Monday, October 14, 2013

Miskin Tapi Kaya



(Belum diedit)

Pdt Hery Kwok

2 Kor 8:1-9
1   Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia.
2  Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan.
3  Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka.
4  Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih saya
5  Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami.
6  Sebab itu kami mendesak kepada Titus, supaya ia mengunjungi kamu dan menyelesaikan pelayanan kasih itu sebagaimana ia telah memulainya.
7 Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu,  —  dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami  —  demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini.
8  Aku mengatakan hal itu bukan sebagai perintah, melainkan, dengan menunjukkan usaha orang-orang lain untuk membantu, aku mau menguji keikhlasan kasih kamu.
9  Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.

Pendahuluan
Di waktu lalu, saat mau melayani di Lampung, saya naik kapal fery ro-ro dari pelabuhan penyeberangan Merak (provinsi Banten) ke pelabuhan Bakauheni (terletak di ujung selatan dari Jalan Raya Lintas Sumatera di Kabupaten Lampung Selatan) untuk menyeberangi Selat Sunda. Saya mengunjungi Lampung secara berkala karena ada Pos Penginjilan (PI) di sana. Karena sering mabuk, saya pilih naik kapal yang besar walau tibanya lebih lama. Saya mengambil rute pelayanan di malam hari sehingga sewaktu sampai di Bakauheni pagi harinya, kemudian dilanjutkan naik kendaraan di darat.  Saat berlayar di tengah laut yang gelap pekat dan berdiri di geladak kapal menyaksikan langit, sepertinya kita sangat kecil. Waktu itu , kami pergi dalam cuaca yang tidak begitu baik dan ada orang yang meminta untuk membatalkan kepergiaan. Namun karena tidak bisa menunda pelayanan, kami tetap pergi. Awalnya cuaca bagus tapi di tengah-tengah pelayaran cuaca memburuk dan mulai ada gelombang.  Meja tempat kami minum kopi mulai bergoyang. Hari itu saya merasa takut karena membayangkan bila kapal tenggelam, maka saya bisa dimakan hiu atau gurita. Memang sangat menyeramkan bila kapal yang ditumpangi karam atau tenggelam.
Ada cerita tentang seorang Kristen yang sedang belayar dalam cuaca buruk. Gelombang besar melanda seperti pada kisah Nabi Yunus dan air mulai menerjang masuk kapal. Orang Kristen tersebut berdoa, “Tuhan, kalau Engkau menyelamatkan saya, maka sesampai di darat saya akan mempersembahkan seekor sapi. Begitu ia selesai doa, tidak lama kemudian,gelombang air laut mulai mereda (tidak terlalu besar lagi). Kapal pun terus berlayar dalam cuaca yang tidak semenyeramkan semula, namun tetap ada gelombang laut walau tidak seganas sebelumnya. Ia kembali berdoa, “Tuhan kalau benar-benar selamat, saya akan mempersembahkan seekor kambing.”  karena menurutnya gelombang tidak sebesar yang  pertama. Begitu selesai berdoa, udara membaik dan dari geladak kapal ia bisa melihat daratan sudah dekat. Lalu ia berdoa, “Tuhan kalau Engkau menyelamatkan saya ke darat , maka saya akan mempersembahkan seekor ayam.” Manusia seperti ini, sewaktu sangat ketakutan mempersembahkan seekor sapi. Saat kondisi membaik, ia menawarkan seekor kambing. Malah sesudah kondisi semkain baik, ia hanya mau memberi seekor ayam! Begitu sampai di darat, biasanya orang seperti ini lupa bahwa ia sudah pernah bernazar. Banyak manusia seperti itu.
Sebelumnya sudah dibahas tentang salah satu surat kepada jemaat Laodikia di kitab Wahyu. Jemaatnya kaya secara fisik tapi miskin secara rohani dan menjadi orang Kristen yang suam-suam kuku. Hidup rohani seperti itu sangat rendah. Itu sebabnya Tuhan berkata,”Kamu  miskin meskipun secara finansial kaya”. Kita diajar agar berharap untuk mengandalkan Allah yang hidup. Bukan mengandalkan kekayaan atau relasi kepada manusia. Hari ini tema kebalikannya yaitu : miskin tapi kaya.



