Pdt. Fu Kwet Khiong M.A.
Yesaya 43:1-4
1 Tetapi sekarang, beginilah firman TUHAN yang
menciptakan engkau, hai Yakub, yang membentuk engkau, hai Israel:
"Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil
engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku.
2 Apabila
engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui
sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui
api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau.
3 Sebab Akulah
TUHAN, Allahmu, Yang Mahakudus, Allah Israel, Juruselamatmu. Aku menebus engkau
dengan Mesir, dan memberikan Etiopia dan Syeba sebagai gantimu.
4 Oleh karena
engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau, maka Aku
memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu.
Pendahuluan
Apa tujuan kita ketika kita mengenal
Allah? Dalam hidup kita, kita tahu bahwa pengakuan Tuhan telah diberikan kepada
kita dalam firman Tuhan yang berbunyi sebagaimana pada Yesaya 43:1-4. Kekerasan
yang ada adalah bagian dari wajah dunia yang sekarang sedang terjadi. Ada sisi
lain, ketika kita melihat sebuah kriminalisasi yang dipolitisasi membuat kita
sangat bingung. Sampai salib di kuburan saja digergaji. Di sisi kekerasan yang memakai
nama agama, juga ada sisi di mana kekerasan umat manusia tidak berhenti sampai
di situ, kita mendengar kengerian-kengerian yang lain. Di Pangandaran dinaikan
spanduk bahwa umat Kristen dilarang mengadakan ibadah Natal. Wajah dunia kita
sehari-hari dibentuk oleh kekerasan demi kekerasan yang ada. Kekerasan bukan hanya
saja secara fisik bahkan juga di bidang ekonomi. Kita bertanya, kira-kira
dollar naik jadi berapa (terhadap Rupiah). Apakah perang dagang antara AS dan Tiongkok
akan terus berlanjut atau tidak? Tidak usah jauh-jauh kita berpikir. Sebelum bulan
April 2019 berakhir kita belum tenang karena tidak tahu siapa presiden yang
akan terpilih. Kita mulai lelah melihat bagaimana berita bohong (hoax) terus
disebarkan bahkan kekerasan dan kebohongan ditampilkan. Di dalam Alkitab,
seorang pribadi yang menjadi contoh akan
kekerasan. Dia yang membentuk umatNya, menciptakan manusia, menebus dan memanggil
engkau dengan namamu (engkau kepunyaanKu), ketika dari bagian ini kita menuju ke
Perjanjian Baru kita menjadi terkejut, bahwa Allah yang begitu mengasihi manusia
tetapi manusia yang menganggap diri memiliki dan mengenal Allah justru memakai
kekerasan . Namanya Saulus. 7:30
Sebagai seorang yang cerdas,
cerdik cendekiawan dan mengerti Taurat, ia merasakan dirinya mengenal Allah dan
meminta surat dari pemimpin-pemimpin yang ada untuk mengejar orang-orang
Kristen dan ia berusaha memenjarakan dan membunuhnya. Ia merasa berbakti pada
Allah dan ia mengenal Allah yang sesungguhnya. Dan semakin ia mengenal Allah ia
semakin keras terhadap orang Kristen. Bahkan ia menyetujui pembunuhan terhadap
Stefanus. Ini paradox dalam mengenal Allah. Saulus dalam upaya yang sedemikian
jahatnya. Kalau ia hidup dalam zaman ini, ia bisa ikut reuni 2112. Kalau Saulus
hidup di zaman ini, ia adalah salah satu orang yang akan berteriak bahwa ia
akan memilih pemimpin yang seagama. Yang namanya agama tidak lagi menjadikan
bumi damai. Tidak lagi seperti yang dikatakan malaikat bahwa kemuliaan bagi
Allah di tempat yang maha tinggi dan damai sejahtera di bumi bagi yang berkenan
kepadaNya. Yang merasa berkenan bahkan
menganiaya lainnya dan merasa berkenan kepada Allah semakin mengucilkan yang
lain dan merasa berhak bahkan untuk membunuh yang lain. Ini paradox dalam mengenal
Allah.
