Monday, February 20, 2017

Berputar di Padang Gurun (Gereja Tidak Peduli pada Generasi Muda)


Ev. Lien Vera Sitorus

Maz 78:1-8
1 Nyanyian pengajaran Asaf. Pasanglah telinga untuk pengajaranku, hai bangsaku, sendengkanlah telingamu kepada ucapan mulutku.
2  Aku mau membuka mulut mengatakan amsal, aku mau mengucapkan teka-teki dari zaman purbakala.
3  Yang telah kami dengar dan kami ketahui, dan yang diceritakan kepada kami oleh nenek moyang kami,
4  kami tidak hendak sembunyikan kepada anak-anak mereka, tetapi kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian puji-pujian kepada TUHAN dan kekuatan-Nya dan perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukan-Nya.
5 Telah ditetapkan-Nya peringatan di Yakub dan hukum Taurat diberi-Nya di Israel; nenek moyang kita diperintahkan-Nya untuk memperkenalkannya kepada anak-anak mereka,
6 supaya dikenal oleh angkatan yang kemudian, supaya anak-anak, yang akan lahir kelak, bangun dan menceritakannya kepada anak-anak mereka,
7 supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah dan tidak melupakan perbuatan-perbuatan Allah, tetapi memegang perintah-perintah-Nya;
8 dan jangan seperti nenek moyang mereka, angkatan pendurhaka dan pemberontak, angkatan yang tidak tetap hatinya dan tidak setia jiwanya kepada Allah.

Matius 4:1-4
1 Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis.
2 Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.
3 Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti."
4 Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."

Pendahuluan

                Tema hari ini adalah “Berputar di Padang Gurun (Gereja Tidak Peduli pada Generasi Muda)”. Tidak mudah memikirkan tema ini, tetapi Allah yang Maha Kuasa-lah yang  memberi hikmat bijaksana untuk mencernanya. Padang gurun identik dengan tempatnya Iblis (Maz 78:12-31). Padang Gurun adalah tempat yang berbahaya untuk dihuni. Di sana ada binatang buas dan para penyamun. Di padang gurun itu juga bangsa Israel bersungut-sungut kepada Tuhan Allah. Selama 40 tahun mereka tidak bekerja berat, makanan – minuman tersedia dan mereka tidak perlu mencuci karena semuanya telah disediakan Tuhan di tempat yang tidak ada apa-apanya itu. Tetapi di sana juga (padang gurun) Tuhan Yesus dibawa Roh Kudus (Mat 4:1) setelah diproklamasikan sebagai Anak Allah di hadapan banyak orang dalam peristiwa pembaptisan di Sungai Yordan. Setelah berpuasa selama 40 hari, Yesus dicobai oleh iblis yang memanipulasi firman Allah, tetapi Yesus menang. Mengapa Tuhan Yesus menang? Karena Ia berpegang pada firman Allah dan taat mutlak kepada BapaNya. Berbeda dengan bangsa Israel yang mengembara di padang gurun selama 40 tahun, mereka hidup dalam ketidaktaatan sehingga mengalami kegagalan.

