Pdt. Hery Kwok
Yoh 10:11,14,15
11 Akulah
gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;
14 Akulah
gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal
Aku
15 sama seperti
Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi
domba-domba-Ku.
1 Samuel 17:33-36
33 Tetapi Saul
berkata kepada Daud: "Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin
itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa
mudanya telah menjadi prajurit."
34 Tetapi Daud
berkata kepada Saul: "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba
ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari
kawanannya,
35 maka aku
mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian
apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu
menghajarnya dan membunuhnya.
36 Baik singa
maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak
bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia
telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup."
Maz 23:1-6
1 Mazmur Daud.
TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.
2 Ia
membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang
tenang;
3 Ia
menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.
4 Sekalipun aku
berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau
besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.
5 Engkau
menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku
dengan minyak; pialaku penuh melimpah.
6 Kebajikan dan
kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam
rumah TUHAN sepanjang masa.
Pendahuluan
Saat
bepergian dengan pesawat terbang , ada 2 momen yang saya takuti yakni saat
pesawat tinggal landas (take-off) dan
saat pesawat akan mendarat (landing).
Karena saat itu kemampuan pilot untuk mengemudikan pesawat sangat penting. Kalau
sampai ia salah dan gagal , mungkin pesawatnya akan naik sedikit lalu terjatuh kembali
menghantam bumi sehingga seluruh penumpang bisa menemui ajal dan membayangkan peristiwa
ini tentu sangat mengerikan. Demikian juga dengan saat mendarat, pilot
menurunkan roda lalu pesawat dapat mendarat dengan mulus, maka hati kita terasa
sangat senang. Penumpang sering memberi penilaian tentang keahlian pilotnya. Ada
yang mengatakan kalau menggunakan maskapai penerbangan Garuda Indonesia pesawat
mendarat secara halus sedangkan kalau naik pesawat Lion Air maka harus siap-siap
karena mendaratnya geradak-geruduk. Jadi hal ini tergantung kemampuan pilotnya. Kalau
pilotnya bisa membawa pesawat mendarat dengan baik , maka pendaratannya terasa
bagus sekali.
Ketakutan tidak membuat saya bangkit
berdiri dan berjalan menghampiri ruang
kemudi pilot , lalu menggedor pintunya agar ia keluar dan bertemu saya serta meyakinkan
saya bahwa ia dapat membawa saya terbang sampai ke tempat tujuan. Ketakutan
saya menjadi ketakutan sendiri dan membuat saya tetap duduk di bangku meskipun
saya mendengar saat sang pilot (kapten di pesawat) membuat pengumuman yang menyebutkan
namanya dan menyambut para penumpang di pesawat.
Ketakutan tidak membuat saya menjadi orang yang akhirnya merepotkan pilot itu dengan
mencoba bertemu dengannya dan mengajukan pertanyaan yang harus dijawabnya
dengan sebuah keyakinan bahwa ia sanggup menerbangkan pesawat sampai ke tempat tujuan.
Karena saya tahu bahwa kelebihan dan kelemahan dia tidak membuat saya bisa
selamat atau tidak kalau bukan Tuhan yang menolong. Mengapa? Karena bisa saja
pilot itu gagal atau berhasil namun peran Allah tetaplah menjadi peran
terpenting. Saat saya mempercayakan diri saya pada pilot yang bisa gagal atau
berhasil, berarti saya harus belajar mempercayakan. Kalau tidak, saya bisa
menjadi orang yang merepotkan dan membuat penerbangan itu menjadi susah karena
saya tidak akan bisa merasa tenang selama di pesawat.
Tema hari ini diambil dari tulisan
Raja Daud tatkala dia berbicara tentang Tuhan adalah Gembalaku (Yehova Rohi). Berbicara
tentang Yehova Rohi berarti kita sedang berbicara tentang salah nama Allah seperti
juga nama-nama Allah lainnya yang telah kita pelajari berminggu-minggu lalu (hampir sebulan setengah kita belajar
nama-nama Allah). Nama-nama Allah yang
membuktikan diriNya dengan segala karakterNya seharusnya membantu kita semakin
bertumbuh mengenal Dia dengan baik dan semakin membawa kita untuk memiliki
hidup yang sungguh-sungguh bergantung kepadaNya.
