Sunday, June 16, 2013

Orang Tua Yang Bertanggung Jawab

Pdt. Yanvantius Tulai, M. Th

Ayub 1
1  Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.
2  Ia mendapat tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan.
3  Ia memiliki tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina dan budak-budak dalam jumlah yang sangat besar, sehingga orang itu adalah yang terkaya dari semua orang di sebelah timur.
4  Anak-anaknya yang lelaki biasa mengadakan pesta di rumah mereka masing-masing menurut giliran dan ketiga saudara perempuan mereka diundang untuk makan dan minum bersama-sama mereka.
5  Setiap kali, apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka, dan menguduskan mereka; keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya: "Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati." Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa.
6   Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datanglah juga Iblis.
7  Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Dari mana engkau?" Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi."
8  Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan."
9  Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah?
10  Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu.
11  Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu."
12  Maka firman TUHAN kepada Iblis: "Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya." Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN.
13  Pada suatu hari, ketika anak-anaknya yang lelaki dan yang perempuan makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung,
14  datanglah seorang pesuruh kepada Ayub dan berkata: "Sedang lembu sapi membajak dan keledai-keledai betina makan rumput di sebelahnya,
15  datanglah orang-orang Syeba menyerang dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan."
16  Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Api telah menyambar dari langit dan membakar serta memakan habis kambing domba dan penjaga-penjaga. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan."
17  Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Orang-orang Kasdim membentuk tiga pasukan, lalu menyerbu unta-unta dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan."
18  Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Anak-anak tuan yang lelaki dan yang perempuan sedang makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung,
19  maka tiba-tiba angin ribut bertiup dari seberang padang gurun; rumah itu dilandanya pada empat penjurunya dan roboh menimpa orang-orang muda itu, sehingga mereka mati. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan."
20 Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah,
21  katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!"
22  Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.

Tanggung jawab orang tua sangat besar. Tidak semua orang tua bertanggung jawab. Itulah yang menyebabkan masalah sosial dalam masyarakat. Ketika bergumul menjadi orang tua yang bertanggung jawab, kita bisa bercermin pada tokoh Ayub. Ayub memiliki kualitas kehidupan rohani yang sangat ideal bagi orang tua. Ia orang yang saleh , jujur, takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Kualitas rohani dan moral dimiliki oleh Ayub yakni :

Ayub orang yang jujur dan berintegritas
Alangkah baiknya, bila seorang anak bangga karena orang tuanya beriman pada Tuhan, mempunyai moral yang sangat baik dan jujur. Allah bangga kalau mendengar ucapan itu dari anak kita. Anak akan beribadah dengan sepenuh hati. Ayub seorang yang jujur dan berintegritas. Integritas bersama antara yang dikatakan dan diperbuat tidak berbeda. Banyak orang yang pandai berbicara, bagus kata-katanya, tetapi berbeda dengan perbuatannya. Ada tokoh politik mengatakan “tidak” pada korupsi tetapi orang tersebut kemudian melakukan korupsi. Berarti tidak sama antara yang dikatakan dan yang diperbuat dan orang tersebut menjadi pasien KPK. Jujur itu penting. Jujur membuat orang percaya kepada kita.
Di Tiongkok pernah diadakan sayembara. Raja ingin merekrut pemuda yang berkualitas untuk istananya dengan syarat siapa yang menumbuhkan pohon bunga terbagus di pot bunga itulah yang akan melayani raja. Lalu benih dibagikan kepada para pemuda. Pemuda bernama Chang adalah seorang yang pintar sekali menanam bunga. Ia menaruh tanah di potnya. Bibit yang diberikan sang raja ditaruh di pot, dikasih pupuk, ditaruh di tempat yang cukup cahaya lalu disiram air. Tetapi ditunggu sampai 3 minggu ternyata tidak tumbuh. Akhirnya ia ganti tanahnya, digembur dan benihnya ditanam lagi. Ternyata tetap tidak tumbuh. Pada waktu yang ditetapkan, para pemuda menghadap raja membawa pot masing-masing. Banyak yang bawa pot dengan bunga warna warni. Chang berkata, “Saya minta maaf. Saya telah berusaha menanam tetapi tidak berhasil.” Semua orang mengira Chang pasti gagal. Namun  Raja mengatakan,”Saudara-saudara , justru pemuda Chang ini yang dipilih.” Pemuda lain protes, kenapa bukan mereka? Raja berkata,”Satu malam sebelum memberi bibit bunga, semua bibit saya rebus dalam air yang mendidih. Saya pastikan bunga itu tidak akan tumbuh. Yang lain-lain itu bohong semua karena mengganti bibitnya. Pemuda Chang seorang yang jujur. Saya senang dengan kejujurannya. Maka saya akan merekrutnya”.
Di dunia ini banyak orang pintar, trampil, tetapi yang dibutuhkan dunia adalah orang yang jujur dan benar. Pebisnis yang jujur.  Orang tua yang jujur dan  hidup dengan berintegritas. Ayub orang yang benar dan jujur di hadapan Tuhan.