Permulaan mengenal Allah yang
membanggakan diri dalam Paulus bahwa ,”Aku mengenal Allah, Aku tahu siapa Dia”
ketika ia dijamah di Damsyik berkata, “Siapakah engkau Tuhan?” Anak Billy
Graham, Rev Dr. William F. (Billy)
Graham, berkata, “Kita dapat mengenal Allah secara pribadi karena Allah
menginginkan kita mengenalNya”. Ketika Saulus sedemikian beringasnya dan merasa
bahwa ia orang yang paling mengenal Allah tetapi itu adalah pola yang salah dan
itu bukan pola kekristenan. Dalam kekristenan, bukan kita yang mengenal Allah
tetapi Allah yang mengenal kita, bukan kita yang memilih Allah tetapi Allah
yang memilih, bukan kita yang mencari Tuhan tetapi Tuhanlah yang mencari kita.
Maka jangan heran , 2 sisi yang berbeda ini , di dalam iman, bahwa Allah yang
mencari dan menemukan kita seperti yang dikatakan Yesaya bahwa “Allah yang membentuk,
menebus dan memanggil engkau.” Kekristenan bukan dimulai dari antroposentris
(diriku yang mengenal sendiri) tapi dimulai dari sebuah pengertian teosentris bahwa
segala sesuatu dari Tuhan. Orang yang
menganggap pusat dari segalanya maka Tuhan pun diatur untuk setuju sehingga ia
bisa membunuh orang. Sesuatu yang bermula dari dirinya sendiri yang menjadi
pusatnya maka akan menaikkan diri ke dalam tingkatan yang dinamakan kesombongan
beragama. Maka jangan heran, ketika Yesus datang ke dunia, mereka merasa
mengenal Kristus justru menganiaya dan tidak ada tempat yang diberikan
kepadaNya. Karena mereka mengenal Allah yang dimulai dari diri mereka dan
merasa berhasil menemukan, mengenal dan mencari Allah. Tapi di dalam iman Kristen
, kita percaya bahwa Allah itulah yang menemukan kita dan datang ke dalam dunia
untuk mencari kita.
Tujuan mengenal Allah.
1. Allah
menginginkan kita mengenalNya.
Matius 14:22-24.
Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu
dan mendahului-Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Dan
setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk
berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ. Perahu murid-murid-Nya sudah beberapa mil
jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan gelombang, karena angin sakal.
Kata
“sesudah itu” yaitu setelah 5 roti dan 2 ikan dipecahkan untuk dimakan oleh 5.000
orang laki dewasa tidak termasuk wanita dan anak. Lalu Yesus memerintahkan
murid-muridNya naik ke perahu. Waktu Yesus memerintahkan, murid-muridnya lalu
berlayar. Kalau Yunus diombang-ombangkan oleh angin sakal, tidak heran karena
Yunus sudah melarikan diri dari panggilan Tuhan (dia tidak mau pergi ke Niniwe).
Tetapi persoalannya : murid-murid berlayar karena perintah Tuhan, bukan karena Petrus
berkata, “Kita merasa lelah karena sudah melayani 5.000 orang (belum termasuk
perempuan dan anak-anak).” Ia tidak berkata sekali-kali “Mari jalankan hobi
dengan memancing.” Petrus berlayar karena perintah Tuhan. Mereka tunduk, taat dan setia dan menjalankannya. Tetapi apa yang
terjadi? Mereka diombang-ambingkan gelombang dan angin sakal! Ada orang yang
berkata,”Pak apa yang harus saya lakukan? Saya jujur dalam menjalankan firman
Tuhan. Sejak saya bertobat menjadi pengusaha, saya tidak melenceng ke kanan dan
ke kiri. Saya lurus dan pegang moral sesuai firman Tuhan, saya jalankan bisnis
saya tetapi “dimakan” orang.” Saya mau jawab apa terhadap perkataan orang yang
demikian? Ada juga yang berkata,”Pak Pendeta istri saya sudah menjadi guru Sekolah
Minggu, setiap minggu kami rajin ke gereja. Kami menjalankan kehidupan yang
sungguh-sungguh di hadapan Tuhan dan kami sudah 12 tahun menikah tapi sampai hari ini tidak
ada seorang bayi di keluarga kami.”
Setelah melihat pergumulan demi pergumulan demikian dan
apa yang terjadi pada murid-murid, mereka bukan melarikan dari panggilan, kalau
mereka dalam mission trip ini adalah trip selanjutnya yang Yesus perintahkan.
