Ev.
Susan Kwok
Galatia 4:4
Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir
dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.
Pendahuluan
Galatia 4:4 Tetapi setelah genap
waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan
takluk kepada hukum Taurat. Perempuan yang dimaksud pada ayat tersebut
adalah Maria. Maria adalah seorang anak Tuhan yang baik dan mendengarkan firman
Tuhan (hukum Taurat) maka ia seorang ibu
yang luar biasa dan dipilih Tuhan di tengah segala kelebihan dan kekurangannya
untuk melahirkan seorang Juruselamat (Yesus Kristus) yang merupakan perwujudan
janji Allah pada ratusan tahun sebelumnya. Saat Rasul Paulus memberikan surat
ke jemaat Galatia, janji Tuhan sudah digenapi. Tetapi mengapa Rasul Paulus perlu
mengingatkan kembali? Spirit (semangat)
zaman ini terus berkembang ke arah semakin buruk. Dunia menjadi satu arena perang
yang luar biasa bagi orang – orang percaya sehingga hidup beriman di zaman
sekarang menjadi semakin sulit.
2 Tanda Semangat Zaman
1.
Mental yang lembek, tidak tekun, tidak bisa
menyelesaikan sesuatu sampai tuntas (tidak tahan banting/susah).
Orang sering menyebutnya jalan pintas. Dalam segala
segi kehidupan orang senang dengan jalan pintas, dan hal ini berbahaya sekali.
Mereka tidak suka mengikuti proses padahal Tuhan sering, mau dan penting
berbicara lewat proses. Ada proses yang pendek dan panjang. Ada proses yang tingkat
kesulitannya sedang dan ada juga yang sangat susah. Namun Tuhan ingin mengajar anak-anak
Tuhan lewat proses sehingga memunculkan sesosok pribadi yang tahan banting, kuat
dan sabar. Seorang pribadi yang teguh dalam pendirian, tegas, tidak main-main
saat bicara tentang iman. Itu sebabnya saat pertama kita percaya kepada Tuhan
Kristus, kita mengikrarkan diri sebagai orang Kristen. Ini baru titik awal dari
proses yang panjang (bukan akhir dari segala-galanya). Orang yang saat ini
bertobat, 20 tahun lagi akan menjadi apa?
Saya rada alergi dalam mengundang artis-artis muda yang bertobat untuk bersaksi di gereja-gereja.
Karena sejak masih muda, saat praktek 1 tahun di suatu gereja, ada gereja yang sangat
bangga bisa mengundang seorang artis (begitu diheboh-hebohkan). Semua orang membicarakannya.
Untuk melihat kemurnian iman seseorang memang membutuhkan waktu yang panjang. Ternyata
ia berbalik lagi setelah 30 tahun menjadi Kristen! Siapa yang menyangka setelah
30 tahun mengikut Tuhan, diundang memberi kesaksian dan menyanyi untuk Tuhan di
gereja, ia kembali lagi ke agamanya semula? Karena itu proses yang baru akan
berhenti waktu manusia meninggal. Itu arena peperangan kita sampai Tuhan
menjemput kembali. Ada pepatah Indonesia
: harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Darimana
orang tahu nama seseorang itu harum atau tidak? Yaitu saat ia berada di titik
akhir proses hidup di dunia ini. Jadi jangan terlalu iri, heboh, terpesona
dengan seseorang karena jangan lupa semua orang masih dalam proses dan perlu membuktikan
diri di dalamnya.
2. Banyak anak
Tuhan melihat dunia saat ini adalah sorga.
Dunia itu bukan lagi tempat tujuan karena kita
sebenarnya adalah musafir. Kita seorang yang sedang berkelana di tengah dunia
ini. Kita tidak berasal dari dunia walau kita hidup di tengahnya. Kita seorang
yang terus berjalan dalam iman kita, dan tidak pernah boleh melihat dunia ini
sebagai tujuan terakhir walau kita berada di tengah-tengah dunia ini (walau spirit dunia ini seperti itu). Dunia
tidak lagi dilihat sebagai arena perang, tetapi dunia seringkali akhirnya
seperti sorga di mana mereka ingin mendapatkan dan berada di tempat itu.
