Monday, April 1, 2019

Para Rasul adalah Saksi Hidup tentang Janji Penebusan

Pdt. Jimmy Lucas

Kis 2:32 Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi.


Moment of Truth

              Moment of truth adalah istilah untuk menyatakan apakah kita siap menghadapi kebenaran kita sendiri. Orang bule mengatakan,” Jim, ini saatnya untuk kamu melihat kebenaran kamu sendiri”. Biasanya istilah ini digunakan saat kita diperhadapkan pada tantangan besar yang mengharuskan kita untuk memilih apa yang benar-benar penting bagi kita. You know what is your truth (apa yang benar-benar penting bagi kita). Memilih mana yang betul-betul kita cintai (sukai). Di hari Pentakosta Para Rasul berhadapan dengan moment of truth mereka. Ketika Roh Kudus dicurahkan , mereka yang melihat, mengejek para rasul sebagai orang-orang yang sedang mabuk di pagi hari. Rasul Petrus kemudian berdiri, kemudian bersama-sama dengan 11 rasul yang lain memberikan apologetika (pembelaan iman mereka). Ini tidak mudah karena tindakan ini bisa menimbulkan konsekuensi serius. Mereka bisa saja dilempari dengan batu sampai mati karena mereka dianggap menghujat. Namun ini adalah kebenaran mereka. Mereka harus melihat dan bisa menunjukkan apakah keyakinan mereka sungguh-sungguh bisa diuji.

Kesaksian Rasul Petrus

Rasul Petrus berbicara tentang 3 hal yang mendasari kesaksiannya (martus , baca Kisah Para Rasul 2:14-40) :

1.     Berdasarkan firman Allah.
Di dalam khotbah, Rasul Petrus mengutip begitu banyak firman Allah.
2.     Ke-mesias-an Yesus.
Dia menunjukkan bahwa Yesus yang disaksikan adalah Mesias yang dinanti-nantikan oleh orang-orang Yahudi.
3.     Berita Injil adalah pengalaman yang berpusat pada Yesus sendiri.
Ia bersaksi tentang pengalamannya.

Poin 1 dan 2 terkait dengan apa yang diketahui. Poin 3 adalah terkait pengalaman Rasul Petrus dan rasul-rasul lainnya. Maka para rasul kemudian berkata bahwa kami adalah saksi. Kata “saksi” berasal dari bahasa Yunani yaitu martus.

Kata martus mengandung 3 pengertian :

1.     Saksi di dalam pengertian legal.
Misalnya : kita dipanggil di sebuah pengadilan, maka status saksi kita sebagai saksi hukum (legal). Ketika Rasul Petrus menggunakan kata martus maka sebetulnya ia adalah secara sah dan meyakinkan atas dasar hukum / firman Allah, ia adalah saksi yang legal (kesaksiannya adalah kesaksian yang legal).
2.     Pengertian historis
Ia menjadi saksi karena mempunyai pengalaman masa lalu dengan apa yang disaksikan . Ia bukan saja melihat an memahami tapi ia juga mengalami apa yang dia saksikan.
3.     Kesaksian yang etis.
Rasul Petrus bukan orang yang bersaksi hanya berdasarkan dengan apa yang dilihat / dialami, tetapi secara etis hidupnya mendukung kesaksian itu.

Kata martus mengandung pengertian yang luar biasa. Dia adalah saksi yang sah secara hukum, ia mengalami apa yang disaksikan dan hidupnya setangkup dengan apa yang disaksikan. Rasul Petrus menggunakan kata ini, untuk menunjukkan ia saksi yang sesungguhnya berdasarkan pengalaman bukan hanya pengetahuan. Ini adalah cara para rasul bersaksi.  Ketika Rasul Yohanes menulis suratnya (1 Yohanes 1:1-3)   Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup -- itulah yang kami tuliskan kepada kamu.  Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami.  Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.
Itulah metode kesaksian dari para rasul. Para rasul bukan saja menyaksikan pengetahuan saja tapi mereka menyaksikan juga pengalaman pribadi mereka dengan Yesus. Itu yang membuat kesaksian mereka menjadi kuat (powerful). Yesus sendiri menegaskan,”Kita akan menjadi orang Kristen yang berbuah jika kita punya pengalaman seperti itu dan kita menjadi orang Kristen yang berbuah bila kita tinggal di dalam Yesus”. Dalam Yohanes 15:4  Yesus berkata, “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.” Yesus mendorong kita untuk memiliki hubungan yang saling-tinggal. Hubungan di mana saya tinggal di dalam Yesus dan Yesus tinggal di dalam saya. Hubungan di mana saya mengalami Yesus sebagai hal yang nyata. Ketika kita memiliki hubungan ini, maka kita akan memiliki pengalaman yang nyata dengan Tuhan Yesus dan pengalaman inilah  menjadi modal kesaksian kita kepada orang lain.  
Tidak semua orang suka Gado-Gado Boplo, tetapi tidak ada yang boleh melarang saya untuk berkata bahwa Gado-Gado Boplo enak. Karena itu adalah pengalaman saya dan saya berhak untuk menyaksikan apa pun dengan Gado-Gado Boplo. Jadi saksikan apa yang kita alami!

