Sunday, June 9, 2013

Kerukunan yang Indah

Ev Suwandi

Maz 133:1-3
1  Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!
2 Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya.
3 Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.
1 Kor 13:4-6
4   Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
5  Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
6  Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.

Di suatu pulau ada seorang kepala suku yang memiliki 12 putra. Namun sayangnya mereka tidak bersatu (rukun) dan terus bertengkar. Sang kepala suku sangat sedih. Karena bila demikian mereka dengan mudah bisa diserang oleh suku lain. Dia berpikir lama dan akhirnya sakit parah. Dia tahu waktunya sudah tidak lama lagi. Lalu ke-12 anaknya dipanggil ke rumahnya. Ketika mereka datang, dengan suara lembut ia berkata, “Kalian semua pergi mencari 1 buah panah.”  Lalu anak-anaknya pergi dan masing-masing kembali dengan 1 panah. Ayahnya berkata,”Coba kamu patahkan panah ini!” Lalu kedua belas anaknya  mematahkan panah mereka masing-masing. Setelah itu sang ayah memerintah mereka untuk mencari 1 anak panah lagi. Anak-anak ini mendengar perkataan ayahnya dan kembali dengan 1 anak panah lainnya. Sang ayah minta agar semua anak panah itu diberikan kepadanya lalu diikat menjadi satu. Lalu mereka diminta untuk mematahkannya. Satu per satu mematahkannya dan tidak dapat melakukannya. Sang ayah berkata bahwa nasihat dari panah ini adalah agar semua anak-anaknya berkumpul  jadi satu. Ini sangat penting. Saat anak panah tersebut digabungkan, mereka menjadi sangat sulit dipatahkan. Kalau dapat semua anaknya bersatu, mereka dapat menjadi satu suku bangsa yang kuat. Demikian juga orang Kristen, Tuhan mau kita hidup bersatu. Untuk menjadi satu kita perlu kerukunan. Demikianlah dikatakan di Maz 133. Ketika orang Yahudi merayakan hari besar mereka kembali ke Israel, sehingga keadaannya sangat ramai sekali. Jalan-jalan raya menjadi sangat sempit. Beribu-ribu orang ada di sana. Sehingga penduduknya bisa bertengkar dan sangat cepat naik darah. Dengan demikian, Mazmur 133 ini selalu dibacakan dan dinyanyikan untuk mengingatkan bahwa setiap orang Israel adalah saudara. Mereka telah diselamatkan dari Mesir, melewati laut merah , berjalan di gurun pasir dan mendapat perintah Allah dari gunung Sinai. Demikian pula dengan orang Kristen. Latar belakang, pendidikan, cara hidup, suku bangsa, kedudukan kita tidak sama. Tetapi di dalam Kristus kita adalah saudara. Karena kita sudah diselamatkan dari dosa oleh Tuhan Yesus. Maka pemazmur mengatakan, kita harus hidup rukun. Rukun adalah damai. Tidak saling mencela. Tidak ada perdebatan. Rukun tidak ada persaingan dalam jangka waktu yang lama. Kalau mau rukun, di dalam hati tidak ada permusuhan, kebencian, cemburu. Sehingga dalam berhubungan dengan keluarga dan orang lain sangat penting sekali , jangan sampai tidak rukun (timbul pertengkaran / perselisihan).

Pemazmur mengatakan bila bisa hidup dalam kerukunan alangkah indahnya dan baik. Baik dalam kualitas hidup hidup rukun. Ketika kita hidup rukun, itu berarti kebaikan. Bila hidup rukun , kita bisa melihat perkara yang indah. Kita berharap bisa hidup rukun dengan orang lain. Tidak setiap orang bisa hidup rukun. Kita tahu, di dunia ini Tuhan menciptakan kita dengan karakter, sikap dan latar belakang yang berlainan. Maka saat berhubungan dengan orang lain, biasanya akan terjadi perselisihan. Itu adalah hal yang biasa. Apakah kita bisa dapat mengontrol agar dapat hidup rukun dengan orang lain karena kita diciptakan dengan berlainan sehingga rentan terjadi perselisihan. Tuhan menciptakan kita berlainan supaya kita berusaha bagaimana bisa hidup dengan rukun. Tetapi ternyata banyak yang tidak bisa hidup rukun dengan orang lain. Suami tidak rukun dengan istri. Banyak orang tua tidak hidup rukun dengan anaknya. Banyak keluarga tidak hidup rukun dengan tetangganya. Juga dalam gereja. Banyak hal terjadi. Ini karena banyak orang merasa dirinya sombong, merasa lebih baik dari orang lain, tidak perlu ditolong orang lain. Banyak yang egois, apa yang akan dia dapatkan dari hal-hal yang dikerjakan. Karena egois tidak dapat hidup rukun, terjadi pertengkaran selalu merasa diri orang terpenting dan terhebat.  Tetapi pemazmur mengatakan, ketika kita bersatu kita harus hidup dengan rukun. Karena kita saudara seiman, telah ditebus oleh Tuhan.

