Ev. Mulyani Gulo
Kejadian 16:1-13
1 Adapun Sarai,
isteri Abram itu, tidak beranak. Ia mempunyai seorang hamba perempuan, orang
Mesir, Hagar namanya.
2 Berkatalah
Sarai kepada Abram: "Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak.
Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat
memperoleh seorang anak." Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai.
3 Jadi Sarai,
isteri Abram itu, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu, —
yakni ketika Abram telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan — ,
lalu memberikannya kepada Abram, suaminya, untuk menjadi isterinya.
4 Abram
menghampiri Hagar, lalu mengandunglah perempuan itu. Ketika Hagar tahu, bahwa
ia mengandung, maka ia memandang rendah akan nyonyanya itu.
5 Lalu
berkatalah Sarai kepada Abram: "Penghinaan yang kuderita ini adalah
tanggung jawabmu; akulah yang memberikan hambaku ke pangkuanmu, tetapi baru
saja ia tahu, bahwa ia mengandung, ia memandang rendah akan aku; TUHAN kiranya
yang menjadi Hakim antara aku dan engkau."
6 Kata Abram
kepada Sarai: "Hambamu itu di bawah kekuasaanmu; perbuatlah kepadanya apa
yang kaupandang baik." Lalu Sarai menindas Hagar, sehingga ia lari
meninggalkannya.
7 Lalu
Malaikat TUHAN menjumpainya dekat suatu mata air di padang gurun, yakni dekat
mata air di jalan ke Syur.
8 Katanya:
"Hagar, hamba Sarai, dari manakah datangmu dan ke manakah pergimu?"
Jawabnya: "Aku lari meninggalkan Sarai, nyonyaku."
9 Lalu kata
Malaikat TUHAN itu kepadanya: "Kembalilah kepada nyonyamu, biarkanlah
engkau ditindas di bawah kekuasaannya."
10 Lagi kata
Malaikat TUHAN itu kepadanya: "Aku akan membuat sangat banyak keturunanmu,
sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya."
11 Selanjutnya
kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: "Engkau mengandung dan akan melahirkan
seorang anak laki-laki dan akan menamainya Ismael, sebab TUHAN telah mendengar
tentang penindasan atasmu itu.
12 Seorang
laki-laki yang lakunya seperti keledai liar, demikianlah nanti anak itu;
tangannya akan melawan tiap-tiap orang dan tangan tiap-tiap orang akan melawan
dia, dan di tempat kediamannya ia akan menentang semua saudaranya."
13 Kemudian
Hagar menamakan TUHAN yang telah berfirman kepadanya itu dengan sebutan:
"Engkaulah El-Roi." Sebab katanya: "Bukankah di sini kulihat Dia
yang telah melihat aku?"
Lonely (Kesepian)
Apakah
pernah mengalami perasaan sedih? Perasaan sedih adalah sebuah perasaan yang
sepi sekali pun berada di tengah-tengah keramaian. Ada yang merasa sendiri, tidak
ada yang peduli, menghiraukan, sama sekali tidak ada yang tahu apa yang dirasakannya.
Saat itulah orang berada dalam kondisi kesepian (lonely). Akhir-akhir ini ada banyak orang yang merasa kesepian. Banyak
orang merasa stress namun menyimpannya sendiri. Saya pribadi memberikan conselling di Mal Season City Jakarta
Barat setiap hari Kamis. Di zaman ini orang bergebu-gebu mencari segala sesuatu
di dalam dunia, sesungguhnya jiwa manusia merasa semakin sepi (banyak yang lonely).
Kesepian di Tengah Keramaian
Ada
orang yang merasa sepi di tengah – tengah keramaian (dia merasa sendirian walau
ada banyak orang). Ciri-ciri orang yang merasa kesepian di tengah keramaian :
a.
Orang-orang di
sekitarnya tertawa lepas, sedangkan ia tertawa setengah hati.
b.