Kalau saya masuk ke perahu mereka, apa yang terdengar. Mungkin Petrus berkata,”Yudas
jangan pegangi uang terus, kita bisa hampir tenggelam!” Yudas yang ditegur tidak senang mungkin
berkata,“Matius kamu jangan ketakutan juga. Bantu kami menyendok dan buang air!”
Tetapi ada kemungkinan besar, ketika mereka melawan ombak begitu besar, perkiraan
saya mereka mulai berlayar pk 18. Setelah mujizat 5 roti dan 2 ikan waktu Yesus
berkata untuk menyediakan mereka makan, mereka berkata,”Hari mulai malam, mau
mencari di mana?” Kemudian Yesus datang kepada mereka pk 3 pagi berjalan di
atas air. Mereka menghadapi gelombang yang begitu luar biasa menghantam mereka,
kemungkinan besar di tengah-tengah segala upaya menyelamatkan diri untuk
melawan gelombang yang ada muncullah perkataan,”Yesus di mana? Kapan Yesus
datang? Mengapa Yesus belum datang?” Bukankah mereka berlayar dalam tujuan yang
Tuhan berikan? Sekarang Yesus belum datang. Tiba-tiba Yesus muncul dan berjalan
di atas air. Sampai satu ayat yang berkata pada Matius 14:33 Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah
Dia, katanya: "Sesungguhnya Engkau Anak Allah." Sebelumnya mereka
duduk di perahu dan waktu berlayar dan belum turun gelombang mereka
berkata,”Hebat kan? Kamu lihat roti dibelah. Hebat sekali”. Mereka bercerita
tentang orang buta melihat, orang tuli mendengar, bagaimana kesusahan-kesusahan
dibebaskan oleh Yesus, tetapi ketika angin gelombang melanda mereka, saat itu
pengenalan mereka terhadap Allah diuji dan mulai dibuktikan apakah mereka yakin
orang mati bangkit, orang buta melihat, orang lumpuh berjalan. Mereka bukan
bercerita tentang kesusahan orang tetapi sekarang mereka mengalami kesusahan
itu sendiri. Ketika itu Tuhan ijinkan terjadi sampai satu titik, akhirnya ketika
mereka dilepaskan oleh Allah melihat Tuhan, mereka berkata, “Sungguh engkau
anak Allah.” dan mereka menyembah Yesus. Iman Kristen , pengenalan iman Kristen
bukan perjalanan yang berhenti di berkat. Perjalanan iman Kristen dalam
mengenal Allah bukan berhenti pada materi, mujizat atau sesuatu yang berkenaan
dengan materi. Pengenalan kepada Allah harus sampai berhenti pada satu titik, “Sesungguhnya
Engkau Anak Allah”.
Ada lagu berjudul “Kasih SetiaMu yang Kurasakan” yang
liriknya berkata, “BerkatMu yang telah kuterima. Sempat membuat ku terpesona.
Apa yang tak pernah kupikirkan. Itu yang Kau sediakan bagiku.” Ada gereja yang
mengubah lirik lagu ini menjadi “BerkatMu yang telah kuterima. Selalu membuat
ku terpesona.” Pengarang dan penyanyi lagu ini yaitu Ir Niko mengkonfirmasi. Waktu
mengarang lagu ini saya tidak tulis “selalu” tetapi “sempat”. Saya mendengarkan
baik-baik setelah pulang saya renungkan kembali dan mendapat sebuah pengertian
bahwa berkat Tuhan biar hanya sesekali
membuat kita terpesona kepadaNya. Yang selalu membuat kita terpesona kepada
Tuhan adalah bukan berkat tetapi diri Tuhan itu sendiri. Maka saya setuju “BerkatMu
yang telah kuterima. Sempat membuat ku terpesona.” Karena berkat biarlah hanya
bisa sempat membuat kita terpesona, yang selalu membuat kita terpersona adalah
bukan berkat tetapi Tuhan Yesus Kristus. Itulah pengenalan kita tentang Allah. Kalau
iman perjalanan rohani kita belum sampai tahap “Sesungguhnya Engkau Anak Allah”
dan menyembahnya tidak berarti. Karena orang di luar sana menganggap orang
Kristen menjadikan manusia sebagai Tuhan. Padahal kita tidak menjadikan manusia
sebagai Tuhan tetapi iman Kristen percaya bahwa Tuhan menjadi manusia. Iman
Kristen bukan menjadikan manusia sebagai Tuhan tetapi dalam pengenalan kita
akan Tuhan , kita percaya Tuhan yang menjadi manusia. Itu pengenalan dan
keyakinan kita.
