Ev. Ronny Sofian
Kejadian 49:24 namun panahnya tetap kokoh dan lengan
tangannya tinggal liat, oleh pertolongan Yang Mahakuat pelindung Yakub, oleh
sebab gembalanya Gunung Batu Israel,
Mazmur 132:2,5
2 bagaimana ia
telah bersumpah kepada TUHAN, telah bernazar kepada Yang Mahakuat dari Yakub:
5 sampai aku
mendapat tempat untuk TUHAN, kediaman untuk Yang Mahakuat dari Yakub."
Pendahuluan
Mengakui bahwa “Allah adalah Allah
yang Maha Kuasa” adalah satu hal tetapi mempercayakan hidup kita kepada Allah yang
Maha Kuasa itu adalah hal yang berbeda. Yang Allah inginkan dalam hidup kita adalah agar kita mempercayakan hidup kita
padaNya. Terdapat beberapa ayat yang mengungkapkan (memberi definisi) bahwa
Allah adalah Allah yang Maka Kuasa. Di antaranya Bil 14:24 Tetapi hamba-Ku Kaleb, karena lain jiwa yang ada padanya dan
ia mengikut Aku dengan sepenuhnya, akan Kubawa masuk ke negeri yang telah
dimasukinya itu, dan keturunannya akan memilikinya. Bagian ini ada konteks
yang dimulai dari Bilangan 13 sampai pasal 14 (2 pasal). Setelah melakukan
parafrase (membaca setelah membandingkan beberapa frase beberapa terjemahan
Alkitab) maka terjemahannya menjadi : Tetapi hambaKu Kaleb berbeda dari yang
lain (10 pengintai yang lain), ia tetap setia kepadaKu dan Aku akan membawanya masuk ke tanah yang
telah diintainya itu. Keturunannya kelak akan mewarisi tanah yang Kujanjikan
itu dengan penuh.
Beberapa
hari lalu saya menyaksikan tayangan di National Geography tentang Komodo. Saya
belum pernah melihat secara Komodo langsung. Itu binatang besar dan mirip
dinosauras. Saya pernah membaca sebuah artikel tentang Komodo yang menarik. Ada
3 keunikan dari kehidupan binatang Komodo :
1. Sekali makan, ia bisa menyantap
makanan seberat 50 kg. Setelah itu ia bisa beristirahat selama 1 tahun dan tidak
perlu makan lagi. Jadi kalau ia makan manusia dewasa, maka selama setahun ia
akan tenang-tenang sebelum mencari makan lagi.
2. Komodo berkembang biak dengan bertelur. Ia bisa bertelur tanpa
peran dari komodo jantan. Ia bisa menghasilkan telur sendiri lalu berkembang
biak.
3. Setiap kali bertelur ia menyimpan telur-telur itu di lereng-lereng
perbukitan. Ia akan menggali 5 lobang dan ia hanya meletakkan telur-telurnya di
1 lobang saja (yang 4 lagi hanyalah kamuflase untuk melindungi telur-telurnya).
Yang menarik buat
saya adalah Tuhan menganugerahkan binatang yang perkasa ini dengan bukan saja
dengan kekuatan dan keperkasaan tetapi dengan kecerdikan untuk menyelamatkan
dirinya dan keturunannya. Kalau binatang saja , Tuhan karuniakan kemampuan
untuk menjaga dirinya , kekuasaan untuk mengatur dirinya agar bisa selamat, apalagi
kita. Kita adalah ciptaan Allah yang tinggi dan Allah memberikan kita hikmat
untuk bisa mengatur sedemikian rupa agar
kita bisa menjaga dan menyelamatkan diri. Tetapi sehebat-sehebatnya manusia
ciptaan Allah , tetap manusia terbatas dan ada batas kekuasaan di mana ada hal-hal
di luar kita yang tidak mampu kita kuasai.
Akhir-akhir
ini, kita berlinang air mata melihat kota Palu dan Donggala (Sulawesi Tengah) yang
dihantam oleh gempa dan disusul oleh tsunami. Peristiwa yang sama pernah
terjadi di Aceh dan Nias beberapa belas tahun lalu. Padahal BMKG sudah memberi
peringatan kalau air laut surut cepat dan ada garis putih maka harus hati-hati
karena ada potensi besar akan adanya tsunami. Yang membuat saya heran, video
yang saya lihat diambil dari atas rumah (ketinggian) dan secara jelas kita bisa
melihat garis putih air laut yang surut,
tetapi orang yang membuat videonya, dengan santai merekamnya. Setelah air
sudah mendekat, baru ia berlari tetapi telah terlambat. Kondisi Palu sulit
dikontak. Sampai semalam korban yang meninggal sudah mencapai 384 orang. Jumlah
ini akan terus bertambah. Bahkan di hotel Roa-Roa kemungkinan ada sekitar 50-60
orang yang sedang tertimbun di dalamnya selama 2 hari, tidak tahu apakah masih
bisa selamat atau tidak. Mari berdoa
agar Tuhan beri hikmat dan kemampuan pemda setempat untuk bisa menyelamatkan.
