Pdt. Agung Gunawan
Ibrani 11:1-7
1
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari
segala sesuatu yang tidak kita lihat.
2
Sebab oleh imanlah telah diberikan kesaksian kepada nenek moyang kita.
3
Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh
firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak
dapat kita lihat.
4
Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih
baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya,
bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman
ia masih berbicara, sesudah ia mati.
5
Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia
tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat,
ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah.
6 Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang
berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus
percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang
sungguh-sungguh mencari Dia.
7 Karena iman, maka Nuh — dengan
petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan — dengan taat mempersiapkan
bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum
dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya.
Pendahuluan
Manusia
cenderung untuk mempercayai apa yang
kelihatan. Sebaliknya manusia cenderung tidak mempercayai apa yang tidak
terlihat. Kalau kita memberitahukan sesuatu belum tentu yang lain percaya sebelum
melihatnya sendiri. Itulah orang-orang dunia. Berbeda dengan orang-orang
Kristen (orang percaya). Kita mempercayai Pribadi yang tidak (pernah) kita lihat.
Itulah yang disebut sebagai iman. Iman
adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala
sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1). Iman itu berarti kita percaya
kepada sesuatu yang tidak kita lihat dengan memakai mata jasmani kita. Iman
meyakini bahwa di balik kehidupan ini ada Pribadi yang dapat dipercaya yaitu Allah
yang kita sembah dan percaya.
Manfaat Iman bagi Orang Kristen
Ada 3 manfaat utama yang penting ketika kita memiliki
iman
1.
Memberikan yang Terbaik bagi Tuhan (Sedia Berkorban
untuk MelayaniNya)
Ibarni 11: 4 Karena iman Habel telah mempersembahkan
kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia
memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan
persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati.
Penulis Ibrani saat bicara tentang iman memberi contoh
dari Habel. Dalam kitab Kejadian ditulis Habel bersaudara dengan Kain. Kain
seorang yang sebenarnya cukup rajin bercocok tanam. Pada suatu ketika mereka
berdua memberikan persembahan. Kain mempersembahkan hasil bumi, sedangkan Habel memberi persembahan berupa
kambing domba. Persembahan Kain ditolak
dan persembahan Habel diterima Tuhan. Hal ini membuat Kain marah dan iri hati.
Akhirnya Kain membunuh adiknya sendiri. Tuhan menerima persembahan Habel karena
Habel mempersembahkan lebih baik daripada Kain. Di dalam bahasa aslinya
dikatakan ia memberikan yang terbaik. Ia tidak sekedar (asal-asalan) memberi.
Berbeda dengan Kain yang memberi secara sembarangan, Habel memilih kambing
domba yang tidak cacat, jantan dan tambun. Habel memberikan yang terbaik bagi Tuhan
karena ia punya iman walaupun ia tidak melihat Allah tapi ia tahu (percaya)
bahwa Allah ada. Demikian juga dengan kita. Ketika memiliki iman, maka kita
memberikan yang terbaik (hidup kita) untuk dipakai Tuhan. Dalam Roma 12:1 dikatakan Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan
kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang
kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Rasul
Paulus mendorong jemaat di Roma untuk mempersembahkan tubuhnya kepada Tuhan
untuk dipakai bagi pekerjaan Tuhan. Itu iman. Bagaimana dengan kita? Sudahkah
kita memberikan (mempersembahkan) hidup kita yang terbaik untuk Tuhan? Kalau
yakin Allah itu ada, maka kita akan melayaniNya dan mempersembahkan hidup kita
dengan baik. Melayani Tuhan bukan pilihan (tapi keharusan). Baik sebagai hamba Tuhan,
guru Sekolah Minggu, pengurus gereja, tim visitasi, anggota padus, pendoa atau
lainnya.
Banyak
pelayanan yang bisa dilakukan, pertanyaannya maukah kita melayani? Mengapa kita
melayani? Ada yang melayani karena sungkan ditelepon terus oleh hamba Tuhan.