Saya punya seorang adik ipar dan ia punya seorang adik. Adiknya ini kemudian menikah. Suaminya saat dilihat pertama kali tidak simpatik. Sosok tubuhnya besar sehingga ada yang menyebutnya kodok blentung (kintel, brown bullfrog). Adik ipar saya cantik sekali, mengapa ia bisa mendapatkan seorang ‘kodok blentung’? Di samping itu , kalau ia hanya sekedar gemuk, keringatan dan bawaannya basah terus, tetapi kalau ramah dan baik masih tidak masalah. Tetapi yang ini, malah asem , bau dan tidak ramah. Sehingga membuat kita merasa tidak simpatik kepadanya. Tapi bagaimana pun juga itu pilihan dia. Saya hanya diam saja, tersenyum dan tidak ada urusan. Setelah menikah kami hanya bertemu sekali selama 10 tahun yakni saat imlek. Namun setelah itu saat pertemuan kami yang ketiga , saya menjadi terkejut. Karena sekarang sosok tubuhnya menjadi kecil , berotot dan ia memakai baju yang slimfit. Saya pun bertanya,”Kamu sakit?” Lalu ia pun mulai bercerita tentang produk anti-aging yang dimakannya. Dalam waktu 90 hari berat badannya turun 20 kg! Turun namun bukan berarti sekedar kurus tapi berotot! Dengan antusias dia bercerita tentang produknya yang telah mengubah tubuh dan seluruh hidupnya. Ketika mendengarnya saya menjadi skeptik karena saya punya pendidikan dan  latar belakang di bidang ini. Tanpa menggunakan obat seperti itu, silahkan datang ke dojo saya. Dalam waktu 8 bulan, saya bisa membentuk tubuh menjadi kecil dan berotot juga melalui pelatihan Muay Thai (olah raga nasional kerajaan Thai) di dojo saya. Tapi melihat penampilan orangnya dan bagaimana ia bercerita tentang produk itu dan pengalaman dengan produk itu saya melihat bahwa ia benar-benar bisa berubah! Dari orang yang malas berbicara sekarang menjadi orang yang antusias dan bersemangat. Dari orang yang tidak percaya diri sekarang menjadi orang yang penuh percaya diri. Dari orang yang cuek menjadi orang yang penuh perhatian terhadap lawan bicara. Biasanya dulu kalau diajak bicara membuang muka, tetapi sekarang saat berbicara ia memperhatikannya. Orang ini berubah 180 derajat dari orang yang sebelumnya saya kenal. Jadi saya bertanya, “Produk apa yang kamu pakai?” Akhirnya saya membelikan 1 paket produknya untuk istri saya. Saya yang awalnya skeptis, tapi saat melihat hidupnya berubah, maka mau tidak mau saya membelinya. Itulah kekuatan sebuah testimoni (kesaksian)!

