Wednesday, December 26, 2018

Yahwe / Yehova Shalom (Tuhan itu Keselamatanku)

Ev. Susan Kwok

Hak 5:31b Lalu amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya.
Hak 6:1 Tetapi orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN; sebab itu TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Midian, tujuh tahun lamanya,
Hak 6:6 sehingga orang Israel menjadi sangat melarat oleh perbuatan orang Midian itu. Lalu berserulah orang Israel kepada TUHAN.
Hak 6:24  Lalu Gideon mendirikan mezbah di sana bagi TUHAN dan menamainya: TUHAN itu keselamatan. Mezbah itu masih ada sampai sekarang di Ofra, kota orang Abiezer.

Pendahuluan

              Baru-baru ini terjadi gempa bumi dan tsunami di wilayah Sulawesi Tengah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah korban meninggal akibat gempa dan tsunami Palu dan sekitarnya sebanyak 2.113 orang. Jumlah korban meninggal tersebar di beberapa lokasi. Di Palu korban tewas tercatat 1.703 orang, Donggala 171 orang, Sigi 223 orang, Parigi Moutong 15 orang, dan Pasangkayu 1 orang. Sedangkan korban luka-luka mencapai 4.612 orang. Selain itu masih ada sebanyak 1.309 orang hilang. Dari jumlah korban meninggal, ada satu orang warga negara Korea Selatan yang menjadi korban yang ditemukan di reruntuhan Hotel Roa-roa, Palu pada 4 Oktober. Sebelumnya, gempa berkekuatan magnitude 7,7 (kemudian dimutakhirkan oleh BMKG menjadi magnitudo 7,4) telah mengguncang wilayah Kota Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah pada pukul 17.02 hari Jumat tanggal 28 September 2018. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa itu berada di 0.18 Lintang Selatan dan 119.85 Bujur Timur atau 27 kilometer timur laut Donggala. Melihat kejadian ini banyak orang yang tidak menduga kalau gelombang laut menjadi begitu besar dan menjadi malapetaka seperti yang pernah melanda di Aceh tanggal 26 Desember 2004 lalu. Seandainya kita ada di sana dan gelombang Tsunami berada di depan mata bagaimana perasaan kita? Apa yang bisa kita lakukan? Kemana kita akan lari? Kemana kita akan pergi?
Tema hari ini Yehova Shalom yang artinya Tuhan keselamatanku. Kata ‘Yehova Shalom’ ada di ayat Hakim 6:24 di mana ketika itu Hakim Gideon menyebut Yehova (Yahwe) yang menolong dia adalah Allah yang menyelamatkan (Yehova Shalom). Dikaitkan dengan tema hari ini, maka ketika situasi di sekitar kita menjadi buruk dan malapetaka yang tidak pernah kita pikirkan terjadi seperti kisah di atas, apakah shalom = damai sejahtera di hati kita juga ikut terhapus oleh kejadian-kejadian demikian? Banyak (atau semua) mengalami kegalauan, pertanyaan dan keraguan, mengapa Allah membiarkan hal ini terjadi? Bukankah Allah adalah raja shalom? Mengapa sumber shalom itu membiarkan hal ini terjadi? Seolah-olah firmanNya bertabrakan satu dengan lainnya.