Kita dapat melihat contoh betapa spirit zaman ini masuk dalam aspek kekristenan seperti lagu. Zaman
dulu (zaman reformasi) banyak lagu bagus dikarang. Mereka melihat dunia ini sebagai
arena peperangan sehingga mereka menciptakan berdasarkan sejarah bangsa Israel
yang banyak berperang lalu mereka mengambilnya untuk mengarang banyak lagu.
Contoh lirik bait pertama lagu Dunia yang Fana Bukan Rumahku (This World Is Not My Home oleh Albert E.
Brumley pada tahun 1937) :
Dunia yang fana bukanlah rumahku. Hartaku
di sana seb'rang langit biru
Malaikat melambai di pintu yang cerlang.
Dalam dunia yang glap 'ku tak lagi senang.
Zaman
sekarang tidak ada lagu seperti itu. Ada juga satu lagu yang sangat saya
senang, baik kata-kata maupun ritme marsnya yakni Maju Laskar Kristen (Onward Christian Soldiers oleh Arthur Sullivan, 1871) yang liriknya
sbb :
Maju laskar Kristen, maju t'rus berprang,
Salib panji kita slalu di depan. Yesus yang memimpin
umatNya menang,
Perang
dengan apa? Perang dengan dunia ini dengan segala spiritnya.
Sekarang tidak ada lagu seperti ini. Coba kita awasi
sejenak. Saya pilih dan lihat-lihat apakah ada lagu zaman sekarang yang mencerminkan
bahwa dunia ini adalah arena peperangan. Saya baru mendapat satu lagu. Kukalahkan musuh dan melompat tembok,
haleluya-heleluya. Saat di arena perang berarti hidup dan mati
dipertaruhkan, waktunya sangat sempit. Kalau salah menembak maka kita yang akan
ditembak. Salah untuk susun strategi maka kita akan hancur. Arena peperangan bukan arena yang gembira dan santai. Tapi
lagu ini iramanya gembira. Semangat apa itu?
Sekilas Surat Galatia
Spirit (semangat , roh) zaman ini masuk tanpa disadari
membuat kita tidak lagi waspada, kritis dan sadar , bahwa saat ini adalah saat
genting. Spirit ini membuat kita bodoh, lamban, ikut arus, tidak menjadi orang
Kristen yang brilian. Sehingga Rasul Paulus minimal 2 kali mengatakan kepada
jemaat Galatia, “Hai kamu jemaat yang bodoh!” Apakah jemaat Galatia tidak bisa
baca-nulis? Tidak!. Apakah disebut bodoh karena ekonomi lemah? Bukan! Banyak
orang kaya, pintar, pejabat dan pemikir di sana. Tetapi mengapa Rasul Paulus
menyebut jemaat Galatia bodoh?
a. Pada pasal 1
dan 3 Rasul Paulus merasa marah dan
sedih karena orang Galatia melepaskan sesuatu yang terpenting dalam hidupnya demi sesuatu yang dianggapnya
penting padahal tidak penting yaitu iman kepada Yesus Kristus.
Itu
sebabnya Rasul Paulus berkata, Aku heran,
bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus
telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang
yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus.
