Sunday, September 21, 2014

Dunia Membencimu, Jangan Takut


Ev Susan Maqdalena (Kwok)

Daniel 3 : 16-23, 27
16  Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini.
17  Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja;
18  tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."
19 Maka meluaplah kegeraman Nebukadnezar, air mukanya berubah terhadap Sadrakh, Mesakh dan Abednego; lalu diperintahkannya supaya perapian itu dibuat tujuh kali lebih panas dari yang biasa.
20  Kepada beberapa orang yang sangat kuat dari tentaranya dititahkannya untuk mengikat Sadrakh, Mesakh dan Abednego dan mencampakkan mereka ke dalam perapian yang menyala-nyala itu.
21  Lalu diikatlah ketiga orang itu, dengan jubah, celana, topi dan pakaian-pakaian mereka yang lain, dan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala.
22  Karena titah raja itu keras, dipanaskanlah perapian itu dengan luar biasa, sehingga nyala api itu membakar mati orang-orang yang mengangkat Sadrakh, Mesakh dan Abednego itu ke atas.
23  Tetapi ketiga orang itu, yakni Sadrakh, Mesakh dan Abednego, jatuh ke dalam perapian yang menyala-nyala itu dengan terikat.
27  Dan para wakil raja, para penguasa, para bupati dan para menteri raja datang berkumpul; mereka melihat, bahwa tubuh orang-orang ini tidak mempan oleh api itu, bahwa rambut di kepala mereka tidak hangus, jubah mereka tidak berubah apa-apa, bahkan bau kebakaranpun tidak ada pada mereka.

Pendahuluan

                Dunia tidak akan membenci kita bila kita mengikuti cara-cara dunia. Namun setiap orang percaya akan merasakan pertentangan yang mengganggu dan “menakutkan”, saat ingin melakukan kebenaran firman Tuhan. Karena ada banyak cara dunia membuat kita beralih dari iman percaya kepada Tuhan Yesus. Suatu kali di kantor imigrasi saya bertemu dan berbicang-bincang dengan seorang Kristen yang mempunyai 2 KTP. Dalam KTP yang satu agamanya tertulis Kristen sedangkan yang lain non Kristen. Hal ini dilakukan karena berdasarkan pengalaman, dia ditolak saat melamar pekerjaan karena beragama Kristen. Sehingga teman-temannya memberi nasehat agar bila pergi ke tempat yang berlatar non Kristen, ia mengeluarkan KTP yang beragama non Kristen dan sebaliknya. Dia akhirnya bisa sukses dengan cara tersebut. Hal ini membuktikan bahwa selama mengikuti cara dunia, maka ia akan sukses. Sudah menjadi rahasia umum bahwa pekerjaan dan jabatan tertentu dikhususkan untuk warga yang non Kristen. Hal ini membuat orang Kristen tergoda untuk membuat 2 KTP atau lebih. Karena bila tidak demikian, maka dia sepertinya tidak akan punya karir dan uang untuk membiayai keluarganya. Bukankah kebencian dunia mengakibatkan kita yang ingin hidup dalam kebenaran menjadi “takut”? Ketakutan ini membuat kita tidak tahu bagaimana harus berbuat saat menghadapi kebutuhan hidup. Contoh : ketika anak harus membayar uang kuliah (sekolah) dan  kita tidak punya uang , membuat kita takut. 

