Sunday, April 21, 2013

Makna Pelayanan

Pdt. Paulus Daun

Mark 10:45 Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.

Kata melayani dalam bahasa Yunani “diakonia” (diakonein = melayani, diakonos = pelayan).Banyak pemimpin gereja yang menyalahpahami kata diakonia sebagai hanya pelayanan di bidang sosial saja seperti membagi sembako, pengobatan gratis dll. Tetapi sebenarnya arti kata diakonia sangat luas. Kalau boleh didefinisikan , setiap apa yang kita pikir, lihat, dengar, katakan, lakukan, motivasi, orientasi kepada Allah itu yang disebut diakonia. Banyak umat Kristen menyalahpahami arti diakonos. Diakonos dikatakan segilintir orang yang duduk dalam organisasi seperti para pendeta, penginjil, majelis, dan pengurus, sedangkan anggota gereja awam bukan diakonos. Oleh karena kesalahpahaman makna diakonos, maka banyak orang Kristen bersikap apatis terhadap gereja. Asal setiap minggu datang ke gereja sudah cukup, beri persembahan sudah lumayan, apalagi memberikan perpuluhan hebat sedangkan pergumulan dan masalah di gereja tidak mau pusing. Padahal yang dimaksud dengan diakonos, adalah setiap orang yang sudah menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, memiliki hidup Kristus, entah kaya- miskin, punya posisi atau tidak, asal percaya Yesus dan mempunyai hidup Kristus dalam dirinya, dia adalah diakonos (pelayan). Banyak orang Kristen mempunyai pelayanan tetapi setelah lama ikut pelayanan jadi ogah-ogahan. Ada juga yang bila senang dengan pendeta melayani, tidak senang tidak melayani. Mengapa ada tendensi demikian? Karena banyak orang Kristen tidak mengerti tentang makna pelayanan. Kalau setiap kita mengerti makna pelayanan, tidak perlu pendeta mendorong, mengimbau dsbnya, masing-masing akan berlomba-lomba partisipasi dalam pelayanan.