Prinsip Miskin tapi Kaya
Dalam surat (tulisan)-nya Rasul Paulus menyaksikan apa yang dilihatnya dalam kehidupan jemaat. Pada 2 Kor 8:1-9 ia melihat kehidupan jemaat di Makedonia. Dalam ayat 1-4, ia menulis bahwa jemaat itu miskin penuh penderitaan tapi begitu kaya dalam kemurahan. Ternyata ayat-ayat ini memuat prinsip rohani “miskin tapi kaya”.
Prinsip pertama, kemurahan hati umat Tuhan tidak ditentukan oleh tingkat ekonomi mereka.  Jangan berpikir karena engkau makmur dan kaya maka engkau mempunyai kemurahan hati. Itu belum tentu. Kemurahan hati tidak ditentukan oleh tingkat ekonomi, tapi orang sederhana pun banyak yang suka memberi. Kemurahan tidak ditentukan oleh tingkat ekonomi, bukan orang sederhana saja tapi orang kaya pun banyak yang suka memberi. 

Foto-foto di atas diunggah dari internet. Kalau melihat spanduk tulisannya mandarin, berarti kejadiannya berlokasi di daerah yang mayoritasnya orang Tionghoa. Pendapat umum mengatakan bahwa di dunia ada 3 golongan orang yang paling pelit. Yang pertama, orang Yahudi yang pelitnya minta ampun. Sehingga ada anekdot tentang 10 Perintah Allah. Waktu mau memberikan hukum Taurat tersebut ke orang Itali, Tuhan bertanya, “Apakah mau 10 Perintah Allah?”. Orang Itali menjawab,”Apa bunyinya Tuhan?” Tuhan menjawab, “(….) Jangan kamu membunuh!” Orang Itali berkata, “Di sini banyak mafia, Tuhan. Jadi hukum Taurat ini tidak bisa kami terima.” Lalu Tuhan menawarkannya ke orang Tionghoa. Mereka bertanya, “Apa bunyinya Tuhan?”. Tuhan menjawab, “(….) Jangan kamu berdusta!” Orang Tionghoa berkata, “Wah kalau dagang dengan jujur, bisa bangkrut!” Selanjutnya Tuhan menawarkannya ke orang Yahudi, “Mau tidak hukum Taurat?” Mereka bertanya balik, “Bayar tidak hukum Taurat itu?”. Tuhan menjawab, “Gratis.” Si orang Yahudi dengan gembira berkata,”Kalau begitu saya ambil 10”. Yang kedua dan ketiga paling pelit adalah orang Arab dan orang Tiongkoa. Foto di atas adalah orang Tionghoa yang lumpuh kakinya. Pada acara pengumpulan dana, ia datang dengan merangkak menuju kotak amal, Semua mengira ia akan meminta sumbangan. Ternyata, si orang yang lumpuh ini mengeluarkan uangnya lalu memasukkannya ke dalam kotak persembahan. Bukan itu saja, ia berkata, “Saya masih punya beberapa yuan untuk dipersembahkan” sambil merogoh kantongnya kembali. Artinya kemurahan hati tidak ditentukan oleh tingkat ekonomi seseorang. Itu sebabnya, dalam surat ke jemaat Korintus, Rasul Paulus mengatakan bahwa mereka kaya (berkelimpahan) dalam segala sesuatu dan Rasul Paulus mengingatkan bahwa mereka pernah memberikan janji bagi pekerjaan Tuhan. Namun dengan berjalannya waktu mereka tidak melaksanakan apa yang mereka janjikan. Itu sebabnya Rasul Paulus mengingatkan mereka kembali dengan mengatakan “Waktu aku melayani di Makedonia, mereka sangat murah hati.”

Prinsip yang kedua, kemurahan hati itu ditentukan oleh tingkat kedewasaan rohani seseorang atau pengenalan rohani akan Tuhan. Itu sebabnya pada ayat-ayat ini Rasul Paulus mau menekankan dalam kedewasaan rohani, mereka disebut sebagai pengikut, murid, hamba Yesus. Sebagai pengikut Kristus, maka mereka mengikuti teladan Kristus. Yesus rela menjadi miskin agar kita jadi kaya. Prinsip kemurahan hati ini lahir dari murid, hamba dan pengikut Kristus yang punya kerohanian yang dewasa. Semakin mengenal Yesus, orang itu akan mempunyai hati memberi sesuai dengan keikhlasan. Jadi orang yang punya tingkat kedewasaan yang baik ia akan mengenal Kristus. Kalau ia mengenal Yesus yang baik, pasti ia akan memberi dengan keiklasan (ayat 8) dan ia akan memberi sesuai dengan kemampuannya dengan sukacita. Tingkat kedewasaan ditentukan oleh pengenalan kepada Allah dengan baik atau tidak. Semakin mengenal Kristus, maka dirimu kau berikan untuk Tuhan. Orang yang mencintai Kristus, mau memberikan apa yang ada dalam dirinya. Di Alkitab dikatakan, seseorang yang mendapatkan kerajaan Allah, menjual semuanya dan lalu mencari Kerajaan Allah. Kerohanian akan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Mengenal Kristus merupakan kunci bagi jemaat Tuhan untuk punya hati yang murah. Dulu waktu saya pacaran dengan shi mu Susan, saya ingin memberikan yang terbaik. Saya percaya, waktu makin mengenal orang yang saudara kasihi, semakin tidak hitung-hitungan dengannya. Pada ayat 6-12, dikatakan saat mengenal Kristus, maka hatimu penuh dengn kelimpahan. Engkau akan sukacita memberi sesuai dengan keiklasan hatimu. Memberi sesuai dengna kemampuan yang Allah berikan kepaa kita. Prinsip kedua ini penting, bila kita mempunyai kedewasaan rohani, maka hati kita murah hati.

