Ev. Susan Kwok
Hak 5:31b Lalu amanlah negeri itu empat puluh tahun
lamanya.
Hak 6:1 Tetapi orang Israel melakukan apa yang jahat
di mata TUHAN; sebab itu TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Midian,
tujuh tahun lamanya,
Hak 6:6 sehingga orang Israel menjadi sangat melarat
oleh perbuatan orang Midian itu. Lalu berserulah orang Israel kepada TUHAN.
Hak 6:24 Lalu
Gideon mendirikan mezbah di sana bagi TUHAN dan menamainya: TUHAN itu
keselamatan. Mezbah itu masih ada sampai sekarang di Ofra, kota orang Abiezer.
Pendahuluan
Baru-baru ini terjadi gempa bumi
dan tsunami di wilayah Sulawesi Tengah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) mencatat jumlah korban meninggal akibat gempa dan tsunami Palu dan
sekitarnya sebanyak 2.113 orang. Jumlah korban meninggal tersebar di beberapa
lokasi. Di Palu korban tewas tercatat 1.703 orang, Donggala 171 orang, Sigi 223
orang, Parigi Moutong 15 orang, dan Pasangkayu 1 orang. Sedangkan korban
luka-luka mencapai 4.612 orang. Selain itu masih ada sebanyak 1.309 orang
hilang. Dari jumlah korban meninggal, ada satu orang warga negara Korea Selatan
yang menjadi korban yang ditemukan di reruntuhan Hotel Roa-roa, Palu pada 4
Oktober. Sebelumnya, gempa berkekuatan magnitude 7,7 (kemudian dimutakhirkan
oleh BMKG menjadi magnitudo 7,4) telah mengguncang wilayah Kota Palu dan
Donggala, Sulawesi Tengah pada pukul 17.02 hari Jumat tanggal 28 September 2018.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa itu berada
di 0.18 Lintang Selatan dan 119.85 Bujur Timur atau 27 kilometer timur laut
Donggala. Melihat kejadian ini banyak orang yang tidak menduga kalau gelombang
laut menjadi begitu besar dan menjadi malapetaka seperti yang pernah melanda di
Aceh tanggal 26 Desember 2004 lalu. Seandainya kita ada di sana dan gelombang Tsunami
berada di depan mata bagaimana perasaan kita? Apa yang bisa kita lakukan? Kemana
kita akan lari? Kemana kita akan pergi?
Tema
hari ini Yehova Shalom yang artinya Tuhan keselamatanku. Kata ‘Yehova Shalom’
ada di ayat Hakim 6:24 di mana ketika itu Hakim Gideon menyebut Yehova (Yahwe)
yang menolong dia adalah Allah yang menyelamatkan (Yehova Shalom). Dikaitkan
dengan tema hari ini, maka ketika situasi di sekitar kita menjadi buruk dan
malapetaka yang tidak pernah kita pikirkan terjadi seperti kisah di atas,
apakah shalom = damai sejahtera di hati kita juga ikut terhapus oleh kejadian-kejadian
demikian? Banyak (atau semua) mengalami kegalauan, pertanyaan dan keraguan,
mengapa Allah membiarkan hal ini terjadi? Bukankah Allah adalah raja shalom? Mengapa
sumber shalom itu membiarkan hal ini terjadi? Seolah-olah firmanNya bertabrakan
satu dengan lainnya.
