Sunday, March 24, 2019

Para Nabi & Raja pun ingin Melihat Sang Penebus





Ev. Putra Waruwu

Lukas 10:21-24
21  Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.
22  Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorangpun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu."
23  Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata: "Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat.
24  Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya."

Pendahuluan

              Tema renungan siang ini “Para Nabi dan Raja pun Ingin Melihat Sang Penebus”. Tema ini cukup panjang dan membuat kita berpikir. Kita akan bersama-sama belajar Firman hari ini dengan cara yang sederhana. Umumnya setiap orang akan tertarik ketika mendengar dan mendapatkan informasi tentang sesuatu yang mengesankan. Misalnya : ada info tentang tempat makan yang enak dan murah. Pasti ada orang yang tertarik dan kemudian bertanya, “Di mana? Kira-kira harganya berapa?” Yang kedua mungkin tempat nongkrong, berkumpul dan bercengkrama satu dengan lain.
              Rabu lalu setelah Persekutuan Doa, seorang jemaat mengajak ke sebuah rumah makan dan mengatakan bahwa restoran tersebut cocok digunakan sebagai tempat untuk kegiatan komsel. Hal-hal ini memang menarik dan membuat kita bertanya, “Tempatnya seperti apa? Suasana nya seperti apa?” sangat mengesankan dan menjadi bagian dari hidup manusia. Bila ada yang membuatnya tertarik maka ia akan berjuang untuk melihat hal tersebut.
2 minggu terakhir ini banyak penduduk DKI diberi kesempatan untuk mencoba MRT secara gratis. Mengapa orang-orang berbondong untuk mencobanya? Karena mereka ingin tahu seperti apa MRT itu. Saya dan mu-shi mencoba naik MRT dari Hotel Indonesia (HI)  sampai terminal Lebak Bulus yang ditempuh dalam waktu 30 menit. Banyak orang yang ber - swa-foto dan ngobrol. Kemudian ada yang membandingkan dengan MRT di Singapore. MRT di sana saat berjalan cukup besar bunyinya, sedangkan MRT di Jakarta masih halus suaranya. Yang paling penting adalah setiap orang punya keinginan untuk menikmati secara langsung. Kalau hanya mendengar dan tahu dari orang lain, sepertinya tidak sah dan afdol. Tetapi kalau sudah mencicipi , duduk, melihat dan  menikmati sendiri maka orang sudah merasa puas.

Bersyukur kepada Allah

              “Ingin” artinya mau melihat Sang Penebus tersebut. Tetapi yang menarik adalah apa yang Tuhan Yesus katakan, “raja dan nabi tidak bisa melihat Sang Penebus”. Lukas 10 adalah sebuah perikop panjang yang menceritakan kepada kita bahwa Yesus di awal pelayananNya mengutus 70 murid untuk melayani di berbagai kota yang ada. 70 murid ini diluar dari 12 murid yang ada, artinya mereka adalah murid-murid yang baru yang menjadi bagian dari kelompok Tuhan Yesus. Mereka diutus ke beberapa kota untuk menghibur, menguatkan yang lemah, menyembuhkan yang sakit dan menaklukkan segala kuasa di luar Tuhan Yesus. Itulah yang mereka lakukan. Setelah itu mereka kembali kepada Yesus. Mereka bercerita bahwa,”Kami telah melakukan pelayanan ini-itu. Puji Tuhan , segala kuasa di luar nama Yesus takluk kepada kami di dalam nama Yesus.” Berarti ada sebuah rangkaian pelayanan yang dapat dirasakan oleh orang banyak pada saat itu. Tapi Tuhan Yesus berkata, “Jangan bersuka cita karena kegelapan itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga.” Berarti keselamatan lebih jauh lebih besar dibanding kuasa yang diberikan Tuhan Yesus kepada murid-muridNya.
              Melihat itu, Lukas 10:20-24 adalah bagian di mana Tuhan Yesus bersyukur di dalam Roh Kudus kepada BapaNya di surga, Yesus berkata, “Aku bersyukur kepadaMu, Bapa Tuhan langit dan bumi.” Ini menarik karena secara tidak langsung, Tuhan Yesus mengajarkan kepada 70 murid tersebut agar tidak lupa untuk bersyukur. Aku bersyukur kepada Bapa, Tuhan langit dan bumi. Karena semuanya itu Engkau dinyatakan bagi orang kecil tetapi Engkau sembunyikan kepada orang bijak.
              Saya pernah khotbahkan tentang orang kecil dan orang bijak (pandai). Yang dimaksud di sini adalah Injil tentang Keselamatan. Yesus berkata demikian padahal 70 murid itu adalah orang – orang yang secara pendidikan (intelektual) tidak pintar dan pengalamannya biasa. Orang-orang ini tidak masuk hitungan, golongan yang terbawah (hina-dina). Tetapi Allah mau memakai mereka (golongan ini) untuk menyatakan kuasa Allah. Bukan karena kepintaran dan kemampuan tetapi karena Tuhan ingin memakai mereka. Itu yang penting dan dinyatakan Tuhan kepada murid-muridNya saat itu.

