Pdt. Fu Kwet Khiong M.A.
2 Korintus 11:23-25
23 Apakah
mereka pelayan Kristus? — aku berkata seperti orang gila
— aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di
dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut.
24 Lima kali
aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan,
25 tiga kali
aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam
kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut.
Pendahuluan
2 Korintus 11:23-25 merupakan pengakuan
seorang yang dulunya ‘preman’. Dengan posisi hidup manusia lamanya sebagai
preman, saya tidak yakin orang berani melempari dia batu atau menyesahnya. Namun
setelah Saulus diubahkan oleh Tuhan, justru ia didera, dipukuli dan dilempari
batu. Yang mengejutkan saya, mengapa ia tidak mau membalasnya? Bukankah ia
begitu garang dan bejat dulunya? Seorang Saulus yang telah berubah , ketika
sudah menjadi seorang pelayan Tuhan, ia tidak lagi membalas segala deraan,
cercaan dan hinaan. Dulu ia bernama Saulus, tetapi setelah mengalami Tuhan dalam
hidupnya, ada sesuatu yang berubah. Ia bukan seorang yang beragama. Ini bedanya
orang yang beragama dengan orang yang bertuhan. Bagi orang yang beragama,
semakin ia beragama semakin tidak bisa menerima perbedaan. Bagi dia, semua
orang harus sama dengannya. Bagi dia, orang yang berbeda dengan dia dari harus
dilenyapkan (dianggap kafir). Orang itu tidak layak hidup dan ada di dunia .
Tetapi ketika Saulus dijamah oleh Tuhan, ia berkata, “Aku pelayan Kristus. Aku didera,
disesah dan dilempari batu.” Tetapi ia tidak membalasnya.
Berita Natal adalah berita tentang
kasih Tuhan yang telah datang ke dalam dunia. Kasih itu begitu luar biasa
mengubahkan. Saya tidak mampu memahami kasih Tuhan. Bayangkan : Dia yang suci,
kudus, kekal, mulia datang kepada manusia yang berdosa, hina, terbatas dan yang
adalah debu. Betapa jauh perbedaan kita dengan Tuhan. Dia suci, kekal, tidak
terbatas, mulia tetapi kita berdosa, sementara, terbatas dan hina. Tetapi Ia
mau datang kepada kita. Inilah berita Natal , bagaimana kasih Allah yang begitu
besar sehingga Ia turun ke dalam dunia untuk menolong kita.
Rasul Paulus yang Hina Dipilih Allah
Di perikop 2 Korintus 11:23-25 kita
melihat , bagaimana Allah dalam kasih dan penuh kepedulian hidup dalam umat
Tuhan. 1 Kor 1:26-28 Ingat saja,
saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran
manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh,
tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih
Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi
dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina
bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk
meniadakan apa yang berarti,
Sewaktu membaca perikop ini, hati
saya penuh dengan getaran. Kata “dipilih” di sini paling tepat oleh dikatakan Rasul
Paulus. Saat menulis hal ini, mungkin air matanya mengalir deras dan saat
mencatatnya mungkin dia terdiam. Orang yang hina dipilih oleh Allah. Orang yang
berdosa dan tak terpandang dipilih oleh Allah. Saat mengatakan hal ini kepada
jemaat Korintus, ia mengerti apa kata “dipilih”. Kalau bukan Tuhan yang
memilihnya di Damsyik, ia tetap terhilang di hadapan Tuhan. Seharusnya ia
dimurkai, tidak layak menerima kebaikan. Maka keselamatan dari Allah bukan dari
menunggu kita menjadi baik terlebih dahulu atau berubah sedikit dahulu. Tetapi
di tengah puncak kebejatan hidupnya Tuhan menjamahnya. Siapa pun yang Tuhan
kirim ke gereja Tuhan agar diperhatikan.