Pada Kis 20:35 dikatakan, Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." Perkataan Tuhan Yesus ini nyata dan benar. Ada seorang penarik becak yang dari muda menarik becak . Setiap kali mendapat penghasilan, ia akan menyisihkannya untuk membantu yayasan yatim piatu. Uang yang dikumpulkan lalu diberikan ke pengurus. Hal ini terus berjalan sepanjang hidup si tukang beca. Sampai suatu kali ia sudah merasa tua dan tidak bisa menarik beca, fisiknya sudah semakin lemah. Ia datang ke panti asuhan dengan uangnya yang terakhir. Lalu ia menyerahkannya seperti biasa dan berkata, “Ini merupakan persembahan terakhir, karena saya mulai sakit dan lemah.” Waktu ia sakit, ternyata ada orang yang tahu ia sakit dan lalu mengangkat kisahnya di media massa sehingga orang-orang  menolong si tukang beca. Prinsip lebih berbahagia memberi daripada menerima, membuat kita bahagia atas berkat Tuhan yang luar biasa.

Kesimpulan
1.   Semakin memiliki tingkat kedewasaan rohani, semakin kita kita mengenal Tuhan. Sehingga pengakuan orang bahwa “ia mengenal Tuhan tapi sulit memberi” sulit diterima. Karena semakin mengenal Kristus, ia akan memberi pada orang-orang yang membutuhkan. Ia murah hati dalam menolong orang dan punya kemurahan dalam menguatkan orang. Oleh karena “hati Kristus”, ia akan meluas dengan kebaikannya. Oleh karena itu Mahatma Gandhi, sewaktu dia membaca kitab Injil, sesungguhnya ia mau belajar mengenal Kristus. Karena Gandhi begitu terpesona dan terkagum dengan tokoh Kristus. 3,5 tahun ia membaca bagaimana Kristus memberi diriNya bagi orang lain. Yang membuat ia tidak mau menjadi Kristen karena ia melihat pengikut Kristus yang tidak sesuai ajaranNya. Ia melihat orang Kristsen, tidak sama dengan orang yang percaya sungguh-sungguh kepada Kristus. Mari kita belajar mengenal siapa Yesus Kristus. Kalau kita mengenalNya, Ia membuat kita murah hati.
2.   Semakin kaya dalam kemurahan hati, maka sesungguhnya kita semakin diberkati Tuhan. Namun hal ini berbeda dengan prinsip “untuk mendapat ikan besar harus digunakan umpan besar juga”. Itu bukan berkat, tapi berkaitan dengan sukacita, Tuhan seperti membuka tingkap-tingkap langit. Contoh : kisah janda miskin di Sarfrat (daerah di luar Negara Israel). Saat janda didatangani Nabi Elia untuk meminta makanan, sang janda berkata,”Saat kamu makan, kami akan mati.” Janda itu benar-benar miskin, kalau ia kasih makanan ke orang lain, maka ia dan anaknya akan mati. Kita tidak pernah dalam kondisi seperti itu. Tapi waktu ia memberikan makanan kepada nabi Elia, janda itu diberikati Tuhan luar biasa. Janda itu tidak mati dalam pemberiannya. Semkain kita murah hati, semakin berkat Tuhan mengalir. Itu sebabnya dalam firman Tuhan dikatakan,”Tingkap di langit dibuka untuk mencurahkan kasih.” Semalam di Meruya, Jakarta Barat dan Serpong hujan besar sekali. Hujan turun dari langit sepertinya dicurahkan besar sekali. Bahasa di Alkitab, “Tingkat di langit dicurahkan menjadi berkat bagi kita yang murah hati.” Itu karena Allah memberikati orang yang murah hati. Jangan takut,, waktu murah hati, maka berkat akan mengalir. Waktu mengalir, kita pernah jadi rugi, dan kita akan mendapatkan sukacita.
 



No comments:

Post a Comment