Nama-Nama Allah
Minggu waktu lalu kita belajar
tentang nama Allah : El Shaddai. Waktu
itu Ev. Ronny Sofian berbicara tentang Tuhan yang Maha Kuasa. Apakah Tuhan yang
Maha Kuasa membawa kita mempunyai kedamaian dan keberanian untuk menghadapi
hidup karena kita mempercayai Allah yang Maha Kuasa? Waktu kita berbicara Allah
yang bernama Adonai (Tuhan yang berdaulat) apakah kita benar-benar merasa
kedaulatan Dia sungguh-sungguh menguasai seluruh perjalanan saya sehingga tidak
ada item dalam hidup saya yang terlepas di dalam kedaulatanNya? Kalau kita
sungguh-sungguh meyakini perkara Dia Allah yang berdaulat sesungguhnya kita
mempunyai kepastian hidup dalam dunia ini. Sewaktu kita belajar tentang nama
Allah Yehova Jireh diuraikan bagaimana Dialah Tuhan yang menyediakan.
Nama-nama
Allah yang sedemikian agung mencerminkan karakter dan sifat-sifatNya. Apakah
hal ini membawa perubahan dalam pemahaman rohani kita dengan Dia yang membawa
kita sungguh-sungguh mengalami pertumbuhan iman dengan Dia atau tidak? Kalau
kita berada di tataran kognitif saja berarti kita hanya mengetahui namaNya
bahwa Dia Allah Maha Kuasa. Tetapi waktu kita tidak hidup mempercayai , itu
perkara yang berbeda dan kita hanya menjadi orang Kristen yang ada dalam
kehidupan yang tidak berbeda dengan orang-orang di dunia.
Dalam
perumpamaan tentang penabur (Mat 13:3-37; Mrk 4:3-20), Tuhan Yesus menyebutkan
ada beberapa tipe hati manusia. Kalau hati kita seperti tanah di pinggir jalan,
maka saat kita duduk dan hadir di gereja, maka benih firman yang ditaburkan tidak
akan pernah ada di dalam hati kita. Apalagi bila kita mendengarnya sambil main handphone atau games, maka benih (firman) itu akan hilang dalam kehidupan kita. Saat
pulang dari beribadah kita tidak akan pernah mengalami perubahan dan merasakan
bahwa aku benar-benar mengenal Allahku dan aku siap menghadapi satu minggu ke
depan dalam segala perjalanan kesulitan atau kesukaan dalam kekuatan firman.
Hal inilah membawa kita mempelajari apa yang disampaikan oleh Daud.
Memiliki Relasi dengan Allah
Raja
Daud seorang sungguh-sungguh mempunyai relasi dengan Allah secara baik. Di
dalam relasi itulah, ia menulis suatu puisi yang sungguh-sungguh menjadi banyak
berkat bagi orang-orang dalam perjalanan hidup mereka di zaman ini. Mazmur 23
bukanlah mazmur yang asing, bahkan orang Kristen KTP-pun tahu tentang Mazmur 23
ini. Kristen KTP adalah orang Kristen datang karena kewajiban (datang ibadah
namun tidak mau bertumbuh) yang perjalanan hidupnya tidak mempunyai kecintaan
terhadap perkara-perkara rohani dengan kata lain orang Kristen yang jauh dari
Firman. Mazmur 23 juga dikenal oleh
orang-orang Kristen itu.
Sewaktu
saya pelayanan ke penjara, saya bertanya, “Pak, apakah bapak tahu Mazmur 23?”
“Oh tahu. Itu mazmur Daud. Tuhan adalah gembalaku.” Jawabnya. “Bapak sudah
berapa lama berada di penjara ini?” tanya saya lagi. Dia menjawab lagi,“Wah saya
cukup lama di sini yakni 6 tahun. Ini adalah yang ketiga.” Hal ini berarti ia sudah
3 kali masuk ke penjara dan saat saya bertemu dengannya adalah untuk yang ketiga
kalinya dan sudah berjalan selama 6 tahun (saya tidak menanyakan periode yang
pertama dan kedua). Artinya orang Kristen KTP pun tahu mazmur 23. Tetapi
sesungguhnya kalau kita menghayati Mazmur 23 kita menemukan mutiara rohani yang
hebat yang Raja Daud sampaikan sebagai suatu catatan imannya dengan Tuhannya.