Dalam drama semalam, sang pencuri
yang sudah ditolong masih diberikan kesempatan. Dunia hanya bisa mengerti
ketika membalas kejahatan dengan kejahatan. Bahkan kalau membalas kebaikan
dengan kebaikan, levelnya sama. Apalagi kalau membalas kebaikan dengan
kejahatan. Membalas kebaikan dengan kejahatan sifat yang digambarkan di
sinetron-sinetron (kamu senang kan melihat saya jatuh?). Kalau membalas
kebaikan dengan kebaikan itu sifat manusia (misal : saat Natal kirim parsel
atau besok-besok kita kirim ke rumah lontong cap go me kemudian yang menerima membalasnya dengan memasukan telor
asin ke dalam rantangnya lalu mengembalikan lagi). Membalas kejahatan dengan
kebaikan itu sifat ilahi. Ini hanya dicontohkan Yesus Kristus ketika Ia berada di
atas kayu salib. Dunia tidak bisa melahirkan sifat itu kecuali ia belajar
dari kayu salib.
Rasul Paulus tidak membalas semua
deraan, hinaan dan cercaan. Hatinya kalau ditusuk ibarat agar-agar. Bila
ditusuk maka jarumnya masuk. Tapi kalau hatinya seperti balon maka saat ditusuk
akan meledak. Sedikit telat meledak. Biarlah hati kita seperti agar-agar yang
terus melenting. Kalau jemaat suka marah di gereja ibarat balon yang kalau
ditusuk meledak. Jemaat Korintus, suatu saat dalam tulisannya, Rasul Paulus
yang sudah berubah dan dipakai Tuhan begitu hebat berkata kepada jemaat
Korintus,”Ingat saja saudara-saudara , bagaimana keadaan kamu ketika kamu
dipanggil”. Bukankah ini kontradiksi? Memasuki tahun baru biasanya firman Tuhan
yang dipakai”Aku melupakan apa yang ada di belakangku dan berlari kepada tujuan
di depan”. Berarti Rasul Paulus tidak
konsisten? Di sisi kitab lain melupakan yang di belakang, tetapi kepada jemaat
Korintus ia berkata untuk mengingat keadaan kamu saat dipanggil dahulu. Ini
bukan Rasul Paulus tidak konsisten, tetapi harus mengerti konteks dari jemaat Korintus.
Belajar dari Jemaat Korintus
1 Kor 1:5 Sebab di dalam Dia kamu telah menjadi kaya
dalam segala hal: dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan, 7 Demikianlah kamu tidak kekurangan dalam suatu
karuniapun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus. Jemaat Korintus adalah jemaat yang mengalami natal
pertama. Ia termasuk jemaat gereja mula-mula. Mengapa Paulus memujinya sedemikian?
Pujian ini ada maksudnya (bukan pujian dan peringatan yang biasa). Dari seluruh
jemaat Tuhan yang pernah dibangun dari pelayanan Paulus seperti jemaat Filipi, Kolose,
Efesus, Galatia, Tesalonika , jemaat yang paling diberkati , maju dan mengalami
karunia-karunia adalah jemaat Korintus. Tidak ada jemaat yang pertumbuhannya
dan kemajuannya secepat seperti Korintus. Buktinya Rasul Paulus berkata bahwa mereka
kaya dalam segala hal dan pengetahuan, tidak pernah kekurangan karunia mana
pun. Maka daftar karunia ada di 1 Kor 13 seperti bahasa Roh, mujizat, pengetahuan, hikmat, nasehat
dll. Lalu apa maksud Rasul Paulus menulis yang tadi (jangan lupa siapa kamu
dahulu)? Ketika Rasul Paulus masuk ke kota Korintus dengan kota yang menyembah
Dewi Artemis dan struktur masyarakat sedemikian rupa, Rasul Paulus menginjili
di pasar, di depan kuil, di jalan-jalan dan di mana-mana mereka bertobat lalu
dikumpulkanlah mereka. Latar belakang mereka adalah orang-orang biasa seperti
pedagang di pasar, pendosa di kuil Artemis, orang-orang yang terbuang, ketika
menjadi sebuah jemaat dan mengalami kasih Kristus, mereka berkumpul dan membangun
tubuh Kristus. Mereka yang tidak ada apa-apanya, mereka diberkati, mengalami
karunia dan mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Tetapi setelah itu mereka
kehilangan pengenalan akan Allah. Hidup mereka jauh dari Allah.
