Pdt.
Hery Guo
Bilangan
14:5-10
5 Lalu sujudlah Musa dan Harun di depan mata
seluruh jemaah Israel yang berkumpul di situ.
6 Tetapi Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune,
yang termasuk orang-orang yang telah mengintai negeri itu, mengoyakkan
pakaiannya,
7 dan berkata kepada segenap umat Israel:
"Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya.
8 Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan
membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu
negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.
9 Hanya, janganlah memberontak kepada TUHAN,
dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan
habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai
kita; janganlah takut kepada mereka."
10 Lalu segenap umat itu mengancam hendak
melontari kedua orang itu dengan batu. Tetapi tampaklah kemuliaan TUHAN di
Kemah Pertemuan kepada semua orang Israel.
Yosua
1:9 Bukankah telah Kuperintahkan
kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab
TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi."
Yosua
3:14-17
14 Ketika bangsa itu berangkat dari tempat
perkemahan mereka untuk menyeberangi sungai Yordan, para imam pengangkat tabut
perjanjian itu berjalan di depan bangsa itu.
15 Segera sesudah para pengangkat tabut itu
sampai ke sungai Yordan, dan para imam pengangkat tabut itu mencelupkan kakinya
ke dalam air di tepi sungai itu — sungai Yordan itu sebak sampai meluap
sepanjang tepinya selama musim menuai —
16 maka berhentilah air itu mengalir. Air yang
turun dari hulu melonjak menjadi bendungan, jauh sekali, di dekat Adam, kota
yang terletak di sebelah Sartan, sedang air yang turun ke Laut Araba itu, yakni
Laut Asin, terputus sama sekali. Lalu menyeberanglah bangsa itu, di tentangan
Yerikho.
17 Tetapi para imam pengangkat tabut perjanjian
TUHAN itu tetap berdiri di tanah yang kering, di tengah-tengah sungai Yordan,
sedang seluruh bangsa Israel menyeberang di tanah yang kering, sampai seluruh
bangsa itu selesai menyeberangi sungai Yordan.
Yos
7:3 Kemudian kembalilah mereka kepada
Yosua dan berkata kepadanya: "Tidak usah seluruh bangsa itu pergi, biarlah
hanya kira-kira dua atau tiga ribu orang pergi untuk menggempur Ai itu;
janganlah kaususahkan seluruh bangsa itu dengan berjalan ke sana, sebab
orang-orang di sana sedikit saja."
Pendahuluan
Nama imam Yosua muncul dalam sebagian
kitab Pentateukh yang ditulis Musa yaitu pada kitab Keluaran, Ulangan dan
Bilangan. Setelah itu Yosua menulis kitab yang diberi nama kitab Yosua. Pada kitab
ini kita bisa belajar tentang kepahlawanan, keberanian dan iman Yosua. Hari ini
kita belajar tentang iman Yosua. Perjalanan iman Yosua tidak berbeda dengan
perjalanan iman kita dalam dunia sehari-hari. Jadi apa yang dituliskan dalam Alkitab
memberi gambaran dari apa yang dilalui oleh orang percaya seperti juga Yosua
dengan imannya berjalan dan menerima janji Allah yang diberikan kepada umat
Israel.
Dalam kitab Bilangan 14, saat
bangsa Israel bermaksud memasuki Tanah Perjanjian, diutus 12 orang pengintai
untuk mengobservasi terlebih dahulu. Hasilnya 10 orang pengintai memberi
laporan yang membuat bangsa Israel patah hati. . Mereka menyampaikan bahwa
tanah tersebut dikuasai oleh orang yang besar, berkubu dan memiliki pasukan
militer yang tidak mudah dikalahkan. Kesimpulan mereka : tempat tersebut tidak
mungkin akan diperoleh bangsa Israel. Apa yang disampaikan membuat orang Israel
tawar hati. Hanya Yosua dan Kaleb yang menyampaikan kabar baik. Dalam dunia ini,
yang mayoritas mengalahkan yang minoritas. Padahal mayoritas belum tentu lebih
baik dan benar dibanding minoritas. Mereka meragukan janji Allah, mereka tidak
berani yakin bahwa Allah akan memberi tanah itu, sehingga mereka mengeluarkan
pendapat negatif membuat bangsa Israel tawar hati. Namun Yosua berbicara
tentang imannya yakni :
-
Iman Yosua tertuju
kepada Allah yang berdaulat. Pada Bilangan 14:8 dikatakan Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke
negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang
berlimpah-limpah susu dan madunya.. Iman dari Yosua adalah iman yang
tertuju kepada pribadi Allah yang berdaulat. Alkitab sudah membuktikan siapa
Allah itu. Seringkali dasar kepercayaan kita tentang kedaulatan Allah tidak
memiliki pijakan yang kokoh. Misal : muda-mudi Kristen dalam mencari pasangan
tidak mengikuti Firman Allah seperti pada 2
Kor 6:14 Janganlah kamu merupakan
pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab
persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah
terang dapat bersatu dengan gelap? Muda-mudi bimbang dan akhirnya menentukan
kriterianya berdasarkan patokan, rasio dan pertimbangan sendiri. Seharusnya rasio
tunduk pada iman. Sebagai Allah yang berdaulat, TUHAN menetapkan
langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya (Maz 37:23). Apakah
kita mengimani bahwa Dia menentukan jalan hidup saya dan keluarga saya?