Suatu kali saya jatuh sakit dan pergi berobat ke seorang sinshe (tabib Tionghoa tradisional). Dia tidak bisa berbicara bahasa Indonesia dan  hanya menggunakan bahasa Mandarin, kebalikannya saya hanya bisa berbicara bahasa Indonesia dan hanya mengerti sedikit bahasa Mandarin. Ia kurang lebih bertanya ,”Kamu kenapa?”. Saya menjelaskan,”Badan saya sakit semua, leher tidak enak seperti dicekik. Perut mual ingin muntah”. Lalu ia membaui mulut saya dan kemudian berkata,”Organmu semua hancur! Hati , limpa , jantung sudah rusak semua!” Sedikit terkejut saya bertanya,”Penyebabnya apa?” Dia menjawab,”Penyebabnya adalah kamu stress! Kamu punya cita-cita tinggi tapi tidak tercapai.” Saya sendiri tidak tahu bahwa saya sedang stress. Bagaimana mungkin dalam Yesus merasa stress? Dia kemudian bertanya lagi,”Kamu menyembah apa?” Saya menjawab,”Saya pergi ke gereja.” Dia pun berkomentar, ”Kalau melihat dari mukamu dan kalau orang Kristen sepertimu maka saya tidak mau menjadi orang Kristen!’ Dia berkata,”Kalau orang Kristen model dan mukanya seperti kamu” padahal  dia bicara dan tidak tahu dosa saya, tapi melihat dari muka saya yang sepertinya berbeban berat, tidak damai dan tidak ada sukacita, maka dia lebih baik tidak ikut Tuhan Yesus. Kalimatnya itu mengubah hati saya walaupun muka saya tetap kereng (garang) karena tuntutan kerjaan. Satu hal yang saya pelajari bahwa kesaksian saya penting karena saat saya berbicara tentang Yesus, kalau kita berbicara tentang ‘produk’ bagus, tapi kamu sendiri tidak menunjukkannya siapa yang akan percaya?
Saya pernah berkata ke istri, “Papa saya terkena stroke selama 6 tahun. Saya tidak mau ada orang seperti itu. Saya mau ibu-ibu, anak remaja dan orang dewasa punya badan yang langsing. Saya percaya orang yang berlatih dengan Muay Thai tubuhnya akan langsing. Mendengar perkataan saya, istri saya memperhatikan saya dari atas (ujung rambut) sampai ke bawah (ujung kaki) dan kemudian dia berkata, “Tidak bisa!”. “Kamu jangan meremehkan, karena saya belajar karate dari umur 8 tahun!” sanggah saya. Dia berkata,”Bukan masalah karatenya. Coba kamu mengaca!” Saya tahu alasannya dan itu menusuk hati saya. Saya tidak gemuk tapi gendut. Gemuk berbeda dengan gendut. Kalau orang gemuk perutnya masih merata, sedangkan orang gendut akan terlihat di lingkar pinggang. Dengan tinggi saya 163  cm, tapi linggar pinggang saya saat itu 36 cm.  Jadi saya mengerti apa maksudnya maka setelah itu saya berlatih Muay Thai sehingga dalam waktu 3 bulan lingkar pinggang saya turun menjadi 32 (ini masih belum ideal) dan saya kerja lebih keras sehingga dalam waktu seminggu tinggal 29 sampai sekarang. Jadi hal ini bisa menjadi testimoni Muay Thai bisa membuat tubuh menjadi langsing.
Kalau kita ingin berkata, “Yesus baik , luar biasa dan dahsyat tapi kalau tidak mengalami sendiri, bagaimana bisa bersaksi? Itu hanya masalah pemahaman (teori) saja dan semua orang bisa bicara seperti itu. Orang akan lebih tertarik dari apa yang betul-betul kita alami.” Apa susahnya bersaksi tentang Tuhan? Di daerah Mangga Besar ada restoran Kam Seng yang buburnya enak walau pun ada yang berkata,”Bubur yang ada di sana lebih enak!”. “Kok tahu?” “Karena saya pernah makan!” Kalau kamu sudah merasakan makanannya , maka kita baru bisa dengan mudah mengatakannya. Mengapa kita tidak berani bersaksi tentang Yesus? Karena kita tidak pernah mengalaminya! Saya bingung karena ada orang Kristen yang tidak pernah menyaksikan tentang Tuhan Yesus. Selama ini ngapain saja di rumah dan di gereja? Bersaat teduh tidak? Bergumul dengan Tuhan tidak? Waktu mengalami pergumulan dalam kehidupan, apakah kita bersungguh-sungguh mencari Tuhan Yesus dan berpegang padaNya? Seperti yang dialami oleh Yakub, di mana saat bertemu dengan Esau ia merasa gemetar. Di dalam ketakutan, ia menggandoli Allah (berpegang pada Allah) dan ia terus memegang Allah. Setelah itu baru ia bisa bercerita pengalaman dia dengan Tuhan,”Inilah lho Yesus yang saya alami. Ini lho Tuhan Yesus yang menolong saya dan melakukan mujizat buat saya.” Cerita ini nyata. Baru dari situ kita bisa cerita, Yesus mati di kayu salib untuk menebus dosa, Yesus bangkit kembali untuk memberi kita hidup yang baru , Yesus naik ke surga untuk menyediakan tempat bagi kita, Ia akan datang kembali untuk menghakimi orang yang hidup dan mati tetapi starting point-nya selalu memiliki pengalaman dengan Yesus.