Makna pelayanan

1.       Kita dipanggil , dipilih dan mau dipakai sebagai pelayan. Itu hak istimiewa yang diberikan Tuhan kepada kita. Allah kita Maha Mulia, Agung, Tinggi, Dia dihormati , dimuliakan oleh malaikat, jauh di atas sana pada tahta Kerajaan Sorga. Dalam kitab Mazmur, kita adalah debu tanah. Di hadapan Allah posisi kita sangat rendah, kita tidak berarti sama sekali. Tetapi Allah tidak melecehkan kita, di antara demikian banyak orang. Allah memilih, memanggil dan memakai kita. Inilah hak istimewa yang Tuhan berikan pada kita. Kalau mengerti hak istimewa, penghargaan luar biasa yang diberikan Allah kepada kita, beranikah kita melalaikan, meremehkan posisi kita sebagai diakonos?
2.       Kita dipanggil, dipilih dan dipakai Allah, ini merupakan anugerah. Hadiah yang diberikan oleh orang yang lebih tinggi dari kita yang sebenarnya tidak layak kita terima, tetapi sudah diberikan. Inilah yang dimaksudkan dengan anugerah. Keselamatan dalam Yesus kita peroleh karena anugerah. Tetapi sebagai pelayan juga merupakan anugerah. Misalnya sebagai  pemilik perusahaan, tatkala merekrut tenaga kerja, saya memilih tenaga kerja, kita pilih  yang pandai, terampil, penampilan menarik, kalau bisa IPKnya 4. Kalau Allah Bapa memilih tenaga kerja sama seperti pemilik di perusahaan tersebut, kita tidak akan mendapat bagian. Mungkin di gereja paling kaya, tetapi dibanding kekayaan orang dunia, kita tidak terhitung apa-apa. Mungkin di gereja kita orang terpintar , tetapi dibandingkan kepintaran orang dunia, tidak ada apa-apanya. Mungkin pendidikan kita paling tinggi di gereja (S3), tetapi dibadingkan pendidikan orang dunia jauh ketinggalan. Allah kita luar biasa, tidak memanggil, memakai orang dunia , tetapi memanggil kita menjadi pelayan. Inilah anugerah. Kalau kita menyadari kita bisa menjadi pelayan Tuhan, bukan karena kita pintar atau hebat, ini adalah anugerah yang diberikan. Berani kita sia-siakan anguerah Tuhan?
3.       Kita jadi diakonos merupakan kesempatan yang diberikan kepada kita. Kesempatan tidak selalu ada. Hari ini ada, belum tentu besok ada. Begitu kesempatan berlalu untuk selama-lamanya kita tidak bisa mengambilnya. Sewaktu jadi gembala sidang, saya suka melibatkan seluruh jemaat. Suatu kali saya menugaskan seorang ibu tua menjadi penyambut tamu yang berdiri di depan gereja memberi warta gereja, buku nyanyian dan Alkitab. Menurut pandangan banyak orang , pelayan peyambutan tidak ada arti apa-apa,  tidak menarik perhatian. Tetapi yang dinamakan pelayanan untuk Tuhan , di mata Tuhan tidak ada yang besar atau kecil. Kalau sungguh-sungguh melayani dengan tulus hati, Tuhan bisa memakai kita. Orang bisa bertobat karena mendengar khotbah pendeta yang luar biasa. Namun penyambut tamu, juga bisa menobatkan orang. Sebagai pelayan penyambut tamu, saya mempersiapkan diri baik-baik, berdoa, “Pakai saya Tuhan sebagai penyambut tamu hingga bisa menjadi berkat bagi orang lain”, berpakaian sopan, menyambut tamu dengan wajah senyum , menyapa jemaat satu per satu datang, hati penuh dengan kedamaian. Mungkin ada yang baru pertama kali datang, merasakan sambutan yang luar bisa hangatnya, muka penuh ramah tamah dan senyum. Dia tidak pernah merasakan yang demikian di dunia tetapi di gereja. Ia merasakan damai sejahtera. Ia tidak hanya datang sekali, tapi 2 x, 3 x terus jadi anggota gereja. Pelayanan kecil tapi berakibat luar biasa besar. Tapi sang ibu berkata,”Lain kali jangan tugaskan saya menjadi penyambut tamu.”  Sewaktu saya katakan, “Ini pelayanan”, ia berkata, “Sekali lagi, saya tegaskan jangan atur saya.” Akhirnya saya tidak atur lagi. Suatu hari saya menerima telpon. Orang di sebrang menangis dan berkata,”Muse cepat datang ke rumah sakit. Mama saya (ibu tua tadi) anval”. Ternyata secara medis, sudah tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali kuasa Tuhan. Setelah didoakan akhirnya ia sembuh namun mati separuh badan dan dirawat di rumah. Saat dibesuk, ia menangis. Dia pegang saya, “Muse , doakan saya. Kalau Tuhan sembuhkan, jangankan penyambut, kunjungan atau apapun yang diatur saya laksanakan.” Saya hibur dia, tapi dalam hati berteriak. “Ibu kenapa waktu ada kesempatan tidak melayani. Kenapa ksempatan berlalu baru ibu mau pegang. Menyesal kemudian tidak ada gunanya.” Sampai menghembuskan nafas terakhir tidak punya kesempatan lagi. Ungkapan orang Yunani berkata, “Orang bodoh selalu menyia-nyiakan kesempataan. Orang biasa selalu menunggu kesempatan. Orang pintar memegang setiap kesempatan yang diberi.” Saya tambahkan, “Orang pintar dan bijaksana, bukan saja memegang tapi menciptakan kesempatan.” Bila kita datang ke gereja, tidak melayani maka ciptakan kesempatan dengan datang ke hamba Tuhan dan katakan,”Saya sudah lama datang ke gereja dan sudah siap melayani.” Ini namanya menciptakan kesempatan, karena kesempatan melayani tidak selalu ada. Kalau berlalu tidak bisa dibeli dengan air mata, uang dan apapun. Begitu diberikan kesempatan,peganglah.