Ayub berkomitmen memenuhi kebutuhan financial dalam keluarga. (Ayub 1:1-3).
Ayub dikaruniakan 10 orang anak. Keluarganya diberkati. Ia punya banyak sekali kambing, domba dan budak. Itu tidak terjadi secara kebetulan dan tiba-tiba. Tidak ada orang kaya yang mendadak. Mereka berjuang setengah mati.  Mereka bekerja keras. Itulah AYub. Ayub tidak hanya ingin berumah tangga, tetapi ia bertanggung jawab memenuhi kebutuhan finansial keluarganya. Ada orang yang gampang sekali meninggalkan keluarga dan tidak mau bertanggung jawab kepada keluarganya. Waktu pelayanan sebagai gembala, ada bertemu seorang pemuda berusia 16 tahun dan ingin kawin. Calon istrinya berumur 14 tahun.  Setelah menikah, hari-harinya diisi dengan keributan.  Mereka tetangga kami. Suatu waktu setelah pulang pelayanan, saya melihat wajah istrinya biru-biru karena gamparan suaminya yang pengangguran. Mau nikah tapi tidak mau bertanggungjawab. Sewaktu kuliah teologia di Malang, saya pernah pergi ke pasar, mencari tukang tambal sepatu. Ia seorang pria berusia 70 tahun. Saat itu di sampingnya ada anak kecil 2,5 tahun yang tidak punya baju dan celana, ingusnya meleleh, kudisan, perut buncit, dekil dan kumal. Ternyata anak tersebut adalah anak dari istrinya yang kelima. Orang ini memiliki ciri-ciri orang yang tidak bertanggung jawab. Ekonominya tidak baik tapi istrinya banyak sekali. Anaknya itu datang ke dunia tidak mau seperti itu. Ia mau supaya ada makanan dan pakaian cukup, bisa sekolah yang baik. Ayub memberi teladan dan bertanggung jawab bagi keluarga. 

Ayub seorang yang memperhatikan kebutuhan rohani anak-anaknya (ayub 1:5)
Selain bertanggungjawab memenuhi kebutuhan finansial, Ayub juga memperhatikan kebutuhan rohani anak-anaknya. Ia kuatir anak-anaknya berbuat dosa. Setiap hari ia memberi korban untuk anak-anaknya di hadapan Tuhan. Ia memberitakan Injil kepada anak-anaknya. Tidak terlalu menjadi soal bila anak tidak mengetahui tokoh terkenal dalam dunia seperti Tukul Arwana, Arya Wiguna, Eyang Subur atau SBY. Paling dianggap kurang pengetahuan. Tetapi kalau sampai anak tidak kenal Yesus Kristus, itu fatal. Karena tidak kenal Kristus, berarti tidak kenal keselamatan, binasa selama-lamanya. Jadi selain bisa memberikan fasilitas kepada anak-anak, mainan dan sekolah yang bagus, jangan lupa untuk memperhatikan kebutuhan rohani mereka. Membuat mereka beriman. Dalam diri manusia ada kehampaan dan kekosongan. Kekosongan itu hanya dapat diisi Tuhan Yesus saja. Banyak yang berhasil dan kaya, tetapi hidup tidak berpengharapan karena tidak ada Tuhan dalam hidup mereka. Di AS ada penelitian atas keturunan dari Max Jukes dan Jonatan Edward. Max Jukes adalah seorang ateis dan ia juga menikah dengan istri yang tidak percaya Tuhan. Bagi mereka Tuhan tidak perlu, yang penting sekolah dan cari duit. Ternyata keturunan dari keluarga Max Jukes : 310 orang yang mati sebagai gembel, 150 orang penjahat, 7 orang pembunuh dan 100 orang pembauk berat. Selain itu hampir separuh keturunan mereka menjadi pelacur dan 540 orang keturunan mereka menjadi beban negara. Memboroskan keuangan negara sekitar 6 juta $. Di kota yang sama hidup hamba Tuhan yang saleh, J Edwards (1703-1758) yang mendidik anaknya takut akan Tuhan. Keturunan dari keluarga Edwards : 13 orang rekor, 65 profesor. 3 senator, 30 hakim, 100 pengacara 60 dokter, 75 perwira angkatan darat dan laut, 100 penginjil dan pendeta, 60 penulis terkenal dalam disiplin ilmu masing-masing, 80 pemuka masyaratakat dan 195 alumnus universitas yang menjadi gubernur, menteri dan 1 wakil presiden. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh pendidikan kerohanian terhadap keberhasilan keluarga. Ayub selain berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan keluarga juga memperhatikan kebutuhan rohani anak-anaknya. Ada 4 macam orang yakni kaya tapi tidak saleh, saleh tapi tidak kaya, tidak kaya juga tidak saleh dan kaya dan saleh. Ayub kaya raya dan takut akan Tuhan. Kita termasuk yang mana? Masih mending nomor 2 yakni saleh walau tidak kaya. Paling bagus, kaya raya dan cinta Tuhan luar biasa.