Tuhan adalah Gembala yang Baik
Dalam
Mazmur 23, Raja Daud menyatakan bahwa Tuhan adalah gembalaku. Ia mencoba
menggambarkan Tuhan yang disembah dan dipercayanya sebagai gembala. Dalam 1 Samuel 17:33-36 yang kita baca, Daud
memberikan argumen kepada Saul yang meragukan dia untuk berperang melawan
Goliat (ayat 33 Tetapi Saul berkata kepada
Daud: "Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk
melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah
menjadi prajurit."). Dengan kata lain Raja Saul menyatakan bahwa Daud
tidak akan menang melawan Goliat yang membuat Raja Saul dan prajuritnya takut
sehingga tidak berani bergerak. Alasannya Goliat sejak muda telah menjadi prajurit
sehingga ia adalah seorang yang terlatih. Ia pandai berperang dan memainkan
seluruh alat perang dengan hebat sedangkan tubuh Daud tidak besar dengan muka
yang kemerah-kemerahan. Secara penampilan fisik Daud tidak masuk hitungan. Itu
sebabnya tidak heran keluar dari mulut Saul suatu kebimbangan , “Apa benar
engkau bisa melawan Goliat”. Perkataan Saul itu bukanlah perkataan yang
membangkitkan semangat atau memberikan motivasi kekuatan tetapi perkataan itu
sesungguhnya meruntuhkan hati bagi yang mendengarnya. Bila orang tua berkata kepadamu, “Kamu anak
yang tidak bisa berubah. Kamu anak yang tidak tahu diri” maka kata-kata itu
akan membekas dalam hati anak-anak. Dan anak-anak akan menyimpan bahwa ia anak
yang tidak tahu diri dan tidak berguna. Perkataan-perkataan seperti itu bisa
melukai hati anak sedemikan lama. Kalau ia tidak dipulihkan dan dilayani secara
baik maka ia akan menjadi anak yang menyimpan rasa yang tidak baik.
Pada
waktu Saul berkata,”Engkau tidak mampu sesungguhnya karena lawanmu, Goliat,
adalah seorang yang sedari muda menjadi prajurit. Engkau apa di hadapannya?”
Tetapi dalam kitab Samuel, penulis mencatat kalimat yang hebat yang keluar dari
mulut seorang Daud. Ia menggambarkan dirinya sebagai seorang gembala. Gembala
terhadap domba-domba milik orang tuanya. Waktu Isai mempercayakan dia untuk
menggembalakan domba-dombanya, Daud melakukannya dengan baik. Ia katakana
kepada Saul” Hambamu ini biasa
menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang
menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan
melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku,
maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya. Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh
hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti
salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada
Allah yang hidup." Kalimat dalam ucapan Daud adalah kalimat yang ingin
menggambarkan peran Daud sebagai gembala yang tidak akan berhenti sampai ia
mengambil kembali domba yang direbut oleh binatang buas. Bagi Daud, peran
gembala adalah peran yang nyata. Bagi Daud kehadiran gembala untuk domba-dombanya
akan dirasakan oleh para dombanya. Domba-dombanya akan merasakan keteduhan , ketenangan dan kesejahteraan karena peran dari
gembala itu. Karena itulah waktu ia mencoba menyampaikan kepada Raja Saul, “
Dulu aku ini gembala dan sekarang pun aku gembala. Waktu menggembalakan gembala
aku tidak akan pernah takut kepada binatang buas. Bahkan binatang buas itu akan
mati di dalam tanganku.”
Waktu
ia memberikan gambaran tentang gembala itu, sekarang Daud mencoba memasukkan
nya ke dalam Mazmur 23. Dia berkata,”Tuhan adalah gembalaku.” Perkataan ini
adalah perkataan yang sangat indah bagi Daud. Karena ia memahami peran gembala
dan bagaimana kondisi domba. Ia mengerti apa yang akan dikerjakan oleh gembala
dan apa yang akan dinikmati oleh domba. Karena itulah di dalam ayat-ayat 2
sampai 6a. ia memberikan kepada kita bahwa gembala itu akan menjadi gembala
yang menyediakan rumput bagi domba-dombanya.