Pengertian Shalom
Kita
hidup di tengah dunia yang berdosa. Cara berpikir kita pun adalah cara berpikir
orang berdosa sehingga segala sesuatu selalu dikaitkan dengan materi-materi dan
pendapat orang-orang di sekitar kita. Dunia menyatakan (berpikir) shalom =
damai identik dengan tidak ada masalah, sakit-penyakit, malapetaka,
kebangkrutan dan kehancuran. Dunia berpikir begitu dan seperti itulah kita juga
sering berpikir sekali pun kita orang Kristen. Kita berpikir sama dengan dunia bahwa
shalom adalah situasi yang tenang, aman
, damai dan mengenakkan. Kalau ada sesuatu yang tidak enak maka itu bukan
shalom. Maka yang kita pikir shalom dalam hidup kita selalu berubah-ubah sesuai
situasi dan apa kata orang. Mengapa? Karena cara berpikir dan menilai kita tidak
sama dengan apa yang Allah pikirkan dan nyatakan. Kalau kita rajin membaca Alkitab,
maka kita akan menemukan ketika Yesus berkata, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan
kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia
kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” (Yoh 14:27) artinya sekali pun kejadian di sekitarmu
tidak masuk akal sepertinya satu dengan yang lain berkontradiksi tetapi ingat
selama kamu percaya ke padaKu dan selama terikat dalam iman denganKu maka damai
sejahtera itu adalah damai yang melampaui segala akal , damai yang tidak akan
hilang daripadamu. Karena damai yang Kristus maksudkan selalu terkait dengan
keselamatan rohani dan kemerdekaan rohani, iman kepada Kristus, bukan berkaitan
dengan hal-hal yang bersifat jasmani.
Saat melihat kejadian di Palu
mungkin kita berpikir, tidak ada damai sejahtera di sana. Itu jamak karena
semua orang berpikir demikian. Sama seperti ketika peristiwa kelahiran Tuhan
Yesus, yang adalah Immanuel (Allah berserta kita) walau malaikat berkata kepada
Maria dan para gembala “jangan takut” tetapi ketakutan itu segera terjadi. Ketika
Raja Herodes memerintah agar bayi di bawah 2 tahun dibunuh. Ratap dan tangis
memenuhi daerah itu. Seolah-olah Allah bertentangan dengan kata-kataNya. Itu
sebabnya di awal saya ingin mengatakan bawha cara berpikir kitalah yang
kadangkala membuat kita sulit menerima bahwa damai sejahtera Allah itu adalah
damai sejahtera yang tidak ada kaitannya dengan segala sesuatu yang ada di dunia ini, sekali pun hal itu bisa
mempengaruhi dan membuat hati kita getir, bingung dll. Tapi damai sejahtera
Allah tidak ada kaitannya dengan apa yang ada di sekitar kita. Mengapa? Karena
dosa sudah merusak segala-galanya.
Shalom dalam kitab Hakim-Hakim
Kitab Hakim-Hakim mencatat
bagaimana bangsa Israel bolak-balik
hidup dalam lingkaran yang seolah-olah tidak ada ujungnya. Lingkaran apa? Kalau
mereka hidup aman, tenang (tidak ada perang) dan pakaian-makanan cukup, maka
mereka akan selalu melupakan dan
berbalik dari Tuhan dan berbuat dosa. Saat kondisi aman maka mereka akan berbuat
dosa. Mereka mulai mencari ilah-ilah lain , menyembah hal-hal yang lain. Mereka
lupa bahwa Allah adalah Allah yang memelihara mereka. Ketika Allah melihat anak-anak
dan umat Nya ini hidup dalam dosa, Allah akan selalu memberikan hukuman sebagai
akibat dosa mereka. Tidak semua sakit-penyakit, malapetaka disebabkan oleh
dosa. Tetapi dalam kisah Hakim-Hakim ini, ketika Allah memberikan malapetaka
dan memberikan hal-hal yang tidak
mengenakan, itu ada kaitannya dengan dosa. Allah murka karena mereka lupa
kepadaNya. Allah mengijinkan dalam kisah Gideon, Allah memakai orang Midian
membuat susah hidup orang Israel. Orang Midian selama 7 tahun membuat orang
Israel sampai mengirik gandum (bulir gandum yang sudah matang digiling supaya
terlepas dari kulitnya atau memisahkan jerami dari gandum). Begitu takutnya orang
Israel dengan orang Midian, mereka mengirik gandum bukan di lumbung atau di
tempat terbuka di mana biasanya mereka mengirik tetapi mereka melakukannya di
tempat tersembunyi, tertutup oleh rerimbunan atau di ruangan di mana mereka biasanya memeras
anggur. Mereka takut hidup sebagaimana biasanya sehingga Israel menjadi sangat
melarat. Hal ini ada dalam pengetahuan Tuhan. Allah mengijinkan orang Midian
membuat susah orang Israel supaya orang Israel berseru kepada Tuhan.