Beruntung dan berbahagia orang yang menyaksikan kuasa Allah

              Pada ayat 23 Tuhan Yesus berkata kepada murid-muridNya, : "Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat.  Setelah bersyukur, Yesus berpaling ke murid. “Bersyukur , dan beruntunglah orang yang melihat apa yang kamu saksikan di dalam iman kepada Tuhan” artinya beruntunglah orang yang telah menyaksikan kuasa Allah melalui pelayanan murid-murid tersebut. Ketika mereka menyembuhkan penyakit, makan bersama, memberitakan firman Tuhan, menaklukkan setan-setan  atau ditolak di dalam kota maka itu merupakan kesempatan yang Tuhan ijinkan agar para murid bisa melewati masa sulit sedemikian. Itu peristiwa yang bisa disaksikan oleh para murid. Butuh perjuangan dan pengorbanan untuk menjalankan apa yang Tuhan inginkan. Dari apa yang disaksikan para murid, ada orang-orang di sekitar mereka yang turut menyaksikan peristiwa itu. Ketika murid-murid tahu bahwa iblis kalah dari Tuhan Yesus, disaksikan oleh para murid dan juga oleh orang-orang yang ada pada saat itu. Yesus berkata, “Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat.” Keselamatan itu dapat disaksikan oleh semua orang dan didengarkan oleh semua orang, tetapi tidak dapat diterima oleh semua orang.
              Ayat 24 dikatakan “Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat dan mendengar apa yang kamu dengar tetapi mereka tidak melihat dan mendengarnya.” Raja dan nabi adalah pemangku jabatan terbesar. Raja adalah pemimpin sebuah bangsa, berkuasa atas orang-orang, wilayah dan seluruh tatanan administrasi sebuah bangsa. Raja dihormati, disegani dan sangat diagungkan. Sedangkan nabi adalah penyambung lidah Allah yang bertugas menyampaikan isi hati Allah kepada sebuah bangsa. Ada 2 pesan penting  yang disampaikan oleh nabi yaitu berkat dan kutuk. Berkat adalah segala sesuatu yang baik, mendatangkan sukacita, hal-hal yang tidak mengecewakan, kedamaian dan keharmonisan. Kutuk adalah segala sesuatu yang berbau tentang kesedihan, peperangan , kekacauan dan kehancuran. Ini yang disampaikan para nabi. Sehingga dalam zaman Perjanjian Lama, setiap kali nabi datang, orang ketar-ketir. Karena berita yang disampaikan hanya 2 yaitu berkat dan kutuk. Tetapi ada juga nabi-nabi palsu yang mengatasnamakan Tuhan dalam pemberitaan. Nabi pada dasarnya adalah penyambung lidah Allah. Mereka pemangku jabatan yang besar dan mulia.