Pengertian Shalom
               
Kita hidup di tengah dunia yang berdosa. Cara berpikir kita pun adalah cara berpikir orang berdosa sehingga segala sesuatu selalu dikaitkan dengan materi-materi dan pendapat orang-orang di sekitar kita. Dunia menyatakan (berpikir) shalom = damai identik dengan tidak ada masalah, sakit-penyakit, malapetaka, kebangkrutan dan kehancuran. Dunia berpikir begitu dan seperti itulah kita juga sering berpikir sekali pun kita orang Kristen. Kita berpikir sama dengan dunia bahwa  shalom adalah situasi yang tenang, aman , damai dan mengenakkan. Kalau ada sesuatu yang tidak enak maka itu bukan shalom. Maka yang kita pikir shalom dalam hidup kita selalu berubah-ubah sesuai situasi dan apa kata orang. Mengapa? Karena cara berpikir dan menilai kita tidak sama dengan apa yang Allah pikirkan dan nyatakan. Kalau kita rajin membaca Alkitab, maka kita akan menemukan ketika Yesus berkata, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” (Yoh 14:27)  artinya sekali pun kejadian di sekitarmu tidak masuk akal sepertinya satu dengan yang lain berkontradiksi tetapi ingat selama kamu percaya ke padaKu dan selama terikat dalam iman denganKu maka damai sejahtera itu adalah damai yang melampaui segala akal , damai yang tidak akan hilang daripadamu. Karena damai yang Kristus maksudkan selalu terkait dengan keselamatan rohani dan kemerdekaan rohani, iman kepada Kristus, bukan berkaitan dengan hal-hal yang bersifat jasmani.
              Saat melihat kejadian di Palu mungkin kita berpikir, tidak ada damai sejahtera di sana. Itu jamak karena semua orang berpikir demikian. Sama seperti ketika peristiwa kelahiran Tuhan Yesus, yang adalah Immanuel (Allah berserta kita) walau malaikat berkata kepada Maria dan para gembala “jangan takut” tetapi ketakutan itu segera terjadi. Ketika Raja Herodes memerintah agar bayi di bawah 2 tahun dibunuh. Ratap dan tangis memenuhi daerah itu. Seolah-olah Allah bertentangan dengan kata-kataNya. Itu sebabnya di awal saya ingin mengatakan bawha cara berpikir kitalah yang kadangkala membuat kita sulit menerima bahwa damai sejahtera Allah itu adalah damai sejahtera yang tidak ada kaitannya dengan segala sesuatu yang ada  di dunia ini, sekali pun hal itu bisa mempengaruhi dan membuat hati kita getir, bingung dll. Tapi damai sejahtera Allah tidak ada kaitannya dengan apa yang ada di sekitar kita. Mengapa? Karena dosa sudah merusak segala-galanya.
             
Shalom dalam kitab Hakim-Hakim

              Kitab Hakim-Hakim mencatat bagaimana  bangsa Israel bolak-balik hidup dalam lingkaran yang seolah-olah  tidak ada ujungnya. Lingkaran apa? Kalau mereka hidup aman, tenang (tidak ada perang) dan pakaian-makanan cukup, maka mereka akan selalu melupakan  dan berbalik dari Tuhan dan berbuat dosa. Saat kondisi aman maka mereka akan berbuat dosa. Mereka mulai mencari ilah-ilah lain , menyembah hal-hal yang lain. Mereka lupa bahwa Allah adalah Allah yang memelihara mereka. Ketika Allah melihat anak-anak dan umat Nya ini hidup dalam dosa, Allah akan selalu memberikan hukuman sebagai akibat dosa mereka. Tidak semua sakit-penyakit, malapetaka disebabkan oleh dosa. Tetapi dalam kisah Hakim-Hakim ini, ketika Allah memberikan malapetaka dan memberikan  hal-hal yang tidak mengenakan, itu ada kaitannya dengan dosa. Allah murka karena mereka lupa kepadaNya. Allah mengijinkan dalam kisah Gideon, Allah memakai orang Midian membuat susah hidup orang Israel. Orang Midian selama 7 tahun membuat orang Israel sampai mengirik gandum (bulir gandum yang sudah matang digiling supaya terlepas dari kulitnya atau memisahkan jerami dari gandum). Begitu takutnya orang Israel dengan orang Midian, mereka mengirik gandum bukan di lumbung atau di tempat terbuka di mana biasanya mereka mengirik tetapi mereka melakukannya di tempat tersembunyi, tertutup oleh rerimbunan atau di  ruangan di mana mereka biasanya memeras anggur. Mereka takut hidup sebagaimana biasanya sehingga Israel menjadi sangat melarat. Hal ini ada dalam pengetahuan Tuhan. Allah mengijinkan orang Midian membuat susah orang Israel supaya orang Israel berseru kepada Tuhan.
              Ketika hidup sudah susah dan seolah-olah tidak ada jalan keluar lagi, baru mereka mencari Tuhan. Siklus seperti ini selalu ada di tengah dunia ini, termasuk di gereja dan orang-orang Kristen. Coba pikir dalam peristiwa apa di hidup kita, kita sering menganggap Tuhan itu tidak ada (dianggap hanya nomor dua atau tidak diandalkan). Kapan kita pernah merasa Tuhan tidak perlu diandalkan? Waktu hidup kita makmur, waktu kita memiliki banyak tabungan, waktu anak yang sangat mencintai kita mengirimi uang Rp 1 miliar setiap bulan. Saat itu tidak ada Tuhan karena di sana tidak terlalu perlu. Ketika sedang sehat dan pekerjaan maju (dipromosikan terus naik jabatan) seolah-olah Tuhan tidak diperlukan.