Maka ungkapan Yehova Rohi, Allah yang menyediakan rumput bagiku. Dialah
Tuhan gembalaku. Kalau kita membaca ayat ini, saya tidak akan mengkonsentraikan
pada peran gembala, karena peran gembala
sudah jelas. Ia akan membuat domba-dombanya berbaring dan makan rumput yang begitu enak. Domba-dombanya
akan dibimbing ke mata air yang menyegarkan jiwanya. Domba-dombanya akan dibawa ke jalan yang benar. Domba-dombanya itu meskipun berjalan dalam
lembah yang sulit (tidak pernah memberi rasa aman bagi orang yang melewati ,
tetapi Dia akan menyertainya dan
memberikan penghiburan bagi domba-dombaNya yang mengalami satu kehidupan
perilaku yang tidak baik. GadaNya akan menertibkan dia. Tongkatnya akan
mendisiplikan dia kalau ia tidak sesuai dengan arahan Sang Gembala. Semuanya
itu digambarkan secara jelas dan sederhana oleh Daud.
Kesukaan Domba Mendengar Suara Gembalanya
Yang
ingin diangkat dalam tema Yehova Rohi adalah bagaimana hubungan gembala dengan
domba-dombanya. Relasi domba dengan gembalanya. Rasul Yohanes mencatat
perkataan Yesus pada Yoh 10:11,14,15. Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik
memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal
domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku
mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. Pada ayat-ayat
ini ada hal yang sangat menarik sewaktu
Ia menyampaikan relasi antara gembala dan domba bahwa gembala dan domba
mempunyai relasi yang sangat intim di mana waktu gembala berbicara maka domba
akan mendengar. Sehingga Tuhan Yesus berkata,”Seperti domba mendengarkan gembala
seperti itulah hubungan antara Aku dengan Bapa”. Ia menggambarkan hubungan
gembala dengan domba seperti hubungan antara Dia dengan Bapa-Nya . Suatu
kedekatan yang luar biasa. Suatu keintiman yang begitu indah yang disampaikan
oleh Daud di dalam kehidupan rohaninya dengan Tuhan. Sehingga pada waktu ia
mengemukakan dalam Mazmur 23:1 bahwa Tuhan adalah Gembalaku, dia sedang
menyatakan kepada kita yang membacanya bagaimana Tuhan di dalam relasi denganku
, benar-benar seperti gembala yang berbicara dan domba mendengarnya. Kesukaan gembala
mengajar dan kesukaan domba mendengar. Kesukaan seperti inilah yang digambarkan
dalam keintiman ayat ke-6 terakhir mengatakan “aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.”
Kalau
kita mengatakan bahwa Dia adalah Yehova Rohi (Allah Gembalaku) tetapi kita tidak
mempunyai kesukaan mendengar suaraNya maka kita bukanlah domba yang baik. Kalau
kita mengatakan Dia adalah Tuhan Gembalaku , jangan kita hanya memberikan
penekanan pada rumput yang hijau , mata air yang segar dan penolong dalam kesulitan. Memang tidak salah
mengimani ayat-ayat itu, tetapi ayat-ayat itu tidak terlepas dari pernyataan
awalnya bahwa aku dengan gembala memiliki relasi yang baik. Kalau kita dan
Allah memiliki relasi yang baik maka kita tidak perlu memusingkan apakah Dia
akan menyediakan rumput yang hijau karena itu pasti. Engkau tidak usah
memusingkan apakah Dia akan memberikan air karena bagi Dia kebutuhan domba
adalah kebutuhan yang Dia pahami dengan baik. Gembala yang baik adalah peka dan
gembala yang baik mampu menjaga domba-dombanya. Tetapi gembala dan domba
memiliki hubungan yang kuat di mana domba mendengarkan apa yang gembala
sampaikan dan gembala senang mengajar domba-dombanya. Allah senang mengajar
kita karena itu Dia memberi firmanNya. Dan firmanNya itu cukup bagi kita.
FirmanNya itu akan membawa kita untuk mengenalNya dengan baik.