Orang lain semua tersenyum
lebar (dari dalam hati). Saya belajar psikologi pastoral dan counselling. Saya bisa melihat dari
wajah orang, apakah orang tertawa atau tersenyum dari hati atau setengah hati.
Kalau ia melakukannya dari hati , maka senyumnya lebar. Kalau lagi sedih
hatinya, ia akan menyapa dengan kurang bersemangat (setengah hati).
Ironisnya orang
seperti ini walau berada di tengah keramaian merasa sepi. Lebih ironis lagi ada
banyak orang yang tidak peduli dengan orang lain dan perasaan orang lain, sekalipun
bersama-sama (duduk dan diam bersama-sama) dan kelihatannya bahagia. Maka tidak jarang dalam
perkumplulan orang banyak, sesungguhnya berkumpul orang-orang yang kesepian dan
pura-pura bahagia. Mudah-mudahan di dalam setiap ibadah, kita tidak menjadi
bagian dari orang banyak yang sebenarnya sedang merasa kesepian.
Kesepian di Tengah Kesendirian
Lebih ironisnya lagi , ketika ia
merasa di tengah orang banyak orang merasa kesepian dan tak satu pun orang
lainnya yang peduli. Hari-hari ini banyak orang merasa EGP (emang gue pikirin, kamu
mau apa memang gue pikirin? Yang penting gue senang). Saya baru mengajar
kemarin tentang “Saya Murid Yesus”. Ada 2 dimensi arah dalam ibadah yakni arah
vertikal (kepada Tuhan) dan arah horizontal. Saat beribadah lebih banyak arah
yang vertical (yang penting memuji Tuhan seperti dengan menyanyi lagu “Suci, Suci,
Suci”) setelah selesai langsung pulang, tidak peduli dengan yang lain (dengan
orang-orang yang berada di kiri-kanan saja tidak mau menyapa). Betapa ‘garing’-nya.
Maka banyak orang berkumpul yang merupakan perkumpulan orang kesepian. Yang
kedua, situasi yang dihadapi oleh orang yang kesepian adalah kesepiaan di
tengah-tengah kesendirian. Ini yang
lebih bahaya. Kalau tidak bisa mengendalikan diri, maka ini bisa mengakibatkan orang
bunuh diri. Sudah banyak orang yang bunuh diri karena kesepian. Di lingkungan
orang banyak, tidak ada yang peduli dan peka dengan hatinya, sehingga dia
menjadi sendiri dan akhirnya banyak
orang gantung diri dan bunuh diri. Banyak artis dan orang kaya yang mengakhiri
hidupnya karena merasa kesepian.
Salah satu personel SHINee, Jonghyun
ditemukan tak sadarkan diri di apartemen sewaannya pada 18 Desember 2017 lalu.
Namun sayang, nyawanya tak tertolong lagi saat ia dilarikan ke rumah sakit.
Dari hasil penyelidikan, Jonghyun tewas akibat menghirup gas karbon monoksida.
Cara ini banyak digunakan oleh warga Korea Selatan untuk mengakhiri hidupnya. Sebelum
memutuskan bunuh diri, Jonghyun menuliskan surat kepada sahabatnya, penyanyi
Nine dari grup idola Dear Cloud. Melalui surat tersebut, Jonghyun mengungkapkan
dirinya sedang mengalami masa yang berat hingga membuatnya depresi dan memilih
mengakhiri hidup untuk menghilangkan kesedihan dan penderitaan. "Diri saya
hancur dari dalam. Depresi perlahan menggiring saya dan telah melahap saya.
Saya tidak dapat mengatasinya," tulis Jonghyun. Rupanya kesepiaan ini
dituangkan dalam lagu ciptaannya , salah satunya berjudul “Lonely”. Tidak ada menyangka selama ini di balik canda, senyum dan
tawanya yang ia tunjukkan di hadapan
penggemarnya, ternyata dirinya merasa depresi dan kesepiaan yang kerap
dituangkan dalam lagunya. Ia disoraki dan ditepuki banyak orang namun sebenarnya
hatinya kesepian.