Tetapi mengapa Yesus mengatakan mereka tidak melihat apa yang kamu lihat? Tidak adil dong? Ada beberapa jawaban :

1.     Karena nabi dan raja sudah mati.
Perjanjian Lama adalah nubuat tentang kedatangan Juruselamat. Ini adalah pertanyaan komsel bulan lalu. Inti dari Perjanjian Lama itu apa? Nubuat, belum kenyataan, masih sebatas berita, informasi. Walau nubuat akan terjadi di masa mendatang, tetapi belum ada kejelasan tentang kapan akan terjadi. Para nabi dan raja sudah mendengarnya tetapi belum melihatnya karena mereka sudah meninggal.

2.     Nabi dan raja mengeraskan hati mereka untuk mempercayai apa yang difirmankan oleh Allah.
Jangan katakan nabi yang ada hanyalah yang disebutkan di Alkitab. Kenyataannya banyak nabi yang tidak disebutkan di Alkitab. Ada banyak nabi selain Yesaya dan Mikha. Mereka tidak dapat melihatnya. Mengapa mereka mengeraskan hati (degil)? Karena pesan yang disampaikan oleh nabi-nabi tentang kedatangan Tuhan Yesus, sepertinya bertolak belakang antar seorang nabi dengan nabi yang lainnya. Yesaya berkata bahwa Ia yang akan datang itu adalah Raja Damai yang kekal, tetapi di bagian lain Yesaya mengatakan bahwa Ia akan dibawa ke tempat pembantaian. Ia akan dihina dan disika, kakinya akan ditusuk oleh paku. Mana mungkin raja tetapi harus mati , didera (disiksa) dan dibawa ke tempat pembataian? Yang dibawa ke sana ke tempat pembantaian seharusnya adalah hewan pembantaian. Namun Ia dibawa ke tempat pembantaian, untuk kita! Berbahagialah mata yang melihat apa yang kita lihat.

3.     Nabi dan raja tidak mendapat anugerah dari Tuhan.
Nabi dan raja tidak diberi kemampuan untuk melihat secara langsung. Kita bersyukur karena  kita orang yang diberi angerah dan dapat meresponi. Kita bisa bertanya, “Mengapa Tuhan?” Sepertinya tidak adil, tetapi ini semua adalah kedaulatan Tuhan. Anugerah Tuhan cukup bagi kita.

Inilah yang Tuhan Yesus mau katakan. Ketika keselamatan diberikan secara cuma-cuma untuk kita, maka kita hidup jangan sembarangan. Kita hidup harus seturut dengan  apa yang Tuhan kehendaki. 3 minggu lalu, ketika guru Sekolah Minggu menceritakan tentang penderitaan dan kesulitan Tuhan Yesus, ada seorang anak dengan polos bertanya, “Lao-shi benar tidak ceritanya?” Ketika guru Sekolah Minggu tersebut bercerita kepada saya. Saya menjawab, “Benar!” Karena di dalam pikirannya bentrok. Katanya Yesus baik dan suka menolong orang, Ia sayang dan memberi makan 5.000 orang, pelayanan ke mana-mana tetapi kenapa disalib? Ini hal yang bertentangan! Seharusnya kalau berbuat baik jangan dihukum (kalau jahat baru dihukum). Pola berpikir seperti ini adalah cara pikir anak-anak. Ketika anak di Sekolah Minggu melakukan perbuatan baik maka akan diberi poin. Kalau salah diberi sanksi seperti  tidak boleh main atau jalan-jalan dan hal ini nyata  sehingga seorang anak  berkata, “Benar tidak kisah-kisah di dalam Alkitab? Atau hanya sebatas ilustrasi saja?”
              Adakah kita yang dalam pergumulan iman bertanya demikian? Apakah hanya sekedar ilusi belaka. Yesus adalah Jurselamat itu telah membuat kita menjadi manusia yang berharga. Sebeharga apa? Tidak dapat dinilai harganya, tidak dapat dihitung jumlahnya (nominalnya) berapa, tetapi Yesus berkata,”Engkau berharga di mataKu!”.
              Ketika melihat kita dapat mencicipi anugerah keselamatan dari Tuhan, diberikan secara cuma-cuma tanpa menuntut jawaban. Apa yang menjadi respon, tanggung jawab iman kita pada saat ini? Ketika Kamis kemarin kita besuk, salah seorang di antaranya mama dari seorang jemaat. Kami berbicara tentang banyak hal. Dan ia bertanya tentang iman. Ia bertanya tentang ceng beng. Boleh tidak ikut merayakannya? Lalu ia bertanya tentang keselamatan. Di akhir dari semua penjelasan , ia berkata, “kalau begitu hidup dan keselamatan saya adalah semata berdasarkan panggilan. Keselamatan yang kita terima bukan karena kita belajar Firman atau mendengar dari orang. Tetapi kita diselamatkan oleh karena Tuhan ingin  menyelamatkan dan memampukan kita untuk berespon , “Ya aku percaya”. Ini penting, Mengapa menjadi sangat penting? Karena hari -hari ini banyak orang yang salah kaprah dan berkata, “Dengan belajar dan banyak membaca pun saya bisa selamat.” Hal ini tidak benar. Bukankah banyak orang yang lebih pintar dari kita yang sampai hari ini masih mencari jalan keselamatan?

