Saturday, June 15, 2019

Jerih Payahmu Tidak Sia-Sia

Ev. Daniarti Dhyan C.

1 Kor 15:57-58
57  Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
58  Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.

1 Kor 15:57

              Apa yang dimaksud dengan ayat 1 Kor 15:57-58? Akhir dari pasal 1 Kor 15 adalah ayat 57-58 yang merupakan kesimpulan dari ayat-ayat di atasnya. 1 Kor 15:57  Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Ada 2 bagian kunci dari ayat ini :
1.       kemenangan.
2.       syukur kepada Allah

1.     Kemenangan

Yang dimaksud dengan kemenangan pada ayat ini identik dengan apa? Kemenangan identik dengan lomba atau kompetisi (sesuatu yang harus kita taklukan). Kemenangan di sini adalah kemenangan atas maut dan dosa. Sebenarnya kita memahami ini dan sering mendengarnya. Sebagai anak-anak Allah , kita telah diberikan anugerah untuk hidup dalam kemenangan atas maut dan dosa. Kita telah diberikan anugerah, berarti anugerah itu sudah kita miliki dan akan kita miliki seterusnya. Kita sudah memahami dari pembacaan Alkitab pribadi atau dari mendengar firman Tuhan bahwa kemenangan atas maut dan dosa  itu dikerjakan oleh Kristus melalui karya penebusanNya di kayu salib. Karena ada salib, kematian Kristus dan ada kebangkitanNya maka kita memiliki anugerah kemenangan atas maut dan dosa. Kita menang atas keduanya. Kita memahami hal ini dan sudah sering   mendengarnya.

a.       Menang atas Dosa

         Waktu kita menang atas maut dan dosa, artinya kita sudah diberikan kuasa oleh Tuhan sendiri melalui kebangkitanNya. Kuasa kebangkitan yang Kristus miliki ini diberikan juga kepada kita untuk bangkit melawan dan menang atas dosa. Kalau misalnya kita punya pergumulan dosa tertentu dan merasa,”Aduh! Gua orangnya memang orangnya suka marah. Aduh, saya orangnya suka negative thinking.” Mengubahnya susah, tapi tunggu dulu. Jangan-jangan kita belum paham bahwa sebenarnya kita memiliki kuasa itu yaitu kemenangan atas dosa.