Untuk
itu kita belajar latar belakang jemaat Korintus. 1 Kor 1:10 Tetapi aku
menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya
kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya
supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir. Ini karya Tuhan di Natal
pertama, di mana tidak ada perbedaan antara gembala, orang Majus, semua
disatukan Tuhan dalam karya Tuhan. Tuhan ayng memegang tangan manusia, tidak
ada perbedaan. Yang terjadi, orang yang mengalami perjumpaan Tuhan dan dalam
pengakuan mereka mengenal Allah dengan karunia-karunia Tuhan yang luar biasa, Rasul
Paulus menasehati mereka untuk apa? Masalahnya apa? 1 Kor 11-12 Sebab,
saudara-saudaraku, aku telah diberitahukan oleh orang-orang dari keluarga Kloe
tentang kamu, bahwa ada perselisihan di antara kamu. Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu
masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos.
Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus.
Inti
masalahnya : ketika dalam pelayanan kehidupan Rasul Paulus yang sudah dijamah
Tuhan. Rasul Paulus menemukan orang-orang yang sudah mengenal Allah di Korintus
dengan kebanggan mereka, tidak lagi menempatkan diri Tuhan di atas segalanya
tetapi untuk golongan mereka saja. Bukankah Tuhan Yesus ketika datang telah
meniadakan batasan antara Yunani dengan Yahudi? Bukankah Kristus ketika datang
telah membatalkan sekat antar manusia dan sekat antara Bapa dan manusia
(disatukan dengan pengorbanan Kristus di kayu salib)? Bagaimana mungkin jemaat
Korintus yang mengatakan mereka memiliki banyak karunia dengan kesombongan
akhirnya melupaakan Allah? Sehingga Paulus menasehatkan agar mereka setia
sekata dan sehati sepikir. Ia adalah Tuhan yang tidak mempertahankan kesetaraan
dengan Allah dan turun ke dalam dunia. Ini adalah fakta.
Hari-hari ini pada perayaan Natal
, ada sebuah target agar lebih unity (bersatu)
dan mencontohi akan kesatuan Allah Tritunggal. Bahwa kalau Ia adalah yang unity, mengapa kita tidak bisa bersatu.
Ini sulit dijalankan kalau tidak ada kasih dan kepedulian di dalamnya.
Bagaimana mungkin ada kasih dan kepedulian kalau Tuhan tidak hadir dalam hidup
kita, umatNya? Orang yang tidak memiliki kasih, maka ia tidak bisa mengalami kepedulian.
Ketika bicara tentang jemaat ini,
kita meneropong pelayanan Paulus. Dari hatinya mengalir ide-ide sorgawi. Bait
Allah arsiteknya adalah Tuhan. Demikian juga dengan setiap firman yang kita terima,
itu adalah wahyu dari Roh Kudus kepada para rasul dan nabi untuk menuliskannya.
Berarti pikiran Allah ditaruh ke dalam dunia. Jadi tidak ada jalan lain kecuali
setia , tunduk dan taat di dalamnya. Jangan membaca tulisan ini adalah
pemikiran manusia. Ini wahyu dari Roh Kudus (pemikiran Allah). Perkataan Rasul Paulus
agar seia- sekata jangan ada perpecahan karena ada perselisihan.
Philip Yancey (1949, penulis buku
dari Amerika) menulis ada psikolog yang melakukan sebuah penelitian. Ia mengambil
kucing dan anjing dan dimasukkan ke dalam satu kandang. Awalnya mereka berantem,
tapi dibiarkan saja. Mereka terus berkelahi tapi lama-lama capai sendiri. Hari
pertama, kedua dan ketiga mereka ribut. Setelah seminggu lewat mereka akur dan
dilepaskan. Waktu dilepaskan di luar mereka tetap akur. Anjing dan kucing waktu
masuk ribut , tapi keluarnya damai. Namun ada yang awalnya menjadi majelis akur
setelah selesai 4 tahun kemudian mereka ribut. Demikian juga dengan rapat
sinode yang diadakan 4 tahun sekali. Saat bertemu dengan hamba Tuhan lainnya seperti
reuni, dengan ramah saling menanyakan kabar dan pelayanan. Setelah 3 hari
kemudian, keluar dari sidang ribut. Kucing dan anjing yang melihat manusia
ribut mungkin berkata, “Mengapa tidak boleh ribut, kan mereka juga ribut?”.
Di mana kasih dan kepeduliaan di
dalam komunitas kita, kalau dimulai dari tubuh Kristus tidak bisa menyatakan
kasih dan kepedulian itu? Seharusnya gereja memimpin dalam memberikan teladan.