Jangan Takut bila Dunia Membencimu, Tetaplah Setia Mengikuti Tuhan Yesus

                Sadrakh Mesakh dan Abedengo menghadapi tantangan antara hidup dan mati saat hidup dalam pembuangan di kerajaan Babel yang dipimpin oleh Raja Nebukadnezar, Hal ini disebabkan oleh keinginan raja untuk mengokohkan pemerintahannya dengan membangun patung dirinya yang tinggi besar dan mengharuskan setiap penduduk menyembah patung tersebut. Barang siapa tidak mau menyembahnya, maka orang itu akan dibunuh. Sadrakh, Mesakh dan Abednego dimasukkan ke  perapian karena mereka tidak mau sujud menyembah patung tersebut. Bahkan dalam kemarahan, raja membuat perapian itu tujuh kali lebih panas dari biasa. Apa yang harus diperbuat kalau kita menghadapi kondisi seperti itu?
                Ada video di dunia maya tentang seorang anggota Islamic State of Iraq and Syria (ISIS)  yang memengggal wartawan Amerika James Foley pada bulan Agustus 2014 dengan luar biasa sadisnya. Ada banyak orang yang dihadapkan pada keputusan antara hidup dan mati (dengan pedang ditodong ke leher bila tidak melakukan hal yang dikehendaki sang pengancam). Bila kita yang menghadapinya, mungkin kita berpikir tidak ingin mati (dipenggal) karena ada anak, cucu dan keluarga yang tergantung pada kita. Sebagai orang yang tidak menghadapi kondisi tersebut secara langsung, mungkin kita berkata, tidak akan mengikuti kehendak sang pengancam untuk mengubah kepercayaan kita. Ternyata wartawan Amerika itu setelah mengikuti kehendak sang pengancam agar tetap hidup, akhirnya tetap dibunuh.  Itulah kebencian dunia yang bisa membuat kita kadangkala tidak kuat.
                Alkitab mengajarkan kita untuk tetap setia setia kepada Tuhan saat dihadapi hukuman mati, Pada ayat 16-17 dikatakan, Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: " Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja.” Dalam keadaan nyaman kita bisa mengucapkan kalimat seperti ini, tetapi saat terpuruk (menghadapi kematian, penyakit menahun) apakah kita masih sanggup mengatakannya? Mereka percaya Allah sanggup melepaskan mereka, karena mereka punya pemahaman yang jelas tentang Allah melalui penyelidikan Kitab Suci dan pengenalan kepada Allah. Firman Tuhan menguatkan hati mereka dan memunculkan iman bahwa Allah pasti sanggup menolong mereka.
                Tetapi di dalam ayat 18 dikatakan, “tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." Kalimat yang diikuti dengan kata “tetapi” menunjukkan prasyarat yang tidak dipenuhi sehingga akhirnya apa yang ingin dilakukan batal. Namun kata “tetapi” yang dimaksud oleh Sadrakh, Mesakh dan Abednego, tidak seperti itu malah yang dimaksud mereka memperkuat keyakinan mereka bahwa Allah sanggup tapi Allah tidak harus mengerjakannya. Hal ini seperti kalimat “Allah sanggup menyembuhkan penyakit saya tetapi tidak harus menyembuhkan” karena Allah mempunyai otoritas, Allah sanggup melepaskan Sadrakh, Mesakh dan Abednego dari dapur api tetapi tidak harus melakukannya. Ini pemahaman yang luar biasa yang harus dimiliki dalam perjalanan kita dengan Tuhan. Allah yang punya hak, bukan saya. Allah bukan pembantu kita, melainkan kita yang derajatnya lebih rendah. Sehingg segala sesuatu terserah Allah. Itu sebabnya mereka sanggup mengucapkan kalimat bahwa mereka tidak akan menyembah patung sang raja walau harus mati terbakar di dapur api. Apa yang menjadi dapur api kita? Mungkin kesehatan, ekonomi atau  anak kita. Tetapi saat menghadapi dapur api, kita percaya Allah sanggup menolong walau belum jelas pertolongan Tuhan. Sadrakh, Mesakh dan Abednego dengan kerendahan hati mengatakan, “Walaupun Tuhan tidak menolong, engkaulah tetap Allah yang saya percaya.” Yang sering terjadi dalam kehidupan kita seringkali sebaliknya. Allah itu dijadikan seperti pembantu kita walau dengan “cara halus”. Misalnya dalam doa berkata, “Tuhan, tolong saya. Kalau tidak minggu depan saya tidak mau ke gereja lagi (atau tidak mau memberi perpuluhan., tidak mau melayani lagi). Sadrakh, Mesakh dan Abednego justru sebaliknya. “Kalau pun Allah tidak mau melepaskan, saya akan tetap percaya, melayani Dia dan tidak mau sujud menyembah kepada patung”. Inilah keteguhan iman. Keteguhan iman akan menghasilkan sikap rela menanggung kesusahan. Iman akan menjadi teguh saat menghadapi kesulitan, itu sebabnya orang yang diproses Tuhan, akan rela memikul kesulitan.
                Allah ingin kita konsisten (stabil) dalam mengikuti Dia. Mungkin ada pasang surut dan jatuh bangun tetapi tetap di dalam Dia. Sadrakh, Mesakh dan Abednego  percaya Tuhan dan melayani Tuhan dari kecil sampai dewasa dan selamanya. Dari orang yang tidak punya apa-apa sampai punya semuanya tetap percaya kepada Tuhan. Itulah konsisten. Sadrakh, Mesakh dan Abednego dipersulit dalam ibadah, tetapi tetap mau beribadah. Kita yang bebas beribadah, seringkali sulit beribadah. Ada 1001 alasan yang kita kemukakan untuk tidak beribadah. Mereka mengalami kesulitan namun di tengah kesulitan mereka tetap melayani. Kita yang bebas beribadah namun tidak mau melayani, perlu mengevaluasi diri kita.

Penutup


                Apa kebencian dunia yang membuat kita sebagai orang Kristen takut?  Ketika ingin melakukan usaha dengan jujur, dunia bisa membenci kita. Kita harus berhati-hati , tetapi jangan takut. Karena kesuksesan dan keberhasilan adalah berkat yang diberikan Tuhan kepada anak-anakNya sesuai takaran masing-masing. Ada orang muda yang takut karena tidak punya teman hidup setelah lama mencari sehingga sembarangan memilih. Seharusnya setiap orang muda berhati-hati dan jangan takut. Setiap orang dipanggil dengan cara berbeda-beda.  Ada orang yang dipanggil untuk menikah dan ada juga yang tidak. Sebagai karyawan di perusahaan (kantor) , kita juga harus berhati-hati, tetapi jangan takut. Selama kita menunjukkan suatu pekerjaan yang baik, dan setia, percayalah Tuhan akan menyertai. Ada artikel singkat tentang belajar dari semut. Amsal 30:25 semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas,. Semut mempersiapkan hari depannya dengan mencari makanan, sehingga ketika musim dingin tiba mereka siap menyambutnya. Bagaimana dengan kita? Ketika musim kesusahan tiba, apakah kita siap? Seharusnya kita belajar seperti semut. Berusaha dengan tidak mengenal lelah untuk mencari kekayaan dan kebenaran rohani. (yang sudah Allah sediakan di dalam firman). Hidup tidak selalu rata dan terkadang kita terpuruk ke dalamnya, itulah hari kesusahan. Apakah kita siap menghadapinya? 

No comments:

Post a Comment