(Roma 1:6-7). Jadi jemaat Galatia cepat sekali berbalik dari hal yang
penting (iman kepada Kristus) yang diajarkan dan mengikut allah dan injil yang
lain, memelihara hal-hal yang dianggap penting , semua dikerjakan seolah-olah
tidak mengenal Kristus (seolah-olah berada dalam kuk hukum Taurat yang tidak
boleh melakukan ini-itu). Kebodohan seperti ini membuat Rasul Paulus marah kepada
jemaat Galatia. Rasul Paulus jarang menyebut
suatu jemaat dengan julukan “bodoh”. Mungkin ini baru satu-satunya. Bodoh
karena hal yang berharga dilepaskan dan digantikan dengan hal-hal yang tidak
berharga. Mereka menyia-nyiakan iman dan pengorbanan Kristus seperti apa yang
sudah diberitakan oleh hamba-hamba Tuhan kepada mereka. Betapa orang Galatia
yang menerima begitu banyak anugerah Tuhan, tetapi mereka melepas iman dan
mencampur-adukkan dengan hal-hal yang tidak benar. Walaupun kita menyebut
mereka murtad tapi kita bisa sebut mereka sinkretis (bercampur yakni percaya Tuhan tetapi juga percaya yang
lain-lain). Kamu dengan teliti memelihara
hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun. (Galatia
4:10). Apa maksudnya? Rasul Paulus sedang mengingatkan mereka bahwa kamu
lebih percaya kepada tahayul. Coba kita menilik diri kita sendiri sebagai orang
Kristen, masih tidak kita memelihara hari-hari tertentu? Dengan 1.001 macam alasan,
ada yang selalu mencoba membenarkan diri sebenarnya hanya karena ingin memelihara
hari-hari tertentu
Suatu hari saya pergi ke Monas. Hari itu entah
mengapa, orang dunia mungkin mengatakan saya sial sekali. Waktu itu, saya dan mu-shi mau pergi ke Monas. Kami suka
berjalan kaki keliling-keliling di sana. Waktu mau naik mobil, sandal saya
putus. Akhirnya saya berkata kepada mu-shi
,”Hayo mu-shi mampir dahulu untuk
membeli sandal”. Karena hari masih siang dan terang, mu-shi mengusulkan,”Hari masih terang, panas juga di Monas. Kita mampir
dulu ke Pasar Baru. Nanti beli sandalnya jangan yang macam-macam, tetapi beli
saja yang bagusan.” Maka kami pergi ke Pasar Baru dan membeli sandal yang
bagusan. Lalu pk 16.30 kami balik ke Monas dan kemudian jalan-jalan dengan sandal baru. Monas
sebenarnya bersih tapi karena saya tidak melihat ada setumpuk kotoran anjing maka
saya menginjaknya. Saya baru tahu setelah mencium ada bau. Ya ampun, sandal
baru saya! Saya kesal sekali tapi tidak tahu harus kesal kepada siapa? Saya
tidak tahu siapa yang punya anjing. Alternatif yang saya hadapi untuk sandal
yang baru dibeli tersebut : ditinggalkan atau ditenteng lalu dicuci. Akhirnya saya
menetapkan hati untuk meninggalkannya karena saya tidak membawa plastik kresek juga.
Sepanjang jalan saya ngomel. Siapa sih yang mengira Monas menjadi tempat buang kotoran
anjing. Mu-shi berkata, “Bisa jadi
anjing liar bukan anjing peliharaan!” Akhirnya saya berkata,”Olah raga tetap
jalan” akhirnya saya berjalan tanpa alas
kaki. Ini kejadian pertama.
Kejadian kedua, pada tahun 1998 sesudah kerusuhan saya
pergi dengan naik kendaraan dari Jakarta ke Bengkulu selama beberapa puluh jam.
Di tengah jalan sekitar pk 23 saya merasa ingin buang air kecil namun tidak ada
toilet umum. Kemudian terlihat ada kampung kecil sehingga saya ketok pintu untuk permisi buang air kecil.
Yang empunya menjelaskan,”Di sini orang tidak pakai kamar mandi.” Lalu saya
diantar ke belakang yang gelap. Saya pikir dia akan antar ke kamar mandi.
Ternyata saya diantar ke kebon dengan banyak pohon keladi yang daunnya
lebar-lebar. Saya diajarkan, “Petik daun keladi untuk tatakan. Nanti kalau
buang air besar, buang daun keladi. Tetapi kalau buang air kecil, daun
keladinya dibuang ke tempat sampah”. Akhirnya tidak jadi dan saya pikir nanti
akan mencari pom bensin. Lalu saya jalan mau pulang, namun dalam perjalanan itu
saya menginjak lagi hal yang sama. Tetapi yang jelas, itu kotoran manusia! Bagaimana
perasaan saya hari itu? Kondisi saat itu
sudah malam dan saya merasa jijik sekali! Contoh pertama untuk kiasan. Banyak
orang setiap kali mau buang hajat di kampung berbicara ke tanah atau
tanaman,”Permisi ya saya mau ….” Saya berkata ke mu-shi, “Kalau begitu caranya, tidak perlu permisi. Apa gunanya
takut kepada mereka semua tapi buat susah orang!” Ada juga yang suka melihat
hari (hari ini bagus dan tidak bagus). Darimana kita tahu hari ini bagus atau
tidak? Kalau kita tidak melakukannya di dalam iman kepada Tuhan sebenarnya kita
sedang mendua hati.