2. Hidup Tunduk
dan Taat
Hidup yang pasti berubah setelah mengenalNya adalah
tunduk dan taat kepada Tuhan. Mengenal tentang Allah adalah sebuah tindakan
mengenal Allah secara kognitif, namun mengenal Allah adalah sebuah tindakan
mengenal Allah secara menyeluruh. Jadi bukan di dalam pikiran. Matius
2:4-6 Maka dikumpulkannya semua imam
kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka,
di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka
berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada
tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau
sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda,
karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan
umat-Ku Israel."
Kita tidak tahu bagaimana akhir dari perjalanan orang
Majus setelah meninggalkan Betlehem. Tapi kalau tadi diambil contoh dari
seorang Saulus yang ketika berubah, kita tahu hidupnya berdampak . Penuh dengan
perubahan hidup. Saya melihat orang yang masuk dalam tahap dia menyadari bahwa
ia mengenal Allah di pikiran. Inilah ahli Taurat dan imam-imam kepala bangsa
Yahudi yang merasa bahwa mereka mengenal
Allah. Ketika dibukakan Taurat, mereka tahu di mana Raja itu lahir, Pemimpin itu
ada, tetapi mereka tidak datang ke sana dan tidak menyembahNya. Kisah seputar Natal
ada 2 model manusia : kelompok 1 terdiri dari gembala dan orang-orang Majus yaitu orang-orang
baik dan kelompok 2 terdiri dari imam , ahli Taurat dan Herodes. Kelompok yang
2 ini memiliki efek Herodian , sebuah kepemimpian yang merasa terancam dan
tidak mau digeser. Ia mendengar bahwa ada raja yahudi yang lahir. Ia tidak
mempersoalkan signifikansi soal bintang yang terang, tidak memperhatikan orang
yang dipanggil yaitu ahli Taurat berbicara tentang hal itu. Tetapi Herodes mulai
merasa dirinya terancam. Berapa banyak orang di dalam perjalanan kerohanian mengalami
Herodian Effect itu? Jangan berpikir
orang melayani, pasti mengenal Allah , tunduk dan taat. Di dalam gereja , juga ada
orang yang “sontoloyo”. Di dalam gereja ada juga yang Namanya pergumulan yang
berkata, “Tuhan, mengapa pergumulan saya ini begitu berat?” Demikian juga dengan
imam dan ahli Taurat. Mereka jelas yang mengenal Taurat, mereka yang membuka
dan memberitahukan, tetapi mereka tidak tertarik untuk mengenal lebih dalam.
Ini pengenalan kognitif. Bebeda dengan orang-orang Majus dan para gembala. Matius 2:10 dan ketika mereka melihat
bintang itu, mereka sangat bersukacita sheingga mereka berteriak dan merayakan
dengan sukacita yang meluap-luap (the passion translation). Ketika mereka
melihat bintang, mereka berteriak dan kalau zaman dulu sudah ada Instagram,
mereka pasti mengambil foto dengan Yesus. Mereka meluapkan dan merayakan dengan
sukacita dan meluap-luap. Namun Herodes bertekuk muka. Orang-orang Majus dalam
perjalanan jauh, tidak tanggung-tanggung mereka membawa mas, kemenyan dan mur,
mereka rela berkorban. Orang mengenal Allah akan tunduk dan sungguh-sungguh
hidup dalam ketaatan terhadap Allah, pengenalan yang melampaui kognitif.
Pertanyaan saya : apakah jemaat GKKK Mabes yang semua fasilitas sudah berubah
dan dari gedung dan music ada spirit perubahan sudah dewasa? Sepanjang Desember
saya memimpin kerohanian, kalau tidak menjaga kerohanian saya akan merasa lelah.
Sebagai hamba Tuhan terus memimpin terus. Besok 3 kali beribadah, lalu tanggal
26 Desember saya berangkat ke Puncak retreat keluarga. Kalau kita sebagai
hamba terus menerus sedemikian dan hanya
masuk dalam rutinitas, jemaat diberkati namun kita yang kekeringan. Persoalannya,
kitalah yang harus memikirkan keintiman dengan Tuhan. Waktu beribadah tadi merasuk
sekali. Pemain Saxophone luar biasa. Enak sekali. Ketika mereka melihat Yesus,
mereka bersukacita dan meloncat kegirangan. Pengenalan mereka bukan lagi hanya
sekedar pengenalan sampai di pikiran tetapi hati mereka sedemikian datang kepada
Tuhan.