Sehebat dan sekuat apa pun manusia, tetap ada batasannya di mana kita tidak
mampu menghadapi alam. Tetapi berbeda sekali dengan Allah kita. Dia bukan saja Allah
yang mencipta alam tetapi juga mengatur dan
menopang alam sampai hari ini. Ia peduli dengan semesta alam yang besar dan juga manusia yang kecil
(setitik debu di semesta ini). Kepeduliaannya pertama-tama dinyatakan lewat kelahiran Kristus
ke dalam dunia untuk menebus dosa kita. Dia menopang dan menjaga kita. Kalau alam
yang besar bisa ditopangNya apalagi kita. Seharusnya ini memberikan kita
keyakinan bahwa Allah yang sama akan memimpin kita hari ini dan hari-hari di
depan kita.
Bilangan 14:24 seharusnya dilihat mulai
dari pasal 13. Pada Bilangan 13-14 situasinya sangat menarik. Bangsa Israel
yang dijajah Mesir berseru-seru kepada Allah. Di bawah pimpinan Musa, Allah membawa
mereka keluar dari Mesir ke tanah yang berlimpah susu dan madunya. Allah
memimpin dan menyertai mereka. Begitu keluar dari Mesir, Firaun berubah pikiran
, membawa segenap tentaranya dan mengejar orang Israel. Orang-orang Isreal
terjebak antara Laut Teberau yang ada di depan dengan tentara Mesir yang
beringas dan siap menghancurkan mereka. Dan sekali lagi Allah yang Maha Kuasa
itu menyatakan diriNya dan di depan mata mereka sendiri. Ia membelah Laut Teberau
itu sehingga mereka bisa berjalan di tanah yang kering dan di tempat yang sama
yang bisa menenggelamkan tentara Firaun. Ia bukan saja Allah yang perkasa yang membawa mereka menyeberangi Laut Teberau
tetapi di padang gurun Ia juga Allah yang membelah bukit batu sehingga memberi
mereka minuman. Ketika mereka berseru-seru kepada Allah meminta makanan, Allah
memberi manna kepada mereka. Dan mereka bisa menikmatinya pagi, siang dan malam,
tinggal kreativitasnya mereka mau memasaknya seperti apa.
Dalam
pemeliharaan Allah, bangsa Israel dikenal sebagai bangsa yang keras kepala.
Mereka berontak berkali-kali kepada Tuhan tetapi Allah tidak pernah
meninggalkan mereka. Dia terus memimpin mereka dengan tiang awan pada siang
hari dan tiang api pada malam hari. Dia
menolong mereka ketika mereka berperang dengan musuh-musuh mereka. Dia berjalan di depan membawa mereka pada
kemenangan-kemenangan. Ketika mereka memberontak kepada Tuhan dengan meminta daging,
burung puyuh Allah hantarkan bagi mereka. Dalam radius 45 km yang
sangat luas, dengan sekali bergerak mereka bisa mendapatkan daging itu. Mereka
mengolah dan memakannya. Berkali-kali di padang gurun, Allah menyatakan diriNya
sebagai Allah yang penuh kuasa. Ia bukan saja berkuasa membalikkan hati Firaun
dan memimpin mereka keluar dari perbudakan, tetapi Ia juga Allah yang sama yang
berkuasa memimpin mereka ke tanah yang dijanjikan. Setelah 2 tahun, akhirnya mereka
tiba di padang gurun Paran (perbatasan
untuk masuk ke tanah Kanaan). Dengan kata lain sedikit lagi mereka akan masuk
ke tanah yang berlimpah susu dan madunya yang dijanjikan Tuhan sebelumnya. Sebelum
mereka melangkah, Tuhan berkata untuk berhenti. Lalu Ia memanggil Musa dan
memintanya memilih 12 orang dari semua suku Israel yakni para pemimpin dari 12
suku Israel untuk melihat tanah itu apakah tanah yang dijanjikan itu adalah tanah
yang subur dan berlimpah susu-madu. Lihat tanah itu apakah tanah itu tanah yang
subur yang memberikan pengharapan bagi masa depan mereka. Lihatlah tanah itu
apakah dikuasai oleh orang-orang yang
ada di dalamnya? Lalu Musa memanggil para pemimpin dari 12 suku. 2 orang yang terkenal
adalah Yosua dan Kaleb. Kepada 12 orang itu, Musa berkata,”Pergilah ke tanah
itu. Ketika engkau tiba di sana intailah! Lihatlah kondisi tanahnya dan alamnya
apakah tanahnya subur atau gersang. Lihatlah penduduknya seperti apa. Kota-kota
mereka apakah berkubu atau berbenteng-benteng atau tidak. Kalau engkau punya
kesempatan untuk mengambil hasil tanahnya, maka bawa pulang kepada
saudara-saudaramu agar mereka lihat seperti apa tanah yang Tuhan janjikan itu. Itu
yang mereka lakukan. Mereka pergi ke tanah itu, ketika 12 pengintai itu melihat
tanah itu maka hal ini dapat dilihat pada Bilangan
13:27-31.