b.       Menang atas Maut

Apakah artinya kita tidak akan mati? Tidak! Kita sering datang ke pemakaman. Kita tahu bahwa tubuh kita akan binasa (mati), tetapi kita akan bersama-sama dibangkitkan dan kita tidak akan terus dalam kematian karena ada kebangkitan Kristus. Kalau berbicara soal kemenangan maka yang harus ditaruh dalam pikiran adalah “saya sudah memiliki kemenangan itu”. Kemenangan itu sudah dianugerahkan bagi saya. Masalahnya : apakah saya menyadarinya atau tidak? Apakah saya sadar bahwa kita punya kemenangan itu?  Saat kita bicara tentang pergumulan dengan dosa dan menghadapi masalah (konflik) yang tidak pernah selesai darinya, ingatlah kemenangan itu sudah milik kita!
              Pernah ikut lomba? Contoh : lomba hari kemerdekaan Indonesia (17 Agustusan) seperti tarik tambang, makan krupuk , lomba kelereng dll di RT atau keluruhan, cerdas cermat nasional. Kalau kita ikut lomba maka bayangkan perlombaan di tingkat tinggi (penting) untuk kita (seperti kejurnas nasional). Saat ikut lomba (kompetisi), apa perasaan kita sebelum maju lomba? Mungkin kita merasa deg-degan, keringat dingin, mulas (perutnya tidak enak sehingga bolak-balik ke toilet), khawatir (bisa atau tidak?). Kalau menghadapi suatu pertandingan (perlombaan), perasaan seperti itu wajar. Untuk orang yang akan mengikuti lomba, saat didekati dan diajak bicara suka sensitif dan jawabannya suka jutek karena ia sedang gelisah dalam dirinya. Mungkin ada juga rasa takut (bagaimana kalau salah?). Atau bila susah membayangkannya, maka ada yang saat menghadapi ujian skripsi merasa gelisah (tidak bisa tidur). Itu sebelum lomba. Saat lomba apa perasaannya? Deg-degan? Ada yang merasa deg-degan ada juga yang tidak bisa berpikir apa-apa, langsung fokus dan mengendalikan diri (ketakutannya, kekhawatirannya sehingga bisa fokus). Kalau kita sampai ke akhirnya, ternyata setelah lomba atau ujian skripsi, keluar hasilnya dan ternyata hasilnya menang, apakah masih merasa takut seperti sebelumnya? Bahagia? Saat melihat atlit yang bertanding di olimpiade, saat mereka menang bagaimana ekspresinya? Seperti pasangan bulutangkis yang dikenal sebagai The Minion : Kevin-Marcus  mengekspresikannya dengan lompat, sujud, menangis dan berteriak. Seolah-olah mereka melepaskan semua beban yang tadi dibawa. Seolah-olah akhirnya bisa merasa plong.
Bagi yang sudah melewati ujian nasional atau skripsi merasa lega walaupun setelah itu ada lagi yang harus dihadapi seperti pekerjaan dan lain-lain. Tetapi setidaknya kita sudah pernah mengalami bahwa waktu kita menghadapi sebuah perlombaan, tantangan tertentu, kita merasa deg-degan, takut, khawatir, tidak enak, pergumuluannya seolah-olah malam itu menjadi malam yang panjang sekali. Inginnya cepat-cepat pagi dan lusa agar besok segera lewat. Tetapi ternyata setelah lewat, diri dan perasaan kita berbalik 180 derajat, menjadi lega (plong, damai, bahagia) dan makan juga enak. Kalau ada masalah di perut, saat menghadapi sesuatu, tidak mau makan, keringat dingin. Sebenarnya dalam perjalanan kehidupan, kita seperti itu. Kita menghadapi pergumulan yang terkadang membuat kita lelah. Waktu saya dapat tema ini, ini bukan saja sekedar jerih-lelah melayani. Bagi saya ini jerih lelah kehidupan, menjalankan kehidupan yang sesuai dengan kehendak Kristus. Contoh hal yang mudah : kalau kita mau sabar terhadap kelakuan orang yang mengesalkan dan dilakukan berulang-ulang. Bukankah itu melelahkan? Tapi kita tahu dan mengerti firman, sehingga kita belajar mengerti dan memahami. Itu melelahkan. Tetapi kalau kita melihat di ayat 57 ini, kemenangan sudah ada. Kemenangan diberikan, kita hanya ada dalam prosesnya. Tenang! Akhirnya kemenangan itu bagian kita! 
Saat menang, orang bisa melakukan sujud syukur, berteriak dan merasa lega.  Kita menghadapi pergumulan yang terkadang membuat kita capai. Saat menghadapi tema ini, ini adalah jerih lelah kehidupan (menjalankan kehidupan sesuai kehendak Kristus). Contoh : untuk sabar pada orang yang mengesalkan berkali-kali. Tetapi kemenangan sudah ada dan diberikan. Kita sudah ada dalam prosesnya. Akhir kemenangan adalah bagian kita.

2.     Syukur kepada Allah

         Orang yang menang bisa bersujud syukur, berteriak dan merasa lega. Bagian kedua ini adalah “syukur kepada Allah”. Begitu kita melewati pergumulan-pergumulan hidup, sulitnya bagaimana menjadi orang-orang percaya, bagaimana tetap berjalan lurus di tengah-tengah dunia yang bengkok bagaimana menjadi pengusaha yang jujur (berbicara sesuai apa adanya karena di tengah  teman-teman pengusaha lainnya bisa berubah-ubah bicaranya. Fakta A bisa menjadi A+ atau a bahkan bisa memanipulasi untuk keuntungan diri). Di tengah-tengah hal itu, bagaimana kita bisa mendapatkan keyakinan bahwa kita menang? Respon orang-orang yang menang adalah mengucap syukur. Adakah kita mengucap syukur  karena kita sudah memiliki kemenangan itu? Mungkin kemenangan itu belum nampak sekarang, masih bergumul, masih menanti-nanti dan rasanya lelah sekali, tetapi apakah kita mengucap syukur karena kita sudah punya kemenangan itu? Atlit pemenang perlombaan yang mengucap syukur seperti Kevin/Marcus bisa lempar raket, teriak atau melompat atau Muhammad Zohri, pelari 100 meter Indonesia, bisa berlari dengan memakai bendera berkeliling untuk merayakan kemenangannya dan mengucap syukur. Kira-kira mengucap syukur itu dalam bentuk apa yang bisa kita lakukan?
                                                 