Bila motifnya seperti itu, maka
pelayanan tidak akan lama. Kalau kecewa dengan hamba Tuhannya, maka ia tidak
akan melayani lagi. Ada juga yang melayani karena ditakut-takuti oleh hamba
Tuhan (kalau tidak melayani akan dikutuk oleh Tuhan sehingga toko sepi, bisa
kecelakaan, rumah tangga hancur dll). Seharusnya melayani bukan karena takut.
Ada juga anak muda yang ikut paduan suara karena ingin mendekati seorang gadis,
akhirnya mundur karena cintanya ditolak. Jadi melayani Tuhan bukan dengan
motivasi keliru (sungkan, takut atau motivasi lain). Rasul Paulus mengatakan, “Demi
kemurahan Allah aku menasehatkan kamu untuk melayani”. Demi kemurahan Allah
artinya Tuhan sudah terlebih dahulu melayani kita. Kita orang yang tidak punya
harapan dan berdosa harusnya dihukum dalam api neraka. Tapi karena kasih Allah
kepada kita, Dia mengorbankan anakNya yang Tunggal mati di kayu salib untuk
membebaskan kita dari kuasa maut. Itulah kemurahan Allah! Itulah alasan kita
harus melayani. Karena kita melayani Tuhan yang telah lebih dulu melayani.
Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita mengambil bagian? Gereja membutuhkan kita
untuk melayani. Tidak bisa mengandalkan hamba Tuhan agar gereja bertumbuh.
Mereka terbatas. Kalau semua bergandengan tangan, maka GKKK Mabes akan
diberkati. Itu akan terjadi bila kita
punya iman, percaya Allah yang telah lebih dahulu mengasihi dan melayani maka
kita melayani.
Dalam
pelayanan membutuhkan pengorbanan. Kalau tidak mau berkorban, jangan melayani. Ada
orang Kristen yang tidak mau melayani
karena menganggap “Itu pekerjaan hamba Tuhan” atau “Saya sibuk (tidak
punya waktu)” Intinya tidak mau berkorban waktu , pikiran, tenaga dan uang kita. Yoh 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia
ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang
yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Karena
kasih Allah yang begitu besar, Ia telah mengaruniakan , mengutus dan
mengorbankan anakNya yang tunggal. Karena kasihNya kita bisa berkorban. Tanpa
kasih maka tidak ada pengorbanan. Orang yang jatuh cinta bisa berkorban secara
luar biasa. Sewaktu pacaran, kemana-mana
diantar. Setelah menikah, istrinya sakit dan minta diantarkan disuruh naik ojek
sendiri. Mengapa? Karena cintanya mulai habis. Orang kalau punya cinta, akan
mau berkorban.
Ada seorang siswa SMA (A Liong) baru pulang sekolah.
Mamanya yang sedang membuat kue dalam suasana natal berkata,”A Liong, tolong antarkan
roti ini ke ibu XX. Kalau kamu naik motor pulang pergi hanya 30 menit.” A Liong
menjawab, “Mama saya baru pulang sekolah. Saya capai. Sore ini saya mau latihan olahraga jadi mau istirahat.”
Waktu A Liong mau tidur, ada tamu mengetuk pintu rumah. Mamanya membuka pintu.
Ternyata Amoi, pacar A Liong. “Selamat siang A-yi. A Liong ada?” Mamanya
berkata, “Ada. Tapi ia mau istirahat karena kecapaian. Apa perlu A-yi panggilkan?”
“Tidak perlu, A-yi. Kasih tahu saja kalau saya datang.” Ternyata A Liong belum
tidur. Mendengar suara Amoi, ia melompat dari tempat tidur dan keluar kamar.
Lalu ia bertanya, “Apa yang perlu saya bantu?” Amoi berkata, “Koko, kalau capai
tidak perlu. Nanti sore, ada teman saya berulang tahun jadi saya mau ke salon. Jaraknya
sekitar 30 menti ditambah bonding, cuci rambut dll pulang pergi perlu waktu 3
jam.” A Liong menjawab, “TIdak apa, saya antarkan” dan ia pun langsung berangkat.