27 Mereka
menceritakan kepadanya: "Kami sudah masuk ke negeri, ke mana kausuruh
kami, dan memang negeri itu berlimpah-limpah susu dan madunya, dan inilah
hasilnya.
28 Hanya,
bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat dan kota-kotanya berkubu dan sangat
besar, juga keturunan Enak telah kami lihat di sana.
29 Orang Amalek
diam di Tanah Negeb, orang Het, orang Yebus dan orang Amori diam di pegunungan,
orang Kanaan diam sepanjang laut dan sepanjang tepi sungai Yordan."
30 Kemudian
Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya:
"Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan
mengalahkannya!"
31 Tetapi
orang-orang yang pergi ke sana bersama-sama dengan dia berkata: "Kita
tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada
kita."
12 orang pegintai melihat kondisi
tanah itu . Sesungguhnya tanah itu seperti yang Tuhan janjikan. Ketika mereka
tiba di lembah Eskol, mereka mengambil hasil tanah itu seperti buah delima,
buah anggur besar-besar yang kelak akan mereka bawa pulang setelah pengintaian
40 hari kepada Musa dan bangsa Israel. Ketika kembali, ke-12 orang itu terbagi
ke dalam 2 kelompok. Kedua kelompok melihat situasi dan tantangan ,
peluang yang sama tetapi respon mereka
berbeda. Kelompok yang 10 orang berkata, “Betul tanah itu melimpah susu dan
madunya. Ini hasilnya. Kami membawa buah anggurnya dan tanaman yang lain. Betul
tanah itu menjanjikan harapan dan kalau kita tiba di sana seperti yang Tuhan janjikan maka hidup kita mungkin lebih
baik. Tetapi di tanah itu berdiam bangsa-banga yang besar , biasa berperang dan akan mempertahankan
wilayahnya dan tidak membiarkan kita masuk ke dalamnya. Dengan kata lain, mereka
berkata, “Musa dan rakyat Israel, lupakan mimpimu!” Yang menarik respon Yosua
dan Kaleb berbeda. Bilangan 14:30 Kemudian Kaleb mencoba menenteramkan hati
bangsa itu di hadapan Musa, katanya: "Tidak! Kita akan maju dan menduduki
negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!"
Percaya kepada Allah dan Mempercayakan Hidup kepadaNya
Kita akan melihat kata demi kata
karena ayat 30 begitu menarik. Kaleb dengan tegas berkata,”Tidak!” Kita akan
maju. Sebuah keyakinan untuk maju dan menduduki negeri itu. Kita pasti
menduduki negeri itu karena kita pasti mengalahkan mereka. Apakah ada
kesombongan dalamnya? Darimana keyakinan
kedua orang itu bahwa mereka pasti mengalahkan bangsa itu? Jangan lupa bahwa mereka
adalah bangsa yang pernah menjadi budak. Memang mereka punya pengalaman dua
tahun dalam berperang tapi pengalaman mereka tidak ada apa-apanya dibandingkan
bangsa itu. Keturunan suku Enak yang badannya tinggi besar, biasa bertarung dan
punya kelengkapan senjata dengan mudah akan menaklukkan mereka. Tetapi Kaleb
berkata, “Tidak! Kita pasti akan menyerang mereka. Kita pasti masuk ke tanah
itu! Kita pasti menang!” Apakah ini pengharapan yang terlalu besar dan tidak
melihat tantangan yang ada demi sesuatu yang lebih besar di depan? Apa yang
membuat Kaleb begitu yakin dengan bagian ini? Kedua kelompok ini menghadapi
situasi, pergumulan dan tantangan yang sama tetapi respon keduanya berbeda.