Mengapa Orang Merasa Kesepian?
Orang
merasa kesepian karena dia menanggung bebannya sendirian, tidak ada teman yang
bisa mendengarnya. Bahkan mungkin tidak ada yang tahu beban dan persoalannya, karena
dia menyimpannya sendirian. Tidak ada teman yang bisa mendengarnya, bahkan
mungkin ada yang tahu persoalan atau beban yang dialaminya tetapi tidak ada
yang peduli. Tidak ada yang mau mendengarnya, tidak ada yang mau menolongnya,
tidak ada yang mengerti isi hatinya bahkan tidak ada yang memberinya jalan
keluar dari persoalannya.
Saya
berharap hal itu tidak ada dalam gereja dan rumah kita. Sebenarnya kita banyak mengalami
luka. Orang yang merasa kesepian, maka tidak jarang anak tidak betah di rumah
dan mencari kesenangan di luar? Karena di sana ada jiwa yang hilang. Di dalam
rumah tidak ada yang mau mendengarkan dan tidak ada yang mau tahu walau
berkumpul. Tidak jarang, suami hanya mencari kesenangan sendiri karena di dalam
rumah tidak ada yang peduli dan tidak
ada yang mau tahu akan isi hatinya. Istri mencari kesenangan sendiri karena
kesepiaan. Walau ramai keluarga tidak
jarang kumpul tetapi tidak ada yang tahu satu dengan yang lain apa yang menjadi
pergumulan satu dengan lain. Saat berkumpul tapi sibuk dengan diri sendiri.
Hagar Sedang
Sendirian dan Kesepian, Tidak Ada yang Peduli
Hagar sedang merasa sendirian,
sedih dan kesepian. Ia merasakan kesepian yang sangat. Tidak ada yang peduli dan
mencari tahu tentang Hagar. Ia berjalan sendirian. Tidak ada yang mau tahu dan
memberi jalan keluar. Hagar menanggung bebannya sendiri. Masalah ini sebenarnya
bermula ketika Sarai “mengawinkan” suaminya (Abram) dengan Hagar. Sarai tidak
sabar menanti janji Tuhan, proses yang dikerjakan Tuhan sehingga ia mengambil jalan
pintas. Ketika kita mencari jalan keluar sendiri dan tidak menunggu kehendak Allah
(jalan yang dirancang Allah), malah menghasilkan persoalan yang lain. Kemudian
Abram mengikuti, tetapi efeknya sangat besar. Hagar tidak pernah berharap apalagi
bermimpi menjadi istri tuannya. Ia hanya seorang hamba (budak). Tetapi Sarai
melakukan itu dan Abram setuju, sehingga terjadi perkawinan itu. Tetapi karena
satu kalimat bahwa Hagar ketika tahu bahwa ia mengandung maka ia memandang
rendah nyonyanya. Ini titik persoalannya. Maka Sarai menjadi marah besar.
Sebenarnya kalau dipikir-pikir, hukum antara tuan dan budak pada waktu itu,
rasanya mustahil (tidak masuk akal) kalau Hagar berlaku kasar , berlebihan dan
tidak sopan kepada Sarai. Karena saat itu, seorang tuan atau nyonya punya hak
100% atas budaknya. Ia bisa memperlakukan apa saja karena ia punya hak. Ia bisa
mengusir budak-nya dan apa saja. Maka logikanya adalah kalau Hagar berlaku
tidak sopan dan berlebihan terhadap Sarai, berarti ia sedang melakukan tindakan
bunuh diri. Ia tahu apa efeknya.