Sewaktu iminta mamanya 30 menit tidak mau karena capai, tapi diminta pacarnya 3
jam langsung jalan. Hal ini karena ada kasih. Kalau ada kasih pada Allah yang
tidak kelihatan, maka kita semua mau melayani Tuhan dan mempersembahkan hidup
bagi Tuhan.
2.
Menggantungkan Hidup Sepenuhnya pada Tuhan (Sumber
Berkat) dan Bergaul denganNya
Ibrani 11: 5 Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak
mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya.
Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada
Allah. Henokh tidak mengalami kematian dan diangkat Allah. Siapa Henokh? Pada
Kejadian 5:22 dikatakan Henokh hidup
bergaul dengan Allah. Apa artinya? Tiap hari ia berjalan dengan Allah,
artinya dia menggantungkan hidup sepenuhnya kepada Allah. Walaupun ia tidak
melihat Allah, tetapi menggantungkan hidupnya (rumah tangga, pekerjaan,
kebutuhan hidup dll) setiap hari pada Allah karena ia percaya Allah bisa diandalkan..
Walaupun tidak melihat, ia percaya (mengimani) bahwa Allah yang memiliki dunia
ini merupakan Sumber Kehidupan dan Berkat. Ini luar biasa! Di tengah kehidupan
dunia, kita mengalami berbagai masalah (ekonomi , keluarga, sakit-penyakit dll)
dan pilihan yang sulit (banyak orang yang stress dan gila. Untuk menghadapinya,
kita tidak bisa berdiri sendiri. Kita butuh Pribadi yang kuat dan tidak
kelihatan , tapi kita imani Ia ada dan berdauluat. Dengan iman, kita percaya,
menggantungkan hidup kita pada Tuhan, Sumber Berkat sehingga sekarang banyak
orang Kristen yang menikmati hidup dengan baik. Tetapi banyak juga orang
Kristen stress karena menggantungkan diri pada hal yang salah (pada berkat
bukan pada Sumber Berkat yang tidak kelihatan). Berkat seperti uang bisa habis,
dan nilai uang bisa merosot sehingga tidak bisa diandalkan. Usaha juga tidak
bisa diandalkan. Hari ini banyak orang Kristen yang mengeluh bisnis susah (toko
sepi, pabrik tidak produksi) dan stress. Walau tidak kelihatan , kita yakin
Allah Maha Kuasa dan Ia mampu memenuhi
kebutuhan kita.
Alkisah
di suatu desa di Beijing, ada seorang janda tua yang tidak punya anak dan tinggal
seorang diri. Suatu hari ia kehabisan hartanya kecuali seekor bebek. Ia ingin
menjual bebeknya di pasar. Dari uang yang diperoleh, ia mau membeli makanan dan
setelah habis uangnya, ia tidak tahu lagi bagaimana hidupnya. Pagi-pagi ia
pergi ke pasar. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan seorang bapak tua yang
kurus kering dan sedang meminta-minta. Bapak itu kemudian berkata,”Bu, kasihanilah
saya. Sudah beberapa hari saya tidak makan.” Ibu ini berkata,”Pa, maaf saya
tidak punya apa-apa. Saya tidak punya uang. Saya hanya punya seekor bebek yang
mau saya jual untuk membeli makan. Mungkin setelah itu saya bisa jadi seperti
bapak menjadi pengemis.” Sang Bapak menjawab,”Tidak apa Ibu tidak punya uang. Tolong
masakan bebek saja untuk saya.” Ibu ini luar biasa baik dan ia langsung pulang
ke rumah. Lalu ia membuat bebek panggang dan memberi makan Bapak tua yang mememakannya
dengan lahap. Ia sendiri tidak makan dan hanya melihatnya saja. Ia sudah puas
karena bisa menolong orang lain. Setelah selesai makan, Bapak itu mengucapkan terima
kasih dan berkata,”Ibu sudah memberikan saya makanan sehingga saya tidak mati
kelaparan. Saya sebenarnya bukan pengemis. Saya utusan dari atas (dari surga) untuk melihat apakah di dunia ini masih ada