Yesus Membaca Sehingga UmatNya Harus Ikut Membaca Firman Tuhan

                Yesus Kristus telah mengangkat kita menjadi anakNya. Namun kita  ditempatkan di dunia yang berbahaya yang penuh dengan pencobaan dan penyamun. Dunia ini identik dengan padang gurun. Di sini kita dihadapkan pada berbagai pencobaan. Kadang-kadang pencobaan muncul dalam bentuk penyamaran yang sulit dikenali. Tetapi pengetahuan tentang kebenaran akan Yesus akan membuat kita menang terhadap pencobaan. Tuhan Yesus akan memampukan kita untuk menang atas setiap pencobaan di dunia ini. Sebab Tuhan Yesus sendiri telah memberikan teladan mutlak kepada murid-muridNya dan dicatat oleh Matius. Dengan melawan kepalsuan yang diberikan oleh Iblis, Tuhan menjawab “Ada tertulis”. Berarti Yesus pernah membaca dan merenungkan dengan sunguh-sungguh baik sehingga Tuhan Yesus mengatakan “Ada tertulis”. Jadi kalau kita mau menang di padang gurun dunia ini, maka kita harus meneladani Tuhan Yesus Kristus yaitu membaca firman Tuhan yang sudah tertulis. Kalau kita menjawab semuanya sesuai dengan firman Tuhan, maka segala manipulasi dunia ini akan dapat ditangkal. Sebab firman Tuhan adalah kebenaran. Segala hukumNya adalah adil dan untuk selama-lamanya. Sehingga hanya orang yang berpengetahuan tentang kebenaran yang sanggap melihat mana yang benar di dunia ini. Jika Yesus saja tahu ada firman yang tertulis, mengapa anak Tuhan (orang-orang  percaya) di dunia tidak menyandarkan hidupnya terhadap firman Tuhan? Tuhan Yesus sendiri menjawab Iblis dengan kata “Ada tertulis” yang berarti Dia membaca. Tetapi sungguh ironis dengan orang-orang percaya saat ini yang hidup di padang gurun dunia ini yang hanya membaca Alkitab sewaktu-waktu. Maksudnya sewaktu hari Minggu, sewaktu hari Rabu atau sewaktu hari Sabtu. Semua itu adalah waktu-waktu ketika beribadah bersama dengan gereja Tuhan. Tuhan Yesus sendiri adalah Allah yang tunduk kepada Bapa. Melalui firman yang tertulis ini Tuhan Yesus menjawab dan menentang perkataan Iblis. Sehingga ketika berada di padang gurun itu Tuhan Yesus berkemenangan.

Tujuan Dicatatnya Kesalahan Bangsa Isarel Secara Berulang-Ulang

Mazmur 78:1 Pasanglah telinga untuk pengajaranku, hai bangsaku, sendengkanlah telingamu kepada ucapan mulutku.  Aku mau membuka mulut mengatakan amsal, aku mau mengucapkan teka-teki dari zaman purbakala.   Yang telah kami dengar dan kami ketahui, dan yang diceritakan kepada kami oleh nenek moyang kami. Jadi kesalahan bangsa Israel selalu dicatat berulang-ulang  dalam Kitab Suci. Asaf menyampaikan hal ini dalam pujian. Dia mengatakan. kami tidak hendak sembunyikan kepada anak-anak mereka, tetapi kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian puji-pujian kepada TUHAN dan kekuatan-Nya dan perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukan-Nya (Maz 98:2). Pemazmur mengajar apa yang harus didengar oleh bangsa Israel saat itu. Kejadian masa lampau kesalahan bangsa Israel diulang-ulang diperingatkan. Padahal kalau melakukan kesalahan, kita ingin agar hal itu jangan diungkit-ungkit lagi (disembunyikan saja karena malu dibicarakan sehingga dosa itu tetap di dalam hidup kita). Tetapi Alkitab dengan jujur mencatat bahwa kesalahan bangsa Israel di padang gurun sehingga bangsa Israel berjalan berputar-putar dicatat sehingga menjadi berita yang harus disampaikan ke sepenjuru dunia dari generasi ke generasi sampai ke generasi kita hari ini. Mengapa harus diungkit-ungkit lagi? Karena di dalam padang gurun itu ada kemurtadan bangsa Israel kepada Tuhan . Kemurtadan ini menjadi sorotan ilahi terus-menerus supaya generasi berikutnya tidak melakukan kesalahan yang sama. Sebab itu terkait dengan tema “Berputar di Padang Gurun” yang disambung dengan “gereja yang tidak peduli generasi muda” pemazmur mengangkat kesalahan bangsa Israel itu untuk menjadi berita , sorotan, kesalahan di masa lampau. Supaya generasi muda berikutnya tidak melakukannya. Itulah yang dicatat dalam Maz 78 dan juga diceritakan apa tujuan dari sejarah yang diulang-ulang itu. Apa tujuan sejarah kesalahan itu harus diulang-ulang terus dan diberitahukan dari generasi ke generasi?

