Saturday, April 19, 2014

Kasih dari Kalvari





Kasih dari Kalvari *)

Pdt. Hery Kwok

Fil 2:8
8  Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Yoh 18:1-11
1   Setelah Yesus mengatakan semuanya itu keluarlah Ia dari situ bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada suatu taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya.
2  Yudas, yang mengkhianati Yesus, tahu juga tempat itu, karena Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya.
3  Maka datanglah Yudas juga ke situ dengan sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi lengkap dengan lentera, suluh dan senjata.
4  Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa diri-Nya, maju ke depan dan berkata kepada mereka: "Siapakah yang kamu cari?"
5  Jawab mereka: "Yesus dari Nazaret." Kata-Nya kepada mereka: "Akulah Dia." Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka.
6  Ketika Ia berkata kepada mereka: "Akulah Dia," mundurlah mereka dan jatuh ke tanah.
7  Maka Ia bertanya pula: "Siapakah yang kamu cari?" Kata mereka: "Yesus dari Nazaret."
8  Jawab Yesus: "Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi."
9  Demikian hendaknya supaya genaplah firman yang telah dikatakan-Nya: "Dari mereka yang Engkau serahkan kepada-Ku, tidak seorangpun yang Kubiarkan binasa."
10  Lalu Simon Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu, menetakkannya kepada hamba Imam Besar dan memutuskan telinga kanannya. Nama hamba itu Malkhus.
11  Kata Yesus kepada Petrus: "Sarungkan pedangmu itu; bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?"

Pendahuluan
Saya pernah memberikan nasehat kepada sepupu saya dan ternyata nasehat itu salah. Saat itu, sepupu saya sedang mengalami masalah karena pertunangannya putus dan tunangannya pergi meninggalkan dia. Rasanya tidak masuk akal. Keduanya tidak berasal dari keluarga yang berada, mereka berjuang dari bawah dan mereka sudah mengetahui keberadaan masing-masing. Oleh sebab itu seharusnya mereka menjadi pasangan yang luar biasa (ideal) karena lahir dari cinta. Putusnya pertunangan mereka tidak bisa masuk dalam pikiran saya. Oleh sebab itu saya memberi nasehat, “Ambil lagi apa yang sudah kamu berikan kepadanya seperti kalung emas. Karena keenakan.  Sesudah mendapatkannya, sekarang putus dan ia pergi meninggalkan kamu.” Hari itu saya emosi dan marah sehingga saya memberikan nasehat yang tidak bagus. Tidak bagus karena sesungguhnya hati yang mengasihi lahir dari ketulusan dan tidak pernah main hitung-hitungan. Waktu saya menyuruh ambil, ibaratnya saya menempatkan cinta pada tempat pegadaiaan dan kemudian menyuruhnya mengambil kembali. Seharusnya esensi (inti) dari kasih adalah hati yang tulus, sunguh-sungguh rela, dan memberikan totalitas kepada orang yang dikasihi.

Kasih dari Kalvari
Pada minggu pertama dan kedua tema khotbah di gereja adalah doktrin tentang karya Kristus. Pada minggu pertama, temanya substitusi  yang artinya menggantikan. Maksudnya harusnya saya yang mati tapi Kristus yang mati menggantikan saya. Harusnya saya yang tergantung di kayu salib tetapi Yesus yang menggantikan posisi saya di sana. Pada minggu kedua, temanya tentang harga yang telah lunas dibayar oleh Kristus atas dosa manusia. Perkara atau karya yang Kristus lakukan dengan membayar lunas memberi petunjuk bahwa kita sekarang sudah menjadi milik Allah. Kamis kemarin pada persekutuan doa tema-nya salib Kristus adalah lambang pengampunan. Salib adalah tempat dimana orang terkutuk ada di sana. Terkutuk adalah orang dilaknat dan layak menerima hukuman yang paling berat. Dari khotbah yang membawa kita kepada doktrin tentang karya Allah yang sedemikian hebat timbul pertanyaan apa yang menggerakkan sehingga karya itu dilakukan Allah di dalam AnakNya? Pada Jumat Agung inilah kita menemukan jawabannya. Seluruh karya Kristus digerakkan oleh kasih yang turun dari Kalvari. Pada Filipi 2:8 Rasul Paulus mengatakan bahwa Ia telah merendahkan diri dan taat sampai mati bahkan sampai mati di kayu salib. Di dalam esensi kasih Rasul Paulus memberikan petunjuk yang jelas, Ia merendahkan diri dan taat sampai mati. Di dalam kasih seperti itulah kristus melakukan karya Allah yang telah digenapiNya di kayu salib.  Di dalam kasihnya di mana Ia merendahkan diri dan taat disitulah Ia menggantikan saya. Di dalam kasihNya Ia membayar saya lunas di kayu salib, menjadi kutuk dimana Ia dilaknati oleh Tuhan Allah.