1 Kor 15:58

Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia. Dari ayat ke-58 ini diambil 2 hal yang dikategorikan sebagai bentuk ucapan syukur yang bisa berikan (kerjakan) karena kemenangan itu sudah dianugerahkan kepada kita :  

1.     Berdiri teguh dan tidak goyah dalam keyakinan iman kita.

Bicara soal “berdiri teguh dalam iman” itu  bicara tentang ketaatan kepada Firman. Bicara soal  menjadikan Firman di atas semua nilai kehidupan kita, termasuk nilai yang dibawa dari keluarga. Keluarga saya punya nilai-nilai tertentu misal : kamu harus mencapai sesuatu, tidak boleh ada kesalahan. Tetapi nilai itu hendaklah ditundukkan di bawah apa yang firman Tuhan katakan. Berdiri teguh dan tidak goyah dalam keyakinan iman, baru akan kelihatan apakah berdiri teguh atau tidak, apakah berjuang agar tetap berdiri teguh atau tidak sebagai bentuk ucapan syukur karena kita sudah memiliki kemenangan saat kita menghadapi tekanan-tekanan. Contoh : pada waktu menghadapi kesulitan ekonomi, konflik dengan orang yang dikasihi, kita mengalami keterlukaan karena orang-orang di sekitar kita, pada waktu anak-anak kita sulit sekali dididik, hal-hal yang didoakan sepertinya Tuhan tidak mendengarkannya, pada waktu pelayanan tidak menghasilkan seperti apa yang kita mau, pada waktu kita sudah hidup benar tetapi sepertinya tidak ada sesuatu yang tampak luar biasa dalam hidup kita. Menghadapi hal-hal tersebut, kita mau ikut Tuhan, berjuang, bergumul, berproses dengan Tuhan , percaya kemenangan sudah diberikan oleh Tuhan bagi kita walau kita tahu bahwa hal itu tidak mudah.

2.       Giat dalam pekerjaan Tuhan

‘Giat’ artinya berlomba-lomba dalam memberi yang terbaik dalam pelayanan. Pertanyaannya : apakah kita melakukan hal itu? Atau kita berlomba untuk membiarkan orang lain saja. Apakah kita secara pribadi berlomba-lomba (saya mau mengusahakan atau memberi yang terbaik kepada Tuhan, mengerjakan pelayanan yang terbaik untuk Tuhan, saya mau benar-benar mengerjakan dengan sepenuh hati saya atau ‘kan ada dia’ , ‘dia lebih jago lho’.