Ada Allah Maka Ada Damai

              Ketika hidup kita susah, anak kurang ajar,mertua jahat atau menantu jahat, sakit-sakitan, suami di-PHK , anak walau pun kaya tidak kasih uang setiap bulan, baru kemudian bertanya, “Oh Tuhan di manakah Engkau? Oh Tuhan tolonglah saya!” Sama seperti siklus perputaran yang dihadapi oleh orang Israel. Berulang-ulang Israel berbuat seperti itu selama puluhan tahun pada zaman Hakim-Hakim. Masa Hakim-Hakim merupakan masa transisi sebelum bangsa Israel punya seorang raja. Allah memilih hakim sebagai pemimpin mereka. Selama puluhan bahkan ratusan tahun (Gideon saja sudah 40 tahun belum lagi masa Deborah-Barak dll). Kalau sedang senang Israel lupa Tuhan dan kalau susah baru ingat Tuhan. Hidup manusia tidak pernah lebih dari itu. Tuhan dianggap seolah-olah hanya pengisi di saat ada kekosongan yang saya temukan saat sedang susah. Ia tidak saya perlukan kalau hidup cukup atau kalau pekerjaan lancar Tuhan tidak perlu. Sampai hari ini manusia, termasuk orang percaya berada dalam dalam siklus seperti ini. Itu sebabnya kita suit memahami syalom (damai) karena sudah terbiasa hidup seperti ini. Saat hidup tenang ada damai dan saat hidup susah maka damai hilang. Seolah-olah damai itu hanya tempelan yang bisa hilang dan datang. Karena kita tidak mampu melihat damai itu adalah Allah itu sendiri. Ketika aku ada dalam Allah (Roh Kudus) maka aku ada dalam damai. Kita tidak bisa melihat hal itu sebagai pribadi yang saling menyatu dalam hidup kita (selalu terpecah-pecah dan bias).
              Kalau kita punya hak untuk bertindak, maka kira-kira terhadap orang seperti ini maka tindakan kita apa? Kalau terhadap ibu, saat anak sedang susah ia datang dan bila saat ia senang ia lupa. Bagaimana tanggapan kita sebagai ibu atau orang tua? Ada orang tua yang memaafkan anaknya dan seperti itulah yang dilakukan Tuhan terhadap orang Israel. Maka ada cerita Gideon yang kemudian mengatakan Yehova itu shalom karena Tuhan mengampuni. Kalau saya jadi Tuhan saat membaca kitab Hakim-Hakim dari yang pertama sampai terakhir, seperti melihat sinetron yang bisa membuat darah naik. Orang Israel kalau sedang makmur lupa Tuhan, lagi susah dan menderita mereka berteriak kepada Tuhan. Setelah ditolong mereka begitu lagi. Membacanya membuat kita tambah lama tambah kesal. Itulah saya yang sering melakukan hal seperti itu di hadapan Tuhan. Itu yang sering kita lakukan di hadapan Tuhan. Ketika Israel berseru kepada Tuhan, ia mengangkat Gideon sebagai pemimpin. Supaya lewat Gideon, Allah menunjukkan bahwa Ia mampu menolong Israel. Gideon tidak langsung percaya. Aduh Tuhan apa tidak ada yang lain selain Gideon. Gideon dari awal tidak percaya dan selalu minta tanda terus. Ia ragu Tuhan bisa menolong. Tuhan jelas-jelas memberi tanda dan tidak ada orang yang bisa membuat tanda itu selain Tuhan. Tetapi ia bertanya,”Boleh tidak saya minta tanda sekali lagi?” Kalau menjadi Tuhan saya akan berkomentar, “Kalau mau percaya silahkan percaya, tapi kalau tidak mau percaya silahkan pergi. Saya akan pergi ke orang lain, kamu menghabiskan waktu saja!” Lalu kemudian segala peristiwa Tuhan buat agar mengokohkan pengenalan Gideon terhadap Tuhan. Dia akan menjadi pemimpin. Seorang pemimpin akan membawa umatNya. Kalau ia tidak percaya Yehova bagaimana Israel mau percaya Yehova. Allah mengabulkan bukan karena Dia tidak punya wibawa tapi Ia ingin mengokohkan iman Gideon  sedikit demi sedikit sampai dia yakin betul bahwa Yahwe tidak salah. Ketika ia punya pemahaman pengenalan akan Allah mantap, baru ia bisa memimpin Israel.