Bagaimana meresponsi keselamatan dari Tuhan?

1.      Senantiasa bersyukur kepada Tuhan.

Kebijaksanaan tidak melulu lahir dari kecemerlangan intelektual dan status sosial seseorang. Kebijaksanaan bisa muncul dari kesadaran akan makna dan tujuan hidup dan ketika kita mampu bersyukur atas semua hal yang Tuhan ijinkan untuk kita nikmati dalam hidup kita. Tuhan menuntut kita untuk selalu bersyukur dan biasanya kita selalu berkata “ya” bahwa kita akan selalu bersyukur. Tetapi dalam perjalanan hidup ini, seringkali kita lupa untuk bersyukur. Jika semua hal menjadi baik, maka ucapan syukur menjadi hal yang mudah untuk terlontar dari mulut bibir kita. Tetapi saat semua hal menjadi sulit dan keadaan menekan sepertinya kita sulit dan tidak mampu bersyukur kepada Tuhan.
         Saya selalu merefleksi diri, dari setiap kesaksian jemaat khususnya saat komsel saya bisa melihat dan mendengar banyak kisah dari jemaat. Satu per satu mulai bercerita tentang iman dan bagaimana ia diselamatkan. Ada yang berkata, “Saya bertahun-tahun dikejar-kejar dan diingatkan untuk beribadah tetapi sama sekali saya tidak mau datang. Tetapi ada 1 momen Tuhan menangkap saya dan sampai hari ini saya berubah. Momen ini saya nantikan untuk keluarga saya yang belum percaya Tuhan.” Bersyukur untuk diri sendiri karena diselamatkan, tetapi punya beban yang besar untuk keluarga , anak, istri yang belum percaya.
Kita harus selalu bersyukur dalam segala keadaan. Kalau kita tidak bisa bersyukur maka sulit menikmati sumber kebahagiaan itu. Tidak selalu hidup kita diisi dengan hal-hal yang membahagiakan. Mungkin hari-hari ini kesulitan jauh lebih banyak menghimpit kehidupan kita seperti  kesehatan , ekonomi, pekerjaan, pimpinan dan rekan sepelayanan bisa menjadi tantangan bagi kita. Sudahkah kita bersyukur dengan keadaan yang demikian? Atau kita mulai bersungut-sungut kepada Tuhan? Kita dipanggil untuk menjadi murid. Kita diberi keselamatan untuk bisa membagikan kepada orang-orang di sekitar kita. Kita harus hidup dalam kesederhanaan di hadapan Tuhan, karena kita bukan siapa-siapa dan kita tidak punya apa-apa. Kita harus bersyukur seperti lirik lagu Kasih Allahku Sungguh T’lah Terbukti (Drs. Yuda D. Mailo'ol) Bersyukur.. bersyukur..bersyukurlah. Bersyukur karna Kasih setiaNya Kusembah..kusembah..kusembah. Dan kusembah..s’lama hidupku. Kusembah kau Tuhan.  Tidak ada batas waktu dan situasi untuk kita tidak bersyukur.