b. Dalam pasal 2 dan 4, Rasul Paulus mulai
membeberkan letak kesalahan (seharusnya kamu begini-begitu). Rasul Paulus
menunjukkan pembelaan , tantangan dan keberatan. Ia memberikan kesaksian
pribadi dan bukti dari Alkitab.
Rasul Paulus beragumentasi
kepada mereka. Apa yang kamu lakukan salah. Seharusnya kamu begini dan begitu
pada pasal 2 dan 4. Pada perikop terakhir, Rasul Paulus mengimbau agar mereka
bertobat dan kembali pada jalan Tuhan. Salah satu hal yang diingatkan kembali
dalam pembelaan iman Rasul Paulus untuk jemaat Galatia ini adalah yang
dikatakan Rasul Paulus pada pasal 4:4. Rasul Paulus mengingatkan bahwa setelah
genap waktunya Allah mengutus anakNya. “Allah sangat menepati janji dan tepat
waktu. Itu yang Rasul Paulus ingin sampaikan kepada mereka. Karena Allah
pencipta atas waktu dan ia berkuasa kapan, di mana dan bagaimana. Itulah
Allahmu. Allah yang menentukan bukan kamu yang tentukan. JanjiNya yang sudah
ratusan tahun digenapiNya pada waktunya, tepat pada waktunya.” Baca lagi Alkitab
apakah kamu lupa peristiwa di mana malaikat menceritakan tentang kelahiran Kristus
di kota Betlehem oleh Maria. Apakah kamu lupa Tuhan melakukan segala sesuatu tepat
pada waktunya? Ia tidak pernah lebih cepat (instan) atau lambat dari proses (selalu
tepat). Ia memakai proses, tetapi Ia tahu kapan, di mana dan bagaimana untuk
melakukan segala sesuatu.
3 Nilai Ketepatan Waktu Allah
1. Nilai
historis (sejarah) yang sangat tepat waktu.
Waktu lahir, Yesus Kristus ada di zaman di mana orang
Israel di bawah pemintahan Romawi. Mengapa Allah memilih zaman di mana Israel
sedang ditindas oleh orang Romawi? Karena Allah tahu, orang Romawi sangat
mementingkan infrastruktur dan administrasi yang rapi di dalam kerajaannya untuk
menunjang kekuatannya. Ia membangun banyak jalan agar bisa memantau kalau ada pemberontakan
– pemberontakan kecil di daerah Israel. Ia membuat administrasi negara yang
rapi. Itu sebabnya Kaisar Agustus melakukan sensus semua penduduk karena ia mau
tahu di mana kekuatan dan kelemahan daerah-daerah kekuasaannya. Justru di masa
itu, Kristus lahir dan memiliki banyak keuntungan untuk menggenapakan rencana
Allah. Allah memakai masa itu dengan tepat untuk menyelesaikan janjiNya.
Orang Majus bisa datang karena infrastruktur yang
cukup baik. Yusuf bisa meninggalkan kota Betlehem , lari dari kemarahan Raja
Herodes ke Mesir karena infrastruktur yang baik. Tersebarnya berita kelahiran Yesus
di Betlehem bisa dengan cepat sampai ke Palestina karena ada infrastruktur yang
baik. Mengapa ini bisa dicatat dalam sensus sejarah orang Romawi? Karena
administrasi negara mereka baik bahwa di
masa Raja Agustus ada sensus dan sensus itu membuat Yusuf dan Maria harus
kembali ke Betlehem dan di Betlehem Yesus lahir. Semua itu punya nilai sejarah. Tuhan tidak
sembarangan. Sama seperti Tuhan tidak sembarangan menaruh kita di tengah zaman
ini. Minimal di kota Jakarta yang bisa merasakan waktu Jokowi jadi gubernur
dibandingkan zaman Foke, sekarang bisa merasakan bagaimana saat A Hok dan Anis
jadi gubernur, merasakan saat Jokowi dan SBY jadi presiden. Semua kita alami
saat ini. Dulu kita dengar di desa-desa banyak gereja ditutup, tetapi sekarang ini
di kota besar kita alami. Itu proses
yang tidak pernah lepas dari Tuhan
maunya apa.