3. Mengalami
Tuhan secara pribadi.
Tujuan dari pengenalan kepada Tuhan tidak berhenti
pada sebatas pengenalan secara kognitif , bukan hanya penundukan dan ketaatan
tetapi dalam benar-benar kehidupan sehari-hari terus mengalami perjumpaan
dengan Tuhan. Orang yang mengalami perjumpaan dengan Tuhan sadar bahwa Yesus
datang ke dunia supaya setiap kita dapat mengenal Tuhan secara pribadi. Tujuan
ini jelas seperti lagu di atas. Ia datang ke dalam dunia bukan hanya untuk diketahui,
dipelajari dan dibedah tetapi Ia datang benar-benar rindu diri kita mengenalNya
dan Ia datang dalam kerinduan untuk mengenal kita tetapi Dia menyatakan diri
untuk kita mengenalNya. Allah terlebih rindu untuk mengenal kita sebelum kita
mengenalNya. Tetapi setelah itu, kerinduannya adalah agar kita memiliki
hubungan pribadi dengan kita.
Filipi 3:7-10 Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan
bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap
rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada
semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan
menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan
dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan
kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah
anugerahkan berdasarkan kepercayaan. Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa
kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi
serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,
Ayat di atas ditulis oleh orang yang dulu namanya Saulus.
Inilah orang yang dulu merasa mengenal Allah, mencari , mengejar dan
mendapatkan Tuhan, tetapi Tuhan katakan bukan kamu yang mendapatkan Saya tetapi
Saya yang mendapatkanMu. Saulus tidak
pernah punya rencana percaya kepada Tuhan. Termasuk banyak dari kita yang tidak
punya rencana percaya Tuhan Yesus. Tetapi Tuhan tangkap hidup kita. Ketika
ditangkap oleh Tuhan, Rasul Paulus berkata,”Apa yang dahulu merupakan
keuntungan sekarang malah kuanggap rugi.” Karena pengenalan kepada Tuhan Yesus
lebih mulia dari semuanya. Zaman sekarang anak remaja susah diajak pergi,
mereka umur 12 tahun lebih senang pergi sendiri. Kalau kita pergi, mereka lebih
senang di rumah sendiri yang penting rumah ada wi-fi. Gereja sekarang ada yang menawarkan wi-fi supaya jemaat betah.
Tidak masalah itu melengkapi dan bukan yang utama. Kita memanfaatkan untuk keuntungan
bagi gereja. Tetapi pada tahapan di sini, dengan pengenalan kepada kristus yang
lain saya anggap rugi semua. Inilah iman yang sudah mengalami Kristus dalam
hidupnya. Ada yang berkata, “Aduh sayang ya gereja saya. Tanggal 24 Desember
natalan. Tanggal 25 natalan lagi. Kalau saya jadi majelis, saya mau usul agar
natalan tanggal 16 Desember agar setelah Natal bisa jalan-jalan.” Kalau orang
mengenal dan mengalami Kristus secara intim, maka ia akan berkata,”Semua jalan-jalan
dan semua yang lain itu dulu menyenangkan tetapi saya sekarang dianggap rugi
kalau tidak datang kepada Tuhan.”
Bila orang sudah mengalami Kristus, dia tahu bahwa dia
bukan sedang menjadikan Kristus. Mengapa Saulus mengejar orang-orang
Kristen? Karena dia merasa orang Kristen
aneh, Yesus bahkan mati tidak bisa menolong dirinya. Yesus adalah anak tukang
kayu , lahir dan besar, punya saudara , Saulus merasa kenal dan tahu maka ia mengejar,
membunuh dan menganiaya orang-orang Kristen. Karena ia berpikir orang Kristen menjadi
manusia sebagai Tuhan. Tetapi setelah mengenal Tuhan ia berkata, “Aku tidak
ingin yang lain. Pengenalan akan Tuhan adalah tujuan akhir dalam hidupnya yang
kukehendaki adalah mengenal Dia.” Dia berani melepaskan segala sesuatu dari
dunia yang dinamakan kemewahan seperti popularitas, kemewahan, jabatan,
kekayaan dan segala sesuatu lainnya.