Kalau gereja tidak memulai menghapus sekat-sekat itu, dan menyatakan bahwa kasih
Allah menyatukan kita maka saya mengasihimu dan peduli. Bukankah Rasul Paulus
sudah mengatakannya ketika disesah dan didera? Kalau anak Tuhan hidup dalam Batasan
sekat-sekat demikian saya ragu ia telah mengalami kasih Allah.
Dalam kebaktian usahawan, ada
nyanyian yang diubah,”Dalam Yesus kita bersaudara, dalam bisnis tetap
bersaingan”. Di Korintus yang mengatakan mereka mengenal Allah, dengan bangga
bisa berbahasa Roh, bisa menterjemahkan, karunia begitu rupa mereka hidup tidak
lebih seperti anak kecil. Anak kecil harus bisa belajar mengasihi dan berdoa. Bagi
Rasul Paulus mereka belum dewasa secara rohani. Rasul Paulus berkata, “Tuh kamu
tidak ada apa-apanya. Ingat siapa kamu dulunya.” Setiap Natal selalu mengingatkan
kita siapa kita di hadapan Allah. Natal berbicara bahwa kita tidak layak untuk
dikunjungi tetapi Dia memutuskan meninggalkan kemuliaan dan
mengunjungi-mengasihi kita. Tetapi Rasul Paulus seolah-olah berkata, “Hai orang
Korintus tahu diri. Ingat dahulu kamu siapa? Waktu natal di GKKK Mabes, tidak
kelihatan dan sekarang sudah jadi pengurus”. Itu anugerah. Ada yang sudah mengikuti
perayaan Natal 5 atau 10 kali bahkan 20 kali. Orang Korintus jangan seperti
kacang lupa kulitnya. Maka Rasul Paulus mengingatkan, menurut ukuran manusia
tidak ada yang layak (itu hina) kalau bukan Tuhan datang dan menjamah kita dan pernyataan Allah dalam
hidup kita, maka Rasul Paulus berkata,”dipilih”. Tuhan bisa mempertobatkan seorang bergelar professor
sekali pun, menjamah seorang dokter yang hebat, pejabat atau pun konglomerat
yang kaya-raya untuk melayani Dia. Kalau Tuhan bisa (dia mau pakai Tuhan yang
hina dan tidak dianggap oleh dunia) lalu untuk apa Tuhan memakai orang-orang
seperti ini? Mengapa Tuhan pakai Rasul Petrus yang hanya melayani dan seorang
wanita yang mempunyai 5 orang suami dan Tuhan bertemu dengan dia. Mungkin
ketika dia ke luar rumah, orang yang melihatnya berharap dia masuk rumah
kembali atau terbatuk-batuk karena tidak tahan melihatnya. Perempuan Samaria
itu seperti sampah, bejat , tidak bermoral serta merebut suami orang. Tetapi
lihat Rasul Paulus mengatakan dengan jelas, dari hidup pertobatan ia mengalami
perjumpaan Damsyik. Ia berkata, “dipilih Allah" dari
yang tidak terpandang dan hina dipilih
Allah. Saya baru pulang dari pelayanan dari Belitung dan Bangka dan membawa
pulang Duren. Waktu dicium durennya ternyata salah pilih (kena bohong). Saya
pikir , di Indonesia ada 5 agama / kepercayaan. Mengapa kita yakin bahwa kita percaya
Tuhan yang pasti benar? Pilih duren saja bisa salah, kenapa pilih Tuhan yakin
sekali? Setelah melihat kehidupan Rasul Paulus yang dijamah Tuhan, jawabannya
bukan kita yang memilih Tuhan, tetapi Tuhan yang pilih kita. Jadi tidak mungkin
salah karena Tuhan yang pilih. Maka Rasul Paulus menggunakan kata “dipilih”.
1 Kor 26-29 Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan
kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang
bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang.
Tetapi apa yang bodoh bagi dunia,
dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah
bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina
bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk
meniadakan apa yang berarti, supaya
jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah.