Sehingga
injil Yohanes menutup bahwa seluruh yang aku tulis ini cukup untuk membawa
engkau mengenal Gembala yang baik sehingga engkau mengenal apa yang menjadi
kehendak gembala. Waktu Rasul Yohanes mencatat perkataan Tuhan Yesus ,”Gembala
dengan domba saling mempunyai relasi. Domba mendengarkan suara gembala seperti
Bapa dan Aku” (Yesus mendengarkan apa yang Bapa mau). Itu sebabnya saat hadir
di muka bumi, Dia mengerti tujuan hidupNya. Dia tahu apa yang Dia kerjakan. Dia
mengerti apa yang harus Dia lakukan. Mengapa? Karena kata Yesus, “Aku mengenal
Bapa-Ku dan BapaKu maunya apa Aku mengerti dan BapaKu minta apa , Aku tahu. Apa
yang Dia minta dan suruh, Aku lakukan.”
Karena apa? Karena Aku mengasihi Bapa dan Bapa mengasihi Aku. Sewaktu Allah
menjadi gembalamu tetapi engkau menjadi domba yang tidak mendengar maka engkau
akan mengalami kesulitan untuk memahami apa yang gembala sedang kerjakan dalam
hidupmu.
Saya
cukup tertarik sewaktu kitab Kejadian mencatat kejatuhan manusia dalam dosa. Pada
Kejadian 3:8, waktu Tuhan Allah berjalan-jalan di Taman Eden, manusia mendengar
dan menjadi takut. Ada relasi antara Adam dan Hawa dengan Penciptanya sehingga
mereka mendengar suara langkah Penciptanya, mereka sadar bahwa Penciptanya ada.
Apakah kita bisa mendengar langkah-langkah Tuhan, apakah kita bisa mendengar
derap kaki Dia dalam perjalanan di dunia yang bising ini? Kedekatan itu membawa
engkau bisa menangkap langkah kaki Tuhan. Itu cerita dan kalimat yang hebat.
Saya
pernah bertanya kepada seorang siswa sekolah,”Kamu sebenarnya kalau malam di
kamarmu belajar atau tidak? Karena PR-mu tidak karu-karuan.” “Belajarlah Pak!”
jawabnya. “Belajarnya berapa lama?” tanya saya lagi. “Ya.. dikasih mama sih 2
jam. Tetapi saya belajar tidak lebih dari 10 menit!” jawabnya lagi. “Lha, yang
2 jam kurang 10 menit lagi kamu ngapain?” saya kembali bertanya. “Ya .. saya
main” jawabnya. “Memang mamamu tidak pernah datang ke kamarmu?” “Pernah sih
Pak. Tapi saya tahu, waktu mama datang bersuara kletek-kletek, dia pasti ke
kamar saya.” Dalam hati saya berkata,”Hebat juga. Anak ini dapat mendengar kaki
mamanya.” “Mamamu pakai bakiak atau pakai kelom sehingga berbunyi?” “Tidak!
Tapi bunyi jalannya ketahuan. Mama tipenya tidak mengangkat kaki terlalu
tinggi. Sehinga berbunyi Set..set…. Nah itu mama. Kalau mbok lain lagi” Anak
ini hebat juga, langkah kaki orang dia mengerti. Mengapa? Karena di rumah dia
mengenal. Jadi waktu Adam dan Hawa jatuh dalam dosa dan sewaktu Tuhan
berjalan-jalan, dikatakan dalam kitab Suci mereka takut. Mereka sadar kalau
Allah hadir. Mereka mengenal Allah ada sehingga mereka gemetar. Kalau engkau
berbuat dosa dan tidak gemetar karena engkau tidak sadar bahwa Dia hadir.
Engkau berbohong di kantor dan tidak merasa bahwa engkau tidak memiliki damai
sejahtera yang hilang, karena engkau tidak menyadari bahwa Ia hadir. Itu
sebabnya gembala dan domba menjadi bagian yang sangat penting yang diungkapkan
oleh Daud untuk menunjukkan tentang keintiman relasinya.
Hari
ini kita belajar tentang Yehova Rohi, belajar tentang bagaimana Daud menjadikan
Allah gembala. Gembala yang mempunyai peran total dalam hidupnya. Yesus berkata
dalam kitab Yohanes,”Kalau firmanKu ada di dalam kamu, maka kita bisa menangkap
channel dan kehendak Allah karena
Allah memakai firmanNya sebagai sarana untuk Dia berkomunikasi.