4.       Mempunyai nilai kekal. Semua yang ada dalam dunia bersifat sementara. Suatu hari kita akan melepas semuanya. Ada orang yang mengejar kekayaan. Bekerja pagi, sore dan malam. Bukan saja suami , tetapi istreri juga bekerja. Cari uang agar cepat kaya, namun begitu mata “tertutup”, semuanya akan habis. Ayub mengatakan, “Dengan telanjang aku lahir di dunia. Dengan telanjang juga aku akan pergi dari dunia.” Tetapi melayani, nilainya kekal. Bukan kita rasakan dalam dunia ini, tetapi dibawa saat meninggalkan dunia. Dulu ada orang Kristen kaya sekali tapi pelit. Bicara rohani luar biasa, tapi saat bicara tentang uang, dia yang nomor satu melarikan diri. Suatu malam saat tidur, ia bermimpi. Malaikat membawa dia jalan ke sorga. Waktu lihat surga, indah sekali. Malaikat lalu membawa dia ke suatu tempat, ada rumah yang luar biasa besar dan mewah, perabotnya luar biasa mengkilap. Lalu dia bertanya ke malaikat, “Ini rumah siapa?” Malaikat menejlaskan bahwa itu rumah milik A. Ia kaget , A adalah nama tetangga yang miskin. Orang miskin punya rumah yang besar di sorga. Lalu dia gembira , kalau yang miskin  rumahnya luar biasa, apalagi dia yang kaya. Ia lihat ke kiri dan kanan. Malaikat berjalan di jalan yang dibuat dari emas batangan. Pelan-pelan dia diajak ke jalan yang dibuat berturut-turut dari hotmix, aspal, batu, becek-becek ,  baru di sana ia melihat rumah gubuk , reot, bau, basah dsbnya. Ia di bawa ke rumah tsb. Ia pun bertanya, “Ini rumah siapa?” Malaikat menjawab,”Inilah rumahmu.” Ia kaget dan protes, “Tidak benar, mungkin administrasi sorga salah. Masa tetangga yang miskin rumahnya mewah, tetapi berbeda dengan rumahnya.” Malaikat menjawab,” Admin sorga tidak pernah salah. Benar di dunia miskin, tetapi setiap peser di dunia dia rajin menabung di sorga. Jadi di dunia ia miskin, tetapi kaya di sorga. Kamu kaya dunia, depositokan di bank dunia, tetapi bank sorga kosong. Maka di dunia kamu kaya, di sorga miskin.” Begitu kagetnya, sampai ia bangun. Untung mimpi. Sejak itu ia bertobat, bukan saja bicara tetapi keluar uang juga nomor satu. Bangun gereja, teorinya banyak, keluar uang juga banyak. Saya yakin rumahnya di surga juga luarbiasa. Setiap air mata, dana yang dipersembahkan di hadapan Allah, tidak sia-sia. Oleh karena itu dalam kitab Wahyu dikatakan ”berbahagialah orang yang meninggal dalam Tuhan. Bukan saja ia istirahat, segala sesuatu yang mengiringi dia dunia, mengiringinya masuk ke sorga. Untuk apa bekerja mati-matian pada dunia yang fana, seharusnya untuk yang bersifat kekal lebih mati-matian. Tetapi sering kita terbalik. Untuk makan bakmi, bakso, nasi padang, kita rela keluarkan uang ratusan ribu, tetapi untuk pekerjaan Tuhan , keluarkan uang seperti mencabut nyawa kita. Setiap kolekte dijalankan, sambil nyanyi buka dompet. Yang merah , biru, hijau disingkirkan, yang abu-abu dikeluarkan. Untuk dunia banyak kita keluarkan uang, tetapi untuk pekerjaan Tuhan pelit. Bagaimana dengan rumah Tuhan yang rusak? Siapa di yang perhatikan? Kalau setiap kita sadar, apa saja yang kita lakukan untuk Tuhan. Sampah di gereja, diambil dan taruh di tempat sampah. Orang lain tidak melihat tetapi mata Tuhan melihat. Nilainya luar biasa.
5.       Melayani itu sumber berkat. Tiap tahun ulang tahun. Saat merayakannya, apa keinginan kita? Angpao? Yang dirindukan, diungkapkan yakni “panjang umurnya.” Supaya umur panjang. Setiap orang rindu punya umur panjang.  Kalau kita mau umur panjang, rajin melayani. Tuhan Yesus memberi perumpamaan. Tuhan melihat pohon ara di kebut. Tahun pertama tidak berbuah. Tahun kedua, ketiga tidak berbuah. Jengkel tuannya, tukang kebun dipanggil untuk potong. Tukang kebuh bilang, “Kasihan dia, beri kesempatan. Beri pupuk biar tahun depan bisa berbuah. Bila tidak berbuah juga, tebanglah dia.” Kalau mau cepat mati, tiap minggu datang terkantuk-kantuk, bukannya mengerti firman Tuhan. Allah di surga melihat. Orang yang tidak ada sumbangsih untuk dunia, tidak ada gunanya, maka tebanglah.
Setiap anggota yang mengerti makna pelayanan berkata seperti perkataan Tuhan Yesus, “Manusia datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani.” Rela menyerahkan nyawa. Itulah makna pelayanan. Jangan sedikit keluar keringat, ngomel. Tuhan Yesus bukan saja mencucurkan air mata, keringat, waktu dan tenaganya tapi juga mencucurkan darah dan serahkan nyawa karena Dia tahu makna pelayanan.

No comments:

Post a Comment