Allah yang Mengambil Rupa Seorang Hamba
Natal
pada awalnya berbicara Allah yang merendahkan diriNya sampai datang ia
mengambil rupa seorang hamba (bukan rupa seorang pejabat atau konglomerat)
untuk berjumpa dengan manusia. Ia merendahkan diri sedemikian ketika kita
mengenal Allah, kita mengenal Dia. Mengapa kita tidak melakukan karakter ilahi
di dalam hidup. Ketika mengenal Allah berarti kita mengalami Dia jadi bukan
sekedar mengenal di otak. Lalu mengapa begitu banyak anak Tuhan yang berkata
seolah-olah dia mengenalNya. Mengenal Allah berarti mengalami bukan mengenal di
otak.Terkadang saya kasihan melihat Panitia Natal. Setelah selesai menjadi
ketua panitia hilang dari gereja. Mengapa? Waktu jadi ketua pantia Natal , babak-belur
dikritik habis dan bukannya didukung. Maka setiap kali pada waktu rapat pembentukan natal tidak ada yang berani mau
dipilih jadi Ketua Panitia. Kadang-kadang kita belum kembali menemukan kasih
Natal. Banyak yang mengalami,, kita belum menemukan kasih Natal. Kalau kita
serius merenungkannya, apa yang bisa kita sombongkan? Semua karena anugerah Tuhan.
Natal pertama bukan datang dengan kertas kado. Rasul Paulus berkata supaya
jangan ada yang memegahkan diri karena Allah yang penuh kemegahan itu sendiri
meninggalkan kemegahan , merendahkan diri dan justru datang dalam kerendahan.
Mengapa kita yang rendah mau bermegah di hadapan Allah? Tidak ada kemegahan
yang bisa kita bawa ke hadapan Allah seperti pakaian baru, jadwal keliling luar
negeri tidak megah apa-apa. Kalau mau bermegah maka bermegahlah di dalam Tuhan,
muliakan Tuhan! Kita mau memulai dari persoalan bahwa love dan care bisa
mengalir ke luar ketika kita benar-benar mengerti siapa kita di hadapan Tuhan. Saya
rindu kita terkagum-kagum, terpesona dan terpukau dengan salib. Hanya berita
salib yang membuat berita Natal itu akan memaknai Natal itu sendiri.
1 Kor 4:10-13 Kami bodoh oleh karena
Kristus, tetapi kamu arif dalam Kristus. Kami lemah, tetapi kamu kuat. Kamu
mulia, tetapi kami hina. Sampai pada
saat ini kami lapar, haus, telanjang, dipukul dan hidup mengembara, kami melakukan pekerjaan tangan yang berat.
Kalau kami dimaki, kami memberkati; kalau kami dianiaya, kami sabar; kalau kami
difitnah, kami tetap menjawab dengan ramah; kami telah menjadi sama dengan
sampah dunia, sama dengan kotoran dari segala sesuatu, sampai pada saat ini. Waktu membaca perikop ini, napas saya terasa sesak. Saulus
berada di bawah bimbingan Gamaliel yang begitu luar biasa, seorang yang
menakutkan orang Kristen pada masa itu. Setelah bertobat, dia berkata,”Kalau
kami dimaki kami memberkati. Kalau kami dianiaya kami sabar, kalau kami difitnah
kami menjawab dengan ramah.”Mari anak-anak Tuhan, kita mulai dari Tuhan yang
kita kenal. Melalui pimpinanNya, maka akan mengalir kasih.
Bagi
Rasul Paulus cacian, makian dan hinaan itu dianggap hal yang biasa. Yang penting : kerja..kerja…
dan kerja. Orang mau caci maka yang penting kerja. Ini adalah hidup yang sudah
diubahkan. Kalau sudah bertemu dengan sumber penghidupan, pengampunan dan kasih
itu , maka ketika orang Kristen hidupnya diperas (seperti kain diperas) maka
sampai tetes terakhir yang menetes adalah kasih. Setiap kali mengingat kisah
dari Rasul Paulus, maka yang teringat adalah kasih Allah yang sudah dinyatakan
pada kita (karena begitu besar kasih Allah). Maka saya percaya komunitas yang hidup
dalam Tuhan mengalami kasih dan kepedulian dan komunitas yang mengenal Tuhan.
Perikop
1 Kor 13:4-6 ditulis oleh orang yang dulunya beringas dan begitu jahat dan kemudian
hidupnya mengalami kasih setelah berjumpa dengan Tuhan. Kasih itu
sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan
tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan
diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan,
tetapi karena kebenaran.