2. Nilai budaya
Saat Yesus lahir , ada satu bahasa yang ditentukan
sebagai bahasa Yunani pasaran yang digunakan di masyarakat (bukan bahasa yang
digunakan oleh filsuf). Itu sebabnya semua orang bisa membicarakan dan mengerti
dengan baik perihal kelahiran Yesus Kristus (tidak ada yang tidak tahu karena
bahasanya sama). Para gembala yang ‘bodoh’ (dianggap begitu oleh orang-orang
lain) mengerti. Elizabeth mengerti, Maria mengerti. Mereka semua walau pun status
sosial yang berbeda tapi punya satu bahasa yang sama yang membuat mereka
mengerti berita kelahiran Kristus . Semua Tuhan pakai agar semua orang bisa
mengerti.
3. Nilai Teologis.
Nilai ini jelas diberikan
pada masa yang sulit, Allah berjanji, menguatkan jemaatnya dengan suatu
keyakinan,”Aku tidak akan meninggalkan engkau di masa sulit. Justru di masa
sulit Aku menggenapkan janjiKu. Aku tidak akan meninggalkan engkau.” Di tengah-tengah
masa kesulitan politik dan juga di tengah masa kesulitan-kesulitan rohani. Kesulitan
rohani karena sejak zaman Malaekhi hingga malaikat memberitakan kepada para gembala
ada rasa sunyi selama 400 tahun. Itu masa kelam dan sunyi. Masa di mana Allah
tidak bicara satu kata pun kepada umatNya. Seolah-olah Allah membiarkan. Selama
400 tahun tidak ada kata (firman). Seperti orang berjalan di tengah malam,
tetapi tidak ada pelita dan api yang menuntun. Secara rohani, itulah kegelapan
bangsa Israel. Tetapi di tengah kegelapan itu, Allah datang memberikan satu
kegenapan (Kristus Sang Mesias yang dijanjikan). Jadi saat Rasul Paulus mengingatkan
jemaat Galatia,“Setelah genap waktunya, Allah mengutus anakNya.” Inilah
kebenaran yang kamu tukar dengan kebenaran yang sebenarnya bukan kebenaran (kamu
bodoh sekali). Itu yang Rasul Paulus sedang ingatkan jemaat Galatia.
Dari sini kita bisa
belajar. Allah bukan hanya tepat waktu tetapi Allah juga menciptakan kita dalam
waktu yang terbatas. Kita diberi waktu yang sama tapi tidak terbatas. Semua diberi
24 jam/hari. Dan semuanya itu terbatas karena satu hari akan meninggal (kecuali
Henokh dan Nabi Elia). Waktu kita terbatas dan semua itu sama. Kalau begitu apa
yang bisa kita pelajari? Allah yang tidak terbatas itu membatasi diriNya dalam
waktu, menepati janjiNya di dalam waktu, menciptakan manusia di dalam waktu. Ia
meminta manusia bisa bertanggung jawab di dalam waktu. Allah rindu manusia
pandai mengisi waktu. Jangan membuang dan menyia-nyiakan waktu.
Saya
dan mu-shi beberapa kali menyampaikan
apa yang pernah kita dengar dan baca. Pdt. Stephen Tong pernah berkata,”Waktu
itu adalah teman yang paling setia tetapi hakim yang paling bengis”. Hakim yang
paling kejam adalah waktu. Mengapa waktu adalah teman yang paling setia? Sejak
kita lahir di dunia ini, dialah yang menemani sampai kita mati. Kalau kita menanam
yang baik, maka kita akan menabur yang baik. Itu akan terlihat di dalam waktu. Waktu
yang akan membuktikan siapa kita. Tidak perlu bela diri. Proses itu yang akan membuktikan
siapa kita. Waktu adalah teman tetapi ia adalah juga hakim yang kejam. Kalau
kita tidak menggunakan waktu dengan baik maka ia akan memperlihatkan kepada
kita dan dunia siapa kita sebenarnya. Dari kita dituntut pertanggungjawaban
waktu. Pandai-pandailah mengisi waktu dan bertanggung jawab untuk melakukan segala
sesuatu di dalam waktu kita yang
terbatas.