Mengenal Allah untuk hidup damai

              Itu sebabnya pengenalan akan Allah kuat hubungannya dengan kita merasakan dan memiliki hidup dalam damai atau tidak. Damai itu bukan teoritis, walaupun bila mau dijelaskan bisa panjang lebar namun sulit untuk dirasakan. Karena ketika pengenalan akan Allah dan hidup kita bersama Allah tidak beres. Kalau hidup masih mendua hati, kita akan tidak pernah bisa mengerti dan merasakan – mengalami hidup damai. Apa yang Alkitab ajarkan yang sama sekali berbeda dengan pemahaman dunia? Dunia selalu berpikir, damai itu kalau situasi yang tenang, kalau kamu melakukan sesuatu yang baik akan mendapatkan damai. Kalau kamu melakukan sesuatu yang tidak baik, saya tidak damai. Itu sebenarnya bukan damai tetapi egois dan itu sangat subjektif tergantung pemikiran saya dan pengalaman hati saya. Bukan itu! Sebab bila demikian akan berbahaya. Contoh dari Pdt. Stephen Tong. Dunia berbicara tentang damai seperti ini : maling kalau bertemu polisi , maka tidak ada damai. Bila koruptor didatangi KPK maka tidak ada damai. Tetapi kalau maling ketemu maling maka ia akan  merasa damai dan tenang. KPK ketika mendatangi seorang koruptor ada sesuatu seperti Billy Sindoro untuk kedua kali ditangkap. Ini sangat mencemarkan dan membuat kita harus melakukan refleksi atas diri kita sendiri. 2 kali dia menyuap dalam jumlah yang sangat besar. Satu kali sudah ditangkap-masuk penjara-dilepaskan dan sekarang ditangkap lagi. Siapa dia? Ia bukan hanya aktifis Kristen. Ia pernah sekolah Alkitab. Sering memberikan kesaksian dan membawakan firman Tuhan, ia kembali ditangkap karena menyuap lagi. Saat KPK datang, tidak ada damai di hatinya. Karena KPK ingin yang bersih. Pertanyaannya : waktu menyuap apakah dia merasa damai? Karena yang disuap juga begitu, mereka berdua merasa damai, tidak ada rasa salah. Itulah dunia. Selama berdua tidak mempermasalahkan (walau tidak benar) maka keduanya merasa damai saja.
Sama seperti sepasang sumai istri yang terjadi 15-20 tahun lalu, saya berkata, “Mengapa kamu membiarkan suami kamu seperti itu?” Ia membiarkan suaminya dipelihara oleh seorang wanita kaya. Itu kenyataannya seperti ayam.  Namun kenyataannya begitu. Kemarin saya melihat Ustad Muhammad Arifin Ilham (1969) di facebook mau menikah lagi. Padahal baru menikah dengan istri yang ketiga. Sekarang mau menikah dengan istri keempat keturunan Jawa. Jadi istrinya ada yang keturunan Sunda, Arab. Dia seorang laki-laki yang mau memelihara 4 wanita. Tetapi suami wanita di atas ini dipelihara oleh seorang wanita kaya. Saya tanya,”Mengapa kamu membiarkan begitu?” Ia menjawab  dengan konsep dunia,”Daripada saya bertengkar terus, biarkan saja!” Kalau tidak saya tiap hari ribut dan bertengkar dengan suami. Dengan dipelihara wanita kaya itu, rumah tangga-nya menjadi tenang dan damai. Masuk akal tidak? Buat dia masuk akal, buat kita tidak. Alasan kedua, selama ada keuntungan di balik itu tidak masalah. Saya bertanya,”Apa yang kamu dapat?” Dijawab,”Saya dapat banyak , lebih banyak daripada sebelumnya.  Baik uang setiap bulan dan kedudukan. Karir suaminya terus naik, luar biasa mengerikan. Selama ada damai dalam rumah tangga saya biarkan saja .  Itu bukan damai yang diajarkan Alkitab, mengorbankan . Alkitab mengajarkan sebaiknya, Allah adalah sumber damai sejahtera. Dia itu shalom itu sendiri. Ketika ia menciptakan langit bumi dan terakhir manusia dari hari 1-6 (Kejadian 1). Allah melihat itu baik adanya. 10,12, 18,21,25 Allah melihat semua yang Dia ciptakan baik adanya. Ketika Allah menciptakan manusia, menghadirkan manusia di tengah ciptaan yang lain, pada Kejadian 1:31a dikatakan Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Tidak ada sesuatu yang lebih baik ketika Allah mengatakan sungguh amat baik, karena manusia bisa merepresentasikan (mewakili) Allah, mengatur segala sesuatunya setelah Allah menempatkan semuanya pada posisinya masing-masing.