Penutup
Kisah ini saya dengar dari seorang
dosen SAAT dan kisahnya sampai hari saya masih mengingatnya. Suatu hari ada
seorang tukang becak yang kerjanya ngayuh becak dan mengambil kardus di Glodok.
Dari menjual kardus tersebut ia bisa mendapat nafkah. Suatu hari bapak ini
melakukan tugas rutinnya. Pagi hari ia pergi ke toko dan mengambil kardus di sebuah
toko elektronik. Kemudian ada sesuatu yang mengganggu penglihatannya. Tidak
jauh dari toko itu, ia melihat ada seorang Bapak dengan pakaian keren turun
dari mobil mewah. Bapak ini berjalan dan jejak kakinya semakin terdengar mendekat
kepadanya. Ia berusaha menepiskan pikirannya dengan berpikir bahwa bapak itu
mau berbelanja dan tidak mungkin ke tempat dia. Dia orang miskin sedangkan
bapak itu orang kaya. Tapi betapa mengejutkan ketika ia dalam posisi sedang
berjongkok , langkah kaki Bapak itu berhenti di depannya dan kemudian Sang
Bapak menepuknya. Dia merasa kalang kabut dan menduga-duga apakah ia salah
mengambil barang orang. Lalu ia berdiri. Tetapi ketika itu ia mendengar Bapak
itu memanggil dia. Dengan semangat Bapak itu kemudian berkata, “Kamu tidak mengenal
saya? Sudah lama kita tidak bertemu. Dulu kita suka manjat bersama-sama. Ingat
tidak kamu adalah teman SMP saya dahulu!” Akhirnya tukang becak ini mulai
mengenalinya.
Dalam
kondisi kumuh dan lecek pakaiannya, Tukang Becak tersebut merasa sungkan dan
bergetar. Ia berusaha melarikan diri dari keadaannya dan ingin segera pamit.
Tetapi pria yang mapan ini tidak melepaskannya , langsung merangkulnya dan
berkata,“Sudah lama kita tidak bertemu. Hayo kita minum kopi dulu bersama-sama.”
Ia tidak melepaskan rangkulannya dan mengajaknya menyeberang jalan. Terpaksa Tukang
Becak mengikuti, namun ia merasa tidak pantas masuk ke warung demikian walau
dia temannya. Semua orang melihatnya minum kopi di tempat kotor seperti itu.
Lalu kopi dipesan. Saat itu bulan Desember menjelang natal. Pembicaraan singkat
pun berlangsung, mereka saling bertanya dan menjawab. Sampailah pada pertanyaan,
“Eh anak kamu berapa?” Tukang beca menjawab, “Anak saya 3 orang”. Tiba-tiba
temannya berkata,”Beruntung sekali kamu!” sambil menepuk bahu Tukang Beca
hingga terkejut. Padahal tukang becak berpikir beruntung adalah kalau punya
mobil mewah, pakai dasi dan pakai jas. Pikirannya bergetar dan di pikirannya
timbul pertanyaan dan ingin melontarkannya, “Mengapa kamu berkata saya
beruntung?” Tiba-tiba si pria itu berkata, “Saya tidak punya anak!” Maka
seluruh pertanyaan dalam pikiran Tukang Beca mereda. Dahulu mereka duduk satu
bangku di SMP. Sang teman berkata,”Kamu kan kenal saya. Kamu boleh datang ke
rumah saya. Saya minta tolong kamu. Istri saya merindukan untuk angkat anak.
Kami mau angkat satu anak, tapi saya mau angkat anakmu. Terserah kamu mau kasih
anak yang ke berapa kan kamu punya 3 anak. Kamu boleh datang ke rumah saya, mengingat
dia sebagai anakmu dan dia ingat bahwa kamu adalah ayahnya. Kita akan menyekolahkan,
memberinya makan , memelihara dan dia boleh tahu kamu bapaknya. Kalau kamu
merasa sudah cukup maka kamu boleh mengambilnya kembali. Silahkan! Tetapi kalau
boleh kamu kasih dia jadi anak kita.”
Pulang
ke rumahnya, Tukang Beca menggebu-gebu bercerita kepada istrinya. Ceritanya
dahsyat bahwa ia bertemu teman lama yang kaya. Ia mau mengangkat anak mereka menjadi
anaknya. Langsung mulut istrinya terkunci. Dia terdiam. Betapa membanggakannya
berita itu. Di tengah kondisi ekonomi yang sulit , uang sekolah yang mahal, dan
mereka tinggal di rumah kumuh lalu tiba-tiba ada orang yang mau mengangkat
anaknya sebagai anak adopsi. Mereka berdua sepakat untuk memberikan satu anaknya.
