Sunday, September 28, 2014

Kobarkan Kasih yang Mula-Mula

Ev. Susana Heng

Wahyu 2:1-7
1   "Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu.
2  Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.
3  Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah.
4  Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.
5  Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.
6  Tetapi ini yang ada padamu, yaitu engkau membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci.
7  Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah."

1 Kor 13:1-3
1   Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
2  Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
3  Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.

Pendahuluan

                Sewaktu SMA, tepat di depan saya duduk seorang anak laki-laki. Sepanjang pelajaran kepalanya dimiringkan dan ia seringkali menoleh ke belakang. Karena berada di belakangnya , tingkah lakunya mengganggu saya. Ternyata hal tersebut dilakukan karena ada teman sekelas yang ditaksirnya. Hal tersebut dilakukan dari hari ke hari, walau akhirnya ia tidak melakukannya lagi. Saat jatuh cinta, orang akan melakukan hal-hal yang memerlukan pengorbanan dan dengan rela melakukannya. Ada pemuda yang baru lewat di  depan rumah pemudi yang ditaksirnya, hatinya sudah gemetaran. Padahal ia belum mengetuk pintu, bertemu bahkan belum berbicara dengan sang pemudi, tapi hatinya sudah gemetar. Saat manusia jatuh cinta, ia merasakan adanya getaran seperti arus listrik (magnit) untuk terus bisa berada bersama kekasihnya. Itulah perasaan yang manusia rasakan saat jatuh cinta dengan orang lain dan juga kepada Tuhan!

Tuhan Melihat Hati

                Saat pertama kali mengenal dan percaya, orang tidak pernah bosan berada dekat dengan Tuhan. Ada yang membaca seluruh bagian Alkitab dalam waktu beberapa bulan saja. Karena di dalam hatinya ada Kristus. Pada Wahyu 2:2-3 ada pujian kepada jemaat di Efesus yang dibangun oleh Rasul Paulus yang kemudian mengembangkan penginjilan di sana.  Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.  Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. Jemaat ini dipuji di ayat 2 sebagai jemaat yang tekun, tidak mengenal lelah , tidak sabar terhadap orang jahat dan pendusta, sabar menderita karena nama Tuhan. Berbeda dengan kondisi kita saat ini.  Sedikit dari kita yang menderita karena nama Tuhan. Kita bebas datang ke gereja. Tapi pada ayat 4 dikatakan, Tuhan mencela mereka. Walaupun jemat Efesus giat melayani Tuhan dan rela menderita karena nama Tuhan tapi mereka dicela Tuhan karena telah meninggalkan kasih yang semula! Jadi walaupun mereka rela mengorbankan semuanya termasuk tubuh, namun semuanya sia-sia. Tuhan melihat hati. Berbeda dengan kita yang melihat keaktifan (kegiatan) dan menganggap apa yang dilakukan sama dengan apa yang ada di hati.
                Banyak di antara kita sudah menikah. Pada awal pernikahan, ada suami yang saat bangun pagi memberi kecupan kepada istrinya , pulang kerja dan kembali ke rumah tepat waktu dan terus melakukannya bertahun-tahun kemudian. Namun suatu kali sang istri menemukan buku harian sang suami yang mengatakan bahwa dia bosan setiap hari melakukan kegiatan rutin seperti itu dan sudah merasa hambar dalam hubungannya dengan sang istri. Dulu saat menyentuh tangan istri seperti ada getaran, tapi setelah bertahun-tahun sang suami melakukannya karena rutinitas dan takut kalau tidak melakukannya, sang istri akan mengajukan keberatan. Jadi sang suami merasa terpaksa melakukannya. Setelah sang istri membacanya, dia mungkin bertanya-tanya dalam hatinya apakah dia sudah kurang cantik sehingga tidak ada setruman lagi. Bila suami tidak sayang setelah bertahun-tahun, apakah akan dibiarkan saja? Sebagai istri, kita tentu ingin cinta suami sampai maut memisahkan. Kalau tidak seperti itu, kita akan merasa sedih dan akan terus berdoa agar suami tetap mengasihi kita. Tuhan melihat hati. Tuhan bukan sekedar melihat apakah setiap  minggu kita datang ke gereja, duduk di tempat yang sama di gereja, terus menyanyi walau suaranya sudah serak, rutin mengikuti jadwal besuk dll. Tapi kalau Tuhan melihat hal-hal tersebut sebagai suatu kegiatan dan tidak ada kasih , maka Tuhan akan mencela seperti yang disampaikannya kepada jemaat di Efesus. Tuhan tidak mau kita melayani karena tidak enak dengan pendeta, atau datang ke gereja supaya tidak dibesuk dll. Tuhan tidak menghendaki hal seperti itu. Tuhan tidak melihat kegiatan di gereja tapi melayani dengan hati yang tertuju kepadaNya karena Allah adalah kasih.