Pada Yohanes 18 disampaikan gambaran tentang kasihNya yang terefleksi dalam ketaatanNya sampai mati. Ada 2 hal yang ditunjukkan oleh Rasul Yohanes tentang bagaimana Kristus menunjukkan kasihNya melalui ketaatan dan kerendahan diri.

1.     Setelah Yesus mengatakan semuanya itu keluarlah ia bersama murid-muridNya ke taman Getsemani (Yoh 18:1
Setelah Yesus mengatakan semuanya itu keluarlah Ia dari situ bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada suatu taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya). Arti dari frase “setelah Yesus mengatakan semuanya itu” dengan membandingkan keempat kitab Injil adalah setelah Ia mengajar murid-muridNya dan melakukan perjamuan kudus yang terakhir. Di sana dijelaskan bahwa Anak Manusia harus disiksa dan dibunuh oleh manusia yang jahat. Pengajaran ini diterapkan oleh Yesus saat Ia masuk ke taman Getsemani. Di taman inilah , detik-detik yang menentukan untuk Ia masuk ke jalan salib (via dolorosa).  Di dalam pasal 18 inilah saat yang genting karena Yesus harus melakukan misi yang berat sekali sehingga Yesus mengatakan, “Kalau boleh cawan ini lalu daripadaKu”. Perkataan ini menunjukkan betapa mengerikan dan dahsyatnya dosa kita. Bagi Kristus perpisahan dengan bapaNya dimana ia mengambil cawan itu, itulah dosa kita yang paling menjijikkan. Pada pasal 18, Rasul Yohanes mau menggambarkan detik-detik  menentukan apakah Ia mau melakukan karya Allah atau tidak. Waktu kita mau melakukan dosa, sesungguhnya detik di mana Ia mau melakukan atau tidak itulah momen yang sangat mahal sekali. Seorang anak yang masih bersekolah menyontek atau tidak sampai pada detik-detik di mana ia harus menentukan. Di dalam detik-detik itu berkecamuk pikiran, apakah ia tidak akan menyontek karena taat kepada Yesus dan memuliakan Tuhan namun nilainya jelek (mungkin ia sudah mendengar bahwa Tuhan Yesus telah menebus dia), tapi gambaran mamanya yang galak dan akan memarahinya bila dapat nilai jelek membuat ia berpikir untuk menyonteknya. Detik-detik seperti itulah yang menentukan seseorang untuk melakukan sesuatu.  Sebelum seorang pemuda Kristen dalam dosa seks, ia tiba pada detik-detik yang genting untuk memutuskan apakah akan melakukannya atau tidak. Sebagai orang Kristen, ia tahu bahwa  itu bukan hidup yang diperkenan Tuhan tapi begitu ia melihat perempuan yang sexy ia berpikir untuk melakukannya juga. Ada satu buku yang coba menjelaskan bahwa detik itulah saya harusnya menentukan untuk tidak melakukan tapi di situlah saya jatuh. Harusnya ia lari tapi ternyata malah ia jatuh. Konselornya bertanya seharusnya kalau kamu lari seperti Yusuf, kamu tidak akan masuk ke dosa perzinahan. Lalu ia bilang, justru pada detik itulah saya memutuskan lari di tempat dan jatuh! Waktu Yesus bergumul di taman Getsemani itulah Yesus bergumul sehingga peluhnya menetes seperti darah. Di dalam detik-detik pergumulan di taman itulah Yesus menyatakan kasihNya dalam ketaatan dan kerendahan hati. Kalau kita membaca Filipi 2 secara keseluruhan, Rasul Paulus menyatakan Dia, Dia yang Allah maha kuasa, merendahkan diri. Kita mengenal Allah kita Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Tiga pribadi yang esa tidak mungkin terpisah satu dengan yang lain, sama-sama setara dan sejajar, Dialah Allah! Tetapi Dia merendahkan diri dari KeallahanNya dan mau taat atas apa yang BapakNya minta. Itu sebabnya Kalvari merupakan bentuk dari kasih yang tercurah luar biasa. Waktu membaca Yoh 18:1 , kita harusnya bersyukur, ia membuktikan kasihNya pada  detik-detik ia mengambil keputusan. Memasuki ibadah Jumat Agung kita diingatkan betapa luar biasanya kasih Allah ini. Seluruh karyaNya yang disebut penggantian (substitusi) dan pelunasan digerakan oleh Kasih Allah. Itu sebabnya di dalam kasihNya dalam detik-detik yang menentukan Ia memutuskan mengambil cawan yang pahit.