1.    Supaya dikenal (diketahui)

Maz 78:6 supaya dikenal oleh angkatan yang kemudian, supaya anak-anak, yang akan lahir kelak, bangun dan menceritakannya kepada anak-anak mereka. Angkatan yang kemudian mengenal bahwa Allah yang perkasa telah menuntun bangsa Israel mencapai kebebasan. Saat bangsa Isreal menghadapi jalan buntu (tidak ada jalan), Tuhan Allah sanggup membelah laut supaya bangsa Isarel bisa melewati lautan dan mereka bebas. Keajaiban itu jelas dilihat oleh bangsa Israel yang keluar dari bangsa Mesir. Bila tidak diulang-ulang dicatat, maka kejadian itu hanya menjadi kejadian yang usang (sejarah), lapuk, dan selesai begitu saja. Kejadian di padang gurun itu menjadi berita dari generasi ke generasi sehingga gereja jangan pernah berhenti untuk membaca Kitab Suci. Seringkali pengertian dan persepsi kita salah saat berkata tentang gereja. Seolah-olah gereja itu adalah wujud fisik (gedung) nya. Seolah-olah gereja adalah Sung mushi (Pdt. Sung) yang dulu mendirikan gedung gereja ini. Seolah-olah gereja itu adalah Sung shimu (Ev. Helen Sung) atau Guo mushi (Pdt. Hery Kwok), Guo shimu (Ev. Susan Maqdalena), Vera Chuang Tau (Ev. L Vera Sitorus), Pdt. Stephen Tong atau hamba Tuhan lainnya. Bukan! Gereja itu adalah kita. Gereja itu adalah manusia-manusianya yang telah dipisahkan dan disucikan oleh Allah sehingga menjadi komunitas orang-orang percaya yang sudah dikuduskan oleh Allah. Seharusnya berita kita adalah tentang Allah yang maha kasih, maha dahsyat dan sanggup membuat bangsa Israel berputar 40 tahun di padang gurun dan banyak orang Israel yang gagal masuk ke Tanah Kanaan. Berbeda dengan Tuhan Yesus yang langsung menjawab “Ada Tertulis”. Jadi firman Tuhan yang tertulis ini oleh gereja harus diulang –ulang membicaraaknnya. Gereja itu adalah diri kita. Diri kita diciptakan untuk membaca Kitab Suci dan bukan saja dibaca saat ibadah Minggu. Secara pribadi kita harus melihat kesalahan ini supaya tidak terulang. Supaya angkatan yang kemudian juga mendengarkan. Supaya anak yang akan lahir kelak dapat membangun dirinya untuk tidak mengulangi sejarah dan kesalahan sejarah.