Mereka bergegas ke tempat tidur dan mengangkat kelambu yang ada karena mereka
tinggal di daerah kumuh yang banyak nyamuknya dan melihat ketiga anaknya yang
sedang tertidur. Suaminya berkata, “Ma anak yang pertama saja. Anak pertama sudah
berumur 15 tahun. Kalau disiksa dan diberi makan hanya tempe dan tahu ia bisa
melarikan diri.” Istrinya berkata,”Jangan!” “Mengapa?” tanya suaminya. Istrinya menjawab,”Wajahnya mirip saya!” Sehingga tidak
jadi.
Istrinya berkata, “Anak kedua saja”. Suaminya langsung
berkata, “Wajahnya memang tidak mirip saya. Tetapi dia anak perempuan dan sifatnya
mirip saya. Saya tidak mau kasih” Akhirnya jatuh pilihan ke anak ketiga, tidak
ada pilihan lain. Anak ini baru berusia 4 tahun, biaya susu dan pendidikan
mahal. Tiba-tiba istrinya menangis. Suaminya kaget, dia salah bicara apa? Sang Istri
berkata, “Kamu tidak mengerti anak ini adalah anak penghiburan. Waktu kamu
pergi mengayuh becak, setiap kali bangun tidur dan ia tidak bertemu kamu ia pasti
bertanya, papa di mana?” Maka ia berusaha bangun pagi karena ingin memeluk dan
menciummu. Kalau hari itu, kamu berangkat dan tidak bertemu ia akan bad mood. Lalu saya mengajak dia cuci gosok.
Suatu kali waktu saya batuk, ia kaget. Lalu ia berlari dan ternyata ia masuk ke dapur dan meminta
air hangat ke tuan rumah. Tuan rumah berkata, “Kalau saya batuk anak saya yang
berumur 12 tahun tidak bergerak. Dia terus bermain handphone lalu melihat saya dan berkata, “Ma, kalau batuk minum
dong ma!” Sedangkan anak ini baru 4 tahun dan bisa berlari untuk mengambil air
minum untukmu. Kalau punya anak seperti anakmu saya mau.” Pa, waktu kamu pulang
siapa yang tidur? Ia anak yang pertama dan kedua. Yang ketiga tidak tidur.
Waktu saya suruh dia tidur, dia berkata,”Papa belum pulang. Kalau papa sudah
pulang, setelah itu baru saya tidur” Sang Suami pun memeluk istrinya dan
menangis. Suaminya berkata, “Ma mulai hari ini, saya berjanji apa pun yang
terjadi pada keluarga kita sekali pun ia orang kaya, saya tidak akan kasih anak.
Anak kita boleh hidup susah bersama
kita, tetapi tidak satu pun anak yang saya kasih orang. Saya berjanji kita akan
berjuang membesarkan anak kita, apa pun yang terjadi mereka tetap anak kita! Kita
tidak akan kasih!”
Kalau
keluarga yang miskin saja yang mempunyai 3 orang anak, tidak rela memberikan
anaknya kepada orang yang lebih kaya , lalu
apa alasan Tuhan memberikan anakNya yang tunggal kepada dunia ini? Kalau yang
punya 3 anak saja, tidak mau memberikan anaknya kepada orang yang dia kenal
yang sudah berjanji untuk memelihara, mencintai dan mengasuh anaknya, lalu apa
alasan Tuhan memberikan anakNya kepada dunia yang jelas menolak ,membunuh,
menghina dan memperlakukan anakNya
dengan kejam?
Saya tidak punya jawaban. Di dunia
yang miskin satu anak saja tidak rela diberikan, apa alasan Allah? Saya tidak
habis pikir, kecuali hanya kembali ke satu jawaban. Karena
begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16). Inilah Natal bahwa
Allah dalam kasihNya rela memberikan anakNya kepada orang yang jelas akan
menelantarkan anakNya. Yang miskin saja tidak mau memberikan anaknya kepada
orang yang dikenalnya dan telah berjanji memeliharanya, tetapi Ia Allah
merelakanNya!
No comments:
Post a Comment