2.     Kita harus siap untuk setia

Setia-setialah , setia sampai sampai. Seperti Tuhan Yesus, setialah sampai mati. Setia itu tidak ditentukan oleh waktu. Ada yang berkata,”Oh saya sudah berpuluh tahun menjadi orang Kristen, jadi saya setia dong?”. Secara waktu setia, tetapi secara kualitas bagaimana? Setia yang mau dikatakan adalah bagaimana kita dalam keseharian kita semakin dekat dan intim dengan Tuhan,  semakin mengandalkan Tuhan, semakin mau berdiri dan berjalan di rute yang telah Tuhan tetapkan.
         Di dalam kesetiaan dituntut sebuah komitmen. Janji yang terpatri dalam hati kita. Ketika tahu bahwa kita seorang Kristen, apa komiteman untuk menunjukkan dan menyatakan bahwa kita sungguh bersyukur kepada Tuhan? Tuhan mau kita taat. Hanya TAAT! Taat itu sulit. Mengapa susah? Karena tidak sesuai dengan hati kita. Tidak cocok dengan hati kita. Seharusnya begini, mengapa begitu? Bisa tidak begini? Kalau orang Jawa berkata,”Jangan nakal. Aku hanya minta kamu taat.” Ada lirik lagu Sekolah Minggu yang berkata. Susahnya aku taat, lebih mudah tidak taat. Susahnya ku-diatur. Lebih mudah ku-mengatur. Pilih yang mana? Yang Mana? Yang menyenangkan Tuhan. Kupilih taat, kumau taat , wajah Tuhan tersenyum.
         Minggu depan ada komsel Sekolah Minggu. Tema yang diangkat tentang hormat dan taat kepada orang tua. Ada proyek , salah satunya sebuah pertanyaan sederhana yang diberikan. Yang pertama :  taat itu susah atau mudah? Yang kedua : hal-hal apa saja yang di dalam ketaatanmu, kamu siap melakukannya? Artinya orang tua punya banyak aturan dan kebijakan. Kamu sering taati yang mana, selalu taat yang mana dan tidak pernah taati yang mana? “Mau taat?” dijawab  mau , tetapi sesering apakah taatnya?
         Inilah yang menjadi tuntutan Tuhan bagi kita yakni menjadi taat. Kalau tadi jawabannya “sulit”, maka kita harus berjuang untuk menjadi taat. Sampai kapan kita berjuang? Selama kita berada di dalam dunia. Setelah meninggalkan dunia, kita tidak berjuang lagi. Selama di dunia ini kita harus berjuang, mensyukuri dan hidup taat di hadapan Tuhan.
         Kita tahu bahwa dalam kehidupan ini kita tidak terlepas dari pergumulan. Rasa takut, kekecewaan, ketidakpastian, putus asa dan pergumulan. Tetapi apapun keadaan yang kita alami, pandanganlah itu sebagai berkat yang datangnya dari Tuhan. Artinya kesusahan itu juga merupakan berkat yang datangnya dari Tuhan.
         Kita tetap percaya sekalipun banyak tantangan dan pergumulan tetapi Tuhan akan selalu bersama-sama  dengan kita. Walau langit tidak selalu biru, jalan tidak rata , tetapi penyertaan Tuhan sempurna atas kita. Inilah janji dan kekuatan yang Tuhan berikan untuk kita. Walaupun nabi dan raja tidak melihat dan mendengar, tetapi kita bersyukur karena kita bisa melihat dan mendengar janji keselamatan yang Tuhan sudah berikan kepada kita. Ketika kita mau bersyukur, taat dan setia, maka disiplin rohani itu penting. Dimulai dari sikap kita yang mau taat (perjuangan bersama).