Apa yang membuat Kaleb berbeda? Bilangan 14:9 Hanya, janganlah memberontak
kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan
kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang
TUHAN menyertai kita; janganlah takut kepada mereka." Keyakinan Kaleb
berasal dari sebuah pengalaman dan pengertian yang mantap bahwa Tuhan yang sama
yang sudah menolong kita keluar dari Mesir dan Tuhan yang sama yang telah memimpin
dua tahun ini adalah juga Tuhan yang sama yang akan memimpin masuk berperang
dan menang atas bangsa itu. Pengalaman-pengalaman kemahakuasaan Allah yang dinyatakan dalam
hidup Israel membuka mata iman Kaleb bahwa sekalipun ada tantangan besar di depan, ia
mampu menghadapinya bersama dengan Tuhan bukan dengan kekuatan, pengalaman dan
kemampuannya tetapi karena Allah El Shaddai adalah Allah yang bersama dia dan
tak pernah meninggalkannya. Bilangan 14:
8 Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka
Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita,
suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Ini sebuah pengakuan
yang besar. Betul, Allah adalah Allah yang El Shaddai dan besar, sudah menyertai kita selama ini dan tidak
berubah,tetapi kalau Ia memimpin di depan maka kemenangan kita pun adalah atas
kehendakNya. Percaya bahwa Allah itu adalah Allah yang maha kuasa itu adalah
satu hal tetapi mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada Allah adalah hal
yang berbeda karena kita tidak tahu apa yang ada di depan. Di sana ada aspek
iman bergantung pada Tuhan yang kita tahu dan kita alami dalam hidup kita.
Allah Menolong , Menyertai dan Membawa Kemenangan
Bagaimana kondisi kita hari-hari
ini? Apa yang kita alami mungkin membuat kita mempertanyakan,”Betulkah Dia
Allah yang besar yang tidak berubah yang menyertai kita hari-hari ini? Ada yang
berkata keadaan ekonomi negara kita sedang susah. Saat membesuk, saya setidaknya
menanyakan 3 hal yaitu “Bagaimana kondisi rumah tangga mereka? Bagaimana kehidupan
rohani mereka? Bagaimana pekerjan mereka?”.
Rata-rata mereka mengatakan pekerjaan sedang susah dan omset sedang turun. Saya
tanya, “Berapa banyak turunnya? 50%?” Ada yang berkata, “70%! 30% sisanya adalah kesempatan untuk bertahan.”
Ada juga yang berkata,”Saya tidak tahu apakah akhir tahun ini saya masih
melanjutkan kontrakan toko untuk tahun depan atau tidak” . Setiap pembelian dan
transaksi hanya cukup untuk bertahan sampai akhir tahun ini. Ada 3-4 keluarga
yang sedang berada dalam konseling saya adalah keluarga-keluarga yang sedang mengalami tekanan yang berat. Masalah dalam
pekerjaan. Ketika Sang Suami mengalami pemindahan pekerjaan sehingga gajinya
turun sementara sang istri gajinya besar sehingga timbul cekcok dalam rumah
tangga. Hidup dalam tekanan seperti ini, membuat kita terkadang bertanya, “Betulkah
kita memiliki Allah yang besar? Dan kita mempercayakan hidup kita kepada Allah
yang besar itu?”. Kalau hari ini kita berada dalam kekuatiran, dengarkan firman
Tuhan dari Yesaya 41:10 janganlah takut,
sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan
meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan
kanan-Ku yang membawa kemenangan.
Saya
memegang janji (perkataan) Allah itu dalam hidup saya. Ada masa-masa di
mana pelayanan saya menjadi sulit dan
Tuhan berkata,”AnakKu Aku yang memanggil dan Aku yang memegang engkau dengan
tangan kananKu yang membawa kemenangan.” Ayat yang sama yang saya selalu
bacakan sebelum berdoa bagi jemaat yang sedang bergumul. Kita bisa merasa gentar dan takut , tapi
jangan lupa kita punya Allah yang El Shaddai yang berjanji menyertai kita hari
ini dan tidak pernah meninggalkan kita. Masalahnya : bagaimana kita memandang setiap
pergumulan dan masalah yang ada di depan kita.?Ke-10 orang itu melaporkan
situasi dan tantangan yang ada dan mengatakan, “jangan masuk, percuma , kita
tidak bisa menang.” Ketakutan mereka semakin menjadi-jadi. Kalau dibaca kisah ini pada Bilangan 13:32-33 Juga mereka menyampaikan kepada orang Israel
kabar busuk tentang negeri yang diintai mereka, dengan berkata: "Negeri
yang telah kami lalui untuk diintai adalah suatu negeri yang memakan
penduduknya, dan semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-orang yang
tinggi-tinggi perawakannya. Juga kami
lihat di sana orang-orang raksasa, orang Enak yang berasal dari orang-orang
raksasa, dan kami lihat diri kami seperti belalang, dan demikian juga mereka
terhadap kami."