Umat Tuhan, seluruh jemaat GKKK Mabes, ketika kita mengenalNya
apa pun untuk Kristus akan saya lakukan, saya berani bayar harga. Maka gereja
akan dibangun dengan pola militan bagi Tuhan. Natal hari ini begitu indah, bukan saja mengajak kita
mengingat Yesus yang lahir , seluruh pujian dan alur membawa bahwa kita mengerti
bahwa Yesus datang kedunia dan mati untuk kita. Tuhan sudah membuktikan Ia mati
untuk kita. Kita harus berani hidup untuk Dia. Dia tidak minta kita mati untuk
Dia tetapi berani hidup untuk Dia. Ini adalah tuntutan Kristus ketika kita
mengenalNya. Tidak ada acara lain! Satu-satunya kesempatan dunia untuk mengalami
Kristus adalah ketika Yesus datang bahwa Ia Juruselamat itu dan sekarang kita
sudah mengenal Juruselamat itu maka kita jangan menyerah. Hidup mati-matian untuk
keselamatan itu. Kita mengenal Allah hanya melalui satu-satunya cara yaitu Yesus
Kristus yang adalah Allah sendiri yang menjelma menjadi manusia. Dan ini kita
pegang ketika yang lain berkata Dia bukan Allah, kita membantahnya. Kita
mengatakan bahwa Ia adalah Allah. Tanpa melalui Kristus tidak ada keselamatan.
Tidak ada kompromi.
Yoh 1:14 Firman itu telah menjadi
manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu
kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih
karunia dan kebenaran. Yohanes 14:6 Kata
Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada
seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. 9 Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama
Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa
telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata:
Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.
Bukti pengenalan Allah.
1. Orang yang mengenal Allah memmiliki energi yang besar untukNya
Ada orang-orang yang
mengenal Allah dan akhirnya punya energi yang besar untukNya. Rasul Paulus
punya energi besar sekali. Ketika ia sudah mengenal Tuhan ia berkata,”Aku disesah,
dirajam, terkatung-takut di laut, aku kedinginan dan kelaparan tetapi ia tidak
pernah berhenti untuk melayani Allah. Orang yang mengenal Allah memiliki energi
untuk hidup bagi Allah.
2. Menunjukkan keberanian yang besar bagi Allah, tidak ada takutnya.
Bahkan ia berkata bahwa mati
adalah keuntungan bagiku. Mengenal yang palsu saja ia mati-matian apalagi sekarang
ia mengenal yang benar. Ajak jemaat untuk membesuk hamba Tuhan yang di penjara untuk
melatih iman jemaat bahwa ada orang yang ditahan untuk Injil.
3. Memiliki kepuasan yang
besar di dalam Allah.
Bukan dunia ini yang
memuaskan dia lagi. Ketika zaman ini orang sedang menanti jempol like di Instagram
sebagai penghargaan , tetapi kita tidak mencari pembuktian dan indentitas diri
dari kepuasan diri. Ketika mengenal Allah, orang-orang Majus memiliki kepuasan
di dalam Allah. Mari kita jangan seperti murid-murid berkata (ketika
diombang-ambingkan di kapal),”Kok pelayanan masih seperti ini?” Di dalam pelayaann
ada tantangan tapi jangan mundur. Cari pemimpin yang membawa damai bukan yang
menakut-nakuti. Di dalam pelayanan ada orang-orang seperti gendorowo yang
menakut-nakuti. Tetapi persoalan dalam gereja, ada orang yang kita pikir mengenal
Tuhan tapi omongannya menakut-nakuti terus. Ketika melayani ada ombak -badai, tetapi
mengapa Tuhan mengijinkan hal itu? Yesus berdoa di bukit. Melalui percobaan, Yesus
juga hadir untuk murid-muridNya. Mengapa Yesus tidak berdoa supaya badai tidak
terjadi walau Yesus tahu murid-MuridNya akan terkena badai? Waktu Stefanus
dilempar batu, Saulus yang menjagai orang-orang yang merajam Stefanus. Tuhan
tahu Stefanus dilempar batu dan tidak mengubah batu menjadi roti? Di situlah
titik yang Tuhan mau, sampai ke kalimat “tidak ada satu pun baik ketelanjangan,
kedingian kelaparan dll” yang bisa memisahkan kita dari kasih Kristus. Itulah
pengenalan iman yang sesungguhnya.
No comments:
Post a Comment