Terhadap Allah berdaulat itulah Yosua menaruh
imannya. Seperti juga Abraham yang pergi ke suatu tempat yang akan
diberikan kepadanya dan keturunannya. Yosua punya keyakinan bahwa Allah yang disembahnya adalah Allah
yang berdaulat. Dia tidak punya kegentaran sedikitpun menyatakan kebenaran ini.
Demikian pula pernyataan bahwa Allah berdaulat atas hidup keluarga kita seharusnya
membawa keberanian untuk mempercayakan hidup kita kepada Allah. Kadang kita memisahkan
Allah dari problem kita dan meragukan kedaulatan Allah (apa Allah bisa dan
sanggup?). Padahal kedaulatanNya tidak pernah goyah. Ia mengerti ketetapanNya.
Kepada Allah seperti itulah Yosua menaruh imannya.
-
Iman Yosua kepada
Allah yang berkuasa. Pada Bilangan 14:9 dikatakan Hanya, janganlah memberontak
kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan
kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang
TUHAN menyertai kita; janganlah takut kepada mereka." Allah berkuasa
mengalahkan orang-orang tersebut. Allah yang kita percayai , telah mengalahkan
allah-allah orang asing (dewa dan roh-roh yang disembah mereka). Keyakinan
kepada Allah yang berkuasa membuat Yosua menjadi berani sehingga orang-orang
yang akan berhadapan dengan bangsa Israel sudah kalah terlebih dahulu. Catatan ini ditemukan waktu mereka masuk ke Tanah
Perjanjian. Penduduk Yerikho gentar setelah mendengar tentang Yosua dan
pasukannya yang dilindungi Allah yang berkuasa, Allah yang mampu melakukan
segara perkara. Tanggal 4 November 2015,
A-yi Willy akan berusia 90 tahun. Saat dibesuk kalau ditanya mau nyanyi apa,
dia selalu minta dinyanyikan lagu “Allah berkuasa melakukan segala perkara”. Hal
ini dilandasi pengalamannya bahwa selama
ini Allah telah dan akan terus menolong
orang-orang yang dikenalnya. Dalam usia 90 tahun, ingatan tentang Allah kuasa
tetap melekat di pikirannya. Sehingga waktu mengalami masa-masa kritis, ia dapat melaluinya. Memang kalau Allah
akan memberikan hidup maka a-yi Willy akan hidup . Dan sampai hari ini a-yi masih
segar. Betapa iman terhadap Allah yang berkuasa, membuat orang tetap kuat dan
semangat. Kalau tidak yakin Allah berkuasa, maka kita akan jatuh saat
menghadapi tantangan hidup.
* Apakah Yosua tidak pernah
takut? Yosua ada rasa takut. Hal ini dapat dilihat pada kitab Yosua pasal 1. Berkali-kali
Tuhan menguatkan Yosua dengan kalimat “jangan
takut…”
·
Yosua dipercayakan untuk memimpin umat Israel karena
Musa telah meninggal. Yosua yang masih muda harus menggantikan Musa yang
merupakan pemimpin besar bangsa Israel. Sehingga Allah berulang-ulang berkata, “Jangan
takut, jangan gelisah , karena Aku menyertai engkau.” Yosua dalam
kemanusiaannya mengalami masa sulit (imannya mengalami ujian).