2.    Supaya menaruh kepercayaan kepada Allah dan memegang perintah-perintahNya

Maz 78:7 supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah dan tidak melupakan perbuatan-perbuatan Allah, tetapi memegang perintah-perintah-Nya; Jumat kemarin saya khotbah di persekutuan guru SKKK Jakarta dengan nats kutipan dari 1 Petrus 2:9-10 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan. Nats ini tentang “Tuhan sudah memilih”. Kalau kita dipilih oleh Presiden Jokowi yang menjadi pemimpin nomor 1 di Indonesia sebagai rekanan kerjanya, tentu kita akan merasa senang sekali. Bila kita diundang ke istana saja oleh Presiden Jokowi dari 240 juta penduduk Indonesia, kita tentu senang. Tetapi ketika Tuhan Yesus memilih kita, karena yang memilih tidak terlihat maka hidup kita seolah-olah biasa-biasa saja. Padahal yang memilih kita adalah Raja di atas segala raja, jauh melampaui Presiden Jokowi. Tetapi karena tidak kelihatan, maka tidak dianggap sebagai sesuatu yang tidak terlalu penting.
Ketika terjadi sesuatu peristiwa dalam hidup, kita sangat sulit mempercayakannya pada Allah. Contoh kemarin saat  kami melakukan pembesukan di RS Husada. Ada 1 bapak yang terbaring di ujung ruang ICU. Saya mantan perawat dan sudah biasa melihat kondisi pasien. Saya tahu kondisi Bapak tersebut sudah kritis. Tetapi istri-nya mengatakan, “Sebentar lagi kami mau pindahkan ke Rumah Sakit Siloam Karawaci karena ada dokter Eka.” Saya berkata, “A-yi, kalau mau dipindahkan agar dilakukan secepatnya (sekarang juga). Di mana ambulannya?” Sang istri menjawab, “Tidak tahu, anak saya sedang mengurusnya di luar.” Akhirnya kami mendoakan orang sakit itu. Di dalam hati saya berkata, “Bagaimana cara mengatakan ke a-yi ini yang tidak mau mempercayai RS Husada dan mau memindahkan suaminya ke RS Siloam karena lebih percaya ke dr. Eka?”. Saya yang melihat tensinya (batas atas 170 dan bawahnya minim sekali) , tidak mau ia meninggal di tengah jalan. Karena kondisi Bapak itu sama sekali tidak melakukan respons. Hanya karena mesin pemacu jantung, ia masih bertahan hidup. Tapi kalau dicabut, maka dalam hitungan menit ia sudah tidak ada lagi.
Kita juga sering tidak mau mempercayai Allah yang tidak kelihatan dan hanya mau berusaha sekuat tenaga sendiri saja (semampuku). Sehingga tugas orang percaya – lah untuk memberitakan dari generasi ke generasi kemahakuasaan Allah supaya mereka menaruh kepercayaan pada Allah. Terlalu banyak orang berduit saat ini yang tidak percaya kepada Allah. Dikiranya mereka bisa membeli hidup. Istrinya berpikir dengan uangnya bisa memindahkan suaminya ke rumah sakit lain yang mahal karena ada dokter yang bisa mengatasi sakitnya. Ada juga penderita sakit kanker yang berusaha dikemo agar bisa hidup. Obat kemoterapi menjadi tujuannya agar bisa sembuh lagi. Saya tidak memprovokasi tetapi pengalaman saya di rumah sakit menunjukkan bahwa pengobatan kemoterapi membuat “neraka” besar bagi si penderita. Zat kimia yang masuk ke dalam tubuh membuat penderita merasa gelisah secara psikis dan membuat tidak sanggup menelan dan tidak berdaya. Sehingga ketika dokter mengusulkan penggunaannya maka untuk pemakaian obat tersebut harus diputuskan oleh sang pasien sendiri. Padahal ujung-ujungnya pasien akan meninggal juga dengan terkuras semua harta, kekuatan dan kesabaran. Itulah sebabnya , Asaf menyanyikan dan menceritakannya berulang-ulang dari generasi ke generasi supaya mereka menaruh kepercayaan pada Allah yang maha kuasa. Yang tercatat adalah perbuatan Allah supaya manusia percaya pada Allah yang menciptakanNya di dunia ini dengan melihat perbuatan-perbuatan Allah yang hebat dan agung. Sehingga diri kita meletakkan iman percaya kita pada Tuhan. Namun orang Kristen tidak boleh menyerah begitu saja, melainkan memegang perintah-perintahNya. Kata “memegang” adalah kata kerja. Memegang itu bukan bersifat pasif melainkan aktif. Segala sesuatu yang kita pikirkan, lakukan, tindak lanjuti harus selalu didasarkan pada firman Tuhan. Saat ke kamar mandi pun kita harus berdoa karena cukup banyak orang mati saat masuk ke kamar mandi akibat terpeleset.
Namun seringkali kita merasa biasa saja di dalam hidup ini,  tidak sepenuhnya meletakkan kepercayaan pada Tuhan. Hanya pada waktu tertentu saja kita bisa berdoa kepada Tuhan. Sampai-sampai saat makan minum pun ada orang Kristen yang berdoa hanya karena kebiasaan saja. Jarang yang tahu dan memikirkan bahwa ada virus di dalam perangkat makannya. Jadi kita harus berhati-hati makan di luar. Penyakit Tuberkolosis (TBC) dan hepatitis B cara penularannya  melalui kontak langsung dengan alat yang digunakan si penderita penyakitnya yaitu sendok dan piring. Restoran-restoran di Indonesia tidak mau mencuci piring dengan air panas alias hanya dicuci dengan air biasa saja. Waktu kita makan di restoran di situ ada banyak virus yang tidak kasat mata, maka kita berdoa, “Sucikan dan kuduskanlah....” Itu sudah terpatri di otak kita. Tuhan Yesus mengajarkan berdoa dalam namaNya dan makanan yang disantap agar  disucikan oleh kuasa darah Tuhan sehingga kita tidak perlu ragu-ragu. Yang menjadi permasalahan adalah berdoa itu sudah seperti biasa, tidak lagi mementingkan makna sesungguhnya . Seharusnya kita percaya kepada Allah dan Tuhan Yesus dan Dia menguduskan makanan itu sehingga iman percayanya kepada Tuhan. Saya tidak menghakimi itulah yang terjadi. Itu sebabnya ayat 7 mengatakan :  Menaruh kepercayaan pada Allah dan semua perintah Allah itu harus dilakukan.