Kalau kita bisa gambarkan, Hagar
merasa dibutuhkan, karena Sarai dan Abram sedang menunggu anak dan merasa percaya diri. Tetapi
yang terjadi sebenarnya Sarai mulai cemburu terhadap Hagar. Itu memancing dia
bertindak berlebihan. Kejadian 16:6b dikatakan
Lalu Sarai menindas Hagar, sehingga ia
lari meninggalkannya. Bukan hanya itu. Kalau didramatisir, yang memulai adalah
Sarai tapi yang marah-marah adalah Sarai juga. Ia bahkan mengatakan ke Abram, "Penghinaan yang kuderita ini adalah
tanggung jawabmu; akulah yang memberikan hambaku ke pangkuanmu, tetapi baru
saja ia tahu, bahwa ia mengandung, ia memandang rendah akan aku; TUHAN kiranya
yang menjadi Hakim antara aku dan engkau." (ayat 5). Dia bahkan
membawa-bawa nama Tuhan. Sarai kalau diibaratkan dalam lagu, “Engkau yang memulai kau yang mengakhiri. Kau
yang memberi, kau yang marah-marah.” Memang banyaknya wanita seperti itu. Di
rumah ada hukum suami-istri, salah satunya, “Istri selalu benar sekali pun
salah dan suami selalu salah sekali pun benar.” Itu hukum yang tidak tertulis
tapi itu salah satu hukum dalam hubungan suami-istri. Sarai yang memulai tetapi
menyalahkan Abram.
Efeknya apa? Yang menjadi korban
adalah Hagar. Dikatakan,”ia menyiksa” (=menindas).Sarai sengaja menyiksa dan membuat
Hagar tertekan, supaya Hagar tidak tahan. Coba kita bayangkan kesedihan hati
Hagar dan kondisi psikisnya. Ia tidak pernah meminta dan mengajukan dirinya, ia
hanya ingin menolong atas dasar permintaan tuan dan nyonyanya, tetapi saat mulai
mengandung dan perutnya besar, nyonyanya marah-marah kepadanya dan menyiksa
dirinya sedemikian rupa. Bahkan Abram yang menjadi ayah kandung dari anak di
dalam perutnya tidak membela dia sedikitpun sehingga ia melarikan diri. Bisa
dibayangkan betapa sedihnya Hagar. Saya yakin Hagar itu seorang perempuan dan
ia menangis. Saat ia pergi tidak ada yang menahannya. Mungkin ia berharap Abram
menahannya (mungkin lewat pintu belakang). Tidak ada yang tahu, tahan dan peduli,
ia pergi dengan bercucuran air mata. Ia membawa perutnya yang sudah besar. Itu
adalah anak kandung dari Abram. Ia tidak pernah menginginkannya karena ia hanya
mencoba membantu tuannya tapi pada akhirnya ia pergi. Mungkin kalau ibu-ibu di
sini yang mengalaminya sudah histeris. Dalam kondisi sedemikian Malaikat TUHAN langsung
datang. Di saat Hagar sedang benar-benar sedih menghadapi semuanya sendiri,
tidak ada peduli, yang mau tahu, membiarkan ia menghadapi kesulitan sendiri
pada saat itu Malaikat TUHAN datang.