Ketika hidup sudah susah dan
seolah-olah tidak ada jalan keluar lagi, baru mereka mencari Tuhan. Siklus seperti
ini selalu ada di tengah dunia ini, termasuk di gereja dan orang-orang Kristen.
Coba pikir dalam peristiwa apa di hidup kita, kita sering menganggap Tuhan itu
tidak ada (dianggap hanya nomor dua atau tidak diandalkan). Kapan kita pernah
merasa Tuhan tidak perlu diandalkan? Waktu hidup kita makmur, waktu kita
memiliki banyak tabungan, waktu anak yang sangat mencintai kita mengirimi uang
Rp 1 miliar setiap bulan. Saat itu tidak ada Tuhan karena di sana tidak terlalu
perlu. Ketika sedang sehat dan pekerjaan maju (dipromosikan terus naik jabatan)
seolah-olah Tuhan tidak diperlukan.
Ada Allah Maka Ada Damai
Ketika hidup kita susah, anak
kurang ajar,mertua jahat atau menantu jahat, sakit-sakitan, suami di-PHK , anak
walau pun kaya tidak kasih uang setiap bulan, baru kemudian bertanya, “Oh Tuhan
di manakah Engkau? Oh Tuhan tolonglah saya!” Sama seperti siklus perputaran yang
dihadapi oleh orang Israel. Berulang-ulang Israel berbuat seperti itu selama
puluhan tahun pada zaman Hakim-Hakim. Masa Hakim-Hakim merupakan masa transisi sebelum
bangsa Israel punya seorang raja. Allah memilih hakim sebagai pemimpin mereka.
Selama puluhan bahkan ratusan tahun (Gideon saja sudah 40 tahun belum lagi masa
Deborah-Barak dll). Kalau sedang senang Israel lupa Tuhan dan kalau susah baru ingat
Tuhan. Hidup manusia tidak pernah lebih dari itu. Tuhan dianggap seolah-olah
hanya pengisi di saat ada kekosongan yang saya temukan saat sedang susah. Ia tidak
saya perlukan kalau hidup cukup atau kalau pekerjaan lancar Tuhan tidak perlu.
Sampai hari ini manusia, termasuk orang percaya berada dalam dalam siklus
seperti ini. Itu sebabnya kita suit memahami syalom (damai) karena sudah
terbiasa hidup seperti ini. Saat hidup tenang ada damai dan saat hidup susah maka
damai hilang. Seolah-olah damai itu hanya tempelan yang bisa hilang dan datang.
Karena kita tidak mampu melihat damai itu adalah Allah itu sendiri. Ketika aku
ada dalam Allah (Roh Kudus) maka aku ada dalam damai. Kita tidak bisa melihat hal
itu sebagai pribadi yang saling menyatu dalam hidup kita (selalu terpecah-pecah
dan bias).
Kalau kita punya hak untuk
bertindak, maka kira-kira terhadap orang seperti ini maka tindakan kita apa?
Kalau terhadap ibu, saat anak sedang susah ia datang dan bila saat ia senang ia
lupa. Bagaimana tanggapan kita sebagai ibu atau orang tua? Ada orang tua yang memaafkan
anaknya dan seperti itulah yang dilakukan Tuhan terhadap orang Israel. Maka ada
cerita Gideon yang kemudian mengatakan Yehova itu shalom karena Tuhan
mengampuni. Kalau saya jadi Tuhan saat membaca kitab Hakim-Hakim dari yang
pertama sampai terakhir, seperti melihat sinetron yang bisa membuat darah naik.