Masalah (Ketakutan) Jangan Sampai Menutup Penglihatan
akan Kuasa Allah
Ada
3 fakta yang diungkap di ayat itu. 1 fakta benar dan 2 yang keliru. Fakta yang
benar, “Mereka melihat ada orang-orang
yang tinggi-besar yang perawakannya seperti raksasa yang mengawal dan berdiam
di negeri itu. Tetapi dua fakta lainnya tidak benar karena keluar dari ketakutan, keputusasaan dan
hilangnya pengharapan. Karena tantangan yang besar mereka berkata,”Orang-orang
yang di sana adalah orang-orang yang memakan penduduknya.” Darimana fakta itu? Tidak
ada di Alkitab yang menceritakan hal itu. Tetapi laporan itu berasal dari
ketakutan yang menguasai mereka. Bahkan
mereka berkata,”Kami melihat diri kami seperti belalang dan mereka melihat diri
kami juga seperti belalang kecil.” Darimana fakta itu? Alkitab tidak mencatat hal
itu sebelumnya. Ketakutan itu membuat mereka begitu tidak punya nyali (begitu
kecil) sehingga mereka berkata,”Sudahlah kita kembali saja. Lebih baik hidup
sebagai bangsa budak daripada masuk ke tanah yang dijanjikan Tuhan”.
Kalau kita keliru menghadapi
tantangan dan masalah dengan perspektif yang keliru maka kita tidak akan pernah
bisa melihat kekuasaan Tuhan nyata dalam kehidupan kita. Suatu kali ada percobaan
terhadap 3 ekor monyet. Monyet makanannya pasti pisang. Ditempatkan di dalam
ruang kaca dan di tengahnya diletakkan sebuah tiang cukup tinggi dan di atasnya
ditaruh pisang yang begitu menggoda. Ketiga ekor monyet yang kelaparan
dilepaskan di ruang itu. Bagaimana reaksi mereka? Mereka rebutan naik ke atas
tiang itu untuk mengambil pisang. Setiap kali mereka memanjat (tarik-tarikan
karena ingin menjadi yang pertama tiba di atas) dan ketika seekor monyet sudah
hampir tiba di atas, lalu disemprot dengan semprotan yang sangat keras dengan air
yang sangat dingin, sehingga mereka kaget dan turun. Monyet lainnya yang masih
kering berlomba-lomba lagi naik. Setiap kali naik disemprot sehingga turun. Disemprot
air yang sangat dingin membuat mereka ragu-ragu. Tetapi perut yang kosong sulit
ditahan karena ada godaan di atas. Sekalipun dingin ketakutan mereka terus berusaha
beberapa kali untuk naik. Tetapi setiap kali naik mereka ditembak dengan
semprotan air sehingga mereka turun lagi. Sampai akhirnya setelah beberapa
saat, ketiga monyet ini diam di sudut kedinginan dan tidak lagi berani naik. Mereka
hanya menatap pisang yang berada di atas dan berdoa kapan jatuh (seandainya
mereka bisa berdoa). Setelah mereka diam, percobaan di lanjutkan. Seekor monyet
dikeluarkan dan diganti dengan seekor monyet yang lapar dan masih kering . Sewaktu
dimasukkan ke dalam , ia melihat ada 2 ekor monyet yang sedang menggigil kedinginan
di sudut. Ia melihat sebuah tiang dan ia melihat ke atas. Reaksinya dengan cepat
melompat untuk mengambil pisang itu. Waktu melompat untuk mengambil pisang itu,
ke 2 monyet yang kedinginan bukan hanya menatap diam tetapi mereka lari dan
mengejar monyet ini. Mereka tarik supaya turun. Monyet yang naik terus berusaha
naik sedangkan kedua monyet lainnya terus menarik dia. Dan mereka menang karena
2 ekor. Akhirnya monyet ini tidak bisa naik dan ia pun turun. Eksperimen ini
mengatakan,”Ketakutan dan pengalaman dua monyet itu membuat mereka berpikir
tidak mungkin buat mereka untuk naik. Bahkan ada yang mau naik sekalipun mereka
tarik turun.“
Hal
yang sama dilakukan oleh 10 orang pengintai itu. Sekalipun ada begitu banyak
orang yang mau maju berperang tetapi mereka berkata, “Sudah lupakan. Tidak
mungkin. Tantangannya terlalu besar. Masalahnya terlalu besar!” Kalau mau
investasi di tengah situasi seperti ini, lupakan saja. Simpan saja tabunganmu.
Kalau investasi belum tentu bisa balik
modal. Yang ada malah bisa makan modal, habis berantakan. Mau menikah di tengah
situasi seperti ini? Lalu mau kerja apa? Anak-anak mau sekolah mahal, bagaimana
membiayainya? Sudah. Kita tunggu tahun depan! Hingga yang wanita berpikir,
hubungan kita mau dibawa ke mana, tidak melangkah kemana-mana juga. Kita bisa
menghadapi banyak tantangan dalam hidup ini, tinggal bagaimana kita memandang situasi.