              Secara sederhana dari 2 hal di atas : Tuhan mau supaya kita dalam menjalankan hidup kita terus berpegang pada iman, tidak goyah tetap teguh sesuai dengan kebenaran firman Tuhan dan sepanjang perjalanan perjuangan itu kita juga tetap bersemangat , berlomba-lomba untuk tetap melayani Tuhan. Ini adalah ucapan syukur. Ini adalah bentuk bahwa saya tahu kemenangan itu sudah jadi bagian saya. Kalau saya bergumul dengan sakit-penyakit tertentu dengan kondisi rumah tangga, keluarga tertentu yang tidak kunjung selesai, dengan lilitan utang dalam jumlah tertentu yang tidak selesai, apakah kita tetap mau berdiri kokoh (teguh, tidak goyah) sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan, tidak kompromi dan di tengah-tengah proses itu saya berlomba-lomba untuk melayani  Tuhan.
              Waktu saya mencoba memikirkan hal ini, saya berkata,”Tunggu dulu! Bukankah hal tersebut susah sekali. Kita pusing karena keadaan di rumah, tetapi kepusingan saya dengan masalah-masalah (hal-hal yang mengganggu hidup saya) di rumah, itu membuat saya tidak bisa peduli dengan orang lain, melayani orang lain, memperhatikan orang lain tidak bisa. Bagaimana ceritanya? Karena hidup saya banyak sekali variable-nya dan banyak sekali aspek yang harus diurus. Di kantor, teman-teman , pacar dan keluarga, belum lagi kalau terlibat dalam palayanan, tidak hanya 1 (ada banyak). Lalu bagaimana? Energi saya habis, saya hanya melakukan saja. Jawabannya adalah  jerih payahmu tidak sia-sia! Dasar kita bergumul untuk tetap teguh , melakukan yang terbaik dan berlomba-lomba melayani Tuhan, mengucap syukur adalah karena sudah ada karya kemenangan yang dianugerahkan kepada kita.
              Tuhan tidak saja harus memberikan alasan, mengapa saya harus terus bergumul tentang hal itu. Saya mengalami hidup yang sulit , pergumulan yang berat, saya juga ingin tetap melayani Tuhan. Tetap kerjakan! Karena jerih payahmu tidak sia-sia. Di saat kita tetap mengerjakan itu ada alasan yang Tuhan berikan, mengapa tetap harus dikerjakan. Karena ada kebangkitan Kristus dan kemenangan yang sudah diberikan bagi kita. Tetapi Tuhan tidak hanya memberikan alasan, tetapi Dia juga memberikan untuk apa? Karena Tuhan ingin benar-benar membawa kita sampai di titik kemenangan itu. Benar-benar ingin melakukan selebrasi.
              Pada pertandingan sepakbola, yang melakukan selebrasi kemengangan bisa semua crew akan turun ke lapangan, lalu teriak, angkat topi nya, ada confetti dan segala macam. Menikmati sukacita. Tuhan berikan alasan kepada kita mengapa kita diminta untuk tetap mengerjakan bagian itu. Karena jerih payahmu tidak sia-sia. Karena Tuhan sendiri yang akan membawa kemengangan itu, membawa kita benar-benar sampai kepada kemenagnan itu. Tuhan ingin bersama-sama kita merayakan kemenangan. Itu bukan bicara soal nanti di sorga, terkadang tidak (tidak selalu). Terkadang dalam kebaikan dan anugerahnya, Dia ijinkan kita menikmati kemenangan-kemenangan itu. Supaya kita tahu bahwa jerih payah kita tidak sia-sia. Jadi sebenarnya sewaktu bergumul, kita punya dasar bahwa kita memiliki kemenangan dan kita juga punya tujuan bahwa kita akan menikmati kemenangan itu. Dan ini adalah sebuah kepastian. Kalau saya banyak bicara dengan orang-orang dan mendengarkan cerita kehidupan mereka, terkadang saya temukan satu hal yang namanya percaya kepada asumsi dan itu yang membuat masalah di hidup mereka.
              Contoh : relasi. Dalam melakukan relasi, relasinya tidak berjalan dengan baik malah terjadi konflik. Saat individu A berbicara dengan saya, di tengah-tengah obrolan ditemukan konflik itu tetap terjadi apabila Dia tidak bisa mengampuni , menerima dengan kasih, keputusan-keputusan itu, ada yang namanya asumsi. Kadang kala kita mempercayai yang bukan fakta. Kalau ada 2 orang dalam sebuah relasi, kemudian mereka berkonflik. Pertanyaannya : salah siapa?  Relasi selalu bicara tentang  2 orang. Begitu relasi itu berkonflik selalu ada 2 orang yang punya andil dalam konflik itu. Persentasenya bisa macam-macam. Tetapi intinya 2 orang punya andil dalam konflik itu. Tetapi berapa sering kita justru mengambil bagian itu semua? Berasumsi ini semua salah saya atau sebaliknya berasumsi ini semuanya salah dia. Begitu kita berasumsi , itukan tidak sesuai fakta. Fakta berkata bahwa kalau relasi berkonflik, keduanya punya andil. Itu fakta. Tetapi seberapa sering kita lebih percaya pada asumsi kita atau kita percaya pada setengah fakta (tidak percaya pada fakta keseluruhan). Salib, kematian Tuhan dan kebangkitanNya  dan kemenangan kita, Tuhan yang ada dalam proses itu dan nanti kemenangan yang kita nikmati bersama Tuhan benar-benar itu adalah fakta. Jangan pernah lupa dengan fakta itu. Begitu kita menghadapi pergumulan hidup, menghadapi tantangan-tantangan yang sulit, begitu kita merasa lelah menjalani  hidup, begitu kita berjuang dalam kebenaran dan karena tidak merasa hasil kita merasa capai dan kita mau berhenti, maka ingat kembali faktanya. Fakta yang sudah dan selalu menempel pada anak – anak Tuhan adalah kemenangan itu sudah diberikan (dianugerahkan) bagi kita. Dan saat kita menjalani proses kehidupan sekalipun kita lelah (tidak sanggup lagi) dan sekalipun sepertinya tidak ada perubahan (bertahun-tahun begitu terus) maka percayalah : jerih payahmu tidak sia-sia! Karena akan ada kemenangan yang kita rayakan bersama Tuhan suatu kali nanti.