orang yang peduli terhadap orang lain. Ternyata masih ada. Ibu walau tidak
berpunya, merasa kasihan pada orang lain yang tidak mampu. Sebelum saya pulang
ke surga, Ibu boleh meminta kepada saya apa saja, karena saya akan
mengabulkannya dengan menggunakan sumpit ini” Sang Bapak berkata sambil mengeluarkan
sepasang sumpit ajaib. Ibu ini berkata, “Saya tidak minta apa-apa”. Tapi Sang
Bapak mendesaknya, “Ibu harus minta.” Akhirnya
Sang Ibu berkata,” Kalau begitu saya minta sumpitnya saja.” Ibu ini pintar
sekali . Kalau dapat uang atau makanan pasti suatu kali akan habis. Tetapi
kalau minta sumpitnya, maka tidak akan
habis karena sumpit ajaib itu adalah sumbernya. Tetapi saat ini banyak orang
Kristen yang bodoh. Karena tidak mengandalkan Sumber Berkat tapi mengandalkan
berkatnya (seperti kekayaan) sehingga depresi.
Henokh mengandalkan Tuhan karena ia punya iman. Walau tidak melihat, ia yakin
Allah itu Maha Kuasa, Pemilik Dunia dan segala isinya. Maka ia mengandalkan
hidupnya pada Tuhan. Ia bergaul dengan Tuhan sehingga ia berkenan pada Tuhan.
Bagaimana dengan kita ? Apakah kita menggantungkan diri pada sesuatu yang
kelihatan yang bisa habis dan lenyap? Atau apakah kita mengandalkan diri pada
Allah yang tidak terlihat? Apapun masalah dan pergumulan kita, tidak ada yang
mustahil bagi Allah! Mari mengandalkan Allah dalam kehidupan kita.
3.
Hidup Menyenangkan hati Tuhan
Ibrani 11: 7
Karena iman, maka Nuh — dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum
kelihatan — dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya;
dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima
kebenaran, sesuai dengan imannya. Nabi Nuh hidup pada zaman bobrok dan dunia
yang rusak yang menyakiti hati Tuhan. Sehingga Ia menghukum orang-orang yang
berdosa itu dengan air bah. Yang menarik, Nuh tidak sama atau dipengaruhi orang-orang
lainnya. Walau hidup dalam lingkungan yang penuh dosa, kejahatan dan amoralitas,
Nuh berbeda sehingga Tuhan memilih Nuh untuk diselamatkan. Nuh diminta membangun
bahtera yang besar untuk menyelamatkan keluarganya waktu air bah datang. Nuh
diselamatkan oleh Allah karena ia memiliki iman. Dengan iman ia melihat walau
Allah tidak terlihat, Allah mengawasi dan memperhatikan hidup manusia. Walau
tidak terlihat. Allah seperti kamera CCTV yang mengawasi hidup kita (apakah hidup
kita berbeda dengan dunia atau tidak). Dengan memiliki iman, Nuh takut akan Tuhan.
Ia menyenangkan hati Tuhan, dengan hidup berbeda dengan orang-orang lainnya
yang berdosa. Bagaimana dengan kita? Apakah kita benar-benar hidup dengan iman
takut akan Tuhan (berbeda dengan dunia)? Jangan sama dengan dunia yang
mengajarkan yang tidak benar seperti :
-
materialisme
(yang penting uang sehingga manusia mencari uang dengan segala cara) sehingga banyak
orang Kristen ikut korupsi. KPK saja mau dilemahkan karena korupsi di Indonesia
merajalela. Dimana-mana terdapat korupsi dan siapa pun (termasuk polisi, jaksa
dan hakim) bisa korupsi. Ada yang mengatakan bahwa di dunia ada 3 negara
korupsi terbesar yakni Tiongkok, India dan Indonesia. Tiongkok nomor 1 tetapi
pemerintah Tiongkok tegas. Kalau terbukti korupsi, maka pelakunya akan dihukum
mati. Sehingga korupsi tidak dilakukan terang-terangan (di bawah meja). Di India , korupsi dilakukan terang-terangan.