Memandang masalah yang besar dan kemudian melupakan Tuhan atau memandang Allah yang jauh lebih besar dari masalah dan
pergumulan kita.
Allah El Shaddai bukan hanya
dimengerti dan dipahami tetapi Dia juga Allah yang kita alami dalam hidup kita
saat kita bergantung dan berserah padaNya. Hari ini apa pun pergumulan hidup
kita, kita datang bukan hanya mengakui
Dia Allah yang El Shaddai tetapi mempercayakan hidup kita kepadaNya. Itulah
sikap Kaleb. Itulah sebabnya firman Tuhan berkata Kaleb berbeda dari yang
lainnya, jiwanya berbeda dari yang lain. Dia melekat kepada Allah dan dia tahu
Allah yang El Shaddai itu adalah Allah yang terus menyertainya.
Kaleb berbeda dengan yang lain, ia
tetap setia kepadaKu. Kalau kita baca pasal 14, kisah berikutnya begitu
mengenaskan. 2 tahun mereka berjalan dan tiba di tepi tanah Kanaan. Mereka
berhenti dan kisah ini terjadi. Pada Bilangan
14:1-4 kita melihat laporan 10 orang itu mempengaruhi orang Israel yang
banyak sehingga mereka memberontak ke Musa dan pemberontakan itu diekspresikan
demikian :
1 Lalu segenap
umat itu mengeluarkan suara nyaring dan bangsa itu menangis pada malam itu.
2
Bersungut-sungutlah semua orang Israel kepada Musa dan Harun; dan
segenap umat itu berkata kepada mereka: "Ah, sekiranya kami mati di tanah
Mesir, atau di padang gurun ini!
3 Mengapakah
TUHAN membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang, dan isteri
serta anak-anak kami menjadi tawanan? Bukankah lebih baik kami pulang ke
Mesir?"
4 Dan mereka
berkata seorang kepada yang lain: "Baiklah kita mengangkat seorang
pemimpin, lalu pulang ke Mesir."
Bukan menghadapi tantangan tetapi
kembali ke masa lalu mereka. Di depan mata, mereka melihat tanah yang
dijanjikan Tuhan. Sejauh itu Allah sudah memimpin mereka. Tetapi mereka tidak
berani melangkah karena mereka lebih melihat besarnya masalah daripada Tuhan
yang kuat yang selama ini menyertai mereka. Waktu melihat pemberontakan mereka,
Tuhan marah. Yang pertama-tama marah tentu
saja Musa. Dia kesal dan mengadu kepada Tuhan. Tuhan berkata kepada Musa, “Musa
tentang saja. Sesungguhnya bukan kepadamu mereka berontak dan mengeluh. Tetapi
sesungguhnya mereka berontak kepadaKu,
mereka melupakan Aku. Mereka tidak percaya kepadaKu , Allah yang berkuasa yang
telah membawa mereka keluar Mesir dan juga bisa menuntun mereka masuk tanah
Kanaan. Kalau mereka berontak dan kembali ke sana karena mereka tidak percaya
kepadaKu. Hari ini Aku akan memukul mereka dengan penyakit sampar.” Di tepi
perbatasan tanah perjanjian mereka berontak dan Tuhan menghukum mereka.
Tetapi hati Musa baik. Saat
membaca dialog antara Musa dan Allah , kalau kita berada di sana, seakan-akan
Musa itu waktu mendengar Allah berkata ,”Aku akan menghukum mereka semua, tidak
ada yang masuk ke tanah perjanjian”, ia berkata, Bukankah engkau adalah Allah yang
besar yang dengan tanganMu telah memimpin mereka dari kekuasaan Firaun dan
telah membawa mereka sejauh ini. Engkau telah menuntun mereka selama 2 tahun, dan hari ini mereka tiba di
tanah perbatasan. Karena pemberontakan mereka , Engkau mau membunuh mereka hari
ini . Engkau mau memukul mereka dengan tanganMu. Kalau hal ini didengar oleh orang
Mesir dan Firaun , bukankah Engkau akan menjadi olok-olokan mereka. Bukankah
Mesir dan tentaranya akan berkata,” Lihat Allah mereka! Ia membawa mereka
keluar dari Mesir tetapi Ia tidak sanggup menuntun mereka ke tempat yang
dijanjikanNya sehingga Ia membunuh mereka di padang gurun ini.” Itu kalimat
luar biasa yang berasal dari hati seorang gembala yang mengasihi kawanan bangsa
Israel. Ia seakan berkata,”Tuhan, apa kata dunia kalau Engkau membunuh mereka
hari ini? Maka bangsa-bangsa yang mereka
kalahkan akan kembali bangkit dan besok kita akan menghadapi tantangan yang
lebih besar. Bukankah Engkau bukan saja Allah yang Maka Kuasa tetapi Engkau
juga Allah yang Maha Pengampun. Oleh sebab itu ampunilah mereka ya Allah.”