Orang Israel kalau sedang makmur lupa Tuhan, lagi susah dan menderita mereka berteriak
kepada Tuhan. Setelah ditolong mereka begitu lagi. Membacanya membuat kita tambah
lama tambah kesal. Itulah saya yang sering melakukan hal seperti itu di hadapan
Tuhan. Itu yang sering kita lakukan di hadapan Tuhan. Ketika Israel berseru
kepada Tuhan, ia mengangkat Gideon sebagai pemimpin. Supaya lewat Gideon, Allah
menunjukkan bahwa Ia mampu menolong Israel. Gideon tidak langsung percaya. Aduh
Tuhan apa tidak ada yang lain selain Gideon. Gideon dari awal tidak percaya dan
selalu minta tanda terus. Ia ragu Tuhan bisa menolong. Tuhan jelas-jelas
memberi tanda dan tidak ada orang yang bisa membuat tanda itu selain Tuhan. Tetapi
ia bertanya,”Boleh tidak saya minta tanda sekali lagi?” Kalau menjadi Tuhan saya
akan berkomentar, “Kalau mau percaya silahkan percaya, tapi kalau tidak mau
percaya silahkan pergi. Saya akan pergi ke orang lain, kamu menghabiskan waktu
saja!” Lalu kemudian segala peristiwa Tuhan buat agar mengokohkan pengenalan
Gideon terhadap Tuhan. Dia akan menjadi pemimpin. Seorang pemimpin akan membawa
umatNya. Kalau ia tidak percaya Yehova bagaimana Israel mau percaya Yehova. Allah
mengabulkan bukan karena Dia tidak punya wibawa tapi Ia ingin mengokohkan iman
Gideon sedikit demi sedikit sampai dia
yakin betul bahwa Yahwe tidak salah. Ketika ia punya pemahaman pengenalan akan
Allah mantap, baru ia bisa memimpin Israel.
Mengenal Allah untuk hidup damai
Itu sebabnya pengenalan akan Allah
kuat hubungannya dengan kita merasakan dan memiliki hidup dalam damai atau
tidak. Damai itu bukan teoritis, walaupun bila mau dijelaskan bisa panjang
lebar namun sulit untuk dirasakan. Karena ketika pengenalan akan Allah dan
hidup kita bersama Allah tidak beres. Kalau hidup masih mendua hati, kita akan
tidak pernah bisa mengerti dan merasakan – mengalami hidup damai. Apa yang Alkitab
ajarkan yang sama sekali berbeda dengan pemahaman dunia? Dunia selalu berpikir,
damai itu kalau situasi yang tenang, kalau kamu melakukan sesuatu yang baik
akan mendapatkan damai. Kalau kamu melakukan sesuatu yang tidak baik, saya
tidak damai. Itu sebenarnya bukan damai tetapi egois dan itu sangat subjektif
tergantung pemikiran saya dan pengalaman hati saya. Bukan itu! Sebab bila
demikian akan berbahaya. Contoh dari Pdt. Stephen Tong. Dunia berbicara tentang
damai seperti ini : maling kalau bertemu polisi , maka tidak ada damai. Bila koruptor
didatangi KPK maka tidak ada damai. Tetapi kalau maling ketemu maling maka ia
akan merasa damai dan tenang. KPK ketika
mendatangi seorang koruptor ada sesuatu seperti Billy Sindoro untuk kedua kali
ditangkap. Ini sangat mencemarkan dan membuat kita harus melakukan refleksi atas
diri kita sendiri. 2 kali dia menyuap dalam jumlah yang sangat besar. Satu kali
sudah ditangkap-masuk penjara-dilepaskan dan sekarang ditangkap lagi. Siapa
dia? Ia bukan hanya aktifis Kristen. Ia pernah sekolah Alkitab. Sering
memberikan kesaksian dan membawakan firman Tuhan, ia kembali ditangkap karena
menyuap lagi. Saat KPK datang, tidak ada damai di hatinya. Karena KPK ingin
yang bersih. Pertanyaannya : waktu menyuap apakah dia merasa damai? Karena yang
disuap juga begitu, mereka berdua merasa damai, tidak ada rasa salah. Itulah dunia.
Selama berdua tidak mempermasalahkan (walau tidak benar) maka keduanya merasa
damai saja.
Sama
seperti sepasang sumai istri yang terjadi 15-20 tahun lalu, saya berkata, “Mengapa
kamu membiarkan suami kamu seperti itu?” Ia membiarkan suaminya dipelihara oleh
seorang wanita kaya. Itu kenyataannya seperti ayam. Namun kenyataannya begitu. Kemarin saya
melihat Ustad Muhammad Arifin Ilham (1969) di facebook mau menikah lagi.