2.     Kasih Allah yang nyata di dalam ketaatan dan kerendahan hatiNya dalam ayat-ayat berikutnya. Ayat kedua dikatakan Yudas, yang mengkhianati Yesus, tahu juga tempat itu, karena Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya. Bagi yang belum pernah mengalami pengkhianatan, tidak bisa memahani pengkhianatan yang sempurna, pengkhianatan yang paling menyakitkan bagi orang yang dikhianati. Sesungguhnya yang terjadi adalah kebencian dari yang awalnya cinta. Orang sering berkata bahwa antara benci dan cinta perbedaannya tipis sekali dan yang membatasinya pengkhianatan. Waktu seorang terdorong mencintai seseorang dan mendapati orang itu mengkhianatinya maka cintanya berubah menjadi benci.  Beberapa waktu lalu, media menceritakan bagaimana seorang pejabat dituntut oleh wanita selingkuhannya agar dinikahi. Karena didesak, pejabat itu kemudian membunuh wanita tersebut. Kalau ia benar-benar cinta, mengapa malah membunuh? Unsurnya ia takut didesak terus karena ia sudah mempunya istri yang sah! Yang paling pedih dan menyakitkan, saat benci itu lahir dari pengkhianatan. Kalau kita dikhianati, apa yang kita janjikan tidak mampu kita laksanakan. Bandingkan dengan ayat kedua. Yudas adalah salah satu dari 12 murid Tuhan yang selama 3 tahun bersama-sama tapi kemudian mengkhianatiNya! Mari coba bersama-sama menghayati Ia melakukan tugas yang menyakitkan karena Ia mengalami peristiwa pengkhianatan.  Rasul Yohanes menuliskan ayat ini, kasih Calvary membuatNya tetap melakukan semua itu. Dia tidak berbelok dari tujuan yang Allah minta karena di sanalah dinyatakan kasihNya melalui ketaatan sampai mati. Dikatakan prajurit dan Simon Petrus menggunakan kekerasan (kekuatan). Pada waktu Yesus berkata kepadanya (Petrus) : "Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang. Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku? (Mat 26:52-53). Dalam istilah ketentaraan Romawi, pasukan atau Legiun atau Legion (seperti waktu Tuhan Yesus mengusir roh jahat di Gerasa) artinya banyak. 1 pasukan bisa terdiri dari 4.000-6.000 prajurit. Sehingga 12 pasukan malaikat jumlahnya bisa mencapai 72.000 malaikat yang bisa menjagaNya dari pasukan Romawi. Padahal seperti di Perjanjian Lama, waktu Sodom dan Gomora ditunggangbalikan malaikat, hanya diutus 2 malaikat yang  kemudian menarik Lot dan keluarganya supaya keluar dari kota itu dan menghukum penduduk Sodom dan Goroma yang berdosa. Karena malaikat diberikan Tuhan kuasa yang luar biasa. Kalau 12 pasukan malaikat berarti betapa luar biasanya Yesus mempunyai kuasa atas mereka tapi tidak dilakukanNya saat prajurit datang dan Simon membelaNya. Bahaya yang menghinggapi orang berkuasa adalah kekuasaannya. Yang berbahaya dalam diri orang kaya adalah kekayaannya.  Karena saat berkuasa dan punya uang, orang menganggap dirinya hebat dan bisa melakukan apa saja. Itu sebabnya Nabi Yeremia berkata "Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya” (Yer 9:23). Karena saat itulah orang menunjukkan ego dan jati dirinya yang jahat kepada orang lain. Yesus Kristus menunjukkan bahwa Dia orang yang mengasihi. Di dalam kekuasaan dan kebesaranNya Ia tidak menggunakan itu semua. Bahkan dengan perkataanNya saja yang membawa wibawa yang hebat sehingga saat mengatakan “Akulah Dia” membuat pasukan yang akan menangkapNya jatuh (Yoh 18:6). Rasul Yohanes menceritakan sesuatu yang hebat saat Yesus berkata dan sepasukan prajurit itu jatuh. Prajurit Romawi bukanlah pasukan lemah, tapi sudah dilatih dan memiliki tubuh yang kuat. Saat ia berkata “Akulah Dia” mundurlah mereka dan jatuh ke tanah. Saya membayangkan dalam imaginasi saya, ini luar biasa. Kalau kita yang berteriak, siapa yang akan jatuh? Tapi dikatakan di sini  perkataanNya pun punya wibawa yang luar biasa. Tapi semua tidak dilakukanNya karena Dia mengasihi kita.  Dalam kasih yang tercurah di Kalvari, Dia belajar taat dan merendahkan diri, supaya kita tidak binasa. Pertanyaannya kalau kasih sudah tercurah di Kalvari apa respon kita terhadap kasih itu? Masihkah kitamenjalani hidup dengan sia-sia tanpa tujuan? Tidak melihat betapa pentingnya mengenal Tuhan dalam hidup? Kalvari yang mengerikan, namun justru di sanalah turun kasih yang agung dan mulia.