3.    Agar tidak mengulang kesalahan nenek moyang

Maz 78:8  dan jangan seperti nenek moyang mereka, angkatan pendurhaka dan pemberontak, angkatan yang tidak tetap hatinya dan tidak setia jiwanya kepada Allah. Angkatan yang tidak tetap hatinya dan tidak setia jiwanya kepada Allah (nenek moyang) telah melakukan kesalahan dan sejarah kesalahan, dan hal itu agar tidak diulangi lagi oleh kita yang hidup di padang gurun dunia ini dengan segala manipulasi dan kepalsuannya. Dunia ini memang penuh dengan segala kepalsuan.
Dahulu ketika saya masih menjadi perawat (sebelum menjadi hamba Tuhan), tugas saya dimutasi ke kamar operasi menjadi rekanan dokter instrumen untuk operasi. Kemudian saya diberitahu bahwa waktu kerja saya harus masuk setiap hari Mingu dari pk 7 sampai Senin pk 7 alias bekerja 24 jam sehingga saya tidak bisa ke gereja. Awalnya karena baru masuk saya menerima tugas itu. Tetapi setelah empat hari minggu berlalu tanpa ke gereja, saya mulai gelisah. Lalu saya pun mengajukan protes ke pimpinan,”Tolong ijinkan saya untuk beribadah di hari Minggu. Karena kalau bekerja dari pk 7 hari Minggu sampai pk 7 hari Senin, kapan saya bisa ke gereja?” Biasanya kalau bawahan yang mengajukan permintaan ditertawakan. “Vera, RS Sumber Waras sejak didirikan belum pernah ada yang protes. Semua yang diminta ke perawat pasti dikerjakan.” Begitu tanggapan yang saya terima. Saya katakan ,”Baiklah. Ini lain dari yang lain.” Dengan sedikit mengejek atasan saya menanggapi, “Jadi kamu maunya hari Minggu libur?” Saya berkata,”Tidak juga. Hanya ijinkan saya beribadah.” Di Jakarta tidak ada ibadah pada pk 5 pagi. Ibadah paling pagi hari Minggu ada di GKI yang mulai pk 6 selesai pk 7.30 padahal waktu kerja mulai pk 7. Jadi saya protes karena tidak bisa ke gereja. Singkat cerita permintaan ini dibawa ke rapat pimpinan rumah sakit. Bisa jadi saya ditertawakan. Lalu saya ditelepon,”Vera Sitorus, Tuhan pun tahu kamu sedang bekerja. Jadi tidak apa-apa tidak datang ke gereja.” Kemudian saya menjawab, “Suster tolong kasih tahu sama Tuhan Yesus saya, karena sudah 4 minggu saya tidak ke gereja, sangat gelisah hati saya. Jadi kalau memang saya harus bekerja di hari Minggu, tolong jangan kasih saya perasaan gelisah. Agar saya tenang-tenang saja bekerja sebagai perawat.” Kemudian suster itu menutup teleponnya dan rapat lagi untuk membahas permintaan yang saya utarakan karena saya haus akan firman Tuhan dan tidak sanggup tanpanya. Walau rajin melakukan renungan setiap hari, saya tetap butuh firman Tuhan yang disampaikan hamba Tuhan di mimbar untuk menjadi kekuatan selama beraktivitas minggu itu karena dunia ini ibarat padang gurun. Tidak lama kemudian datang telepon dari tempat mereka rapat dan disampaikan ke saya, “Kalau begitu silahkan pergi ke gereja sampai pk 7.30 karena pada hari Minggu tidak ada operasi yang direncanakan.” Operasi pada hari Minggu memang diadakan kondisi tertentu seperti untuk pasien yang akan melahirkan darurat, pasien kecelakaan sehingga terjadi pendarahan di otak atau kakinya patah dan lain-lain. Suster kepala menambahkan,” Silahkan kamu beribadah, tetapi dengan catatan pakai mobil ambulan!” Di satu sisi saya senang karena bisa menghemat ongkos bajaj. Tetapi di sisi lain, jemaat akan melihat ambulans yang saya gunakan dan pasti akan bertanya-tanya. Risih rasanya. Tetapi saya terima syarat ini sampai saya tinggalkan rumah sakit setahun kemudian. Dunia ini banyak memanipulasi dosa sehingga kita butuh firman Tuhan untuk menguatkan dan meneguhkan agar kesalahan sejarah tidak terulang dalam diri saya.