Padahal baru menikah dengan istri yang ketiga. Sekarang mau menikah dengan istri
keempat keturunan Jawa. Jadi istrinya ada yang keturunan Sunda, Arab. Dia seorang
laki-laki yang mau memelihara 4 wanita. Tetapi suami wanita di atas ini
dipelihara oleh seorang wanita kaya. Saya tanya,”Mengapa kamu membiarkan
begitu?” Ia menjawab dengan konsep dunia,”Daripada
saya bertengkar terus, biarkan saja!” Kalau tidak saya tiap hari ribut dan bertengkar
dengan suami. Dengan dipelihara wanita kaya itu, rumah tangga-nya menjadi tenang
dan damai. Masuk akal tidak? Buat dia masuk akal, buat kita tidak. Alasan
kedua, selama ada keuntungan di balik itu tidak masalah. Saya bertanya,”Apa
yang kamu dapat?” Dijawab,”Saya dapat banyak , lebih banyak daripada
sebelumnya. Baik uang setiap bulan dan
kedudukan. Karir suaminya terus naik, luar biasa mengerikan. Selama ada damai
dalam rumah tangga saya biarkan saja . Itu
bukan damai yang diajarkan Alkitab, mengorbankan . Alkitab mengajarkan
sebaiknya, Allah adalah sumber damai sejahtera. Dia itu shalom itu sendiri. Ketika
ia menciptakan langit bumi dan terakhir manusia dari hari 1-6 (Kejadian 1).
Allah melihat itu baik adanya. 10,12, 18,21,25 Allah melihat semua yang Dia
ciptakan baik adanya. Ketika Allah menciptakan manusia, menghadirkan manusia di
tengah ciptaan yang lain, pada Kejadian 1:31a dikatakan Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.
Tidak ada sesuatu yang lebih baik ketika Allah mengatakan sungguh amat baik,
karena manusia bisa merepresentasikan (mewakili) Allah, mengatur segala
sesuatunya setelah Allah menempatkan semuanya pada posisinya masing-masing.
Dosa Merampas Shalom
Di
situ shalom itu ada karena ciptaan tahu posisinya bagaimana ia harus bersikap
kepada sang Pencipta di situ ada shalom. Manusia memuliakan dan menghormati
Allah, ciptaan menghormati Penciptanya. Masing-masing ciptaan mempunyai
tempatnya masing-masing. Di situlah shalom yang pertama kali hadir di tengah-tengah
dunia ketika semua ada pada tempatnya. Tetapi fakta menunjukan ketika dosa
hadir dan merebut shalom itu, ia membuat semua ciptaan itu tidak pada
tempatnya. Dimulai dari keinginan manusia untuk mencapai tempat Allah. Dimulai
dari keinginan manusia untuk menggantikan Allah. Dia ingin sama seperti Allah.
Ia adalah ciptaan tetapi ia ingin menempati posisi Sang Pencipta. Sejak itu shalom menjadi
bias. Ditafsirkan dengan berbagai macam keinginan masing-masing. Keinginan,
hati dan motivasi yang berdosa. Itulah sebabnya berdebat dengan orang kalau bicara tentang damai pasti tidak akan ada ujung penyelesaiannya
karena orang akan pintar untuk mengeluarkan 1.001 macam alasan , agar hatinya ada damai
sekalipun ia melakukan sesuatu yang salah. Itulah bobroknya dosa.