Pentingnya Kasih

                Tuhan menegur jemaat di Efesus bukan karena tidak rajin melayani tapi karena kehilangan kasih yang semula. Kasih (semula) itu sangat penting. Kebanyakan yang dibicarakan orang sekarang adalah kepentingan pribadi. Bagaimana saya berhasil walau membuat orang lain menderita? Bagaimana saya tetap baik dan membiarkan orang lain menderita? Bagaimana saya berkuasa walau menginjak orang lain? Kita melihat hal seperti ini di mana-mana. Allah mengatakan Allah adalah kasih, supaya kita mengasihi Tuhan dengan sunguh-sungguh  dan kasih itu dipancarkan ke dunia karena dunia sudah kehilangan kasih. Hari Jumat lalu, kita melihat para politikus yang hanya memikirkan kepentingan mereka. Dunia mementingkan kuasa, sehingga harus kembali kepada kasih mula-mula. Di antara kita , mungkin ada yang telah mendengar firman Tuhan ribuan kali dan bahkan sudah hapal. Tetapi apakah kasih itu masih ada dalam hati kita dan membara dalam hidup kita? Tanpa kasih, saat datang ke gereja , hanya duduk saja, banyak mencela dan merasa tidak diperhatikan. Tetapi jikalau kita mengasihi Tuhan, maka kita akan berpikir tentang apa yang akan saya berikan kepada Tuhan.
                Saat saya dulu melayani di komisi remaja GKKK Madu, setiap 2 tahun sekali diadakan retreat. Berbeda dengan retreat orang tua yang diwarnai dengan keluhan seperti kamar tidak cocok, makanan tidak enak, susah naik-turun tangga dll. Anehnya dulu waktu retreat remaja setiap kali kekurangan dana, para anak muda mencari  dana sendiri. Suatu kali ada 1 dari 2 bus yang ditumpangi saat retreat mogok di Puncak Pass, saat itu saya sudah sampai di lokasi. Komunikasi saat itu juga belum secanggih sekarang. Anak-anak muda di bus yang mogok perlu diberi makan. Setelah bus yang tidak bermasalah sampai di lokasi retreat dan pengemudinya diminta untuk menjemput penumpang bus yang mogok, ia tidak bersedia. Akhirnya setelah diberi uang, barulah ia mau menjemput. Akhirnya pk 20 penumpang bus yang mogok baru sampai. Mereka turun dari bus dan mengangkat barang-barang berat sendiri. Tidak ada satu pun yang mengeluh. Mereka melayani Tuhan dengan tulus. Ssaya merasakan persekutuan remaja  itu sebagai rumah saya. Ada sukacita saat melihat anak muda melayani dengan tulus. Hati saya tersentuh. Mereka tidak mencela walau banyak kekurangan. Menghadapi masalah dan kesulitan, kita berdoa bersama. Tidak ada yang komplain bahwa panitia mencari bus yang murahan. Saat itu, peserta memakan apa yang disediakan begitu saja tanpa protes, karena mereka dengan sukacita dan tulus hati melayani Tuhan. Bila hati merasa tidak ada kasih di gereja, kita harus introspeksi apakah kita sendiri memiliki kasih. Kalau ada kasih, kita akan menangis dan berdoa untuk tempat ini. Walaupun gereja kecil dan punya masalah , maka kita akan berdoa karena ada kasih Tuhan dan kasih persaudaraan di gereja. Jemaat tidak hanya datang ke gereja, mendengar khotbah lalu pulang dan merasa tanggungjawab sebagai orang Kristen sudah selesai. Kita mendengar firman Tuhan bukan dengan otak saja tapi dengan hati yang siap menerimanya. Mungkin pembicara yang berkhotbah bukan orang yang fasih lidah, tetapi setiap firman bisa berbicara. Kita sudah mendoakan dan mengerjakan bersama-sama , karena kita mengasihi gereja Tuhan di tempat ini. Bukan gedung gereja besar yang membuat kita bersuka cita. Ada yang pindah gereja, karena merasa kurang, padahal di gereja lain juga akan mengalami masalah. Kalau kita mengasihi gereja kita, kita adakan berdoa di dalam doa pribadi kita. Itu yang Tuhan inginkan dalam gereja. Bukan banyak acara (program) di gereja yang membuat kita bersukacita. Acara itu seperti casing telepon seluler. Kalau hanya casing saja maka tidak bisa digunakan untuk menelepon. Perkataan bahwa “Tuhan melihat kamu baik karena orang lain yang mengatakan” hanyalah  casing saja. Tuhan bilang baik kalau ada kasih di dalamnya. Hari ini Tuhan tidak minta macam-macam dari kita. Jemaat Efesus yang rela menderita memiliki satu kesalahan yakni  meninggalkan kasih yang mula-mula dan Tuhan menegurnya keras sekali dan menyuruhnya bertobat. Tuhan mau agar ada kasih dalam hati dan membuat kita merasa nyaman di gereja. Saat melayani persekutuan remaja di tempat ini, setiap minggu tanpa weker saya bisa bangun, karena ingin bertemu dengan para remaja dan ingin melayani bersama-sama. Walau kekurangan dana, tapi ada kasih yang ingin melayani Tuhan. Saat saya sharing tentang kesulitan yang dihadapi, semua mendukung. Itu yang Tuhan mau di antara kita. Kita bersatu di dalam kasih, baru bisa mengorbankan kasih yang mula-mula.

Penutup

                Pada 1 Yoh 4:10  dikatakan Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. Tuhan yang terlebih dahulu mengasihi kita sehingga wajar bila kita mengasihi Tuhan. Kita telah melihat kasih Tuhan yang rela berkorban dan mati bagi kita, sehingga kita juga mengasihi gereja dan jemaatNya. Dia berkata, “kembalilah kepada kasih semula”. Kita perlu kembali kepada kasih semula. Tanpa kasih ,semua yang kita lakukan sia-sia. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu (Mat 22:37). Kita datang beribadah bukan karena hal yang lain, kita duduk di gereja karena kita mengasihi Tuhan!




No comments:

Post a Comment