4.    Agar tidak berbuat dosa dengan memberontak terhadap Yang Mahatinggi di Padang Kering

Pada Maz 78:17 dikatakan Tetapi mereka terus berbuat dosa terhadap Dia, dengan memberontak terhadap Yang Mahatinggi di padang kering. Beritakan dari generasi ke generasi tentang orang Israel yang berputar-putar di padang gurun dan satu-satunya yang berhasil keluar padang gurun adalah Tuhan Yesus yang tidak memberontak terhadap kehendak Allah. Yesus membaca tulisan tentang kesalahan dalam sejarah bangsa Isarel dan Tuhan Yesus merenungkannya lalu Yesus menjawab Iblis dengan firman Tuhan. Apa jawaban (perkataan) kita bila menghadapi godaan yang dialami oleh Yesus? Apakah anak cucu kita melihat apa yang terjadi dengan diri kita atau hanya mendengar perkataan yang disampaikan saja? Apakah mereka merasakan perbedaan dalam kehidupan kita setelah mengenal dan memaknai firman Tuhan? Sabtu lalu ada acara pasutri berupa gathering di Ancol dan saya diminta untuk membawa anak-anak pasutri keluar supaya orang tua-nya bisa mendengar firman Tuhan. Ternyata di luar ada acara hiburan di panggung terbuka yang membawakan lagu-lagu yang duniawi. Ada satu lagu yang saya suka saat itu yaitu Kopi Dangdut. Saat mendengar lagu itu dilantunkan , saya langsung ikut menari dengan adiknya Charlotte (Cornelius). Tetapi ada anak Sekolah Minggu (Charlotte dan Keeva) yang sedang bermain pasir memandang dengan singit dan mengatakan, “Itu bukan lagu gereja!” Tindakan saya sebenarnya bertujuan ingin menggoda adiknya Charlotte. Tetapi anak generasi sekarang sudah tahu menegur orang tua yang berumur 50 tahun, padahal mereka tidak pusing dengan saya. Pernyataan itu kemudian ia ulangi lagi, “Itu bukan lagu gereja!” Saya ulang lagi tindakan dan kembali ia mengatakan,”Itu bukan lagu gereja Chuang Tao!” Terdapat banyak padang gurun di dunia ini yang memanipulasi dan itu bukan tempat yang enak. Kalau tidak waspada, kita bisa terhisap di dalamnya. Padang gurun bisa menghisap cara berpikir kita, kalau dari generasi ke generasi tidak diberitakan. Generasi itu adalah kita. Generasi berikutnya Charlotte dan Keeva. Setelah besar, mereka akan punya anak lagi. Padang gurun harus terus diberitakan agar generasi di bawah kita tidak mengulangi kesalahan yang sama. Untuk mengatasi padang gurun itu, kita harus meneladani Yesus Kristus yang  membaca, mendengar , merenungkan dan melakukan firman Tuhan yang sudah ada tertulis. Supaya kita tidak berputar-putar di padang gurun dunia ini , maka jalan keluarnya adalah firman Tuhan. Baik saat berdagang, berusaha , bekerja atau apa pun juga, firman Tuhan cukup menjawab kebutuhan kita. Jadi kalau bukan diri kita yang kita paksakan untuk membacanya , maka kita tidak akan bisa membawa generasi berikutnya untuk hormat dan takut kepada Tuhan. Hanya omong kosong saja yang kita sampaikan. Sekarang ini padang gurun apa yang sedang dirasakan? Sudah ada jalan keluar yang tertulis, keluarlah dari padang gurun itu!
Maz 78:72 Ia menggembalakan mereka dengan ketulusan hatinya, dan menuntun mereka dengan kecakapan tangannya. Tuhan menggembalakan kita dengan ketulusan hatiNya dan menuntun kita dengan kecakapan tanganNya, sehingga sekalipun kita masih ada di padang gurun ini, kita bisa menikmati kecakapan tangan Tuhan yang menolong kita. Mari kita membaca Kitab Suci, merenungkannya dan taat seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. Amin.

No comments:

Post a Comment