Ilustrasi film (https://www.youtube.com/watch?v=8H3wJFcukrY). Ada seorang pria yang memiliki seorang putra yang sangat dicintainya. Ia bekerja sebagai penjaga jembatan yang bisa dinaikturunkan untuk melayani jalur kereta api yang melalui jembatan tersebut dan perahu yang melayari sungai di bawah jembatan. Anaknya sangat suka mengamati-amati kereta api. Suatu kali berangkatlah sebuah kereta yang akan melalui jembatan tersebut. Kereta tersebut berisikan banyak penumpang dengan berbagai jenis manusia. Ada orang-orang yang sedang mengalami kesepian, marah-marah,  egois (tidak mau bergaul dengan sesama), tersakiti bahkan pecandu narkoba!  Beberapa saat sebelum kereta melewati jembatan, sang pria mengangkat tuas sehingga jembatan terangkat karena ada sebuah perahu yang ingin melewati sungai di bawah jembatan tersebut. Sementara perahu melewati kolong jembatan, sang anak yang sedang mengamati kondisi di luar ruang kontrol, tiba-tiba melihat asap kereta api yang bergerak cepat menuju jembatan. Ia pun berteriak memberitahukan ayahnya bahwa ada kereta api yang bergerak sangat cepat menuju jembatan. Sang pria pun melihat asap kereta tersebut. Namun saat sang ayah mencari anaknya dari ruang kontrolnya, ia tidak menemukan di tempat biasanya ia bermain (di pinggir sungai). Dari ruangnya dengan panik ia melihat keluar mencari-cari di mana anaknya berada. Akhirnya ia melihat anaknya sedang berusaha menurunkan tuas jembatan di luar karena sang anak mengira ayahnya tidak melihat kereta yang akan lewat sehingga ia khawatir ayahnya tidak akan punya waktu yang cukup untuk menurunkan jembatan itu kembali. Sayangnya karena masih kecil, saat tangannya hendak menjangkau tuas tersebut, sang anak terjatuh ke bawah jembatan. Sang pria terkejut melihatnya dan ia ingin segera menyelamatkannya. Namun ia menyadari ada sebuah kereta yang sedang bergerak cepat menuju jembatan. Saat itu ia mengalami dilema (konflik batin) yang luar biasa) antara melakukan tugasnya untuk menurunkan tuas agar jembatan kembali bisa dilalui kereta atau menyelamatkan sang anak. Karena bila tuas jembatan diturunkan sementara tubuh sang anak ada di bawah jembatan, tubuh sang anak akan tergencet jembatan. Ia sungguh gelisah.  