·
“Ujian” masuk ke Tanah Perjnajian mirip seperti Musa
membawa keluar bangsa Israel dari tanah Mesir melewati Laut Teberau sedangkan Yosua
harus melewati sungai Yordan. Waktu Yosua memasuki tanah perjanjian, ia harus
melewatinya. Ukuran sungai Yordan saat Yosua , lebarnya (normal) = 45 meter
(150 kaki @ 30 cm) dalamnya 4,5 meter. Kalau sedang meluap, maka ukurannya bisa 2
kali lebar normalnya. Jadi bisa 90 meter
(dan saat itu sedang meluap). Di utara, salju yang mencair menuju Laut Mati
melaluinya. Sungai Yordan memiliki kuantitas dan kualitas air yang tidak
berkurang pada zaman Yosua. Kalau hanyut di sungai tersebut, maka orang akan
meninggal. Dengan demikian apa yang ditakuti bangsa Israel sewaktu masuk sungai
Yordan tidak mengherankan.
-
Iman Yosua kepada
Allah yang setia . Pada Yosua 1:5 dikatakan Seorangpun
tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku
menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan
membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau. Berbeda dengan
manusia yang saat berjanji pada orang yang akan dibantu, dipengaruhi berbagai
faktor. Misalnya : saat akan menolong, orang yang akan ditolong tingkahnya
tidak berkenan maka kita jadi malas menolongnya. Seringkali malah kita yang
mengecewakan orang yang mau ditolong. Berbeda dengan Yosua yang melihat kesetiaan
Allah.
-
Iman Yosua kepada
Allah yang hidup. Yosua berkata , "Dari
hal inilah akan kamu ketahui, bahwa Allah yang hidup ada di tengah-tengah kamu
dan bahwa sungguh-sungguh akan dihalau-Nya orang Kanaan, orang Het, orang Hewi,
orang Feris, orang Girgasi, orang Amori dan orang Yebus itu dari depan kamu
(Yosua 3:10). Ayat ini disampaikan Yosua kepada orang Israel yang akan
menginjakkan kakinya ke dalam sungai Yordan. Jumlahnya sekitar 3 juta orang melewati
sungai yang deras airnya. Itu bukan perkara gampang. Namun bagi Allah yang hidup
dan nyata (bukan berdasarkan konsep dan teori) hal itu terjadi! Saat perayaan Natal,
selalu digambarkan Allah yang Immanuel dan tidak jauh dari kita. Ia bersama
dengan kita dan dalam pergumulan hidup kita. Ia tahu pergumulan, kecemasan dan
harapan-harapan kita. Kepada Allah yang hidup itulah, Yosua menggantungkan
imannya, sehingga ia bisa mendapatkan kemenangan dalam pertempuran dengan musuh-musuhnya.
Kesimpulan
-
Iman kepada Allah jangan pernah dikalahkan dengan
situasi/kondisi, besarnya masalahnya, kesulitan,logika untuk menemukan jawaban.
Yosua mengalami kesulitan melihat derasnya air sungai Yerikho saat bangsa
Israel ingin menyeberanginya. Ini masalah hidup mati. Ia memikul tanggung jawab
yang berat. Ia menanggung pergumulan umat yang demikian besar. Seringkali kita
kalah dalam iman kepada Allah dan menganggap masalah lebih besar dari Allah.
Iman kita seringkali ditentukan kondisi. Waktu sehat kita beriman sebaliknya
waktu sakit kendor. Waktu memiliki pekerjaan kita kuat, namun saat di-PHK iman
kita kendor. Itu iman yang melihat kondisi. Janganlah iman dikalahkan oleh faktor-faktor
dari luar.
-
Semakin sulit kondisi atau masalah ternyata semakin
besar/kuat kuasa Allah yang bekerja dalam diri orang percaya. Rasul Paulus waktu minta duri dalam dagingnya
dicabut, Tuhan berkata, "Cukuplah
kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi
sempurna." (2 Kor 12:9a). Hal
ini agar kita menyadari bahwa kita tidak punya apa-apa tetapi Tuhan yang punya. Saat masalah makin besar,
itu peluang kita mengenal Allah dengan luar biasa. Sesulit apapun, kita bisa
melihat Allah dengan baik.
No comments:
Post a Comment