Malaitkat Tuhan berkata, "Kembalilah kepada nyonyamu, biarkanlah
engkau ditindas di bawah kekuasaannya." "Aku akan membuat sangat
banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya." Malaikat
Tuhan menyapa dan memberikan dia jawabannya di tengah-tengah kesendiriannya. Itulah
sebabnya Kemudian Hagar menamakan TUHAN
yang telah berfirman kepadanya itu dengan sebutan: "Engkaulah
El-Roi." Sebab katanya: "Bukankah di sini kulihat Dia yang telah
melihat aku?" (Kejadian 16:12) Dia melihat sampai ke dalam. Ia melihat
sesuatu yang tidak dilihat orang lain. Ia mengerti sesuatu di hati orang-orang,
ia peduli untuk sesuatu yang tidak dipedulikan orang lain. Tetapi justru dalam
keadaan seperti itu, Allah yang EL-ROI itu datang secara langsung menyapanya dan
memberikan dia jawaban
El-Roi (Allah yang Melihat)
Allah
melihat segala sesuatunya. Tidak ada yang tersembunyi apa pun yang kita rasakan Allah melihat, bahkan yang
tidak bisa dilihat manusia sekalipun. Allah melihat sampai ke dalam lubuk hati
kita, segala sesuatu apa yang kita rasakan dan alami, sekali pun orang lain tidak
ada yang mau peduli , mau tahu dan melihat. Tetapi ada satu pribadi yang
melihat dan memahami sampai ke lubuk hati kita, dialah El Roi. El Roi = Allah
yang melihat seluruh isi hati kita. Apa yang kita rasakan, bahkan sekalipun itu
sesuatu yang tidak bisa katakan dalam mulut kita. Bahkan sesusatu di dalam diri
kita yang kita sendiri tidak tahu, sesuatu yang tidak kita tahan. Ada saatnya.
Ada titik tertentu, ketika kita memiliki banyak beban yang datang silih
berganti sampai kita tidak tahu apa yang menjadi persoalan kita. Pernah
merasakannya? Kalau masalah datang dan ditumpuk sehingga kita merasa galau ,
tidak menentu , hampa dan stress dan orang bertanya ada apa dengan diri kita?
Kita berkata,”Masalah kita apa ya?” karena terlalu banyaknya dan bertumpuk-tumpuk.
Kalau kondisi seperti ini jangan dibiarkan. Ibarat aliran listrik, kondisinya
sudah mendekati korslet. Semakin lama masalah semakin bertumpuk dan tidak dimengerti
masalahnya, ujung dan awal masalahnya tidak dimengerti, maka hal ini sudah
mendekati korslet maka lama-lama bisa komat-kamit sendiri (omong-omong sendiri)
maka perlu konseling. Bahkan Allah
yang El Roy bisa melihat sampai ke dalam hati kita. Bahkan yang tidak bisa kita
lihat di dalam diri kita pun Allah yang El Roy bisa melihat. Oleh karena itu
ketika engkau sedang merasakan tidak ada
yang peduli, tidak ada yang mau cari tahu, tidak ada yang mau tahu, jangan
pernah merasa sedih karena Allah bersama denganmu. Saat-saat menyakitkan itu, Hagar
disapa oleh Malaikat Tuhan. Tetapi bukan berarti bahwa kita tidak mau peduli dengan orang-orang yang
berada di kiri-kanan kita. Ada 2 dimensi arah : vertical dan hizontal. Dalam
perkumpulan umat Tuhan, banyak yang hanya melihat yang atas saja (vertical).
Tidak selalu Allah seperti menyapa saja (langsung datang Malaikat Tuhan) tetapi
Tuhan juga bisa memakai kita semua untuk melihat, untuk peduli dengan orang
yang berada di sekitar kita.
Anak-anak
Tuhan yang benar-benar anak Tuhan mengenal
kedua arah ini : vertical dan
horiozontal. Sekarang setelah selesai ibadah di gereja dan setelah mendengar
firman Tuhan dan memuji Tuhan langsung pulang. Kita tidak bisa mengerti dan
peduli dengan orang itu kalau kita tidak berkomunikasi dengannya.
Beberapa
waktu lalu di salah satu lingkungan
sekolah teologia di luar Jakarta dan Pulau Jawa, ada sebuah keluarga yang
tinggal di sana dan menjaga lingkungan
sekolah teologia tersebut. Suatu ketika anak laki-laki dari bapak yang menjaga
sekolah ini, kurang lebih kelas 2 SMA ditemukan
gantung diri di kamar mandi di lingkungan sekolah teologia sehingga membuat gempar
di sana. Tidak ada yang peduli. Setelah kematian anak itu, banyak yang ditanya.