Dosa Merampas Shalom

Di situ shalom itu ada karena ciptaan tahu posisinya bagaimana ia harus bersikap kepada sang Pencipta di situ ada shalom. Manusia memuliakan dan menghormati Allah, ciptaan menghormati Penciptanya. Masing-masing ciptaan mempunyai tempatnya masing-masing. Di situlah shalom yang pertama kali hadir di tengah-tengah dunia ketika semua ada pada tempatnya. Tetapi fakta menunjukan ketika dosa hadir dan merebut shalom itu, ia membuat semua ciptaan itu tidak pada tempatnya. Dimulai dari keinginan manusia untuk mencapai tempat Allah. Dimulai dari keinginan manusia untuk menggantikan Allah. Dia ingin sama seperti Allah. Ia adalah ciptaan tetapi ia ingin menempati  posisi Sang Pencipta. Sejak itu shalom menjadi bias. Ditafsirkan dengan berbagai macam keinginan masing-masing. Keinginan, hati dan motivasi yang berdosa. Itulah sebabnya berdebat dengan orang kalau  bicara  tentang damai pasti tidak akan ada ujung penyelesaiannya karena orang akan pintar untuk mengeluarkan  1.001 macam alasan , agar hatinya ada damai sekalipun ia melakukan sesuatu yang salah. Itulah bobroknya dosa.

Shalom itu akan kita rasakan dan menguasai hidup kita hanya kalau :