Ia pun memukul dinding  ruang kontrolnya. Ia hanya memiliki sedikit waktu untuk mengambil keputusan. Itulah detik-detik ia harus mengambil keputusan. Dengan menahan kepedihan hatinya, akhirnya ia berketetapan hari menurunkan tuas sehingga jembatan kembali turun dan kereta bisa melewati jembatan. Di sisi lain, hal ini mengakibatkan tubuh anaknya terjepit jembatan dan kematian pun menghampiri sang anak! Sebagian penumpang kereta saat itu sedang tertidur nyenyak, sebagian lagi sedang bermain dengan gembira dengan teman-temannya, ada juga seorang perempuan muda yang sedang membakar sendok untuk memanaskan narkoba yang akan dipakainya sementara kereta melalui jembatan itu dengan aman. Sang pria hanya bisa menangisi kematian sang anak. Pemakai narkoba yang melihat keluar kereta api, menyaksikan seorang pria menangis pilu. Sang pria pun melihat pemudi pemakai narkobanya sedang memandangnya. Kemudian pemudi ini melihat sang pria mengangkat jasad sang anak. Hatinya tersentuh melihatnya. Hatinya tergerak menyaksikan kesedihan sang pria yang sangat mengasihi anaknya. Hatinya menyadari masih ada cinta di dunia ini. Di sisi lain, sang pria telah memilih untuk menyelamatkan banyak orang dan mengorbankan anaknya sendiri yang sangat dikasihi. Sang pria telah mengorbankan anaknya agar orang-orang di atas kereta memiliki masa depan yang penuh harapan.  Setelah lama berselang, di stasiun kereta sang pria kembali berjumpa dengan pemudi tersebut. Pemudi itu sedang menggendong anaknya yang masih kecil dengan ceria. Mereka saling memandang dan tersenyum. Rupanya sang pemudi pemakai narkoba sudah mendapatkan kembali hidup normalnya dan memiliki anak yang yang membuatnya bahagia. Melihat kegembiraan sang pemudi tersebut, sang pria mengucap syukur. Tidak sia-sialah pengorbanannya. Yoh 3 : 16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal (Tuhan Yesus Kristus), supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Ilustrasi yang diambil dari film MOST tersebut menggambarkan sebagian kecil kasih Allah yang telah mengorbankan AnakNya yang tunggal untuk menyelamatkan dosa manusia.


*) Wycliffe: Luk 23:33 - Di tempat yang bernama Tengkorak
Di tempat yang bernama Tengkorak (Kalvari). Lokasi persisnya tempat ini tidak diketahui. Semua tanda sudah dimusnahkan bersama dengan kota itu, sehingga pengindentifikasian menjadi mustahil. Tempat pelaksanaan hukuman adalah di luar tembok kota, dekat jalan raya yang banyak dilalui orang. Pendapat dewasa ini terpecah di antara yang beranggapan bahwa tempat itu adalah di Gereja Makam Kudus, atau di Kalvari Gordon, di utara Gerbang Damaskus. Kalvari (Latin) atau Golgota (Aram) berarti "tengkorak." Bukit tersebut rupanya dinamakan demikian karena bentuk tanahnya yang mirip sebuah tengkorak, atau mungkin karena tulang-tulang berserakan di situ. Alternatif kedua berkemungkinan lebih kecil mengingat keberatan orang Yahudi apabila mayat-mayat tidak dikubur.



No comments:

Post a Comment