Ayub orang yang tegar dalam ujian iman.
Harta habis, anak meninggal. Dirinya kena sakit yang aneh. Itu penyakit borok yang melanda dari kepala sampai kaki. Penyakit Pemphigus Foliaceus. Istri Ayub tidak sayang Ayub lagi, ia minta Ayub kutuki Tuhan dan mati. Nyonya ini model “ada uang abang disayang, tidak ada uang abang ditendang”. Sudah tahu suami terpuruk , tidak dihibur. Malah disuruh kutuki Tuhan dan mati saja. Padahal saat diteguhkan dalam pernikahan, harusnya terus bersama dalam sehat sakit, seharusnya jangan suami sakit dibuang. Tetapi Ayub tetap tegar. Contoh : Ibu Susannah Wesley – A Godly Mother. Anaknya 19 orang. Setelah suaminya meninggal, ia mendidik anaknya dalam kesalehan dan ada 2 anaknya yang menjadi tokoh kekristenan yakni Charles dan John Wesley. Tiap malam ia membacakan cerita Alkitab untuk anak-anak. Pagi-pagi ia mendoakan anak-anaknya yang 19 orang. Beda dengan nyonya Ayub yang menyuruh Ayub mati. Banyak yang ketika masih muda , dunia bagai milik berdua.  Setiap hari berdua-duaan terus menerus. Tidak bisa berjauhan karena saling mencintai. Apalagi pengantin baru, istri dicium terus. Waktu kulit istri masih muda, diusap dan dicium terus. Bagi setiap calon pengantin, ingatlah bahwa perempuan di samping kamu akan menjadi jelek nanti. Yang penting hatinya. Kalau wajah berubah, kulit sudah keriput,  masih sayang tidak? Waktu suami masih ganteng, senyum menawan, gigi masih utuh, disayang. Tetapi saat sudah rontok satu per satu masih disayang? Seharusnya walau sudah jadi kungkung popo masih saling menyayangi. Masih ciuman. Sudah tua pun perlu ciuman. Dijaga kemesraan itu. Walau tIdak muda lagi, hati saling tetap menyayangi. Istri Ayub , melihat Ayub borok dan bau , harta habis maka habis pula cintanya. Ayub tidak mempersalahkan Allah. Dalam Ayub 2:10, Ayub berkata, “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya. Karena kesetiaan Ayub kepada Tuhan, Ayub dipulihkan Tuhan (Ayub 41:10-17). Hartanya dikembalikan 2 x lipat. Sahabat-sahabatnya datang, menghibur ,dan masing-masing memberi uang dan cincin. Ia mendapat 7 anak laki dan 3 anak perempuan sama dengan sebelumnya. Itu perlu sikap yang tegar dari orang tua.

Sikap anak terhadap orang tua
1.       Taatilah orang tua di dalam Tuhan, supaya bahagia hidupmu.
2.       Apapun kondisi ortu, hormati mereka . Kel 20:12; Ef 6:2. Apapun kondisi mereka, tetap hormat supaya hidup diberkati. Membantu mereka saat mereka sedang jatuh. Tetap hormat walau mereka bersalah. Roy Marten ditangkap karena narkoba, sikap keluarganya? Gading Martin,”Saya tetap hormat & respek kepada papa. Tetap kagum. Ada kekurangan yang dibuat, tidak mengurangi rasa hormat kepadanya.” Sikap ini membuat Roy Martin bangkit kembali. Maka anak harus hormat orang tua. Juga mama. Karena mama adalah God’s Agent yang telah bersusah payah bertarung dnegan maut. Hormati mereka.
3.       Jangan sakiti hati orang tua. Bawa mereka jalan-jalan. Ada orang yang saat orang tuanya hidup tidak dihiraukan, namun setelah meninggal bakar uang, kertas dll. Ada seorang ibu yang tinggal di rumah dan anaknya laki-laki bekerja. Ibu itu melihat tetangganya makan anggur impor dan dia ingin sekali. Lalu ia memberi tahu anaknya,  “Anakku, tetangga makan anggur rasanya enak sekali, bolehkah belikan mama sedikit? Mama ingin sekali.” Anaknya bilang, “Mama jangan pikir macam-macam. Anggur impor mahal.” Akhirnya si Ibu jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit. Pagi dan sore sebelum dan sesudah kerja ia besuk. Waktu itu ia ingat mamanya ingin anggur impor. Ia cari kemana-mana , namun tidak ketemu. Akhirnya ia berhasil juga mendapatkannya di sebuah toko buah dan ia membeli 2 kg sekaligus. Dengan  semangat ia membawanya dan berkata,”Mama ingin anggur impor kan? Mama makan ya.” Mamanya menjawab,” Anakku kenapa repot-repot, angur impor mahal.” Anaknya berkata, “Tidak apa demi mama tersayang, saya belikan.” Namun mamanya berkata,”Anakku, saat sakit, apa pun tidak enak. Anggur imporpun tidak enak!” Akhirnya ia tidak bisa mencicipi anggur impor. Maka selama orang tua hidup, perhatikanlah mereka. Jangan mendukakan hati orang tua.

No comments:

Post a Comment