1.     Menerima Kristus

         Intinya shalom itu hanya ada (hanya bisa dirasakan, dinikmati) dan hanya bisa terjadi di dalam hidup kita kalau Sang Raja Shalom ada di dalam hidup kita. Hal ini berarti bicara tentang pertobatan pribadi. Jangan pikir semua orang Kristen sudah bertobat secara pribadi. Banyak orang Kristen yang KTP, tidak sungguh-sungguh percaya. Terkadang hanya formalitas. Apakah sudah bertobat benar-benar, terima Tuhan secara pribadi. Tahu posisinya adalah ciptaan dan Allah adalah pencipta. Siapa pun kita apakah kita sebagai majelis, suami/istri, antara kita dengan Allah relasinya apa? Kalau tidak jelas dalam relasi antara kita dengan Allah , bahwa kita tidak ada percaya yang lain dan tidak ada saya menaruh hati dan hidup kita pada yang lain termasuk pada hal-hal yang menempel di badan dan rumah saya. Itu yang harus terus dipikirkan secara sungguh-sungguh karena terlalu banyak Kristen tradisi yang ada di dalam gereja.


2.     Kita selalu berurusan untuk membereskan dosa.

Ketika saya katakan itu karena setiap hari otak, hati, kelakuan, ucapan  selalu cenderung berdosa dan melakukan dosa. Bahkan ketika kita melakukan dosa seringkali kita mencari 1.001 macam alasan untuk mengatakan bahwa itu bukan. Misalnya : itu untuk kebaikan, itu terpaksa saya lakukan, itu bukan dosa dll. Kita tidak sungguh-sungguh membereskan dosa dalam diri kita. Ketika kita tidak ada damai, kita cenderung menyalahkan gereja Misalnya : banyak yang mengatakan, gereja tidak memberi saya damai, pertumbuhan, apa-apa. Ketika mendengar hal ini, saya mencoba untuk mengintrospeksi : dalam hal apa gereja kurang supaya saya lebih baik lagi, supaya gereja bisa lebih baik lagi dan supaya hamba Tuhan dan majelis bisa lebih baik lagi. Tetapi di sisi yang lain, satu pertanyaan saya untuk orang-orang yang mengatakan demikian , “Apakah saudara sudah membereskan dosa dalam hidup mu?” Karena dosalah yang menghalangi untuk kita bisa merasakan damai sejahtera. Kita bisa pergi ke gereja seminggu sepuluh kali tidak akan bisa merasa damai, kalau dosa tidak dibereskan. Contoh : perselingkuhan, mencari uang dengan cara  yang tidak benar, membaca buku porno, menonton video porno, berjudi  dan seterusnya. Kalau masih melakukan itu dan tidak mau membereskan diri dengan dosa , maka jangan pernah berpikir ada damai dalam hidup.  Karena damai dan terus hidup dalam dosa tidak akan pernah berdampingan. Tetapi betapa mudahnya kita mengatakan, saya tidak menemukan damai di gereja atau di rumah sehingga mencari wanita lain. Ini dasarnya mau mencari wanita lain sehingga menggunakannya sebagai alasan.

3.     Relasi Satu dengan yang lain

Ketika kita bicara damai hal yang paling kongkrit dan nyata adalah kehadiran dan tutur kata saya memang harus membawa suasana damai, tidak membuat orang saling curiga satu dengan lain, membuat orang ribut satu dengan lain. Itu perlu bayar harga. Shalom itu harus bayar harga. Allah mengembalikan shalom melalui harga darah Kristus. Maka anak-anak Tuhan di dalam gereja sampai dia keluar gereja, seperti hidup dalam pekerjaan dan dalam segala hal yang ia hidupi, ia harus belajar bayar harga untuk dirinya sendiri agar bisa berdampak positif bagi orang lain. Harga apa? Terkadang perasaan, harga diri, pengampunan, waktu dan banyak lagi yang harus dikorbankan agar shalom tercipta secara konkrit (nyata) dalam relasi dengan sesama. Namun hal ini tidak akan bisa kalau relasi (hubungan) dengan Tuhan tidak beres.

Penutup

              Biarlah firman Tuhan, Yehova Shalom hari ini membuat kita memikirkan  3 hal terakhir yang saya sampaikan : bagaimana pertobatan pribadi saya dengan Tuhan (jelas bertemu Tuhan secara pribadi? Karena tidak bisa ikut-ikutan mengingat hal ini bersifat personal), selalu membereskan dosa dan ada harga yang harus dibayar.

No comments:

Post a Comment