Penutup
Suatu
kali waktu baru bergabung dengan GKKK Mangga Besar, saya dan shi-mu mengalami titik jenuh dengan kondisi
jemaat di sini. Saat mengalami kejenuhan ini pada awalnya kami bergumul apakah
kami mau keluar atau tidak, salah masuk atau tidak, meneruskan pelayanan di
tempat ini atau tidak. Titik jenuh ini membuat saya dan shi-mu terus bergumul untuk melayani Tuhan. Saya tidak pernah mau
di suatu tempat yang jemaatnya tidak mau maju. Kalau tempat itu tidak mau maju
untuk apa kami sampai tua dan beruban di tempat ini? Hal ini yang kami
sampaikan ke jemaat di sini. Saat kami sedang bergumul, Sinode GKKK mengadakan
pembinaan untuk para rohaniawan. Dalam salah satu sesi pembinaan, diadakan
semacam doa hening bagi setiap peserta. Dalam doa selama 1 jam tersebut, para
hamba Tuhan diminta untuk berdoa. Jangan berpikir bahwa hamba Tuhan yang biasa
memimpin doa bisa berdoa selama itu. Saya berpikir doa selama sejam untuk apa?
Dosen SAAT (Pdt. Rahmiaty) yang memimpin sesi ini tidak karu-karuan. Setiap
peserta pun kemudian memilih sendiri tempatnya. Apa yang mau didoakan? Doa
untuk bangsa tidak lebih dari 1 menit saja. Betul tidak? Kalau doa untuk
pribadi bisa 10 menit, lebih panjang. Doa penginjilan 2-3 menit masih bisa.
Jadi untuk apa? Saya duduk di bagian pojok yang menghadap Jl. Raya S Parman.
Akhirnya
doa saya selesai dan saya melihat lalu lintas di jalanan saja. Jakarta yang
sedang macet dapat dilihat dari lantai 16. Saya tidak punya hal-hal lain
kecuali termenung. Saya melihat-lihat hamba Tuhan lain apakah mereka berdoa dengan
kusyuk. Iri juga kalau melihat hamba Tuhan berdoa dengan kusyuk. Saya melihat
ada hamba Tuhan yang masih memejamkan matanya, tidak tahu apakah ia sedang berdoa
atau tidur karena keduanya sangat dekat. Karena saya tidak bisa berdoa selama
itu, saya diam saja. Saya sampai bergumul. “Tuhan tolong! Kalau begini terus
selama satu jam, saya merasa tersiksa. Jadi Tuhan saya harus apa?” Waktu saya
duduk dan melihat ke jalan raya, di sebelah Mal Central Park ada Mal Taman Anggrek. Setelah direnovasi gedung
luar Mal Taman Anggrek menampilkan cahaya yang sangat terang. Waktu cahayanya
berganti-ganti redup dan terang, saya terhenyak. Karena cahaya lampu itu bisa
menjangkau Gedung Telkom di seberang sana. Cahaya lampunya hebat sekali, terang
sekali. Sewaktu melihat terang itu, saya teringat firman Tuhan yang berkata,”Aku
adalah terang dunia”. Sewaktu mengingat perkataanNya, saya teringat bahwa yang
bisa menerangi manusia itu hanyalah Tuhan dan bukan saya. Jadi kamu tidak boleh
kalah karena Aku yang menerangi dunia ini.
Firman Tuhan ini bagus sekali. Tuhan mengingatkan dan menyadarkan saya. Tuhan
seolah-olah berkata,”Kalau engkau melayani dengan gagahmu maka engkau akan
jatuh. Kalau engkau melayani dengan kekuatanmu, engkau akan merasa jenuh. Kalau
engkau melayani dengan kekuatan Aku, maka Aku yang akan menerangi!” Hari itu
saya seakan disiram dengan kekuatan yang baru karena waktu itu ada firman yang
Dia taruh dalam hati saya. Kalau kita mengatakan bahwa Dia Jehova Rohi, maka
kita akan memiliki kecintaan dalam membaca Kitab Suci dengan tekun. Kita sungguh-sungguh
dengan antusias merenungkan firmanNya dengan baik. Kita akan sungguh-sungguh
mengalami firmanNya dalam hidup. Kita akan sungguh-sungguh semangat beribadah dan
mendengarkan firmanNya. Mari kita pikirkan karakteristik Allah di dalam
namaNya Jehova Rohi (Dia Allah Gembala).
Kalau Dia gembala , mari kita menjadi domba yang sejati yang siap dan mau
mendengar suara Sang Gembala.
No comments:
Post a Comment