidak bisa menjadi teladan. Di dunia ini tidak ada orang yang sempurna atau tidak pernah menghadapi masalah. Berbuat salah adalah hal yang manusiawi. Bila orang yang berbuat salah mau mengakui kesalahannya dan bertobat , maka orang seperti ini bisa menjadi teladan bagi orang lain karena darinya orang bisa belajar kebenaran. Saul tidak pernah mau mengakui kesalahannya sehingga hancur. Tetapi Daud berbeda dari Saul. Ia mengakui dosanya walaupun ia seorang raja. Waktu menjadi junior kita melihat dan mengkritik orang lain. Tetapi sewaktu kita di atas (menjadi senior), belum tentu kita tidak akan berbuat kesalahan. Tetapi orang akan melihat, apakah kita adalah seorang yang mengakui kesalahan, mau belajar mengatasinya dan menjadi teladan.

Penutup


                Setiap kita adalah manusia yang lemah (bukan manusia yang sempurna). Kita punya kelemahan masing-masing yang diketahui oleh Tuhan dan diri kita sendiri. Kita harus tahu cara untuk mengatasinya. Kita bisa mengevaluasi kelemahan kita dan hidup berkualitas. Kita harus berani menjadi seperti Daud yang mengakui kesalahan dan bertobat. Dan Tuhan menyebut dia orang yang dikasihi dan orang yang diperkenan. Bila hari ini kita menjadi junior maka jadilah junior yang mendoakan senior kita. Bila kita menjadi senior, apakah kita ingin menjadi senior yang mencari kekuasaan semata? Bila iya, maka kita akah hancur. Tetapi Daud tahu mengintrospeksi diri sehingga ia dan keluarganya diberkati. Biarlah hal ini menjadi suatu bahan introspeksi dan refleksi bagi kita bahwa Tuhan mengasihi kita. Tidak ada seorang pun yang tidak punya kelemahan dan tidak pernah berbuat kesalahan. Tetapi saat melakukan kesalahan bagaimana sikap kita? Melihat senior melakukan kesalahan , biarlah kita melakukan intropeksi sehingga kita memulai dan mengakhiri dengan baik hingga suatu kali Tuhan berkata, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” (Matius 25:21). Bukankah itu yang kita idamkan? Biarlah kita menjadi orang takut kepada Tuhan.  Amin. 

No comments:

Post a Comment