3.     Tekun berlajar firman Tuhan.

Ini cerminan hidup kita. Kita bisa melihat apakah yang kita lakukan sesuai Firman Tuhan. Saya berjuang untuk setiap hari membaca 3 pasal. Sebab moto kita “baca firman itu bukan kewajiban tetapi kebutuhan”. Makan , minum,, dan tempat tinggal bukan kewajiban tetapi itu semua kebutuhan. Jangan sisakan waktu untuk Firman, tetapi beri waktu untuk membaca Firman Tuhan. Konotasi “sisa” sepertinya yang tidak lagi kita gunakan untuk beraktivitas. Tetapi kalau beri waktu untuk Firman berarti kita punya prioritas untuk Tuhan.
         Dalam persiapan Sekolah Minggu saya berkata dan mendorong untuk membaca Firman Tuhan. Kalau 1 pasal sulit, setidaknya 1 hari membaca 1 ayat saja. Mari kita bersama-sama berjuang untuk tetap bisa dekat dengan Tuhan. Bukan seberapa banyak kita sudah membaca tetapi seberapa banyak kita mengerti akan apa yang Tuhan mau dalam hidup kita. Kita harus tekun berdoa untuk minta kekuatan dari Tuhan. Kita bersekutu di tempat ini. Inilah yang menjadi pesan firman Tuhan bagi setiap kita. Saya juga sangat bersyukur kepada tuhan. Dari kemarin sampai tadi malam, kesehatan saya menurun. Saya mau minta ganti khotbah dengan siapa? Mu-shi sedang pelayanan di kota Padang sedangkan Ev. Dian akan melayani di Kebaktian Nuansa Muda. Saya mengalami demam tinggi sehingga semalam tidak bisa tidur dan berkeringat dingin. Saya hanya berdoa, “Selama khotbah, Tuhan berikan saya kekuatan untuk berkhotbah. Setelah itu mau sakit tidak apa.” Tetapi saya bersyukur Tuhan memberi kemampuan untuk bisa berdiri dan menyampaikan apa yang menjadi renungan siang ini. Besok saya akan pergi ke Bandung bersama mu-shi untuk peneguhan pendeta, pulangnya Selasa sore pk 16. Pk 18.30 sudah latihan untuk ibadah Jumat Agung sampai malam. Rabunya, saya akan menyampaikan firman Tuhan di sekolah, di persekutuan hamba Tuhan-staf dan  malamnya khotbah di  persekutuan doa. Melihat skedul seperti itu sepertinya akan melelahkan.
         Persiapannya kapan dan waktu untuk diri sendiri kapan? Tetapi saya beryukur Tuhan selalu memberi sukacita. Bukan sukacita yang besar. Tetapi melihat bapak-ibu tersenyum di pagi ini , saya sudah bersukacita. Itu menjadi kekuatan, artinya kita bisa menjadi berkat bagi orang lain tidak selalu dalam hal-hal yang spektakuler. Ketika kita mampu untuk bisa membagi diri dan cerita, menyapa dan membagi senyuman kita sudah membagi kepada orang di sekitar kita. Mari kita mau taat, bersyukur dan mengandalkan Tuhan dalam kehidupan kita. Jangan sampai satu kali Tuhan berkata,”Mengapa kamu berseru kepadaku ‘Tuhan! Tuhan!’ padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakana?” Tetapi kita rindu Tuhan mengatakan, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” (Matius 25:21).  Itulah yang menjadi kekuatan kita tatkala kita boleh berjalan bersama dengan Tuhan.


No comments:

Post a Comment