Mari
kita memberikan waktu yang terbaik untuk Tuhan. Allah sudah memberikan waktu yang
terbaik buat kita, tidak pernah terlalu cepat atau lama dan tidak pernah Dia
lupa. Kita juga harus belajar memberi waktu yang terbaik. Bagaimana
melakukannya?
-
Berilah waktu
untuk Tuhan dan untuk membaca firman
Tuhan pada saat otak kita masih segar , bukan pada sisa kelelahan (seharian sudah
lelah sehingga tak bisa berpikir lagi). Jangan baca Alkitab saat mata berkunang-kunang
karena terlalu lelah, jadi jangan waktu itu yang diberikan ke Tuhan tetapi gunakanlah
waktu yang paling segar dan jernih. Baru kita bisa membaca dan menerima dengan otak
yang jelas.
-
Memberikan masa
di mana tenaga kita dan otak kita itu masih kuat. Saya tidak mengatakan yang
sudah tua tidak perlu. Ini tidak bicara tentang masalah muda dan tua. Selama kita
masih bisa berpikir, punya tenaga , maka berikan kepada Tuhan sesuai dengan apa
yang ada saat ini. Jangan menjadi orang Kristen yang manja dan merasa tidak bisa
apa-apa. Lama-lama benar-benar tidak bisa apa-apa karena terlalu mensugesti diri
seperti itu. Seharusnya bisa sesuai dengan kemampuan, tenaga dan otak saat itu.
Mungkin tubuh kita lemah tidak bisa apa-apa tapi otak kita masih sehat dan segar.
Kita masih bisa melakukan sesuatu dengan otak kita. Kita jangan menjadi orang
yang terlalu banyak berkilah dibalik 1.001 alasan yang intinya malas, tidak mau
berbuat sesuatu. Mari berhenti untuk hal itu karena kita tidak bisa menjadi
maju kalau terus seperti itu. Kekristenan hanya jadi omong kosong kalau
masing-masing pribadi orang Kristen tidak tahu celah di mana dia bisa beranjak
dan berjalan . Karena Tuhan kasih kita kemampuan untuk itu. Saya rindu jemaat GKKK
Mangga Besar (termasuk yang punya kesulitan hidup ,tantangan kerja) pasti ada
celah (sesuatu) yang bisa kita kerjakan. Kalau kita bicara tentang memberikan waktu
yang terbaik untuk Tuhan. Karena itu mari kita maju bersama-sama supaya jangan
sampai ada orang yang menganggap kita bodoh
seperti kata-kata Rasul Paulus yang sedih dan marah kepada jemaat Galatia.
Kesimpulan
Pada
Galatia pasal 1 dan 3 menampakkan kemarahan dan kesedihan Rasul Paulus terhadap
“kebodohan” jemaat Galatia karena melepaskan iman kepada Kristus dan
menggantinya dengan mencari hal-hal yang duniawi. Sedangkan pasal 2 dan 4
bersifat apologetis, Rasul Paulus membela iman, menunjukkan kesalahan cara
pandang orang Galatia, memberi bukti pengalaman pribadi dan bukti dari Alkitab
serta menghimbau mereka untuk kembali pada iman di dalam Kristus.
Pada Galatia 4:4 diperlihatkan bahwa Allah pencipta
waktu, berkuasa untuk menetapkan waktu yang paling tepat untuk bertindak,
terutama masalah karya keselamatan. Ada nilai : historis, budaya dan teologis. Allah
menepati janji yang diucapkan, digenapi oleh waktu. Manusia harus : pandai /
bijak mengisi waktu, bertanggung jawab dan memberikan waktu yang terbaik untuk
Tuhan.
No comments:
Post a Comment