Di tempat saya melatih Muay Thai, saya tidak membuat dojo untuk melatih kekerasan tapi membangun keluarga. Saya tidak mengurus orang latihan Muay Thay saja tetapi saya selalu kepo. Saya suka bertanya ,”Kuliah sudah lulus belum?”, “Bagaimana keluarga?”, “Pekerjaan lancar atau tidak?” dll. Suatu kali ada yang datang ke dojo dengan muka cemberut dan pulang dengan muka cemberut lagi. Muay Thay tidak membawa keselamatan. Saat coba bertanya ,”Ada apa denganmu?” dan  ia mulai bercerita tentang bagaimana ia bergumul tentang kuliah nya yang hampir drop out, ia bercerita tentang ini-itu. Saya mendengarkan dia bercerita. Saya berusaha menjadi pendengar yang baik. Lalu setelah itu dia bercerita untuk kedua kalinya minggu berikutnya dan setiap kali bertemu ia bercerita lagi tentang hal yang sama. Mungkin karena ada yang mendengarkan. Hingga suatu kali, saya berkata, “Cukup!” Saya bertanya, “Kamu pernah puasa?” Dijawab,”Pernah!” “Puasa apa?” saya kembali bertanya. “Kan kalau mau Jumat Agung, kita puasa”, jawabnya.  “Tidak, tidak! Bukan itu yang saya maksud. Kalau saat Jumat Agung berpuasa maka itu adalah puasa ritual. Banyak orang di jam-jam itu puasa, tetapi apakah kamu puasa dalam pergumulan mu?” Dia menjawab,”Tidak pernah!” Saat ditanya lagi,”Mengapa tidak pernah puasa?” Ia terdiam. Saya berkata, “Kemarin ada seorang murid Muay Thai dan saya minta dia diet.” Dia langsung berkata,”Koko, saya diet bukan sekedar diet. Besok saya puasa selama 2 minggu.” Saya bertanya lagi,”Kamu kuat tidak ikut Muay Thai lagi?” “Kuat, Ko! Tenang saja! Pokoknya saya tekadkan untuk puasa 2 minggu!” Saya bertanya lagi,”Memang  kamu ada pergumulan apa? Mengapa kamu bergumul lalu puasa?” Dia menjawab,”Waktu punya pergumulan, saya berpuasa. Dan ternyata Tuhan menjawab saya dengan luar biasa!” Saya terdiam. Ia punya pengalaman sehingga ia bersaksi bagaimana ia bergumul bersama Allah dan bagaimana ia menggelandoti Tuhan melalui puasa. Saya berkata pada orang lain,”Dia puasa, kamu puasa tidak?” Ada berapa agama di Indonesia?” Dijawabnya,”Enam”. Dari semuanya hanya Tuhan Yesus yang bangkit dari orang mati. Itu menunjukkan Yesus hidup. Kalau Yesus hidup berarti Ia ada di sini bersamamu sekarang. Mengapa kamu menganggap Dia angin lalu. Mengapa kamu tidak melibatkanNya dalam pergumulanmu, menggandoli Dia, mengganggu Dia  dan bersikap “kurang ajar” terhadap Dia? Jadi orang Kristen, Yesus itu Tuhannya, mengapa tidak bersikap kurang ajar dengan Tuhan Yesus (bukan dalam pengeritan ‘mengata-ngatain’)? Beranilah sedikit! (Tuhan saya mau ini, Tuhan, tetapi mengapa tidak bisa?. Tolong Tuhan! Tuhan tolong  sembuhkan sakit kanker tetapi biarlah kehendakMu terjadi!” Mengapa berdoa seperti itu? Belum bergumul sudah menyerah. Ngototlah berdoa (ketuk pintuNya) tiap malam. Sembuhkanlah ya Tuhan! Mengapa tidak pernah berdoa seperti janda yang mengganggu hakim setiap malam sehingga hakimnya menyerah? Mengapa tidak datang seperti seorang sahabat yang minta roti, “Tolong dong, kasih!” Mengapa tidak percaya ketika Yesus berkata,"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.sehingga pintu dibukakan kepadamu? (Matius 7:7). Mengapa tidak minta gunung pindah sekalian? Iman apa yang kamu punya?  