Penutup

              Ada sebuah suku pada bangsa Indian yang punya cara unik untuk mendewasakan anak laki-laki dari suku mereka. Jika seorang anak laki-laki tersebut dianggap sudah cukup umur untuk didewasakan maka anak laki-laki tersebut akan dibawa pergi oleh seorang pria dewasa yang bukan sanak-saudaranya dengan mata tertutup. Di umur tertentu dijelaskan bahwa anak itu sudah mau dewasa. Untuk itu harus dites mengikuti tradisi dari suku itu. Lalu matanya ditutup kemudian dibawa oleh seseorang, mungkin oleh kepala adat atau sukunya dibawa pergi ke suatu tempat. Anak laki-laki itu dibawa jauh menuju hutan yang paling dalam. Ketika hari sudah sangat gelap, penutup mata anak tersebut akan dibuka dan orang yang mengantarnya akan meninggalkannya sendirian. Kapan ia dinyatakan lulus? Ia akan dinyatakan lulus dari tes ini dia diterima jika ia tidak berteriak atau menangis hingga malam berlalu. Semalaman ditinggalkan di hutan sendirian tanpa cahaya bantuan dan tidak boleh berteriak atau menangis karena ia seorang pria (ini tidak bisa diaplikasian secara literal bahwa pria tidak boleh menangis).
              Malam begitu pekat bahkan anak itu tidak bisa melihat telapak tangannya! Begitu gelap dan ia begitu ketakutan. Hutan tersebut mengeluarkan suara-suara  yang begitu menyeramkan. Ada lolongan serigala, bunyi dahan yang gemerisik yang membuatnya semakin ketakutan. Tetapi ia ingat, ia tetap harus diam dan tidak boleh berteriak dan menangis. Maka anak laki-laki ini akan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk mengikuti (memenuhi) standar tes itu. Apapun yang terjadi, sekalipun ada sesuatu yang bergerak yang ia dengar, ia tetap tidak boleh panik dan berteriak. Sekalipun ada sesuatu yang merayap di kaki atau tangannya, ia tetap tidak boleh berteriak atau menangis. Maka malam itu menjadi malam yang paling panjang bagi anak itu. Kenapa tidak cepat pagi-pagi? Tetapi kalau mau menangis, nanti gagal. Saya tidak bisa disebut sebagai pria dewasa di dalam suku saya. Maka saya harus tetap menahan diri dan mengendalikan ketakutan saya. Saya tetap punya pikiran yang jernih. Kira-kira ia akan bergumul seperti itu.
              Setelah malam yang panjang dan menakutkan itu, cahaya pagi mulai tampak dan matahari muncul. Dan mulai ada senyuman di wajahnya. Semakin lama cahaya semakin terang dan dia mulai bisa melihat sekelilingnya. Waktu ia membalikan badannya, ia terkejut karena ada ayahnya di sana berdiri tepat di belakangnya dengan tombak dan panah yang siap dipakai dengan cara berdiri (kuda-kuda) yang kokoh, dengan kewaspadaan tingkat tinggi hanya untuk memastikan anaknya bisa melewati malam itu dengan baik. Hanya untuk melindungi anak itu agar anak itu bisa menyambut pagi hari dan bisa menjadi seorang pria dewasa di suku tersebut.
              Tuhan adalah Dia yang berjalan bersama kita dalam semua air mata dan dalam semua perasaan bingung atau dalam kelelahan bekerja. Dalam kelelahan menyelesaikan masalah identitas diri kita, dalam kelelahan pergumulan hidup kita, Dia ada di sana!! Bahkan sejak awal Dia katakana,”Kemengangan sudah Kuberikan!” dan  nanti kemengangan akan kau alami secara pasti. Saya tidak tahu bentuk kemenangannya seperti apa? Tetapi pergumulan kita, kesetiaan kita kepada firman , integritas hidup kita yang kita jadi agar tidak keluar dari kebenaran Firman, semangat kita berlomba-lomba untuk melayani Tuhan, tidak pernah tidak diperhitungkan oleh Allah. Maka Dia adalah Allah yang begitu mengasihi , menghargai dan begitu ingin membawa kita kepada kemenangan demi kemenangan dalam hidup ini. Jerih payah kita tidak akan pernah sia-sia. Amin.
             



No comments:

Post a Comment