“Bagaimana gelagatnya akhir-akhir ini?” Ada mahasiswa yang menjawab,”Dia
kelihatannya murung”. Tetapi tidak ada yang bertanya mengapa ia murung. Itulah
dunia hari orang berpusat pada diri sendiri. Padahal kita semua membutuhkan sapaan
dan dukungan orang lain. Ironis bukan?
Ada juga seorang ibu rumah tangga yang
tinggal di rumah mertua. 2 tahun setelah pernikahan, suaminya ada main dengan perempuan
lain dan menjadi kasar sekali. Istrinya coba bertahan. Istrinya ini adalah
seorang guru Sekolah Minggu. Oleh mertuanya ia cukup disiksa dan dijadikan
tukang cuci. Papa mertuanya sakit sehingga ia harus menjaga papa mertuanya.
Suaminya punya toko tetapi tidak memberi uang lagi ke istrinya dan berharap
semua baik-baik saja. Bagaimana keadaan hati perempuan itu? Terkadang setelah selesai cuci di rumah mertunya
,ia mencuri-curi waktu untuk mencuci baju di rumah orang lain supaya mendapat penghasilan.
Suatu kali saya bertanya tentang bagaimana pernikahannya. Rupanya sudah 15
tahun pernikahan berjalan, ia tetap bertahan sampai anak-anaknya lulus kuliah. “Bagaimana
kamu bisa bertahan?” saya bertanya. Ia menjawab,”Ada Tuhan Yesus temani saya!”.
Ia tetap bertahan menjadi guru Sekolah Minggu. Yang lebih ironis, hamba
Tuhannya juga tidak tahu dan bahkan tidak pernah tanya mengapa suaminya tidak
pernah ke gereja. Bahkan anaknya yang kedua tidak pergi ke gereja dan tidak ada
yang menanyakannya. Sampai hari ini tidak ada yang bertanya. Saya bertanya
kepadanya, “Ada apa dengan engkau? Bagaimana engkau bisa bertahan?” Jawabannya,
“Ada Tuhan Yesus yang menemani saya.” Hari ini apakah kita sedang merasa tertekan,
sendiri, tersiksa, dibuang , ada dalam keadaan tidak dianggap , tidak dihormati
dan tidak lagi dihargai, dipedulikan, tidak ada yang mau membela dan mau tahu
dengan hidup kita, mungkin hari ini kita berada di ujung putus asa, tetapi Tuhan
berkata, “Engkau punya Allah yang El Roi.” Saat-saat seperti itu, Allah begitu dekat dan Ia sedang menyapa
kita, “Aku mendengar ceritamu.”.
Penutup
Allah
yang mampu melihat apa yang tidak dilihat manusia, melihat apa yang tidak
terkatakan. Bahkan mampu melihat sampai ke dalam lubuk hati kita melebihi dari
kita melihat diri kita sendiri. DIA MELIHAT, DIA MENDENGAR dan DIA MEMBERI JAWABAN..!! Sebagaimana Hagar
bertemu El-Roi. Di tengah keputusaasaan Hagar bangkit kembali. Ia turut kepada
kehendak Tuhan untuk kembali kepada tuannya. Siang ini kita belajar tentang
Allah yang melihat sampai ke dalam lubuk
hati kita. Sesungguhnya kita tidak sendiri karena ada Allah bersama saya. Datanglah
kepada Allah dan berserulah : “Ya Allah, Ya Allah. Dengankanlah”. Tetapi
sebagai anak-anak Tuhan, yang mengenal kasih Allah dan satu dengan lain, jangan
menjadi jemaat yang egois. Jangan sampai perkumpulan
ibadah kita menjadi perkumpulan orang-orang yang kesepian dan kurang bahagia. Mari kita
menjadi bagian dari hidup yang lain. Peduli kepada keadaan orang lain. Supaya
kita tumbuh bersama dan bergandengan tangan di tengah hidup. Kalau yang lain tidak
peduli, ada Allah yang El Roi.
No comments:
Post a Comment