Semua bisa disuap (korupsi). Di India korupsi dilakukan di atas meja. Di
Indonesia, semeja-mejanya dikorupsi. Itulah Indonesia, dunia kita. Banyak anak Tuhan
dan hamba Tuhan yang korupsi (termasuk korupsi uang gereja).
-
hedonisme
yang mengutamakan kesenangan (kenikmatan). Yang penting senang, berdosa tidak
apa-apa. Hari ini banyak anak muda Kristen jatuh dalam dosa perzinahan dan percabulan.
Anak Tuhan (remaja-pemuda gereja) jatuh dalam dosa free-sex. Guru Sekolah
Minggu hamil di luar nikah (belum menikah sudah punya anak). Banyak keluarga
berantakan karena suami (bahkan juga istri) selingkuh. Hati-hati dengan godaan
walau rajin ke gereja. Ada yang berkata, “laki-laki kalau tidak selingkuh
ketinggalan zaman” apalagi kalau punya banyak uang. Bukan berarti tidak boleh
kaya (kalau kaya bersyukurlah pada Tuhan). Tapi hati-hati terhadap godaan yang datang dari kekayaan. Ada
seorang ibu yang minta pendetanya berdoa, “Doakan suapaya toko suami saya sepi”
alasannya “Suami saya kalau tokonya ramai bisa berbuat macam-macam sampai
mempunyai wanita simpanan.” Inilah zaman kita, sama dengan zaman Nabi Nuh.
Tanpa iman,maka kita hidup dalam dosa. Tapi kalau
punya iman, maka Allah mengawasi kita. Rm 12:2
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh
pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa
yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Bagaimana dengan
kita? Hati-hati! Godaan di luar begitu luar bisa. Kalau kita tidak ikut-ikutan
dianggap gila. Seperti Nuh, yang membuat bahtera dianggap tidak waras.
Seringkali bila kita tidak ikut dunia, maka kita dianggap tidak waras oleh
dunia. Padahal dunia kita yang tidak waras. Saat mengunjungi sebuah rumah sakit
jiwa, ada orang-orang tidak waras
berdiri. Saat melewati mereka, saya ditertawai. Saya khawatir wajah saya kotor sehingga
saya membersihkan muka saya. Setelah itu, saat melewati mereka kembali, mereka bertambah
keras tertawanya. Saya bertanya kepada penjaganya, “Mengapa saat saya lewat,
mereka tertawa?” Sang penjaga menjawab,”Mereka melihat Bapak berbeda dengan
mereka. Bapak menyisir rambut dan baju dikancing dengan rapi. Mereka tidak menyisir
dan mengancing baju secara sembarangan. Jadi Bapak dianggap gila. Makanya
mereka mentertawai bapak. Padahal yang tidak waras adalah mereka!” Seringkali
kita tidak dianggap waras oleh dunia karena kita berbeda dengan dunia. Yang
penting kita waras di hadapan Allah. Dengan iman, kita berani berbeda dengan
dunia Allah tidak kita lihat tapi Allah
ada, mengawasi hidup kita.
Kesimpulan
Firman
Tuhan membuat kita percaya dan beriman . Dengan iman kita persembahkan hidup
dengan baik kepada Allah, hidup bergaul dengan Allah dan mengandalkan Tuhan
dalam hidup kita (segala kebutuhan hidup, kita serahkan pada Tuhan). Dengan
iman kita bisa hidup berbeda dengan dunia. Hidup di bawah kasih karunia Tuhan.
Hidup yang menyenangkan hati Tuhan.
No comments:
Post a Comment