Karena permintaan Musa, hati Allah tergerak. Ia mengampuni mereka. Tetapi
menarik sekali, Tuhan tetap mengijinkan peristiwa itu untuk mengajar bangsa itu.
Kepada Musa Tuhan berkata, “Aku mengampuni mereka hari ini. Tetapi ingat, siapa
pun di antara mereka yang sudah 10 kali berontak kepadaKu tidak akan pernah masuk
ke Tanah perjanjian itu. Di bagian selanjutnya dikisahkan semua bangsa itu mati
di padang gurun kecuali Yosua, Kaleb dan keluarganya. Dengan kata lain,
semuanya berontak berkali-kali kepada Tuhan. Tuhan berkata kepada Musa, “40
hari 40 malam (1 hari mewakili 1 tahun) mereka mengintai tanah itu. 40 tahun ke
depan Aku akan membuat mereka berputar-putar di padang belantara itu sehingga
semua generasi itu mati dan generasi yang berikutnya akan Kupimpin masuk ke
tanah perjanjian. Ini peristiwa sangat tragis. 2 tahun mereka melangkah bersama
dengan Tuhan, mereka melihat kekuasaan Tuhan. Mereka takjub kepada Tuhan. Di
tepi tanah perjanjian mereka berontak dan Tuhan menghukum mereka.
Hari ini bukankah kalau Allah
mengijinkan pergumulan dalam hidup kita, supaya kita belajar mengingat kebaikan
Allah dalam hidup kita dan kita mengalami Allah yang Maha Kuasa dalam hidup
kita bukan hanya mengakuinya. Terkadang kita berkata,”Tuhan saya sudah tidak
sanggup. Aku sudah tidak bisa lagi” Seorang istri berkata kepada saya, “Pak
Ronny, saya tidak sanggup. Saya terus-menerus diminta untuk menandatangani
surat cerai. Berkali-kali saya menolak karena saya takut kepada Tuhan. Tetapi
saya dipukul, dimaki, disiram dan baju saya dibakar. Saya tidak tahan, saya mau
tanda tangan dan biarkan dia pergi sehingga saya bebas.” Saya tidak berkata
bahwa terima saja apa yang kamu alami, tetapi,”Kita perlu berdoa, bergumul pada
Tuhan”. Saya berkata kepadanya,”Belajarlah untuk bergantung kepada Tuhan.
Belajarlah memiliki hati yang mengampuni!” Saya perlu menjaganya, seorang jemaat
saya supaya tidak terus mengalami kekerasan tetapi juga diajar bagaimana memiliki
hati seperti hati Allah dan taat kepada Allah dan memberkati pernikahannya dan memimpin
dia sampai hari ini. Pergumulan bisa datang kepada siapa saja, masalah bisa
muncul pada diri siapa saja, tetapi bagaimana kita menghadapinya menentukan di
dalam hidup kita. Allah yang Maha Kuasa yang pernah menolong hidup kita, bisa
jadi menyatakan diriNya dalam perisitiwa yang kita alami. Masalahnya kita
seringkali ingin jalan pintas.
Saat ini saya memiliki seorang
anak. Anak saya baru berusia 14 bulan. Saya baru merasakan bagaimana menjadi
seorang ayah. Dengan adanya anak, komunitas saya berubah. Saya bergabung dengan
komunitas orang tua dan seringkali kami berdiskusi apa yang mereka alami.
Mayoritas jemaat kami adalah orang-orang yang berasal dari Kalbar yang merantau ke Jakarta. Mereka
bekerja banting tulang dan sekarang berhasil di Tanah Abang, Mangga Besar dan
segala macam. Mereka berkata,” Pak Ronny, waktu keluar dari Kalimantan Barat,
saya hidup susah sekali dan tidak bisa makan 3 kali sehari. Saya berjuang untuk
hidup saya dan sekarang saya berhasil. Anak-anak saya tidak boleh seperti saya,
apa pun yang mereka butuhkan kalau bisa, saya akan penuhi. Apapun yang mereka
inginkan, akan saya berikan. Itu yang tengah terjadi dalam dunia sekarang dan
tanpa sadar kita sedang membentuk mereka menjadi anak-anak yang rapuh. Saya
berkata kepada mereka, “Bukankah pengalaman-pengalaman masa lalu bapak-ibu
bersama Tuhan, ketika susah Allah menyertai dan menolong kita. Itu pelajaran
yang baik untuk mendidik anak-anak kita.