Tempe! Bergumullah dengan berani, minta dengan sungguh-sungguh,gedor pintu Tuhan,  alami Dia sehingga kalau ditolakpun tahu ternyata Tuhan tidak menjawab doa saya karena Tuhan tahu yang lebih baik dari saya.” Alami Tuhan dan bergumullah bersama Tuhan setelah itu ceritakanlah kepada  orang lain. “Saya sudah berdoa puasa, tetapi Tuhan tidak jawab walau sudah berdoa seperti itu!” karena Tuhan sudah menyediakan yang lebih baik dan ternyata itu benar. Tuhan saya hidup! Ia mati di atas kayu salib untuk saya. Ia tidak berhenti kaena mati, tapi bangkit kembali dan hidup bersama saya.” Jadi orang Kristen , jangan tidak pernah mengalami Tuhan! Tuhan itu hidup dan bangkit dari orang mati. Satu-satunya pendiri agama yang seperti itu. Mengapa tidak mengalami Dia dan kalau tidak mengalami Dia bagaimana kita akan bersaksi tentang Dia? Mari, jangan jadi orang Kristen yang tidak mengalami Dia! Tinggal terus di dalam Yesus, terus berdoa, terus cari kehendakNya, terus intim denganNya , sehingga bisa bercerita Kristus yang termanis dan terbaik buat kita.  Kalau hanya tahu saja , orang tidak setia dan hanya bisa beragumentasi.
Pada awal abad 20 ada 2 pengkhotbah akan yang mengubah wajah kekristenan yaitu Billy Graham (1918-2018) dan Charles Templeton (1915-2001) yang sangat pintar sekali. Suatu kali mereka berdua bertemu dan Billy Graham kalah berdebat dengannya. Kemudian Billy Graham masuk ke hutan dan berlutut lalu berdoa, “Tuhan, saya orang bodoh. Saya tidak tahu hal-hal lain dan tentang teologi. Satu hal yang saya tahu adalah Alkitab adalah firman Allah dan Yesus adalah firman Allah. Saya percaya kepada Yesus dan Alkitab. Dalam nama Yesus saya berdoa. Amin”. Ia memutuskan untuk tidak tahu apapun. Yang dia tahu hanyalah Alkitab dan ‘saya mengalami Yesus’ sedangkan teologi tidak perlu pintar. Lawan debatnya itu kemudian masuk Universitas Westminster dan menjadi orang luar biasa pintar tapi akhirnya menjadi ateis dan mati bunuh diri. Billy Graham setiap kali berkhotbah memulai dengan kalimat, “and the Bible says”. Setiap kali berkhotbah ia bisa berkata begitu sebanyak 150 kali. Apakah iman nya sederhana dan bodoh? Imannya hidup karena ia beriman pada apa yang dia alami bersama Yesus. Yesus untuknya bukanlah teori dan teologi tetapi pribadi yang nyata dan ia hidupi. Dari sana ia punya kesaksian yang kuat!

Saya tidak melarang saudara bersaksi. Tetapi saya menantang saudara untuk mengalami Yesus setiap hari seperti pada lirik lagu Day by Day (1971, Stephen Schwartz dan John-Michael Tebelak). Day by day, Dear Lord, of thee three things I pray: To see thee more clearly, Love thee more dearly, Follow thee more nearly, Day by day. Hari lepas hari., Tuhan, 3 hal yang saya doakan adalah melihatMu lebih jelas, mengasihiMu lebih dalam, mengikutiMu tepat di belakang. Tiga hal ini saja. Alami Yesus! Ceritakan Yesus! Alami Yesus ceritakan Yesus. Alami manisnya Yesus, ceritakan manisnya Yesus. Alami kemahakuasaan Yesus , ceritakan Yesus yang berdaulat. Alami Yesus yang melakukan mujizat ,ceritakan mujizat yang Yesus lakukan. Alami Yesus yang menyelamatkan, ceritakan kesalamatan dari Yesus. Yesus hidup! Mari kita ambil sikap hari ini bahwa hari ini saya mau mengalami Yesus dan saya mau menceritakan Yesus.

No comments:

Post a Comment