Shalom itu akan kita rasakan dan menguasai hidup kita
hanya kalau :
1. Menerima
Kristus
Intinya
shalom itu hanya ada (hanya bisa dirasakan, dinikmati) dan hanya bisa terjadi
di dalam hidup kita kalau Sang Raja Shalom ada di dalam hidup kita. Hal ini
berarti bicara tentang pertobatan pribadi. Jangan pikir semua orang Kristen
sudah bertobat secara pribadi. Banyak orang Kristen yang KTP, tidak
sungguh-sungguh percaya. Terkadang hanya formalitas. Apakah sudah bertobat
benar-benar, terima Tuhan secara pribadi. Tahu posisinya adalah ciptaan dan Allah
adalah pencipta. Siapa pun kita apakah kita sebagai majelis, suami/istri, antara
kita dengan Allah relasinya apa? Kalau tidak jelas dalam relasi antara kita
dengan Allah , bahwa kita tidak ada percaya yang lain dan tidak ada saya
menaruh hati dan hidup kita pada yang lain termasuk pada hal-hal yang menempel
di badan dan rumah saya. Itu yang harus terus dipikirkan secara sungguh-sungguh
karena terlalu banyak Kristen tradisi yang ada di dalam gereja.
2. Kita selalu
berurusan untuk membereskan dosa.
Ketika saya katakan itu karena setiap hari otak, hati,
kelakuan, ucapan selalu cenderung
berdosa dan melakukan dosa. Bahkan ketika kita melakukan dosa seringkali kita
mencari 1.001 macam alasan untuk mengatakan bahwa itu bukan. Misalnya : itu
untuk kebaikan, itu terpaksa saya lakukan, itu bukan dosa dll. Kita tidak
sungguh-sungguh membereskan dosa dalam diri kita. Ketika kita tidak ada damai,
kita cenderung menyalahkan gereja Misalnya : banyak yang mengatakan, gereja
tidak memberi saya damai, pertumbuhan, apa-apa. Ketika mendengar hal ini, saya
mencoba untuk mengintrospeksi : dalam hal apa gereja kurang supaya saya lebih
baik lagi, supaya gereja bisa lebih baik lagi dan supaya hamba Tuhan dan
majelis bisa lebih baik lagi. Tetapi di sisi yang lain, satu pertanyaan saya
untuk orang-orang yang mengatakan demikian , “Apakah saudara sudah membereskan
dosa dalam hidup mu?” Karena dosalah yang menghalangi untuk kita bisa merasakan
damai sejahtera. Kita bisa pergi ke gereja seminggu sepuluh kali tidak akan
bisa merasa damai, kalau dosa tidak dibereskan. Contoh : perselingkuhan, mencari
uang dengan cara yang tidak benar, membaca
buku porno, menonton video porno, berjudi dan seterusnya. Kalau masih melakukan itu dan
tidak mau membereskan diri dengan dosa , maka jangan pernah berpikir ada damai
dalam hidup. Karena damai dan terus
hidup dalam dosa tidak akan pernah berdampingan. Tetapi betapa mudahnya kita
mengatakan, saya tidak menemukan damai di gereja atau di rumah sehingga mencari
wanita lain. Ini dasarnya mau mencari wanita lain sehingga menggunakannya sebagai
alasan.
3. Relasi Satu
dengan yang lain
Ketika kita bicara damai hal yang paling kongkrit dan
nyata adalah kehadiran dan tutur kata saya memang harus membawa suasana damai, tidak
membuat orang saling curiga satu dengan lain, membuat orang ribut satu dengan
lain. Itu perlu bayar harga. Shalom itu harus bayar harga. Allah mengembalikan
shalom melalui harga darah Kristus. Maka anak-anak Tuhan di dalam gereja sampai
dia keluar gereja, seperti hidup dalam pekerjaan dan dalam segala hal yang ia
hidupi, ia harus belajar bayar harga untuk dirinya sendiri agar bisa berdampak
positif bagi orang lain. Harga apa? Terkadang perasaan, harga diri, pengampunan,
waktu dan banyak lagi yang harus dikorbankan agar shalom tercipta secara konkrit
(nyata) dalam relasi dengan sesama. Namun hal ini tidak akan bisa kalau relasi
(hubungan) dengan Tuhan tidak beres.
Penutup
Biarlah firman Tuhan, Yehova
Shalom hari ini membuat kita memikirkan 3
hal terakhir yang saya sampaikan : bagaimana pertobatan pribadi saya dengan Tuhan
(jelas bertemu Tuhan secara pribadi? Karena tidak bisa ikut-ikutan mengingat
hal ini bersifat personal), selalu membereskan dosa dan ada harga yang harus
dibayar.
No comments:
Post a Comment