Bagaimana bisa hidup rukun?
Kita harus mengerti, setiap kita yang sudah ditebus, mempunyai kasih Tuhan. 1 Kor 13:4-6 tentang kasih. Firman Tuhan sering mengajar kita tetang kasih kepada Tuhan dan manusia. Kasih sangat penting adanya membuat kita hidup rukun dengan orang lain. Saat mengasihi orang lain, kita dapat hidup rukun damai. Betapa baik dan indahnya. Selain kasih, kita juga harus mengampuni orang lain. Dengan latar belakang, sikap, pendidikan yang berlainan, terjadi gesekan. Kita merasa orang lain menyakiti kita, dan kita tidak sadar menyakiti orang lain sehingga untuk hidup rukun, kita harus mengampuni orang. Petrus bertanya berapa kali harus mengampuni orang? Biasanya orang Yahdui mengampuni 3 kali sudah cukup. Than Yesus berkata bahwa bukan hanya 3 kali tapi 70x7 yaitu harus  terus menerus mengampuni orang lain. Kita tidak bisa mengampuni orang lain, sehingga tidak bisa hidup rukun. Kita sering menyimpan kesalahan orang lain. Kita tidak dapat hidup rukun dengan orang lain. Kita harus mempunyai hati untuk mengampuni orang lain.
Ketiga, kita tidak boleh memiliki hati yang egois. Filipi 2, kita menjadi hati kita hati Tuhan punya rupa dari Allah. Tetapi dia tidak mempertahankannya. Dia merendahkan dirii, mengambil rupa Allah, taat kehendak Tuhan. Ia sendiri Tuhan. Tetapi Tuhan Yesus mau datang ke dunia untuk mati di kayu salib. Ia bukan orang yang egois. Ia mau rendah hati. Contoh : ada jembatan sempit yang hanya dilalui 1 kambing. Di kiri dan kanan  jembatan ada jurang yang dalam. Kedua kambing berdiri di situ tidak tahu harus bagaimana. Mereka berhenti sebentar. 1 Kambing lalu tiarap duduk saja. Ia memberi kode  agar kambing lainnya melewati badannya sehingga kedua kambing ini selamat. Kalau tidak rendah hati untuk tiarap, kita akan melihat kedua kambing berkelahi dan jatuh ke jurang.
Demikian juga dengan hidup, kita harus rendah hati, menghargai orang lain. Baru bisa hidup rukun. Tuhan tidak mengharapkan kita untuk hidup tidak rukun. Pemazmur berkata, kalau hidup rukun, alangkah baik dan indahnya. Ia mengambil contoh : Harun. Menggambarkan bagaimana baik dan indahnya. Ketika Harun dinobatkan menjadi imam, ketika ia diurapi, dari kepala mengalir ke jenggotnya minyak yang baik dan mahal. Kalau kita hidup rukun, dalam persekutuan, di dalamnya pasti ada sukacita, tentram. Seperti embun di gunung Hermon, turun di gunung-gunung Sion. Gunung Hermon , gunung yang tinggi sekali. Di atasnya ada salju sepanjang tahun. Di sekelilingnya embun yang sangat tebal sekali. Embun ini meleleh, ke gunung yang lebih rendah. Gunung Sion adalah gunung yang sangat kering sekali. Dia mendapatkan air dari gunung Hermon. Gunung Sion dialiri embun dari gunung Hermon dan mengalirkan embun ke bawah lagi. Embun ini melambangkan berkat. Kalau kita bisa hidup rukun, kita bisa melihat setiap kita dapat berkat dari Tuhan.
Kita lihat gereja mula-mula. Mereka berkembang dengan cepat. Banyak gereja ingin seperti gereja mula-mula yang berkembang begitu cepat karena mereka hidup dalam kerukunan. Mereka saling mengasihi. Mereka yang kaya dan memiliki perkebunan, semua dijual dibawa ke rasul-rasul lalu dibagikan ke orang-orang yang membutuhkan. Saat itu tidak ada perselisihan. Tujuannya : mengabarkan Firman TUhan lebih luas lagi. Maka Tuhan memberkati mereka. Terkadang kita bertanya, mengapa Tuhan tidak memberkati gereja kita. Maz  133:3. Sebab kesanalah Tuhan memerintahkan berkat-berkat. Di sinilah Tuhan memberikan berkatNya. Karena mereka hidup rukun. Tuhan sering tidak memberikan berkat yang sebenarnya sudah disediakan. Kita tidak siap hati menerimanya. Di dalam kita masih terus bertengkar. Gereja mula-mula diberkati Tuhan karena mereka hidup dalam rukun dan damai. Kita tidak diberkati, karena kita belum sampai ke tahap hidup dengan rukun.
Saya suka firman Tuhan dan berharap kita semua dapat hidup rukun. Tujuan kita, menyampaikan firman Tuhan. Maz 133 mengajarkan kita agar kita hidup rukun dengan saudara lain. Alangkah baiknya dan indahnya. Tuhan akan memberkati kita.

No comments:

Post a Comment