Jangan cepat untuk turun tangan untuk menyelesaikan masalah mereka. Tetapi
bawalah mereka melihat tangan Tuhan yang siap menolong mereka. Karena sebagai orang tua tidak selalu bisa bersama
mereka. Ada masa mereka harus berjuang sendiri dan mereka belajar bergantung
kepada Allah. Di tengah pergumulan yang
kita alami, apakah kita tahu dan yakin bahwa Allah itu adalah Allah yang Maha Kuasa.
Seberapa keyakinan itu membawa kita untuk menyerahkan pergumulan kita dan melihat
Tuhan menuntun kita.
Saya pernah pelayanan di GKKK Yogya
(sebelum pindah ke GKKK Makasar dan sekarang di GKJ). Di sana Yogya ada tempat
wisata yang namanya Kota Gede yang merupakan pusat kerajinan perak. Setiap kali
ada tamu dari luar kota ada 2 hal yang dilakukan : mengajak mereka jalan-jalan
kuliner di Yogyakarta dan ke tempat-tempat pariwisata yang salah satunya tempat
souvenir seperti itu. Suatu kali saya membawa beberapa orang teman yang ingin
membeli kerajinan perak. Ketika sedang pilih kerajinan perak, saya berjalan ke
samping dan menuju ke dapur. Ada seorang ahlinya sedang menempa perak dan ia sedang
membuatnya jadi cincin dll yang menarik sekali. Mulai dari bahan perak yang
kasar, kotor menjadi bagus dan mengkilat. Suatu kali saya melihatnya sedang
duduk di perbaraan api yang sangat besar. Ia duduk di sebuah kursi kecil di
sampingnya. Di tangannya ada sebuah sendok mirip sendok makan yang besar sekali.
Di atasnya ada bahan mentah dari perak. Lalu dengan gagang yang cukup besar
dari sendok itu , ia akan memurnikan perak itu. Untuk memurnikannya, ia taruh perak
di atas sendok besar itu tepat di titik api yang paling panas yakni di bagian
tengah. Saat ditaruh dibagian tengahnya, matanya tidak sekalipun beralih dari
perak yang ada sendok yang besar itu. Sekalipun ia menjawab pertanyaan saya,
matanya terus memandang perak itu. Perak yang dipanaskan itu mulai berubah dan
terpisah bagian kotorannya. Sampai suatu waktu ia mengangkat peraknya dan
berkata, “Ini perak yang murni dan siap untuk di tempa”. Saya yang penasaran
terus bertanya kepadanya, “Bagaimana Bapak tahu waktu yang tepat bahwa perak itu
murni dan mengangkatnya keluar dari api?” Dia menjawab,”Engkau lihat dari tadi saya memandang perak itu dan tidak teralihkan
sedikit pun. Sejak saya menaruh perak itu saya terus memperhatikan perak itu. Perak
itu terus dimurnikan di atas api sampai ia benar-benar murni dan saya melihat
pantulan wajah saya di perak itu. Itulah titik yang paling tepat di mana ia
murni dan saya harus mengangkatnya. Kalau saya telat mengangkat sepersekian
detik, maka kualitas perak itu turun. Sang perajin perak itu mengajar saya hal yang penting, di tengah
pergumulan yang sedang kita alami bahkan kita mungkin merasa berada di titik
api perbaraan yang paling berat, putus asa dan merasa tidak lagi bisa bertahan,
ingat satu hal seperti perajin perak itu yang terus menatap perak yang sedang
dimurnikan, Allah tidak pernah beralih dan Dia terus memandang dan melihat kita
dan Dia tahu batas kemampuan dan pergumulan kita dan di saat yang paling tepat,
Dia akan mengangkat pergumulan itu dan memurnikan kita. Ia tidak akan pernah membiarkan
kita binasa karena pergumulan dan masalah yang besar. Mungkin hari ini kita ingin
menyerah dan berkata, “Tuhan saya tidak sanggup” seakan-akan Tuhan mau
berkata,”Sabar. Tahan. Sedikit lagi. Sedikit lagi!”Allah yang perkasa adalah
Allah yang bersama dengan kita hari ini dan Dia akan terus menyertai dan
menopang kita.
Penutup
Hari ini ada yang akan dibaptis.
Bapitsan adalah sebuah langkah awal dalam perjalanan hidup saudara. Gereja
tidak pernah menjanjikan bahwa setelah baptisan maka hidup kita akan berjalan
baik - lurus saja dan semua berhasil dalam perjalanan di depan kita. Kita akan
mengalami tantangan dan pergumulan yang sama. Tetapi ingatlah Allah El Shaddai
itu adalah Allah yang bersama kita dan tidak pernah meninggalkan kita. Apapun
pergumulan kita, mari datang kepada Tuhan dan berserah kepadaNya.
No comments:
Post a Comment